Farida Marjani 1) Happy Indri Hapsari 2), Anissa Cindy Nurul Afni, 2) ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, penelitian, pendidikan dan sebagiannya; mencakupi skala profit

Komunikasi penting dalam mendukung keselamatan pasien. Komunikasi yang baik akan meningkatkan hubungan profesional antarperawat dan tim kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. World Health Organization (WHO) telah mencanangkan World

Identifikasi Komunikasi Efektif SBAR (Situation, Background, Assesment, Recommendation) Di RSUD Kota Mataram ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna meliputi upaya promotif, pelayanan kesehatan (Permenkes No.147, 2010).

Winarni, S. Kep., Ns. MKM

BAB I PENDAHULUAN. banyak dilaporkan tuntutan pasien atas medical error yang terjadi pada dirinya. Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat akan kesehatan, semakin besar pula tuntutan layanan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan masyarakat. Rumah Sakit merupakan tempat yang sangat

Gambaran Penerapan Handover Antar Shift Oleh Perawat dengan Menggunakan Metoda SBAR di Gedung Kemuning RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana sekarang banyak dilaporkan tuntutan pasien atas medical error yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keselamatan ( safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Keselamatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. dibahas dalam pelayanan kesehatan. Menurut World Health Organization

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

BAB I PENDAHULUAN. bisa didapatkan di rumah sakit. Hal ini menjadikan rumah sakit sebagai tempat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (patient safety) menjadi suatu prioritas utama dalam setiap

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien adalah sebuah sistem pencegahan cedera terhadap pasien dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. citra perumahsakitan (Depkes, 2011). Pada tahun 2004 World Health

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan rumah sakit menyebabkan masyarakat

PENGARUH DOKUMENTASI TIMBANG TERIMA PASIEN DENGAN METODE SITUATION BACKGROUND

BAB I PENDAHULUAN. hampir semua aspek atau tahapan diagnosis dan pengobatan. Kesalahan

BAB I PENDAHULUAN. yang sama beratnya untuk diimplementasikan (Vincent, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. di segala bidang termasuk bidang kesehatan. Peralatan kedokteran baru banyak

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di rumah sakit. Hal ini disebabkan karena tenaga keperawatan

KERANGKA ACUAN PROGRAM PENINGKATAN MUTU KLINIS DAN KESELAMATAN PASIEN PUSKESMAS PUJON

BAB 1 PENDAHULUAN. keras mengembangkan pelayanan yang mengadopsi berbagai. perkembangan dan teknologi tersebut dengan segala konsekuensinya.

Keselamatan Pasien dalam Pelayanan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas dan mutu pelaksanaan layanan kesehatan. Di banyak penelitian diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi risiko, identifikasi

Artikel Komunikasi Efektif SBAR

KUESIONER MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT I. MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN

BAB I PENDAHULUAN. yang berawal ketika Institute of Medicine menerbitkan laporan To Err Is

PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PERAWAT DENGAN KEAMANAN PEMBERIAN TERAPI OBAT

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit (RS) memiliki lima macam isu diantaranya yaitu : keselamatan

BAB I PENDAHULUAN. sebagian masyarakat menyatakan bahwa mutu pelayanan rumah sakit di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan

BAB I PENDAHULUAN. mampu melaksanakan fungsi manajemen keperawatan (Sitorus, R & Panjaitan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2017, No Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran N

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 2

RUS DIANA NOVIANTI J

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit saat ini wajib menerapkan keselamatan pasien. Keselamatan. menjadi lebih aman dan berkualitas tinggi (Kemenkes, 2011;

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang


BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya

BAB I PENDAHULUAN. Diharapkan) dengan rentang 3,2 16,6 %. Negara Indonesia data tentang KTD

BAB 1 PENDAHULUAN. Manajemen keperawatan merupakan pelaksanaan pelayanan keperawatan

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memperhatikan masalah keselamatan. Kementerian Kesehatan Republik

