INAYATUL BAROROH A
|
|
- Harjanti Oesman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN RISIKO PERILAKU KEKERASAN DENGAN PEMBERIAN TERAPI MENGONTROL PERILAKU KEKERASAN SECARA PSIKORELIGIUS: ZIKIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GOMBONG II INAYATUL BAROROH A SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN 2017
2 ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN RISIKO PERILAKU KEKERASAN DENGAN PEMBERIAN TERAPI MENGONTROL PERILAKU KEKERASAN SECARA PSIKORELIGIUS: ZIKIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GOMBONG II Karya Tulis Ilmiah ini Disusun Sebagai Salah Satu Prasyarat Untuk Menyelesaikan Tugas Diploma III Keperawatan INAYATUL BAROROH A SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN 2017 i
3
4
5
6 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya sehingga Karya Tulis Ilmiah yang berjudul ASUHAN KEPERAWATAN PADA RISIKO PERILAKU KEKERASAN DENGAN PEMBERIAN TERAPI MENGONTROL PERILAKU KEKERASAN SECARA PSIKORELIGIUS: ZIKIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GOMBONG II. Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai persyaratan untuk memenuhi tugas akhir Program Studi D III Keperawatan. Tentu suksesnya hasil laporan ini berkat bimbingan dari baerbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat: 1. ALLAH SWT, yang telah memberikan Karunia-NYA sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 2. Ibu Herniatun, M.Kep.Sp.Mat selaku Ketua STIKES Muhammadiyah Gombong yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah. 3. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan dan semangat dalam proses pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini, yang selalu mendoakan putrinya untuk menyelesaikan tugas pendidikan ini dan selalu memberikan kasih sayang yang hangat. 4. Ibu Nurlaila, S.Kep.Ns.M.Kep selaku Kepala Prodi DIII Keperawatan STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG yang telah memberi kesempatan untuk dapat menimba ilmu di Stikes Muhammadiyah Gombong. 5. Bapak H. Sarwono, M. Kes selaku penguji yang telah memberikan bimbingan dan arahan serta dukungan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini. 6. Ibu Ike Mardiati Agustin, M.Kep.Sp.Kep.J selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan dan inspirasi dalam membimbing serta memfasilitasi demi sempurnanya Karya Tulis Ilmiah ini. vii
7 7. Semua Dosen Program Studi D III Keperawatan Stikes Muhammadiyah Gombong yang telah membimbing dan memberikan ilmu yang bermanfaat dengan sabar, selalu memberikan semangat. 8. Teman-teman seperjuangan DIII Keperawatan yang tidak bisa disebutkan satu persatu, serta para sahabatku Nani Nur hidayah, Habibah, Ari, Desi, Rizki, Warsito, Wartono, Andrianto, yang telah memberikan dukungan moril, doa dan isnpirasi untuk membuat Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak baik institusi dan untuk perkembangan ilmu keperawatan, Amin. Gombong, 21 Agustus 2017 Inayatul Baroroh viii
8 Program Studi D III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong KTI, Agustus 2017 Inayatul Baroroh 1, Ike Mardiati Agustin 2, ABSTRAK ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN RISIKO PERILAKU KEKERASAN DENGAN PEMBERIAN TERAPI MENGONTROL PERILAKU KEKERASAN SECARA PSIKORELIGIUS: ZIKIR DI WILAYAH KERJA PKM GOMBONG II Latar Belakang: Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik pada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Salah satu tindakan mengontrol yang digunakan yaitu terapi psikoreligius: zikir. Zikir merupakan suatu upaya untuk mengingat Allah yang bertujuan membuat hati tenang. Tujuan Penulisan: Memberikan gambaran asuhan keperawatan pada pasien risiko perilaku kekerasan dengan pemberian teknik psikoreligius: zikir. Metode: Deskriptif analitik dengan pendekatan studi kasus (case study