PRODUKTIVITAS KARKAS SAPI BALI DI TIMOR BARAT NUSA TENGGARA TIMUR

dokumen-dokumen yang mirip
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan Metode

DAFTAR PUSTAKA. Arka IB Kualitas Daging Sapi Bali. Bali September. Prosiding Sapi Bali; Bali. hal A-108.

Endah Subekti Pengaruh Jenis Kelamin.., PENGARUH JENIS KELAMIN DAN BOBOT POTONG TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAGING DOMBA LOKAL

ANALISIS TUMBUH KEMBANG KARKAS SAPI BALI JANTAN DAN BETINA DARI POLA PEMELIHARAAN EKSTENSIF DI SULAWESI TENGGARA. Oleh: Nuraini dan Harapin Hafid 1)

PRODUKTIVITAS KARKAS DAN MUTU DAGING SAPI BALI DI TIMOR BARAT NUSA TENGGARA TIMUR ANDY YUMINA NINU

Muhamad Fatah Wiyatna Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

PROPORSI KARKAS DAN KOMPONEN-KOMPONEN NONKARKAS SAPI JAWA DI RUMAH POTONG HEWAN SWASTA KECAMATAN KETANGGUNGAN KABUPATEN BREBES

KARAKTERISTIK KARKAS DAN BAGIAN-BAGIAN KARKAS SAPI PERANAKAN ONGOLE JANTAN DAN BETINA PADA PETERNAKAN RAKYAT DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA

KARAKTERISTIK KARKAS SAPI JAWA (STUDI KASUS DI RPH BREBES, JAWA TENGAH)

Distribusi komponen karkas sapi Brahman Cross (BX) hasil penggemukan pada umur pemotongan yang berbeda

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Timor Barat Letak Geografi Iklim

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan

Pertumbuhan dan Komponen Fisik Karkas Domba Ekor Tipis Jantan yang Mendapat Dedak Padi dengan Aras Berbeda

Pemotongan Sapi Betina Produktif di Rumah Potong Hewan di Daerah Istimewa Yogyakarta

DAFTAR ISI RIWAYAT HIDUP... ABSTRACT... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

UKURAN-UKURAN TUBUH TERNAK KERBAU LUMPUR BETINA PADA UMUR YANG BERBEDA DI NAGARI LANGUANG KECAMATAN RAO UTARA KABUPATEN PASAMAN

Proporsi Potongan Utama Komersial Karkas (Primal Cut) Pada Sapi Brahman Cross

PROPORSI DAGING, TULANG DAN LEMAK KARKAS DOMBA EKOR TIPIS JANTAN AKIBAT PEMBERIAN AMPAS TAHU DENGAN ARAS YANG BERBEDA

PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan manusia pada protein hewani semakin. meningkat, yang dapat dilihat dari semakin banyaknya permintaan akan

HUBUNGAN BUTT SHAPE KARKAS SAPI BRAHMAN CROSS TERHADAP PRODUKTIVITAS KARKAS PADA JENIS KELAMIN YANG BERBEDA

PENDAHULUAN. Tujuan utama dari usaha peternakan sapi potong (beef cattle) adalah

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi protein hewani, khususnya daging sapi meningkat juga.

PERSENTASE KARKAS, TEBAL LEMAK PUNGGUNG DAN INDEKS PERDAGINGAN SAPI BALI, PERANAKAN ONGOLE DAN AUSTRALIAN COMMERCIAL CROSS

HUBUNGAN BOBOT KARKAS DENGAN LUAS URAT DAGING MATA RUSUK PADA SAPI BRAHMAN CROSS JANTAN DI RUMAH POTONG HEWAN (RPH) LUBUK BUAYA PADANG SKRIPSI.