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian. Pada November 1999, the American Hospital Asosiation (AHA) Board of

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini keselamatan pasien merupakan salah satu dari sekian banyak persoalan

BAB I PENDAHULUAN. oleh tenaga kesehatan melalui program-program yang telah ditetapkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan masyarakat sekitar rumah sakit ingin mendapatkan perlindungan dari gangguan

PROGRAM KERJA BIDANG KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT TINGKAT III BALADHIKA HUSADA TAHUN 2016

Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk. Rumah Sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety)

BAB I PENDAHULUAN. berdampak terhadap pelayanan kesehatan, dimana dimasa lalu pelayanan. diharapkan terjadi penekanan / penurunan insiden.

BAB I PENDAHULUAN. dari manajemen kualitas. Hampir setiap tindakan medis menyimpan potensi

BAB III METODE PENELITIAN. keluarga, kelompok, komunitas, atau institusi (Nursalam, 2011). data rekam medis, pasien dan keluarganya.

BAB I PENDAHULUAN. care and acritical component of quality management.. Keselamatan pasien

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu hal yang mendapat perhatian penting adalah masalah konsep keselamatan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kepada pasien (Komisi disiplin ilmu kesehatan, 2002). kebutuhan pasien, tenaga pemberi layanan dan institusi.

BAB I PENDAHULUAN. (safety) di rumah sakit yaitu: keselamatan pasien (patient safety),

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kepada masyarakat dalam lingkup lokal maupun internasional.

BAB 1 PENDAHULUAN. standar professional dan hukum (College of registered nurses of British. pasien, keluarga serta masyarakat (Aditama, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDG s) yang dipicu oleh adanya tuntutan untuk

repository.unimus.ac.id

KESELAMATAN PASIEN. Winarni, S. Kep., Ns., M. KM

Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien. Melur Belinda Tim Keselamatan Pasien RSUD Dr Saiful Anwar malang

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan investasi esensial bangsa yang secara signifikan

PANDUAN PENUNTUN SURVEI AKREDITASI UNTUK BAB PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN ====================================== ==========================

Pelatihan Komunikasi S-BAR, Mutu Operan Jaga

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global. World Health Organization. pembedahan pada tahun Di negara bagian AS yang hanya berpopulasi

KUESIONER MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT. MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ABSTRACT. Ranti Susanti 1), Wahyuningsih Safitri 2), Anissa Cindy Nurul Afni 3) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

JURNAL ILMIAH HUBUNGAN FAKTOR KOMUNIKASI DENGAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN. Oleh : UYAN ARI LIDIYAH NIM P

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi, padat karya, padat profesi, padat sistem, padat mutu dan padat risiko,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbahaya, salah satunya medical error atau kesalahnan medis. Di satu sisi

PEMERINTAH KOTA PAYAKUMBUH PUSKESMAS LAMPASI. KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS LAMPASI NO. 445/ /SK-C/Pusk-LPS/I/2016

BAB I PENDAHULUAN. mencari pertolongan medis sehingga harus dilakukan pengelolaan nyeri sejak

BAB I PENDAHULUAN. isu yang terkait dengan keselamatan di rumah sakit, yaitu: keselamatan pasien,

BAB I PENDAHULUAN. kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO Patient Safety

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan puskesmas maka pelayanan rumah sakit haruslah yang. berupaya meningkatkan mutu pelayanannya (Maturbongs, 2001).

PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RSUD PASAR REBO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu variabel untuk

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di

PEDOMAN PELAYANAN KLINIS PUSKESMAS TAROGONG

Transkripsi:

PENGARUH DOKUMENTASI TIMBANG TERIMA PASIEN DENGAN METODE SITUATION, BACKGROUND, ASSESSMENT, RECOMENDATION (SBAR) TERHADAP INSIDEN KESELAMATAN PASIEN DI RUANG MEDIKAL BEDAH RS. PANTI WALUYO SURAKARTA Farida Marjani 1) Happy Indri Hapsari 2), Anissa Cindy Nurul Afni, 2) ABSTRAK Timbang terima pasien dengan metode SBAR adalah cara yang efektif dalam sasaran keselamatan pasien. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh timbang terima pasien dengan metode SBAR terhadap Insiden Keselamatan Pasien di Ruang Medikal Bedah RS. Panti Waluyo Surakarta. Desain penelitian ini menggunakan quasy exsperimental dengan Pre dan Post without control. Tehnik sampling menggunakan Total Sampling dengan jumlah responden sebanyak 60 orang. Hasil analisa menggunakan Mc Nemar p = 0,016 (p value <0,05 ), menunjukkan adanya pengaruh antara pemakaian dokumentasi timbang terima pasien dengan metode SBAR terhadap Insiden Keselamatan Pasien di Ruang Medikal Bedah RS. Panti Waluyo Surakarta. Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada dampak positif terhadap penggunaan Dokumentasi SBAR dalam timbang terima pasien, dan ini membuktikan bahwa Dokumentasi SBAR dalam timbang terima pasien adalah metode yang efektif untuk menurunkan Insiden Keselamatan Pasien. Penulis berharap Metode Dokumentasi SBAR ini dapat menjadi prosedur tetap dalam proses timbang terima pasien selanjutnya, sehingga dapat mencegah terjadinya IKP dan secara langsung meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit. Kata Kunci : Timbang Terima, Dokumentasi, SBAR, Insiden Keselamatan Pasien

PENDAHULUAN Keselamatan pasien merupakan isu global yang paling penting saat ini dimana sekarang banyak dilaporkan tuntutan pasien atas medical error yang terjadi pada pasien. Perawat merupakan petugas kesehatan yang mempunyai peranan sangat penting dalam proses pengobatan pasien. Rumah sakit perlu meningkatkan mutu pelayanan untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat diantaranya melalui Program Keselamatan Pasien dimana World Health Organization (WHO) telah memulainya pada tahun 2004. Di Indonesia Gerakan Keselamatan Pasien Rumah Sakit (GKPRS) dicanangkan Menteri Kesehatan Republik Indonesia pada 21 Agustus 2005. Setiap rumah sakit membentuk tim keselamatan pasien rumah sakit. Gerakan Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah suatu sistem yang mencegah terjadinya cidera yang disebabkan kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission).( Kemenkes, 2011 ) Komunikasi terhadap berbagai informasi mengenai perkembangan pasien antar profesi kesehatan di rumah sakit merupakan komponen yang fundamental dalam perawatan pasien (Riesenberg,2010). Alvarado, et al. (2006) mengungkapkan bahwa ketidakakuratan informasi dapat menimbulkan dampak yang serius pada pasien, hampir 70% kejadian sentinel yaitu kejadian yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius di rumah sakit disebabkan karena buruknya komunikasi. Pernyataan peneliti di atas sejalan dengan pernyataan Angood (2007) yang mengungkapkan bahwa berdasarkan hasil kajian data terhadap adanya Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Tidak Cedera (KTC), Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Potensial Cedera (KPC), dan Kejadian Sentinel di rumah sakit, masalah yang menjadi penyebab utama adalah komunikasi. Timbang terima pasien adalah salah satu bentuk komunikasi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien. Timbang terima pasien dirancang sebagai salah satu metode untuk memberikan informasi yang relevan pada tim perawat setiap pergantian shift, sebagai petunjuk praktik memberikan informasi mengenai kondisi terkini pasien, tujuan pengobatan, rencana