approach). Terhadap 2 pasien yang mengalami perilaku kekerasan Hasil: Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 4 hari, didapatkan penurunan tanda gejala perilaku kekerasan, yaitu tanda gejala kognitif sebesar 3 (Pasien I), 5 (Pasien II), afektif sebesar 1 (Pasien I), 3 (Pasien II), fisiologis sebesar 1 (Pasien I), 2 (Pasien II), perilaku sebesar 1 (Pasien I), 2 (Pasien II), sosial sebesar 2 (Pasien I), 1 (Pasien II). Peningkatan kemampuan Pasien I sebesar 80% dan Pasien II sebesar 75%. Rekomendasi: Zikir sebagai terapi psikoreligius dapat digunakan untuk klien dengan resiko perilaku kekerasan dan dapat diterapkan baik di rumahsakit maupun di masyarakat. Kata kunci: Perilaku kekerasan, terapi psioreligius, asuhan keperawatan 1. Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong 2. Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong ix
9 DIII Program of Nursing Department Muhammadiyah Health Science Institute of Gombong Scientific Paper, August 2017 Inayatul Baroroh 1, Ike Mardiati Agustin 2, ABSTRACT THE NURSING CARE FOR PATIENTS WITH VIOLENT BEHAVIOUR RISK BY APPLYING PSYCHORELIGIOUS VIOLENT BEHAVIOUR CONTROL THERAPY: ZIKIR IN THE WORKING AREA OF COMMUNITY HEALTH CENTRE II OF GOMBONG Background: Violent behavior is a state in which someone perfoms an act that can physically harm himself, other persons or the environment. One of the ways how to control this behaviour is psychoreligious therapy (Zikir). It is an effort to get closer to God to calm down the heart. Objective: Describing nursing care for patients having violet behavior risk by applying psychoreligius therapy (Zikir). Method: This study is an analytical descriptive with a case study approach. The subjects were 2 patients having violent behaviour risk. Result: After having psychoreligious therapy for four days, there were decreases in signs and symptoms of cogitive 3(patient I) and 5 (patient II), affective 1 (patient I) and 3 (patient II), physiological 1 (patient I) and 2 (patient II), behavior 1(patient I) and 2 (patient II), social 2 (patient I) and 1 (patient II). The increase in capability was 80% (patient I), and 75% (patient II). Recomendation: Zikir as a psychoreligious therapy can be applied for a patient having violent behaviour risk and can also be applied either in hospital or in the comunity. Keywords: Violent behavior risk, psychoreligious therapy, nursing care 1. Student of Muhammadiyah Health Science Institute of Gombong 2. Lecturer of Muhammadiyah Health Science Institute of Gombong x
10 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN ORISINILITAS... ii HALAMAN PERSETUJUAN... iii LEMBAR PENGESAHAN... iv DAFTAR ISI v KATA PENGANTAR... viii ABSTRAK... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 4 C. Tujuan Studi Kasus... 4 D. Manfaat Studi Kasus... 5 BAB II TINJAUAN KASUS... 6 A. Konsep Dasar Risiko Perilaku Kekerasan Definisi Perilaku Kekerasan Penyebab Perilaku Kekerasan Rentang Respon Proses Terjadinya Masalah Manifestasi Akibat Mekanisme Koping Penatalaksanaan Pohon Masalah B. Terapi Psikoreligius Pengertian Psikoreligius Jenis Terapi Psikoreligius Etika Studi Zikir Hikmah Zikir... 18
11 C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pengertian Pengkajian Fokus Diagnosa Keperawatan Fokus Intervensi Keperawatan Implementasi Keperawatan Evaluasi BAB III METODE STUDI KASUS A. Jenis/Desain/Rancangan Studi Kasus Karya Tulis Ilmiah B. Subjek Studi Kasus C. Fokus Studi Kasus D. Definisi Operasional E. Instrument Studi Kasus F. Metode Pengumpulan Data G. Lokasi dan Waktu Studi Kasus H. Analisis Data dan Penyajian Data I. Etika Studi Kasus BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN A. Hasil Studi Kasus B. Pembahasan C. Keterbatasan Studi Kasus BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN B. SARAN LAMPIRAN...
