PENGARUH TERAPI PSIKORELIGI TERHADAP PENURUNAN PERILAKU KEKERASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN RESTRAIN TERHADAP PENURUNAN PERILAKU KEKERASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA

HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN STRATEGI KOPING PADA ANGGOTA KELUARGA DENGAN RIWAYAT PERILAKU KEKERASAN DI WILAYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. juga menimbulkan dampak negatif terutama dalam lingkungan sosial. Gangguan jiwa menjadi masalah serius di seluruh dunia.

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMANDIRIAN PELAKSANAAN AKTIVITAS HARIAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. emosi, pikiran, perilaku, motivasi daya tilik diri dan persepsi yang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

PENGARUH COGNITIVE BEHAVIOUR THERAPY PADA KLIEN DENGAN MASALAH KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN DAN HALUSINASI DI RSJD DR. RM SOEDJARWADI KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SHINTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

PENGARUH PENERAPAN STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN. Abstrak

PENGARUH ACCEPTANCE AND COMMITMENT THERAPY TERHADAP GEJALA DAN KEMAMPUAN KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kepekaan, ketelitian, serta ketekunan. Pada pelaksanaan PBP

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

Aristina Halawa ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Psychiatric Association,1994). Gangguan jiwa menyebabkan penderitanya tidak

PENGARUH ACCEPTANCE AND COMMITMENT THERAPY TERHADAP GEJALA DAN KEMAMPUAN KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

PENGARUH TINDAKAN GENERALIS HALUSINASI TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RS JIWA GRHASIA PEMDA DIY NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan akhir-akhir

PENGARUH MENGHARDIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT HALUSINASI DENGAR PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RSJD DR. AMINOGONDOHUTOMO SEMARANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN PADA Tn. E DI RUANG P8 WISMA ANTAREJA RSJ Prof. dr.

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya adalah masalah tentang kesehatan jiwa yang sering luput dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

EFEKTIVITAS TERAPI GERAK TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

Jurnal Keperawatan Mersi Vol. 4. No. 2. Bulan Oktober 2013

PENGARUH TERAPI MUSIK DANGDUT RITME CEPAT TERHADAP PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

NASKAH PUBLIKASI. ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr. W DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

Ibnu Sutomo 1, Ir. Rahayu Astuti, M.Kes 2, H. Edy Soesanto, S.Kp, M.Kes 3

BAB I PENDAHULUAN. yang mengarah pada kestabilan emosional (Nasir dan Muhith, 2011). mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Rakhma Nora Ika Susiana *) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa dapat dilakukan perorangan, lingkungan keluarga, lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan dalam kehidupan dapat memicu seseorang

PENGARUH TERAPI KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP KEMAMPUAN BERINTERAKSI KLIEN ISOLASI SOSIAL DI RSJD DR.AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. adanya tekanan fisik dan psikologis, baik secara internal maupun eksternal yang

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN GANGGUAN JIWA : PERILAKU KEKERASAN DI BANGSAL SEMBADRA RSJD SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA

PENGARUH ELECTRO CONFULSIVE THERAPY TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. jiwa menjadi masalah yang serius dan memprihatinkan, penyebab masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi bidang ekonomi, teknologi, politik dan budaya serta bidang-bidang lain

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi adalah tindakan pengobatan yang banyak menimbulkan kecemasan,

BAB I PENDAHULUAN. perilaku, dan sosialisasi dengan orang sekitar (World Health Organization,

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu kondisi sehat emosional, psikologis, dan sosial yang terlihat dari

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI TERHADAP KEMAMPUAN KLIEN MENGONTROL HALUSINASI DI RSKD DADI MAKASSAR

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 18 pasal 1 Tahun

PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH. Kata Kunci : harga diri rendah, pengelolaan asuhan keperawatan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. dalam segi kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi kehidupan individu

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

BAB I PENDAHULUAN. sehat, maka mental (jiwa) dan sosial juga sehat, demikian pula sebaliknya,

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan kesehatan jiwa (Prasetyo, 2006). pasien mulai mengalami skizofenia pada usia tahun.