perawatan serta menentukan prioritas pelayanan (Rushton, 2010). Alvarado, et al (2006) menginformasikan bahwa komunikasi berbagai informasi yang diberikan oleh perawat dalam pertukaran shift, atau proses menyerahkan pasien dari rawat jalan ke rawat inap yang lebih dikenal dengan timbang terima (handover) sangat membantu dalam perawatan pasien. Timbang terima yang dilaksanakan dengan baik dapat membantu mengidentifikasi kesalahan serta memfasilitasi kesinambungan perawatan pasien. Smith, et al. (2008) mengungkapkan bahwa rumah sakit merupakan organisasi padat profesi dengan berbagai karakteristik, komunikasi pada timbang terima (hand/ over) memiliki hubungan yang sangat penting dalam menjamin kesinambungan, kualitas dan keselamatan dalam pelayanan kesehatan pada pasien. Pada saat komunikasi dalam timbang terima pasien tidak dilakukan dengan benar maka, dapat menimbulkan beberapa masalah, diantaranya keterlambatan dalam diagnosis medis dan peningkatan kemungkinan efek samping, juga konsekuensi lain termasuk biaya yang lebih tinggi perawatan kesehatan, penyedia yang lebih besar dan ketidak puasan pasien. (Kemenkes, 2011) Salah satu metode komunikasi yang saat ini dipakai adalah komonikasi dengan metode SBAR (Situation, Bayground, Assessmen, Recommendation), dimana didalam metode SBAR tersebut menyediakan cara yang efektif, efisien dan sederhana untuk menyampaikan komunikasi. Beberapa penelitian terkait dokumentasi timbang terima dengan metode Situation, Background, Assessmen dan Recomendation (SBAR) telah banyak dilakukan oleh Karima Velji, (2010). Karima melakukan penelitian mengenai efektifitas dokumentasi SBAR dalam pengaturan rehabilitasi yang hasilnya didapat adalah penggunaan dokumentasi SBAR memiliki potensi untuk meningkatkan komunikasi tim interproffesional dalam konteks rehabilitasi dan merupakan kontribusi berharga dalam praktek keselamatan. Di RS. Panti Waluyo didapatkan beberapa temuan angka insiden keselamatan pasien dalam bulan Juli s/d Desember 2014, yang disebabkan oleh karena proses timbang terima pasien yang tidak sesuai prosedur, diantaranya jadwal operasi yang mundur (KTD) 5 kejadian,

pemberian obat yang tidak sesuai intruksi dokter (KNC) 2 kejadian, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi yang tertunda (KPC) 1 kejadian. Meskipun angka kejadian Insiden keselamatan Pasien kecil, namun dampak yang diakibatkan di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta oleh sangat besar, misalkan jadwal operasi yang mundur bisa mengakibatkan kematian apabila pasien dengan apendik perforasi, atau misal pasien dengan salah minum obat yang kontra indikasi dengan penyakitnya. METODOLOGI Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah quashi experimental. Quasy Experimental adalah metode penelitian eksperimen dengan menggunakan kelompok kontrol namun tidak sepenuhnya untuk mengontrol variabel luar yang mempengaruhi penelitian (Sugiyono,2008). Pada penelitian ini, pendekatan yang digunakan dalam quashi eksperimental dengan menggunakan Pre dan post test without control dimana pada desain ini peneliti hanya melakukan intervensi pada kelompok pembanding. Efektifitas perlakuan dinilai dengan membandingkan nilai post test dengan pre test. (Dharma, 2013). Berdasarkan telaah pustaka dan penyusunan hipotesis, maka variabelvariabel penelitian ini adalah : a. Variabel Terikat (Dependent Variable) Variabel terikat merupakan variabel yang menjadi perhatian utama peneliti atau variabel utama yang menjadi faktor yang berlaku dalam investigasi (Sekaran, 2011). Dalam penelitian ini yang merupakan varibel terikat adalah Insiden Keselamatan Pasien. b. Variabel (Independent Variable) Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat, entah secara positif atau negatif (Sekaran, 2011). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah Dokumentasi Timbang Terima Pasien secara SBAR. Cara pengambilan data peneliti mencari data temuan terkait dengan insiden keselamatan pasien pada pasien dirawat dengan menggunakan checklist monitor pelaksanaan timbang terima dengan metode SBAR, pada pasien yang dirawat minimal selama 3 hari,