12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan jiwa adalah kondisi sehat emosional, psikologis dan sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang efektif, konsep diri yang positif dan kesehatan emosional (videbeck, 2008). Menurut WHO (2009) memperkirakan 450 juta orang diseluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar (10%) orang dewasa mengalami gangguan jiwa saat ini dan (25%) penduduk diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu selama hidupnya. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar pada tahun (2007) di Indonesia, menunjukan bahwa prevalensi gangguan jiwa secara nasional mencapai (5,6%) dari jumlah penduduk, dengan kata lain menunjukan bahwa pada setiap 1000 orang terdapat empat sampai lima orang menderita gangguan jiwa. Berdasarkan dari data tersebut bahwa data pertahun di Indonesia yang mengalami gangguan jiwa selalu meningkat. Prevalensi gangguan jiwa tertinggi di Indonesia terdapat di Povinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta (24,3%), diikuti Nangroe Aceh Darussalam (18,5%), Sumatera Barat (17,7%), Sumatera Selatan (9,2%) dan Jawa Tengah (6,85) (Hidayanti,2011). Jumlah gangguan jiwa tahun 2013 di propinsi Jawa Tengah sebanyak , sebagian besar kunjungan gangguan jiwa adalah di rumah sakit (67,29%), sedangkan (32,71%) lainya di puskesmas dan sarana kesehatan lain (Dinkes jateng, 2013). Prevalensi penderita schizophrenia di Indonesia adalah (0,3-1%). Masalah utama dari ganguan jiwa adalah schizofrenia. Schizofrenia merupakan sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai area fungsi individu, termasuk berfikir dan berkomunikasi, menerima, mengiterpretasikan realitas, merasakan, menunjukkan emosi, dan berperilaku dengan sikap yang tidak dapat diterima secara sosial. Masalah utama yang sering terjadi pada pasien shizofrenia adalah perilaku kekerasan. Hal ini sesuai dengan diagnosa NANDA yang biasa ditegakkan berdasarkan pengkajian 1
13 2 gejala psikotik atau tanda positif. Kondisi ini harus segera ditangani karena perilaku kekerasan yang terjadi akan membahayakan diri pasien, orang lain dan lingkungan. Hal ini yang menjadi alasan utama pasien schizofrenia dibawa kerumah sakit. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain (Yosep, 2007). Perilaku kekerasan sering disebut gaduh gelisah atau amuk dimana seseorang marah berespon terhadap stressor dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol (Yosep, 2007). Menurut Kusumawati dan Hartono (2010) kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ektrem dari marah atau ketakutan atau panik. Perilaku agresif dan perilaku kekerasan sering dipandang sebagai rentang dimana agresif verbal di suatu sisi dan perilaku kekerasan (violence) di sisi yang lain. Suatu keadaan yang menimbulkan emosi, perasaan frustasi, benci atau marah. Hal ini akan mempengaruhi perilaku seseorang. Berdasarkan keadaan emosi secara mendalam tersebut terkadang perilaku menjadi agresif atau melukai karena penggunaan koping yang kurang bagus. Menurut Prabowo (2014) akibat pasien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan risiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Risiko mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan akibat dari risiko perilaku kekerasan. pa Standar Operasional Prosedur (SOP) (Depkes RI, 2006). Salah satu jenis SOP nya adalah SOP tentang Strategi Pelaksanaan (SP) tindakan keperawatan pada pasien. SP ini merupakan standar model pendekatan asuhan keperawatan klien gangguan jiwa, salah satunya pasien dengan masalah utama resiko perilaku kekerasan (Yosep, 2007). Ada empat cara mengontrol perilaku kekerasan yaitu: latihan fisik 1 tarik nafas dalam dan latihan fisik 2 (pukul bantal dan kasur), minum obat secara teratur, berbicara secara baik dan melakukan teknik spiritual/psikoreligius. Penelitian Psikiatrik membuktikan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara komitmen agama dan kesehatan. Orang yang sangat religius dan taat menjalankan ajaran agamanya relatif lebih sehat atau mampu mengatasi penyakitnya sehingga proses penyembuhan penyakit lebih cepat (zainul z,