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

S. Mawati, F. Warastuty, dan A. Purnomoadi Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

BAB III MATERI DAN METODE. berbeda dilaksanakan mulai bulan Maret sampai Agustus 2016 di kandang domba

PRODUKTIVITAS KARKAS DAN KUALITAS DAGING SAPI SUMBA ONGOLE DENGAN PAKAN YANG MENGANDUNG PROBIOTIK, KUNYIT DAN TEMULAWAK

Pengaruh Jenis Otot dan Lama Penyimpanan terhadap Kualitas Daging Sapi

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

PARAMETER TUBUH DAN SIFAT-SIFAT KARKAS SAPI POTONG PADA KONDISI TUBUH YANG BERBEDA SKRIPSI VINA MUHIBBAH

EDIBLE PORTION DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN PAKAN RUMPUT GAJAH DAN POLLARD

Hubungan Umur, Bobot dan Karkas Sapi Bali Betina yang Dipotong Di Rumah Potong Hewan Temesi

PERSENTASE KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN METODE PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

KUALITAS DAGING SAPI BALI PADA LAHAN PENGGEMUKAN YANG BERBEDA

HUBUNGAN ANTARA BOBOT POTONG DENGAN YIELD GRADE DOMBA (Ovis aries) GARUT JANTAN YEARLING

Iskandar Sembiring, T. Marzuki Jacob, dan Rukia Sitinjak. Departemen Perternakan, Fakultas Pertanian USU

KAJIAN KEPUSTAKAAN. relatif lebih kecil dibanding sapi potong lainnya diduga muncul setelah jenis sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh

KUALITAS FISIK DAGING LOIN SAPI BALI YANG DIPOTONG DI RUMAH POTONG HEWAN (RPH) MODEREN DAN TRADISIONAL

KARAKTERISTIK UKURAN ORGAN DALAM KARKAS ITIK GENOTIPE PEKING x ALABIO DAN PEKING x MOJOSARI

KARAKTERISTIK KARKAS KERBAU RAWA DI KABUPATEN PANDEGLANG, BANTEN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kandang Hewan Percobaan, Laboratorium fisiologi dan biokimia, Fakultas

EDIBLE PORTION DOMBA LOKAL JANTAN YANG MENDAPAT PAKAN LUMPUR LIMBAH FERMENTASI TETES TEBU (LFTT) DALAM KONSENTRAT DENGAN ARAS BERBEDA

Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VII VII. SISTEM PRODUKSI TERNAK KERBAU

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Percobaan Kandang Bahan dan Alat Prosedur Persiapan Bahan Pakan

PENGARUH KUALITAS PAKAN TERHADAP KEEMPUKAN DAGING PADA KAMBING KACANG JANTAN. (The Effect of Diet Quality on Meat Tenderness in Kacang Goats)

Pengaruh Penggunaan Zeolit dalam Ransum terhadap Konsumsi Ransum, Pertumbuhan, dan Persentase Karkas Kelinci Lokal Jantan

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

STUDI KARAKTERISTIK KARKAS BABI BALI ASLI DAN BABI LANDRACE YANG DIGUNAKAN SEBAGAI BAHAN BAKU BABI GULING

IV PEMBAHASAN. yang terletak di kota Bekasi yang berdiri sejak tahun RPH kota Bekasi

ESTIMASI OUTPUT SAPI POTONG DI KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH

CIRI - CIRI FISIK TELUR TETAS ITIK MANDALUNG DAN RASIO JANTAN DENGAN BETINA YANG DIHASILKAN ABSTRACT ABSTAAK

Hubungan Antara Bobot Potong... Fajar Muhamad Habil

D. Akhmadi, E. Purbowati, dan R. Adiwinarti Fakultas Peternakan Unuversitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

Hubungan antara Umur dengan Berat Karkas Depan (Fore Quarter) Ditinjau dari Potongan Primal Sapi Bali Jantan

BAB III MATERI DAN METODE. Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang.

I. TINJAUAN PUSTAKA. hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut ayam ras pedaging,

Korelasi Antara Nilai Frame Score Dan Muscle Type... Tri Antono Satrio Aji

I PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini mengalami peningkatan. Keadaan ini disebabkan oleh

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan

Redempta Wea 1 dan Bernadete Barek Koten 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

PERSENTASE KARKAS SAPI BALI PADA BERBAGAI BERAT BADAN DAN LAMA PEMUASAAN SEBELUM PEMOTONGAN

Penyimpangan Bobot Badan Kuda Lokal Sumba menggunakan Rumus Lambourne terhadap Bobot Badan Aktual

Penampilan Produksi Anak Ayam Buras yang Dipelihara pada Kandang Lantai Bambu dan Litter

BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA LOKAL YANG DIGEMUKKAN DENGAN PEMBERIAN RANSUM KOMPLIT DAN HIJAUAN SKRIPSI AZIZ MEIARO H

I. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei 2015 di

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-Februari 2014 di

Pengaruh Imbangan Hijauan-Konsentrat dan Waktu Pemberian Ransum terhadap Produktivitas Kelinci Lokal Jantan

HUBUNGAN ANTARA BOBOT BADAN DENGAN PROPORSI ORGAN PENCERNAAN SAPI JAWA PADA BERBAGAI UMUR SKRIPSI. Oleh NUR FITRI

PENAMPILAN PRODUKSI DAN KUALITAS DAGING KERBAU DENGAN PENAMBAHAN PROBIOTIK, KUNYIT DAN TEMULAWAK PADA PAKAN PENGGEMUKAN SKRIPSI NOVARA RAHMAT

Karakteristik Kuantitatif Sapi Pasundan di Peternakan Rakyat... Dandy Dharma Nugraha KARAKTERISTIK KUANTITATIF SAPI PASUNDAN DI PETERNAKAN RAKYAT

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Bali

PENGARUH BANGSA PEJANTAN TERHADAP PRODUKTIVITAS PEDET SAPI POTONG HASIL INSEMINASI BUATAN

SKRIPSI BUHARI MUSLIM

PERSENTASE KARKAS DAN KOMPONEN NON KARKAS KAMBING KACANG JANTAN AKIBAT PEMBERIAN PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN DAN ENERGI YANG BERBEDA SKRIPSI.

MATERI. Lokasi dan Waktu

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

KOMPOSISI FISIK POTONGAN KOMERSIAL KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN RASIO PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA SELAMA DUA BULAN PENGGEMUKAN

Identifikasi Bobot Potong dan Persentase Karkas Domba Priangan Jantan Yearling dan Mutton. Abstrak

Hubungan Panjang Badan dan Panjang Kelangkang dengan Persentase Karkas Sapi Bali

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

Kualitas Daging Sapi Wagyu dan Daging Sapi Bali yang Disimpan pada Suhu 4 o C

Penyimpangan Bobot Badan Dugaan Mohammad Firdaus A

PERBANDINGAN PERSENTASE KULIT ANTARA KAMBING KEJOBONG, KAMBING PERANAKAN ETTAWAH DAN KAMBING KACANG JANTAN UMUR SATU TAHUN

Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan ABSTRAK

SELISIH PROPORSI DAGING, LEMAK DAN TULANG DOMBA EKOR TIPIS YANG DIBERI PAKAN UNTUK HIDUP POKOK DAN PRODUKSI

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebutuhan daging di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DI DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN INCOME OVER FEED COST AYAM SENTUL

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan selama 2 bulan dari tanggal 5 Agustus

TINJAUAN PUSTAKA. : Artiodactyla. Bos indicus Bos sondaicus

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

STUDI KOMPARATIF METABOLISME NITROGEN ANTARA DOMBA DAN KAMBING LOKAL

PENDAHULUAN. Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal asing. Istilah "Ayam kampung" semula

Kualitas Daging Sapi Wagyu dan Daging Sapi Bali yang Disimpan pada Suhu - 19 o c

Transkripsi:

136 PARTNER, TAHUN 17 NOMOR 2, HALAMAN 136-141 PRODUKTIVITAS KARKAS SAPI BALI DI TIMOR BARAT NUSA TENGGARA TIMUR Andy Yumina Ninu Program Studi Produksi Ternak Politeknik Pertanian Negeri Kupang, Jl. Adisucipto Penfui, P. O. Box. 1152, Kupang 85011 ABSTRACT West Timor was known as one of Bali cattle producing area. Bali cattle was kept in extensive and semi-intensive system. A research was conducted to study Carcass Productivity of Bali Cattle. The research was carried out in Kupang-East Nusa Tenggara from March to May 2008. Sixty three Bali cattle comprising twenty eigth male and theerty five female were used in this study. The experiment used a Completely Randomized Factorial Design (2x3). To study carcass productivity, sex class (male and female) and slaughter weight group (<190 kg, 191-220 kg, >220 kg) were used as the factors. The result of this study showed that no interaction effect between sex and slaughter weight on carcass productivity. Male cattle had higher carcass percentage and commercial cut weights than female cattle. Keywords: carcass, Bali cattle PENDAHULUAN Sapi Bali di Nusa Tenggara Timur lebih diandalkan sebagai salah satu ternak ruminansia besar yang menghasilkn daging untuk memenuhi kebutuhan konsumen di kota Kupang dan sekitarnya. Di Timor Barat Sapi Bali mempunyai keunggulan diantaranya memiliki daya adaptasi yang tinggi, memanfaatkan pakan yang berkualitas rendah serta mempunyai kesuburan yang tinggi. Sapi Bali juga dapat memberikan kontribusi 76,19% terhadap pendapat tunai kaluarga (Lay dkk., 2002). Produktivitas seekor ternak sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik yang mempengaruhi penampilan ternak berkaitan dengan gen-gen yang yang dimiliki oleh seekor ternak sedangkan faktor lingkungan merupakan faktor pendukung bagi kelangsungan hidup ternak serta produksinya. Umumnya sistem pemeliharaan sapi Bali yang di Timor Barat adalah sistem ekstensif tradisional dimana dimana ternak dilepas di padang penggembalaan secara terus-menerus dan pakan yang dikonsumsi bervariasi. Sobang (1997) mengemukakan bahwa sistem pemeliharaan ternak sapi Bali di Timor Barat masih sederhana, hal ini dapat dilihat dari sumberdaya peternakan yang digunakan cukup sederhana, mudah tersedia dengan harga yang relatif murah. Selanjutnya dikatakan bahwa sumberdaya alam yang digunakapun bervariasi. Hal ini akan berpengaruh terhadap produksi (bobot badan) dan pada akhirnya akan berpangaruh terhadap karkas yang dihasilkan. Dari uraian tersebut penulis melakukan penelitian untuk mengetahui produktivitas karkas sapi Bali di Timor Barat Nusa Tenggara Timur, dengan demikian akan bermanfaat bagi pemerintah dan instansi terkait dalam rangka pengembangan sapi Bali.

Andy Yumina Ninu, Produktivitas Karkas Sapi Bali Di Timor Barat 137 METODE PENELITIAN Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Maret - Mei 2008 di Rumah Potong Hewan (RPH) Aldia -Kupang. Pengukuran karkas dilakukan di Rumah Potong Hewan Aldia Kupang. Bahan yang digunakan adalah ternak sapi Bali jantan dan betina, berasal dari pasar tradisional (Camplong) dengan sistem pemeliharaan yang ada di masyarakat peternak. Peralatan: timbangan elektrik merk Iconix buatan New Zealand berkapasitas 1000 kg, timbangan karkas kapasitas 500 kg, timbanagn daging merk Nagata berkapasitas 150 kg serta perlengkapan lainnya yang ada di RPH dan peralatan-peralatan yang ada pada Laboratorium Umum Politeknik Pertanian Negeri Kupang dan Laboratorium Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Besar, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Metode yang digunakan adalah sapi yang akan dipotong diistirahatkan selama 24 jam, sapi ditimbang terlebih dahulu untuk memperoleh bobot potong, selanjutnya ternak digiring ke tempat pemotongan. Sapi dipotong pada bagian leher dekat tulang rahang bawah sampai vena jugularis, oesophagus dan trachea terpotong. Setelah ternak benar-benar mati kaki belakang diikat kemudian ditarik dan digantung pada rel penggantung dengan posisi kepala menghadap ke bawah, dilakukan pengulitan, kepala dan keempat kaki dilepaskan, rongga perut dibuka dan semua isi perut dikeluarkan. Dilakukan penimbangan untuk memperoleh berat karkas panas, karkas digantung di ruang pendingin dan setelah 24 jam ditimbang untuk memperoleh bobot karkas dingin Rancangan Percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap Pola Faktorial dengan perlakuan jenis kelamin (jantan dan betina) dan 3 kelompok bobot potong (<190 kg, 191-220, >220). Model statistik yang digunakan menurut Steel dan Torrie (1993) adalah sebagai berikut: Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk Dimana: Yijk : nilai pengamatan atau respon yang diamati µ : rataan umum αi : pengaruh jenis kelamin ke-i βj : pengaruh bobot potong ke-i αβij : pengaruh interaksi taraf ke-i, dari jenis kelamin dan taraf ke-j dari bobot potong. εijk : pengaruh sisa yang mendapat perlakuan bersama pada taraf ke-i dari jenis kelamin dan taraf ke-j dari bobot potong. Analisis data digunakan prosedur General Linear Model (GLM) dengan software SAS versi 9.1 sedangkan uji lanjut digunakan uji Konttras Polinomial Orthogonal. HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Karkas Sapi Bali Produktivitas karkas sapi Bali diantaranya bobot karkas panas, persentase karkas, bobot karkas dingin, tebal lemak punggung dan luas urat daging mata rusuk disajikan pada Tabel 1.