dan dipantau untuk setiap pasien yang masuk rawat inap dalam beberapa bulan yang sudah ditentukan. HASIL PENELITIAN Data meliputi Insiden Keselamatan Pasien sebelum Intervensi dan sesudah Intervensi. Tabel 1. Gambaran Insiden Keselamatan Pasien sebelum dilakukan intervensi. f % Terjadi IKP 8 26,7 Tidak terjadi IKP 22 73,3 Sample ( n ) 30 100 Pada tabel 4.1.1 didapatkan dari 30 pasien yang dilakukan timbang terima pasien secara konvensional, angka temuan terjadi IKP sebanyak 8 pasien (26,7 %). Tabel 2. Gambaran Insiden Keselamatan Pasien sesudah dilakukan intervensi. f % Terjadi IKP 1 3,3 Tidak terjadi IKP 29 96,7

Hasil penelitian pada tabel 4.1.2 yang berikutnya juga didapatkan pada jumlah pasien yang sama, 30 orang dengan proses timbang terima pasien menggunakan metode SBAR ditemukan terjadi IKP 1 pasien (3,3 %). Tabel 3. Beda Gambaran Insiden Keselamatan Pasien sebelum dan sesudah dilakukan intervensi. Terjadi IKP Tidak terjadi IKP Nilai P Sebelum Intervensi Sesudah Intervensi 8 22 1 29 0,016 Pada tabel 4.2.1 tersebut didapatkan data dari 30 pasien sebelum dilakukan intervensi ditemukan angka kejadian IKP 8 pasien dan yang tidak terjadi IKP 22 pasien, sedangkan setelah dilakukan intervensi ditemukan angka kejadian IKP 1 pasien dan yang tidak terjadi IKP 29 pasien. Hasil uji Mc Nemar didapatkan nilai.probalitas 0,016 (p value < 0,05 ), artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara dokumentasi timbang terima pasien dengan metode SBAR dengan Insiden Keselamatan Pasien. PEMBAHASAN 1.1 Insiden Keselamatan Pasien sebelum pemakaian Dokumentasi Timbang Terima Pasien dengan Metode SBAR Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa temuan IKP sebanyak 8 kejadian (26,7 %) sebelum dilakukan timbang terima pasien dengan metode SBAR. Meskipun angka kejadian IKP kecil, namun dampak yang diakibatkan oleh hal itu sangat besar. Dampak yang dapat terjadi pada pasien menyebabkan rasa sakit dan bahaya jika ada, misalnya infeksi berhubungan dengan perawatan rumah sakit (Renkola & Hietala, 2014). Selain

itu kemungkinan dapat menyebabkan pasien menderita cacat seumur hidupnya, bahkan insiden keselamatan pasien juga dapat mengakibatkan kematian pasien. Menurut WHO (2009) yang merangkum dampak dari terjadinya insiden keselamatan pasien terhadap institusi rumah sakit, sebagai berikut: kerusakan properti, peningkatan alokasi sumber daya yang diperlukan untuk pasien, perhatian media, keluhan resmi, reputasi rusak, dan konsekuensi hukum. Meningkatkan sumber daya yang diperlukan untuk merawat pasien yang meningkat lama perawatannya akibat terjadinya insiden, masuk ke perawatan khusus, perawatan tambahan dan tes, terganggu alur kerja dan penundaan untuk pasien lain, staf tambahan, dan peralatan tambahan yang dibutuhkan untuk pengobatan. 1.2 Insiden Keselamatan Pasien setelah pemakaian Dokumentasi Timbang Terima Pasien dengan metode SBAR Pada hasil penelitian setelah pemakaian dokumentasi timbang terima pasien secara SBAR didapatkan data IKP sebanyak 1 kejadian (3,3 %) Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sementara, insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut insiden adalah setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien. Menurut WHO (2009) faktor yang dapat meningkatkan keselamatan pasien adalah berkaitan dengan proses pengawasan yang baik atau kepemimpinan, kerja sama tim yang baik, tenaga yang berpendidikan dan kompeten, serta komunikasi yang efektif. (WHO 2009.) Komunikasi jika tidak dilakukan dengan baik akan