14 3 2007). Saat ini perkembangan terapi dunia kesehatan sudah berkembangan kearah keagamaan (psikoreligius). Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan ternyata tingkat keimanan seseorang erat hubunganya dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan stressor psikososial. Dalam hal ini penulis tertarik mengaplikasikan terapi mengontrol Perilaku Kekerasan secara psikoreligius zikir. Terapi psikoreligius adalah terapi yang biasanya dilakukan melalui pendekatan keagamaan yang dianut oleh klien dan cenderung untuk menyentuh sisi spiritual manusia (Fanada, 2012). Dalam ajaran agama terapi psikoreligius antara lain doa dan zikir dapat meningkatkan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan stressor psikososial untuk peningkatan integritas kesehatan jiwa. Dalam sudut ilmu kedokteran jiwa atau keperawatan jiwa atau kesehatan jiwa, doa dan zikir (psikoreligius terapi) merupakan terapi psikiatrik setingkat lebih tinggi daripada psikoterapi biasa (Ilham, 2008). Pendekatan terapi psikoreligius yang antara lain zikir apabila dilafalkan secara baik dan benar dapat membuat hati menjadi tenang dan rileks. Dengan demikian orang yang mengikuti terapi psikoreligus akan membatasi geraknya karena dia berfokus pada kegiatannya sehingga dapat mengurangi agresif fisik klien. Terapi psikoreligius pada kasus gangguan jiwa ternyata membawa manfaat, angka rawat inap pada klien gangguan jiwa skizofrenia yang mengikuti kegiatan keagamaan lebih rendah bila dibandingkan dengan mereka yang tidak mengikutinya (videbeck, 2008). Berdasarkan literatur diatas bahwa mengontrol perilaku kekerasan menggunakan terapi psikoreligus: zikir memiliki manfaat untuk menurunkan resiko perilaku kekerasan ketika dilakukan dengan khusyuk dan benar, hal ini dibuktikan oleh beberapa penelitian seperti penelitian Dwi Ariani Sulistyowati tahun 2015 bahwa terapi psikoreligius berpengaruh terhadap penurunan perilaku kekerasan pada pasien schizofrenia RSJD Surakarta, ada perbedaan penurunan perilaku kekerasan pada respon perilaku, respon verbal, respon emosi dan respon fisik setelah mereka diberikan tindakan psikoreligius seperti
15 4 doa, zikir, mengikuti pengajian dan berwudlu. Berdasarkan penelitian diatas penulis tertarik untuk lebih mengetahui lebih lanjut bagaimana pengaplikasian teknik psikoreligius khusunya zikir pada klien risiko perilaku kekerasan dalam sebuah karya tulis ilmiah yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Pasien Risiko Perilaku Kekerasan dengan Pemberian Terapi Mengontrol Perilaku Kekerasan Secara Psikoreligius: Zikir. B. Rumusan Masalah Bagaimana gambaran tentang asuhan keperawatan pada pasien risiko perilaku kekerasan dengan pemberian terapi mengontrol perilaku kekerasan secara psikoreligius: zikir?. C. Tujuan Studi Kasus 1. Tujuan Umum Menggambarkan asuhan keperawatan pada pasien risiko perilaku kekerasan dengan pemberian terapi mengontrol secara psikoreligius: zikir. 2. Tujuan Khusus: a. Memberikan gambaran pengkajian pada pasien dengan masalah utama risiko perilaku kekerasan. b. Memberikan gambaran diagnosa keperawatan pada pasien dengan masalah utama risiko perilaku kekerasan. c. Meberikan gambaran rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah risiko perilaku kekerasan. d. Memberikan gambaran implementasi keperawatan pada pasien dengan masalah risiko perilaku kekerasan. e. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan dengan masalah risiko perilaku kekerasan.
16 5 D. Manfaat Studi Kasus Karya tulis ini diharapkan memberikan manfaat bagi : 1. Masyarakat sebagai pengelola pasien dengan risiko perilaku kekerasan dalam meningkatkan pengetahuan terapi mengontrol menggunakan teknik psikoreligius: zikir. 2. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi keperawatan menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan dalam mengontrol risiko perilaku kekerasan menggunakan terapi psikoreligius: zikir. 3. Bagi Penulis memperoleh gambaran dalam mengaplikasikan hasil riset keperawatan, khususnya tentang pemberian terapi mengontrol perilaku kekerasan secara psikoreligius: zikir pada pasien risiko perilaku kekerasan.