138 PARTNER, TAHUN 17 NOMOR 2, HALAMAN 136-141 Bobot Karkas Panas Bobot karkas merupakan salah satu faktor yang diperhatikan dalam penilaian karkas. Rataan bobot karkas panas dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara jenis kelamin dan kelompok bobot potong terhadap bobot karkas panas. Namun terdapat pengaruh yang nyata antara masing-masing faktor terhadap bobot karkas panas. Tabel 1. Rataan Produktivitas Karkas Sapi Bali Peubah Bobot Karkas Panas (kg) Persentase karkas (%) Bobot Karkas Dingin (kg) Tebal Lemak Punggung (cm) Luas Urat Daging Mata Rusuk (cm 2 ) Jenis Kelamin Kelompok Bobot Potong (Kg) <190 191-220 >220 X ± SD X ± SD X ± SD Rataan Jantan 105.83±6.86 108.78±9.36 133.75 ±17.20 116.12 a Betina 89.24 ±15.37 101.19±6.65 114.87 ±11.53 101.77 b Rataan 97.54 a ±11.12 104.99 b ±8.00 124.31 c ±14.37 Jantan 56.59 ± 3.62 53.38 ±3.83 54.80 ±3.88 54.92 a Betina 53.50 ± 6.50 50.64 ±3.05 48.34 ±0.56 50.83 b Rataan 55.05 ± 5.06 52.01 ± 3.44 51.57 ± 2.22 Jantan 103.43±7.42 106.72±9.39 131.40 ±17.09 113.85 a Betina 87.11 ±15.32 98.97 ±6.53 112.93 ±11.19 99.67 b Rataan 92.27 a ±11.37 102.85 b ±7.96 122.17 c ±14.14 Jantan 0.11±0.06 0.09 ± 0.05 0.15 ±0.10 0.12 Betina 0.11±0.12 0.09 ± 0.07 0.14 ±0.15 0.11 Rataan 0.11 ± 0.09 0.09 ± 0.06 0.15 ± 0.13 Jantan 52.89 ±4.51 47.67 ± 5.51 52.52 ±4.89 51.03 a Betina 42.21 ±6.47 43.06 ± 6.17 49.88 ±13.05 45.05 b Rataan 47.55 a ±5.49 45.37 a ± 5.84 51.20 b ±8.97 Keterangan: Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05), X=rataan, SD=Standar Deviasi. Bobot karkas panas sangat berhubungan erat dengan bobot potong, dimana semakin tinggi bobot potong, bobot karkas panas semakin tinggi pula. Kelompok bobot potong I, II dan III secara nyata meningkatkan bobot karkas panas, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi bobot potong, bobot karkas panas semakin tinggi. Forrest et al. (1975) mengemukakan bahwa bobot karkas semakin tinggi dengan meningkatnya bobot potong. Demikian juga dengan faktor jenis kelamin, berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap bobot karkas panas dimana bobot karkas panas dari ternak jantan lebih tinggi dari betina. Hal ini disebabkan ternak jantan memiliki bobot potong yang lebih tinggi dibanding dengan ternak betina. Jika dilihat dari pertumbuhan, ternak jantan mempunyai pertumbuhan yang lebih tinggi dibanding ternak betina, hal ini berhubungan dengan hormon steroid kelamin ternak jantan yang berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan pada ternak jantan. Soeparno (2005) mengemukakan bahwa laju pertumbuhan jenis kelamin jantan lebih besar dibanding dengan betina. Hasil penelitian Rosnah (2002) pada sapi Bali di dataran rendah dan dataran tinggi dengan kelompok bobot potong 243 dan 210 kg berpengaruh terhadap bobot karkas panas yang dihasilkan, dimana bobot potong yang tinggi maka bobot karkas panas yang dihasilkanpun tinggi. Selanjutnya dikatakan bahwa ternak sapi Bali yang mempunyai bobot karkas yang tinggi mempunyai pertambahan berat badan harian yang tinggi pula.