menjadi akar penyebab insiden keselamatan pasien, (Dunsford 2009). Misalnya mengakibatkan memburuknya kondisi klinis pasien atau bahkan kematian. Namun, selain menjadi ancaman bagi keselamatan pasien, komunikasi yang efektif juga merupakan alat untuk mengurangi insiden keselamatan pasien (Sandars & Cook, 2009). Komonikasi efektif dengan menggunakan checklist/dokumen telah dibuktikan oleh Dufour, (2012) dalam penelitiannya tentang keselamatan pasien pada saat proses pengiriman pasien dalam angkatan udara, pada penelitian tersebut menggunakan daftar periksa tertulis (dokumen) SBAR, meningkatkan komunikasi, dan pada akhirnya, meningkatkan keselamatan pasien. Komunikasi dan membagikan informasi adalah bagian penting dari praktik keperawatan. Salah satu komunikasi efektif dapat dibuktikan pada pemakaian dokumentasi SBAR ( Renkola & Hietala, 2014 ). 1.3 Beda IKP sebelum dan sesudah pemakaian Dokumentasi Timbang Terima Pasien dengan metode SBAR Hasil penelitian didapatkan nilai probalitas 0,016 (p value < 0,05 ) hal tersebut menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pengaruh dokumentasi timbang terima pasien dengan metode SBAR terhadap insiden keselamatan pasien di ruang medikal Bedah RS Panti Waluyo Surakarta. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Raymond & Harrison (2014) yang meneliti tentang pemakaian dokumentasi SBAR, menyimpulkan adanya perbaikan dalam pelaporan insiden keselamatan pasien yang signifikan setelah pemakain komunikasi dengan metode SBAR. Penelitian dalam menganalisa dokumentasi SBAR sebagai alat pelaporan petugas

perawat dalam rangka meningkatkan keselamatan pasien, didapatkan hasil bahwa dokumentasi SBAR merupakan metode pelaporan yang meningkatkan efektivitas transfer informasi terutama dalam situasi akut, sehingga meningkatkan keselamatan pasien (Kaisa Renkola & Hietala, 2014) Penelitian yang dilakukan oleh Andreoli, Fancott et al (2010) terkait pemakaian komunikasi SBAR dalam mencegah resiko jatuh pada pasien, menunjukkan hasil bahwa alat SBAR yang diadaptasi terbukti efektif digunakan dalam mencegah resiko jatuh pada pasien dalam usaha peningkatan keselamatan pasien. Penelitian lain tentang komunikasi SBAR yang berpengaruh terhadap biaya perawatan dirumah sakit dilakukan oleh Narayan (2015) menyimpulkan bahwa metode komunikasi SBAR merupakan strategi berbasis bukti untuk meningkatkan komunikasi interprofessional dan efektif. Komunikasi SBAR adalah kerangka komunikasi yang dapat mempromosikan keselamatan pasien selain itu dapat membantu mengendalikan biaya kesehatan dan rawat inap. KESIMPULAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh timbang terima pasien dengan menggunakan metode SBAR terhadap insiden keselamatan pasien. Dan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : 1 Insiden Keselamatan Pasien sebelum dilakukan timbang terima dengan metode dokumentasi SBAR ditemukan sebanyak 8 kejadian dari 30 pasien atau 26,7 % 2 Insiden Keselamatan Pasien setelah dilakukan timbang terima pasien dengan metode dokumentasi SBAR menurun menjadi 1 kejadian atau 3,3 %, 3 Terdapat pengaruh yang signifikan mengenai dokumentasi timbang terima