17 DAFTAR PUSTAKA Akbar. (2008). Keperawatan Kesehatan Jiwa Pada Pasien Skizofrenia. Jakarta: EGC. Eko Prabowo. (2014). Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika. Fanada, Mery Perawat Dalam Penerapan Therapi Psikoreligius. Palembang. Acces 03 April Hidayanti, Eni. (2011). Pengaruh Terapi Kelompok Suportif Terhadap Kemampuan Mengatasi Perilaku Kekerasan Pada Klien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Dr. Amino Gondohutomo. referensi. Acces Ilham. (2008). Terapi Psikoreligius Terhadap Perilaku Kekerasan. Jakarta: Salemba Medika. Kemenkes RI Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kemenkes RI. Kusumawati & Hartono Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika. Mukripah Damaiyanti Asuhan Keperawatan Jiwa. Samarinda: Refka Aditama. NANDA. (2010). Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC Nuraenah Hubungan Dukungan Keluarga dan Beban Keluarga dalam Merawat Anggota dengan Riwayat Perilaku Kekerasan di Rs Jiwa Islam. Jakarta: Klender. Notoatmojo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Prabowo, Eko. (2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
18 Riskesdas. (2007). Riset Kesehatan Dasar Riskesdas Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Tahun Sari, K. (2015). Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa. Jakarta: Trans Info Medika. Struart, G.W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta: EGC Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Studi Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sulistyowati, Ariyani. (2015). Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan Pengaruh Terapi Psikoreligius Terhadap Penurunan Perilaku Kekerasan Volume 4, hlm Videbeck, Sheila L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC. Yosep. (2007). Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Jiwa Perilaku Kekerasan. Bandung: PT Refika Aditama. Yosep. (2010). Laporan Pendahuluan Gangguan Jiwa Perilaku Kekerasan. Bandung: PT Refika Aditama. Yosep dan cloninger. (2007). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Gangguan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika. Yurisalidi. (2010). Terapi psikoreligius sebagai obat kesehatan jiwa. Jakarta: Nuha medika. Yustimun. (2007). Keperawatan Jiwa Skizofrenia. Jakarta: EGC. Zumaro. (2010). Terapi psikoreligius pdf. Jakarta: Salemba Medika.
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45 Strategi Pelaksanaan (SP) Tindakan Keperawatan Klien dengan Halusinasi (Pasien) menurut Yosep 2007: A. SP I (Pasien): Mengenal perilaku kekerasan, penyebab, tanda gejala, dan cara kontrol perilaku kekerasan dengan latihan fisik 1 ( tarik nafas dalam) dan latihan fisik 2 ( pukul bantal kasur). Fase Orientasi: Salam Selamat pagi, Pak. Perkenalkan, Saya Mahasiswa STIkes Muhammadiyah Gombong, nama Saya I, senang dipanggil mba I. Nama bapak siapa? senang dipanggil apa? Evaluasi Apa yang bapak rasakan saat ini? Validasi Apa yang bapak lakukan? Kontrak (topik, tempat, waktu), tujuan Nah, bagaimana kalau kita mengobrol di teras depan selama 30 menit tentang apa yang terjadi di rumah sehingga bapak dibawa ke sini sehingga kita nanti dapat menemukan tindakan keperawatan yang tepat untuk membantu bapak? Fase kerja: Coba bapak ceritakan apa yang terjadi di rumah sehingga bapak di bawa ke sini? bapak merasa kesal? Apa yang bapak lakukan? Apa sebelumnya bapak pernah marah? Apa penyebabnya? Baiklah jadiada (misalnya 3) penyebab bapak marah. Sekarang Saya akan memperagakan caranya. Bayangkan suara-suara itu terdengar, kemudian Saya lakukan seperti ini (peragakan cara menghardik). Nah sekarang coba bapak lakukan kembali seperti yang telah Saya ajarkan tadi. Bapak, pak coba ulangi sekali lagi betul pak. Baik lah sekarang kita akan melakukan teknik untuk mengontrol marah dengan cara latihan nafas dalam dan pukul bantal atau kasur ya pak. Untuk tarik nafas dalam bapak bisa