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa ditemukan disemua lapisan masyarakat, dari mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. (Stuart, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan laki-laki, yaitu 10,67 juta orang (8,61 % dari seluruh penduduk

EFEKTIFITAS TEKNIK MEMUKUL BANTAL TERHADAP PERUBAHAN STATUS EMOSI : MARAH KLIEN SKIZOFRENIA. Retno Yuli Hastuti* ABSTRAC

B A B 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya

PENGARUH TERAPI PERILAKU TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL PERILAKU KEKERASAN PADA KLIEN RIWAYAT PERILAKU KEKERASAN DI RSJ PROF. DR.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perjalanan kehidupan manusia berada dalam rentang toleransi dan keseimbangan yang dinamis terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan disebutkan bahwa setiap

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH TINDAKAN RESTRAINT TERHADAP SKOR RUFA PADA PASIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN

BAB I PENDAHULUAN. sangat signifikan, dan setiap tahun di berbagai belahan dunia jumlah

BAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). orang lain, dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998).

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).

NASKAH PUBLIKASI GUSRINI RUBIYANTI NIM I PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manic depresif

Nur Gutanto 1, Sri Hendarsih 2, Christin Wiyani 3 INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. [CDC], 2013). Data dari Riset Kesehatan Dasar ( 2013), prevalensi. gangguan mental emosional (gejala -gejala depresi

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) (2009) memperkirakan 450 juta. orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang

BAB I PENDAHULUAN. ringan dan gangguan jiwa berat. Salah satu gangguan jiwa berat yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

Oleh; Wahyu Riniasih 1). Fatchulloh 2) 1) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners 2) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

INAYATUL BAROROH A

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).

Transkripsi:

72 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 4, Nomor 1, Mei 2015, hlm. 72 77 PENGARUH TERAPI PSIKORELIGI TERHADAP PENURUNAN PERILAKU KEKERASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA Dwi Ariani Sulistyowati, E. Prihantini Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan Abstract: Psikoreligius Therapy, Violent Behavior in Patients with Schizophrenia, Decline in Violent Behavior. Schizophrenia is a clinical syndrome or disease processes that affect, perception, emotion, behavior, and social functioning. The main problem that often occurs in patients with schizophrenia are violent behavior. Violent behavior is a condition where a person perform actions that can physically harm either to yourself, others, and the environment. In the management of violent behavior are three strategies, namely: strategy deep breath, hit the pillow, chatting with others, Spiritual and psikoreligius obat.sedangkan utilization is part of the spiritual strategy. The purpose of this study was to determine the effect Psikoreligius to decrease violent behavior in patients with schizophrenia. Research Methods. The research is a Quasi-experimental, research design using One Group Pre and Post Test Design. Sampling using non-probability sampling technique with purposive sampling. Analysis of the data used is paired t test. Keywords: psikoreligius therapy, violent behavior in patients with schizophrenia, decline in violent behavior Abstrak: Terapi Psikoreligius, Perilaku Kekerasan pada Pasien Schizofrenia, Penurunan Perilaku Kekerasan. Schizofrenia merupakan suatu syndrome klinis atau proses penyakit yang mempengaruh, persepsi, emosi, perilaku, dan fungsi sosial. Permasalahan utama yang sering terjadi pada pasien Schizofrenia adalah perilaku kekerasan. Perilaku kekerasan adalah keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik kepada diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Dalam manajemen perilaku kekerasan terdapat 3 strategi yaitu: strategi nafas dalam, pukul bantal, bercakap-cakap dengan orang lain, spiritual dan pemanfaatan obat. Sedangkan psikoreligius merupakan bagian dari strategi spiritual. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Psikoreligius terhadap penurunan perilaku kekerasan pada pasien Schizofrenia. Metode Penelitian. Jenis penelitian ini adalah Quasi eksperimen, desain penelitian menggunakan One Group Pre and Post test Design. Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik non probability sampling dengan cara purposive sampling. Analisa data yang digunakan adalah uji paired t test. Kata Kunci: terapi psikoreligius, perilaku kekerasan pada pasien schizofrenia, penurunan perilaku kekerasan Untuk mendapatkan kesehatan mental yang prima, tidaklah mungkin terjadi begitu saja. Selain menyediakan lingkungan yang baik untuk pengembangan potensi, dari individu sendiri dituntut untuk melakukan berbagai usaha menggunakan berbagai kesempatan yang ada untuk mengembangkan dirinya. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas maupun kuantitas penyakit mental-emosional manusia Hidayati (2000) dalam Nurjanah (2004). Selanjutnya kondisi ini dapat menyebabkan timbulnya gangguan jiwa dalam tingkat ringan maupun berat yang memerlukan penanganan di rumah sakit baik di rumah sakit jiwa atau di unit perawatan jiwa di rumah sakit umum, salah satunya adalah penderita schizophrenia (Nurjanah, 2004). Schizofrenia merupakan suatu sindrome klinis atau proses penyakit yang mempengaruhi kognisi, persepsi, emosi, perilaku, dan fungsi sosial, tetapi 72