pasien dengan metode SBAR terhadap Insiden Keselamatan Pasien di ruang Medikal BedahbRS. Panti Waluyo dengan nilai probalitas 0,016 (p value < 0,05 ) SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bebrapa saran : 1 Bagi Tenaga Kesehatan Penggunaan dokumentasi SBAR bertujuan sebagai komunikasi antar perawat dalam berbagai situasi pelayanan kesehatan dalam pengelolaan pasien. Perluasan penggunaan alat SBAR diluar pelayanan keperawatan akan memiliki potensi untuk meningkatkan komunikasi tim interprofessional dalam pelayanan pasien secara holistik dan memberikan kontribusi yang berharga untuk penelitian dan praktek keselamatan pasien. 2 Bagi Rumah Sakit Di masa depan, mempelajari pengalaman para petugas kesehatan dalam keperawatan menggunakan SBAR sebagai metode timbang terima pasien dengan checklist akan memberikan informasi yang berharga, khususnya dalam upaya Mutu Keselamatan Pasien Rumah Sakit, sehingga harapannya metode timbang terima pasien dengan SBAR dapat dijadikan menjadi prosedur tetap dalam proses timbang terima pasien, karena komunikasi merupakan faktor utama yang mempengaruhi keselamatan pasien, dan berbagai jenis kegagalan dalam komunikasi berkontribusi di sebagian besar insiden keselamatan pasien. Metode timbang terima pasien secara SBAR meningkatkan efektivitas transfer informasi terutama dalam timbang terima pasien.

3 Bagi Peneliti berikutnya Bagi peneliti lain diharapkan meneliti variabel lain yang belum diteliti, misalnya pengaruh dari segi SDM pelaksana timbang terima misalnya, umur, pendidikan, lama kerja, lingkungan dengan sampel yang lebih banyak atau metode penelitian yang berbeda, sehingga penelitian lain dapat menjelaskan hasil penelitian yang lebih luas dan dapat melengkapi hasil penelitian saat ini.

DAFTAR PUSTAKA Adreoli, A., Fancott, C., Velji, K et al. (2010). Using SBAR to Communicate Falls risk and manajement in Inter-profesional Rehabilitation Teams. Journal Healthcare Quarterly. Diunduh dari www.longwoods.com Ballard, K.A. (2003). Patient Safety: A Share Responsibility. Online Journal of Issues in Nursing. Volume 8 2003 No.3 Cook. R., Woods. D. Operating at the sharp end: the complexity of human error. In: Bogner M, ed. Human error in medicine. Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum Associates, Inc.; 1994. p. 255-31 Cahyono, J.B. (2008). Membangun Budaya Keselamatan Pasien Dalam Praktik Kedokteran. Yokyakarta: Penerbit Kanisius. Dharma, K.K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media Dufour, K.M. (2012). Implementations of the SBAR Checklist to Improve Patient Safety in the United States Air Force Aeromedical Evacuation. Nursing and Health Master pubications. Di unduh dari: http://corescholar.libraries.wright.edu/nursingmaster Departemen Kesehatan R.I. (2006). PANDUAN NASIONAL KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT (Patient Safety). Dewi, M. (2012). Pengaruh pelatihan Timbang terima Pasien terhadap Penerapan Keselamatan pasien oleh perawat Pelaksana Di RSUD Raden Mattaher jambi. Jurnal Health & sport.vol 5(3): 646-655 Narayan, M.C. (2013). Using SBAR Communication in Efforts to Prevent Patient Rehospitalizations. Diunduh dari www.nursingcenter.com Guise, J.M., & Lowe, N.K. (2006). Do You speak SBAR?. Journal of gynecological and neonatal nurses,35,3,313-314

Joint Commission International. (2011). Standar Akreditasi Rumah Sakit, Enam Sasaran Keselamatan Pasien. edisi 4. Raymond, M., & Harrison, M.C. (2014). The structured communication tool SBAR improves communication in neonatology. South African Medical Journal.vol 104;1-5 diunduh dari: http://dx.doi.org/10.7196/samj.8684 Renkola, H.K., & Hietala, S. (2014).Bachelor s thesis: Tool for Quality Reporting for Nursing Students. Tidak di publikasikan.tampere University of Applied Sciences