46 melakukan dengan membaca istigfar di dalam hati. Sekarang saya akan memperagakanya pak. Bapak konsentrasi terlebih dahulu kemudian dalam hitungan ketiga bapak tarik nafas dalam, pelan-pelan tahan sambil menghembuskan nafas bapak membaca istigfar di dalam hati ya pak. Untuk cara kontrol yang kedua yaitu dengan pukul bantal atau kasur ya pak, bapak bisa memfokuskan perhatian pada kasur dan kemudia memukulnya. Nah coba sekarang praktekkan. Bagus bapak bisa melakukan cara kontrol yang sudah saya ajarkan tadi.. Fase Terminasi: Evaluasi Subjektif Bagaimana perasaan bapak setelah tadi latihan cara mengontrol perilaku kekerasan? Evalusi Objektif Apa yang telah bapak pelajari tadi? Rencana Tindak Lanjut Berapa kali bapak mau mengontrol marah? bagaimana kalau tiga kali sehari? bagaimana kalau jam 08.00, 12.00, dan WIB dan ketika marah itu datang. Kontrak yang akan Datang Bagaimana kalau besok kita ketemu lagi di sini jam pagi untuk berbincang-bincang cara kedua mengontrol marah? sampai ketemu besok. Selamat siang. B. SP 2 (Pasien): Mengontrol halusinasi: minum obat. Fase Orientasi: Salam Terapeutik Selamat pagi pak X Kontrak (waktu dan tempat)
47 Bagaimana jika sekarang kita latih cara kedua mengontrol marah dengan menggunakan obat? kita latihannya di depan saja, setuju? bagaimana jika kurang lebih 15 menit kita latihannya? Evaluasi Nah sebelum kita latih tentang obat, saya lihat dulu apakah tanda dan gejala marah ada atau sudah berkurang baik, apa bapak masih merasa jengkel, lalu apa yang bapak lakukan, marah? bagaimana perasaan bapak setelah marah? Selain itu apa yang bapak lakukan? Bapak memukul meja? Apa yang bapak rasakan? Apa masalahnya selesai? Apa akibat?, betul, tangan bapak sakit, meja menjadi rusak, masalah tidak teratasi dan akhirnya dibawa kerumah sakit. Baiklah sekarang sesuai kontrak kita belajar mengontrol marah yang kedua yaitu minum obat secara teratur. Validasi Bagaimana latihan cara kontrol marah sudah dicoba? apa ada kesulitan? berapa kali dicoba? apa manfaatnya yang bapak rasakan? Kontrak (tujuan) Baiklah sekarang kita akan berlatih cara mengontrol marah dengan minum obat, tujuannya supaya bapak teratur minum obat dan tidak lupa minum obat, kemudian marh dan perilaku kekerasan bisa dicegah. Fase Kerja: Baik pak, cara kedua mengontrol marah adalah dengan menggunakan obat. Untuk itu bapak harus tahu 6 benar tentang obat (benar jenis, guna, dosis, frekuensi, cara, dan kontinuitas minum obat). Nah kalau bapak, jenis warna obatnya ada Yang warna ini namanya gunanya untuk Obatnya diminum 3x sehari (pagi jam 07.00, siang jam 13.00, dan malam jam 20.00). Nah, supaya tidak terjadi putus obat sebaiknya 2 hari sebelum obat habis bapak harus kontrol ulang guna mendapatkan obat lagi. Bagaimana apa bapak sudah mengerti? bagus pak. Terminasi:
48 Evaluasi Subjektif Bagaimana perasaan bapak setelah kita latihan tentang obat? Evaluasi Objektif Coba bapak sebutkan jenis, guna, dosis, frekuensi, cara, dan kontinuitas minum obat. Bagus sekali, bapak sudah mengerti tentang obat yang dapat mengontrol halusinasi? Rencana Tindak Lanjut Baik bapak, nanti coba latihan sendiri ya menggunakan obat untuk mengontrol marahnya. Kontrak yang akan Datang Bagaimana kalau besok kita latih cara yang ketiga yaitu berbicara secara verbal? di sini lagi? kita ketemu jam pagi, baik bapak, Saya rasa cukup untuk latihan hari ini, sampai ketemu besok, selamat pagi. C. SP 3 (Pasien): Mengontrol perilaku kekerasan dengan bicara verbal. Fase Orientasi Salam Selamat pagi, pak, bagaimana kabar bapak hari ini pak? Kontrak (tempat dan waktu) Selama kurang lebih 30 menit kita akan bercakap-cakap di tempat ini iya pak Evaluasi Baiklah pak, bagaimana perasaan bapak hari ini? apakah bapak masih sering merasa jengkel? apa yang bapak lakukan? apakah dengan bapak melakukan itu masalahnya selesai? apakah bapak telah melakukan cara kontrol marah yang sudah kita pelajari? bagaimana apakah dengan teknik cara mengontrol yang pertama? apakah bapak sudah minum obat hari ini? Validasi Baiklah pak. Tadi bapak mengatakan kalau bapak sudah melakukan cara kontrol yang pertama dan yang kedua saat bapak sedang marah. Sekarang coba bapak praktekkan kembali bagaimana bapak melakukannya? bapak