Sulistyowati, Pengaruh Terapi Psikoreligi terhadap Penurunan Perilaku Kekerasan 73 schizofrenia mempengaruhi setiap individu dengan cara yang berbeda. Derajat gangguan pada fase akut atau fase psikotik dan fase kronis atau fase jangka panjang sangat bervariasi diantara individu (Videbeck, 2008). Menurut Isaac (2004), 1% populasi penduduk dunia mengalami schizofrenia dalam hidupnya, 95% penderita schizofrenia mengidap penyakit ini seumur hidup, penderita schizofrenia menempati 25% tempat tidur rawat inap rumah sakit. Kurang lebih 33% 50% tunawisma di Amerika serikat menderita Schizofrenia. Lebih dari 50% penderita schizofrenia bermasalah dengan alkohol atau obat-obatan yang mungkin berusaha mengatasi sendiri gejala-gejala stressnya. Di seluruh Asia, diperkirakan 2 10 dari setiap 1000 penduduk mengalami schizofrenia, dan 10% diantaranya perlu diobati dan dirawat intensif karena telah sampai pada taraf yang mengkhawatirkan. Prevalensi penderita schizofrenia di Indonesia adalah 0,3 1%. Apabila penduduk Indonesia sekitar 200 juta jiwa, maka diperkirakan sekitar 2 juta jiwa menderita schizofrenia. Schizofrenia adalah gangguan mental yang sangat luas dialami di Indonesia, dimana sekitar 99% Rumah Sakit Jiwa di Indonesia adalah penderita schizofrenia (Sosrosumihardjo, 2007). Permasalahan utama yang sering terjadi pada pasien Schizofrenia adalah perilaku kekerasan. Hal ini sesuai dengan diagnosa keperawatan NANDA yang biasa ditegakkan berdasarkan pengkajian gejala psikotik atau tanda positif. Kondisi ini harus segera ditangani karena perilaku kekerasan yang terjadi akan membahayakan diri pasien, orang lain, dan lingkungan. Hal ini yang menjadi alasan utama pasien Schizofrenia dibawa ke rumah sakit. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan di mana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif (Stuart dan Sundeen, 2006). Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrim dari rasa marah atau ketakutan yang mal adaptif (panik). Perilaku agresif dan perilaku kekerasan itu sendiri sering dipandang sebagai suatu dimana agresif verbal di suatu sisi dan perilaku kekerasan (violence) di sisi yang lain. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan di mana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain, sering disebut juga gaduh gelisah atau amuk dimana seseorang marah berespon terhadap suatu stressor dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol (Stuart dan Laraia, 2005), sedangkan kemarahan adalah perasaan jengkel yang muncul sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman (Keliat, 1996). Penelitian psikiatrik membuktikan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara komitmen agama dan kesehatan. Orang yang sangat religius dan taat menjalankan ajaran agamanya relatif lebih sehat dan atau mampu mengatasi penderitaan penyakitnya sehingga proses penyembuhan penyakit lebih cepat (Zainul Z, 2007). Saat ini perkembangan terapi di dunia kesehatan sudah berkembang ke arah pendekatan keagamaan (psikoreligius). Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan ternyata tingkat keimanan seseorang erat hubungannya dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan stresor psikososial. Pada tahun 1946, WHO mendefinisikan kesehatan sebagai keadaan lengkap dari kesejahteraan fisik, mental, sosial dan bukan semata-mata katiadaan penyakit atau kesakitan. Definisi kesehatan ini merupakan pemicu dan pemacu penelitian dan praktik di bidang psikoreligi kesehatan. Psikoreligi kesehatan mulai berkembang pesat sejak saat itu, jika dikaitkan dengan faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi kesehatan seseorang yang bertujuan untuk memperoleh kesehatan dalam arti yang sesuai dengan pengertian WHO di atas (Hasan, 2008). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 4 Februari 2014, dengan melihat catatan medik Rumah Sakit Jiwa daerah Surakarta, jumlah pasien rawat inap adalah sebanyak 116 pasien, dari jumlah tersebut 90 pasien (77,5%) dirawat dengan diagnosa Schizofrenia. Dari 90 pasien schizofrenia yang masuk rawat inap dengan riwayat perilaku kekerasan adalah sebanyak 98,8% atau 89 pasien (sumber: Instalasi Rekam Medis RSJD Surakart, 2011). Rumah Sakit Jiwa daerah Surakarta belum mempunyai Standar Asuhan Keperawatan (SAP) tentang terai psikoreligius, tetapi terapi ini sudah dilaksanakan, hanya pelaksanaannya belum optimal. Dengan demikian dampak dari psikoreligi terhadap penurunan perilaku kekerasan belum terlihat secara nyata. Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk meneliti tentang Pengaruh penggunaan psikoreligius terhadap penurunan perilaku kekerasan