Andy Yumina Ninu, Produktivitas Karkas Sapi Bali Di Timor Barat 139 Persentase Karkas Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara jenis kelamin dan kelompok bobot potong terhadap persentase karkas, demikian juga kelompok bobot potong, namun terdapat perbedaan yang nyata (P<0.05) antara jenis kelamin terhadap persentase karkas dimana jenis kelamin jantan dengan persentase karkas 54.92% lebih tinggi dari betina 50.83%, hal ini disebabkan karena ternak jantan memiliki bobot potong yang lebih tinggi dibanding betina. Tidak adanya perbedaan yang nyata di antara kelompok bobot potong disebabkan perbedaan bobot potong yang tidak sesuai dengan peningkatan bobot karkas. Ngadiono (1995) mengemukakan bahwa perbedaan rataan persentase karkas juga disebabkan oleh perbedaan ukuran saluran pencernaan dan organ-organ penting non-karkas serta kondisi ternak. Selanjutnya dikatakan bahwa kondisi penimbangan ternak dan karkas, metode pengulitan, ukuran saluran pencernaan dan organ-organ penting serta kodisi finish (akhir) dari ternak juga berpengaruh terhadap persentase karkas. Hasil penelitian Rosnah (2002) pada sapi Bali di daerah dataran rendah dan tinggi diperoleh persentase karkas 47.75 dan 53.11%. Bobot Karkas Dingin Bobot karkas dingin adalah bobot karkas setelah dilakukan pelayuan terhadap karkas selama 24 jam. Nilai bobot karkas dingin disajikan pada Tabel 1. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara jenis kelamin dan kelompok bobot potong terhadap bobot karkas dingin, namun masingmasing faktor memberikan pengaruh yang nyata (P<0.05) terhadap bobot karkas dingin. Bobot karkas dingin pada ternak jantan 113.85kg lebih tinggi dari sapi betina 99.67kg. Hal ini disebabkan karena bobot potong ternak jantan lebih tinggi dibanding ternak betina. Bobot karkas dingin meningkat dengan peningkatan kelompok bobot potong, bobot karkas dingin pada masing-masing kelompok bobot potong adalah kelompok I (92.27 kg), kelompok II (102.85 kg) dan III (122.17 kg). Hal ini berarti semakin tinggi bobot potong, bobot karkas dingin semakin tinggi. Berg dan Butterfield (1976) mengemukakan bahwa bobot potong yang tinggi menghasilkan bobot karkas karkas dingin yang tinggi. Tebal Lemak Punggung Tebal lemak punggung pada rusuk 12-13 disajikan pada Tabel 1. Banyaknya lemak yang menutupi karkas merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan nilai karkas. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara jenis kelamin dan kelompok bobot potong terhadap tebal lemak punggung. Demikian juga dengan masing-masing faktor tidak berpengaruh terhadap tebal lemak punggung. Hal ini berarti jenis kelamin dan kelompok bobot potong tidak berpengaruh terhadap tebal lemak punggung. Soeparno (2005) mengemukakan bahwa pakan akan mempengaruhi proporsi kenaikan lemak karkas dan proporsi daging, pakan yang mengandung energi tinggi akan dapat meningkatkan persentase karkas dan depot-depot lemak. Selanjutnya dikatakan bahwa nutrisi adalah salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap proporsi kadar lemak dimana akan mempengaruhi proses kenaikan lemak pada karkas. Tebal lemak sub kutan sebagai indikator dalam menentukan kualitas karkas (persentase daging dan persentase lemak) lebih dipengaruhi oleh variasi bangsa, nutrisi dan jenis kelamin.