49 bagus sekali, hari ini bapak sudah minum obat? berapa obat yang bapak minum? coba tolong sebutkan lagi hari ini bapak minum obat apa saja? warnanya apa? berapa kali bapak minum obat setiap hari? bapak bagus sekali Kontrak (tujuan) Baiklah, pada hari ini kita akan belajar cara yang ketiga dari cara cara mengontrol marah atau perilaku kekerasan yang sedang bapak alami yaitu dengan berbicara secara verbal. Tujuannya agar rasa marah yang sedang bapak alami semakin terkendali, bagaimana bapak? Fase kerja: Caranya begini bapak, ketika bapak merasa marah atau ingin marah, coba ketika bapak tidak menyukai sesuatu bapak dapat mengungkapkan dengan mengajak orang lain berbicara verbal, misalnya seperti ini tolong jangan berkata seperti itu nanti saya marah. tolong jangan mengejek saya atau nanti saya akan marah.nah, bagaimana bapak mengerti? coba sekarang bapak praktikkan cara yang tadi yang sudah diajarkan? bapak bagus sekali Terminasi: Evaluasi Subjektif Bagaimana perasaan bapak setelah kita berlatih tentang cara mengontrol perilaku kekerasan dengan teknik yang ketiga yaitu dengan berbicara secara verbal? Evaluasi Objektif Jadi sudah berapa cara yang kita latih untuk mengontrol marah? coba sebutkan? bapak bagus sekali Rencana Tindak Lanjut Mari sekarang kita masukkan ke jadwal harian bapak ya berapa kali bapak mau latihan bicara verbal, oh 2 kali iya? jam berapa saja? jangan lupa bapak lakukan 3 cara yang sudah kita pelajari untuk mengontrol marah agar marah bapak dapat terkontrol!
50 Kontrak akan Datang Besok pagi kita akan bertemu lagi untuk melihat manfaat beribiacar verbal dan berlatih cara yang ke empat untuk mengontrol marah dengan melakukan kegiatan spiritual, apa yang akan kita lakukan? oh, baiklah besok kita akan melakukan kegiatan spiritual dengan berzikir, mau jam berapa? mau di mana? baiklah sampai bertemu besok iya, selamat pagi D. SP 4 (Pasien): Mengontrol marah: Melakukan kegiatan spiritual dengan psikoreligius zikir. Fase Orientasi: Salam Terapeutik Selamat pagi bapak. Bagaimana kabar hari ini pak? Kontrak Sesuai janji kita kemarin, saya akan latih cara keempat untuk mengontrol marah dengan melakukan kegiatan psikoreligius atau spiritual dengan zikir. Kita akan latihan kurang lebih 15 menit. Mau di mana? di sini saja? Evaluasi/validasi Bagaimana perasaan bapak hari ini? apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih? Kontrak Baiklah sekarang kita akan berlatih cara mengontrol halusinasi yang ke 4 yaitu melakukan kegiatan spiritual. Tujuannya agar ketika bapak marah mampu mengontrol marah bapak. Fase Kerja: Cara keempat untuk mencegah/mengontrol marah yang lain adalah melakukan kegiatan spiritual. Jadi, kegiatan spiritual ini mampu dilakukan ketika bapak akan marah dengan cara melakukan zikir, wudlu atau kegiatan kegamaan yang lain. Sekarang kita buat jadwal kegiatan sehari-hari sehingga bapak dapat melakukan kegiatan spiritual untuk mengontrol marah. Nah, bapak sekarang kita latihan dengan melakukan kegiatan spiritual zikir sesuai yang ditulis tadi
51 sehingga dapat membantu mengendalikan rasa marah yang bapak rasakan. Nanti kalau bapak lupa lihat lagi caranya. Terminasi: Evaluasi Subjektif Bagaimana perasaan setelah latihan ini? Evaluasi Objektif Jadi sudah ada berapa cara yang bapak pelajari untuk mencegah perasaan marah? Ibu bagus sekali. Cobalah keempat cara ini bapak lakukan kalau bapak merasa ingin marah. Rencana Tindak Lanjut Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian bapak. Mau jam berapa latihan? nah, lakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah dibuat. Nanti siang jam WIB saya akan ke sini lagi untuk mengevaluasi hasil latihan bapak Kontrak yang akan Datang Mba akan mengevaluasi kegiatan spiritual secara terjadwal yang bapak lakukan. Apakah berjalan dengan baik, semisal ada pertanyaan bisa ditanyakan ke mba. Mau di mana? di sini lagi? baiklah. Sampai nanti iya. Selamat berlatih. Selamat pagi. Strategi Pelaksanaan (SP) Tindakan Keperawatan Klien dengan perilaku kekerasan (Pasien) ini menurut Program Studi DIII Keperawatan Modul Praktikum Laboratorium Keperawatan Jiwa. Gombong: STIkes Muhammadiyah Gombong.