74 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 4, Nomor 1, Mei 2015, hlm. 72 77 pada pasien Skizofrenia di UGD dan ruang rawat Intensif. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah Quasi eksperimen dengan design penelitian menggunakan Pre and Post test Control Group Design. Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik non probability sampling dengan cara purposive sampling untuk mencari pengaruh pemberian psikoreligi terhadap penurunan perilaku kekerasan pada pasien skizofrenia. Analisa dengan uji t test untuk membedakan nilai pretest - postest antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. HASIL PENELITIAN Responden penelitian ini adalah pasien Skizofrennia yang dirawat tahun 2014. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 40 responden, dengan pembagian 20 responden menjadi kelompok perlakuan, dimana pada responden diberikan terapi psikoreligi, sedangkan 20 responden menjadi kelompok kontrol yang tidak diberikan terapi psikoreligi. Kondisi awal rerata respon perilaku adalah 3,95. Rerata nilai respon verbal adalah 3,35. Rerata nilai respon emosi adalah 4,15 dan rerata nilai respon fisik adalah 2,42. Dari hasil analisis statistik untuk pretest, dapat diketahui bahwa respon perilaku, respon verbal, respon emosi, dan respon fisik antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna ( p > 0,05 ), sehingga dapat dikatakan bahwa antara kedua kelompok homogen. Seperti dalam tabel berikut ini 1: Tabel 1.Rerata Nilai Respon Responden menurut Perlakuan dan Kontrol pada Pasien Skizofrennia Rerata Nilai Nilai p Perlakuan Kontrol Respon perilaku 3,925 3,95 3,9 0,901 Respon verbal 3,35 3,4 3,3 0,714 Respon eemosi 4,15 4,3 4 0,138 Respon fisik 2,425 2,45 2,4 0,711 Hasil uji t test nilai rerata respon perilaku antara pretest dan post test dalam kelompok perlakuan dan kelompok kontrol menunjukkan ada yang bermakna (p < 0,05). Keadan ini menunjukan bahwa ada perbedaan respon perilaku setelah dilakukan intervensi antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol berarti pemberian psikoreligi berpengaruh terhadap penurunan respon perilaku. Seperti yang disajikan dalam tabel 2 berikut ini: Tabel 2. Perbandingan Rerata Nilai Respon Perilaku pada Pretest dan Posttest dalam Perlakuan dan Kontrol pada Pasien Skizofrennia Perlakuan Kontrol Nilai p Pretest 3,95 3,9 0,901 Posttest 0,15 2,55 0,000 Sedangkan penurunan respon perilaku antara Seperti yang terlihat pada tabel 3 berikut ini: Tabel 3. Perbandingan Penurunan Respon Perilaku Pretest dan Postest Perlakuan dan Kontrol pada Pasien Skizofrennia Rerata Nilai Respon Perilaku Nilai p Perlakuan 3,95 0,15 0,000 Kontrol 3,90 2,55 0,01 Hasil uji t test nilai rerata respon verbal antara pretest dan post test dalam kelompok perlakuan dan kelompok kontrol menunjukan ada perbedaan yang bermakna (p < 0,05). Keadan ini menunjukan bahwa ada perbedaan respon verbal setelah dilakukan intervensi antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol. Seperti yang disajikan dalam tabel 4 berikut ini: Tabel 4. Perbandingan Rerata Nilai Respon Perilaku pada Pretest dan Posttest dalam Perlakuan dan Control pada Pasien Skizofrennia Nilai Perlakuan Kontrol p Pretest 3,4 3,3 0,714 Post test 0,9 2,25 0,001 Sedangkan penurunan respon perilaku antara Seperti yang terlihat pada tabel 5 berikut ini:

Sulistyowati, Pengaruh Terapi Psikoreligi terhadap Penurunan Perilaku Kekerasan 75 Tabel 5. Perbandingan Penurunan Respon Verbal Pretest dan Posttest Perlakuan dan Kontrol pada Pasien Skizofrennia Rerata Nilai Respon Perilaku Nilai p Perlakuan 3,4 0,9 0,000 Kontrol 3,3 2,25 0,037 Hasil uji t test nilai rerata respon emosi antara pretest dan post test dalam kelompok perlakuan dan kelompok kontrol menunjukan ada perbedaan yang bermakna (p<0,05). Keadan ini menunjukan bahwa ada perbedaan respon emosi setelah dilakukan intervensi antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol. Seperti yang disajikan dalam tabel 6 berikut ini: Tabel 6. Perbandingan Rerata Nilai Respon Emosi pada Pretest dan Postest dalam Perlakuan dan Kontrol pada Pasien Skizofrennia Nilai Perlakuan Kontrol p Pretest 4,3 4 0,138 Posttest 0,9 3,15 0,000 Sedangkan penurunan respon emosi antara Seperti yang terlihat pada tabel 7 berikut ini: Tabel 7. Perbandingan Penurunan Respon Emosi Pretest dan Posttest Perlakuan dan Kontrol pada Pasien Skizofrennia Rerata Nilai Respon Perilaku Nilai p Perlakuan 3,4 0,9 0,000 Kontrol 3,3 2,25 0,057 Hasil uji t test nilai rerata respon fiik antara pretest dan post test dalam kelompok perlakuan dan kelompok kontrol menunjukan ada perbedaan yang bermakna (p<0,05). Keadan ini menunjukan bahwa ada perbedaan respon fisik setelah dilakukan intervensi antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol. Seperti yang disajikan dalam table 8 berikut ini: Tabel 8. Perbandingan Rerata Nilai Respon Fisik pada Pretest dan Posttest dalam Perlakuan dan Kontrol pada Pasien Skizofrennia Kelompo k Perlakuan Kontrol Nilai p Pretest 2,45 2,4 0,7 11 Posttest 0,15 1,2 0,0 00 Sedangkan penurunan respon emosi antara Seperti yang terlihat pada tabel 9 berikut ini: Tabel 9. Perbandingan Penurunan Respon Fisik Pretest dan Posttest Perlakuan dan Kontrol pada Pasien Skizofrennia Rerata Nilai Respon Nilai Perilaku p Perlakuan 3,4 0,9 0,000 Kontrol 3,3 2,25 0,003 PEMBAHASAN Schizofrenia merupakan suatu sindrome klinis atau proses penyakit yang mempengaruhi kognisi, persepsi, emosi, perilaku, dan fungsi sosial, tetapi schizofrenia mempengaruhi setiap individu dengan cara yang berbeda. Derajat gangguan pada fase akut atau fase psikotik dan fase kronis atau fase jangka panjang sangat bervariasi diantara individu (Videbeck, 2008). Masalah keperawatan yang sering muncul pada penderita schizofrenia adalah perilaku kekerasan. Menurut Stuart dan Laraia (2005) ada 3 strategi dalam manajemen perilaku kekerasan, yaitu strategi pencegahan, antisipasi, dan pengekangan. Terapi Psikoreligi merupakan bagian dari latihan assertive, sehingga terapi Psikoreligi masuk dalam strategi pencegahan. (Marlindawani, 2009). Sebagai mahkluk ciptaan Tuhan kita diwajibkan untuk berbakti kepadanya, tapi terkadang kita tidak menjalankan secara maksimal atau khusuk karena lemahnya keimanan, keterbatasan waktu dan situasi yang tidak mendukung. Dengan terapi Psikoreligi jika dilaksanakan secara lebih maksimal atau khusuk akan menjadi tindakan yang efektif menurunkan perilaku kekerasan pada pasien skhizofrenia di Rumah Sakit Jiwa (RSJ).