140 PARTNER, TAHUN 17 NOMOR 2, HALAMAN 136-141 Luas Urat Daging Mata Rusuk Luas urat daging mata rusuk disajikan pada Tabel 1. Luas urat daging mata rusuk merupakan indikator dalam menduga besarnya proporsi urat daging dari suatu karkas. Semakin luas urat daging mata rusuk, semakin besar proporsi urat daging dari karkas. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara jenis kelamin dan bobot potong terhadap luas urat daging mata rusuk, namun masing-masing fakor berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap luas urat daging mata rusuk. Luas urat daging mata rusuk meningkat dengan semakin meningkatnya kelompok bobot potong. Luas urat daging mata rusuk yang lebih besar adalah kelompok bobot potong III, diikuti kelompok bobot potong II dan I. Luas urat daging mata rusuk yang mempunyai ukuran lebih besar menunjukkan proporsi daging yang besar pula. Demikian juga dengan jenis kelamin, berpengaruh nyata (p<0.05) terhadap luas urat daging mata rusuk, dimana jenis kelamin jantan mempunyai luas urat daging lebih tinggi 50.66 cm 2 dari betina 43.25 cm 2. Ngadiono (1995) mengemukakan bahwa semakin tinggi bobot hidup ternak, luas urat daging mata rusuk semakin besar. Selanjutnya dikatakan bahwa sapi jantan mempunyai urat daging yang lebih luas dibanding dengan sapi betina. KESIMPULAN Dengan sistem pemeliharaan yang ada di Timor Barat maka untuk mendapatkan produktivitas karkas yang tinggi sebaiknya dipilih ternak jantan karena menghasilkan produktivitas karkas yang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Arka IB. 1990. Kualitas Daging Sapi Bali. Bali 20-22 September. Prosiding Sapi Bali; Bali. Hal A-108. Berg RT dan Butterfield RM. 1976. New Concepts of Cattle Growth. Sydney University Press. Forrest JC, Elton DA, David EG, Edward WM. 1975. Principles of Meat Science. United States of America. Kanahau D. 2004. Pemanfaatan probiotik dalam ransum terhadap sapi Bali Timor Jantan. [tesis]. Program pasca sarjana-universitas Nusa Cendana- Kupang. Kedang A dan J Nulik. 2004. Evaluasi Produktivitas Sapi Berdasarkan Karakteristik Bioklimat di Nusa Tenggara Timur. Prosiding Seminar Nasional Komunikasi Hasil-hasil Penelitian Ternak dan Pengembangan Peternakan dalam Sistem Usaha Tani Lahan Kering, Kerjasama Balai Pengkajian Teknologi Pertanian dan Pemerintah Kabupaten Sumba Timur; Sumba Timur 23 Ags 2004. Kempster T, Cuthbertson A, Harrungton G. 1982. Carcass Evaluation in Livestock Breeding, Production and Marketing. London: Toronto Sydney New York.

Andy Yumina Ninu, Produktivitas Karkas Sapi Bali Di Timor Barat 141 Lay WA, Ch.M.Pelokila, M.Sanam, K.M. Arsyad dan D. Pandie. 2002. kajian potensi daerah Timor Tengah Selatan Dalam Rangka Penyususnan Program Pengembangan Peternakan sapi Potong Sebagai Komoditas Unggul. Laporan Penelitian dinas Peternakan kabupaten Timor Tengah selatan dengan Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana. Moran, J.B. 1979. Growth and Carcass Development of Indonesian Beef Breeds. Prosiding Seminar Penelitian dan Penunjang Pengembangan Peternakan. Lembaga Penelitian Peternakan. Bogor. Ngadiono N. 1995. Pertumbuhan dan sifat-sifat karkas dan daging sapi sumba ongole, Brahman cross dan Australian comersial cross yang dipelihara secara intensif pada berbagai bobot potong. [disertasi] program pasca sarjana IPB. Nulik J dan Bamualim. 1998. Pakan Ruminansia Besar Di Nusa Tenggara. Balai Pengkajian Teknologi Naibonat, Nusa Tenggara Timur: Kerjasama dengan Estern Islands Veterinary Services Project. Oematan J.2000. Pertumbuhan kompensasi sapi bali jantan pada beberapa imbangan energi protein ransum dan efeknya terhadap sufat-sifat karkas. [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Payne WJA and DHL Rollinson. 1973. Bali Cattle. World Anim. Rev. 7: 13-21. Preston TR, Willis MB. 1982. Intensif Beef Production The Second Ed. Oxford- New York Toronto Sydney. Rosnah US. 2002. Produksi Karkas sapi Bali Yang Digembalakan Pada Ketinggian Tempat Berbeda Di Timor. Buletin Nutrisi, Jurusan Nutrisis dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana- Kupang. ISSN: 1410-6191. Juli 2002. Vol 5 No 3. Sobang YUL. 1997. Karakteristik system penggemukkan pola tradisional menurut zona agroklimat dan dampaknya terhadap pendapatan petani di kabupaten kupang nusa tenggara timur [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Steel RGD, Torrie HJ. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.