76 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 4, Nomor 1, Mei 2015, hlm. 72 77 Penelitian tentang pengaruh psikoreligi terhadap penurunan perilaku kekerasan 2014. Hasil penelitian dan interprestasinya adalah sebagai berikut: Pengaruh Psikoreligi terhadap Penurunan Perilaku Kekerasan Respon perilaku kekerasan yang dilakukan observasi meliputi respon perilaku, respon fisik, respon emosi dan respon verbal. Menurut tabel 4. 9 bahwa terapi psikoreligi berpengaruh menurunkan perilaku kekerasan pada pasien Skizofrenia di RSJD Surakarta. Penurunan ini meliputi penurunan pada respon fisik. Didalam ajaran agama manapun bahwa sesorang yang akan melakukan Doa, Dzikir dan mengikuti ceramah agama disunahkan untuk mensucikan diri, khusus dalam ajaran islam (berwudhlu). Menurut H.R Buchori Muslim bahwa air wudhlu dapat merangsang syaraf yang ada pada tubuh kita. Dengan demikian aliran darah yang ada pada tubuh kita menjadi lancar, sehingga tubuh kita akan menjadi rilek dan akan menurunkan ketegangan. Dimana kalau kondisi tegang tidak segera dinetralisir akan berdampak kemarahan. Kemarahan merupakan salah satu tanda dari perilaku kekerasan. Hal ini juga didukung oleh pendapat Ilham 2008, bahwa terapi psikoreligi yang meliputi doa-doa, dzikir, ceramah keagamaan, dan lain-lain dapat meningkatkan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan stressor psikososial guna peningkatan integrasi kesehatan jiwa. Dari sudut ilmu kedokteran jiwa atau keperawatan jiwa atau kesehatan jiwa, doa dan dzikir (psikoreligius terapi) merupakan terapi psikiatrik setingkat lebih tinggi daripada psikoterapi biasa (Ilham, 2008) Dengan demikian orang yang mengikuti terapi psikoreligi akan membatasi geraknya karena dia berfokus pada kegiatanya sehingga dapat mengurangi agresif fisik klien (Videbecck, 2008). Respon fisik akan mempengaruhi respon emosi (Boyd & Nihart, 1998). Respon fisik merupakan respon yang mengikuti perubahan kognitif pada klien perilaku kekerasan (Boyd & Nihart, 1998). Berdasarkan model adaptasi Stuart menjelaskan bahwa penilaian seseorang terhadap stressor memberikan makna dan dampak dari suartu situasi yang menekan dan ditunjukkan dengan respon kognitif, afektif, respon fisik, respon perilaku dan social (Stuart & laraia, 2005). Pendekatan keagamaan dalam praktek kedokteran dan keperawatan dalam dunia kesehatan, bukan untuk tujuan mengubah keimanan seseorang terhadap agama yang sudah diyakininya, melainkan untuk membangkitkan kekuatan spiritual dalam menghadapi penyakit merupakan terapi psikoreligius (Yosep, 2009). Dengan terapi psikoreligi akan melakukan kontrol terhadap emosi yang mempengaruhi proses fikir serta ketegangan otot (Stuart& Laraia, 2005) Hal ini dibuktikan oleh hasil penelitian, bahwa setelah diberi terapi psikoreligi ada perubahan signifikan dibandingkan pasien yang tidak diberi terapi psikoreligi, hal ini bisa dilihat pada table 3, 5, 7 dan 9 di atas. Dengan demikian terapi Psikoreligi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penurunan perilaku kekerasan pada pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Surakarta (Videbecck, 2008). KESIMPULAN DAN SARAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa Terapi Psikoreligius berpengaruh terhadap penurunan perilaku kekerasan pada pasien Skizofrenia di RSJD Surakarta, Ada perbedaan penurunan perilaku kekerasan pada respon perilaku pada pasien yang diberi terapi psikoreligius dan yang tidak diberi terapi psikoreligius, Ada perbedaan penurunan perilaku kekerasan pada respon verbal pada pasien yang diberi terapi psikoreligi dan yang tidak diberi terapi psikoreligius, Ada perbedaan penurunan perilaku kekerasan pada respon emosi pada pasien yang diberi terapi psikoreligius dan yang tidak diberi terapi psikoreligius, Ada perbedaan penurunan perilaku kekerasan pada respon fisik pada pasien yang diberi terapi psikoreligius dan yang tidak diberi terapi psikoreligius. Saran hasil penelitian adalah hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bidang perawatan agar lebih efektif membimbing/melakukan terapi psikoreligius dalam merawat pasien schizofrenia dengan perilaku kekerasan. DAFTAR RUJUKAN Isaac, A. 2006. Panduan Belajar: Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik, E/3. Alih bahasa: Dean Praty Rahayuningsih, Editor edisi Bahasa indonesia : Sari Kurnianingsih, S.Kp, Copy Editor: Lia astika Sari. Jakarta: EGC. Keliat, B.A., dan Akemat. 1996. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC. Marlindawani, J. 2009. Penggunaan Restrain pada Pasien Amuk/Perilaku Kekerasan Ditinjau dari Sudut Pandang Etik. http://www.library. upnvj. ac.id/pdf/2s1keperawatan, diunduh tanggal 26 Juni 2012.

Sulistyowati, Pengaruh Terapi Psikoreligi terhadap Penurunan Perilaku Kekerasan 77 NANDA. 2010. Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. Editor: T. Heather Herdman; alih bahasa: Made Sumarwati, Dwi widiarti, Estu Tiar; editor Bahasa Indonesia: Monica Ester. Jakarta: EGC. Nursalam. 2009. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan, edisi 2. Jakarta: Salemba Medika. Stuart, G.W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Alih bahasa: Achir Yani S. Hamid; editor dalam Bahasa Indonesia: Yasmin Asih, edisi3. Jakarta: EGC. Stuart and Laraia. 2005. Principles and practice of Psichiatric Nursing. (5th Ed). Medical University of South Carolina. Stuart and Sundeen. 2006. Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC. Videbeck, S.L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Alih bahasa: Renata Komalasari, Afrina Hany; editor edisi Bahasa indonesia, Pamilih Eko Karyuni. Jakarta: EGC.