52 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Hasil Pengkajian Tanda dan Gejala sebelum diberikan Teknik Mengontrl Perilaku Kekerasan Secara Psikoreligius: Zikir (n=2) kamis 6 Juli No Tanda dan Gejala Pasien I Pasien II 1. Kognitif Afektif Fisiologis Perilaku Sosial 2 1 Berdasarkan Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Hasil Pengkajian Tanda dan Gejala Risiko Perilaku Kekerasan sebelum diberikan Teknik Mengontrol Perilaku Kekerasan Secara Psikoreligius, menunjukkan bahwa respon tanda gejala kognitif pasien I sebesar 3, Afektif sebesar 1, Fisiologis sebesar 1, Perilaku sebesar 1, Sosial sebesar 2. Tanda Gejala Respon Kognitif pasien II sebesar 5, Afektif sebesar 3, Fisiologis sebesar 2, Perilaku sebesar 2. Sosial sebesar 1. Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Hasil Evaluasi Tanda dan Gejala setelah diberikan Teknik Mengontrol Risiko Perilaku Kekerasan Secara Psikoreligius: Zikir. (n=2) jumat 7 Juli No Tanda dan Gejala Pasien I Pasien II 1. Kognitif Afektif Fisiologis Perilaku Sosial 1 0 Berdasarkan Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Hasil Pengkajian Tanda dan Gejala Risiko Perilaku Kekerasan setelah diberikan Teknik Mengontrol Perilaku Kekerasan Secara Psikoreligius, menunjukkan bahwa data respon tanda gejala kognitif pasien I menurun, Afektif mengalami penurunan, Fisiologis mengalami penurunan, Perilaku sebesar 1, Sosial sebesar 1. Tanda gejala kognitif pasien II sebesar 1, Afektif sebesar 1, Fisiologis sebesar 1, Perilaku sebesar 1, Sosial mengalami penurunan.
53 Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Hasil Evaluasi Tanda dan Gejala setelah diberikan Teknik Mengontrol Risiko Perilaku Kekerasan Secara Psikoreligius: Zikir. (n=2) Sabtu, 7 Juli No Tanda dan Gejala Pasien I Pasien II 1. Kognitif Afektif Fisiologis Perilaku Sosial 0 0 Berdasarkan Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Hasil Pengkajian Tanda dan Gejala Risiko Perilaku Kekerasan setelah diberikan Teknik Mengontrol Perilaku Kekerasan Secara Psikoreligius, menunjukkan bahwa respon tanda gejala kognitif pasien I tidak muncul, Afektif tidak muncul, Fisiologis tidak muncul, Perilaku tidak muncul, Sosial tidak muncul dan Afektif pasien II sebesar 1, Fisiologis tidak muncul, Perilaku tidak muncul, Sosial tidak muncul. Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Hasil Evaluasi Tanda dan Gejala setelah diberikan Teknik Mengontrol Risiko Perilaku Kekerasan Secara Psikoreligius: Zikir. (n=2), Minggu, 7 Juli No Tanda dan Gejala Pasien I Pasien II 1. Kognitif Afektif Fisiologis Perilaku Sosial 0 0 Berdasarkan Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Hasil Pengkajian Tanda dan Gejala Risiko Perilaku Kekerasan setelah diberikan Teknik Mengontrol Perilaku Kekerasan Secara Psikoreligius, menunjukkan bahwa respon tanda gejala kognitif pasien I tidak muncul, Afektif tidak muncul, Fisiologis tidak muncul, Perilaku tidak muncul, Sosial tidak muncul dan Afektif pasien II tidak muncul, Fisiologisa tidak muncul, Perilaku tidak muncul, Sosial tidak muncul.
54 Tabel 4.6 : Distribusi Frekuensi Hasil Pengkajian Kemampuan Klien Pre Test Mengontrol Risiko Perilaku Kekerasan dengan Teknik Psikoreligius: Zikir (n=2). Kamis, 6 Juli No Kemampuan Pasien I Pasien II 1. Melakukan teknik Berzikir lafal Laillahaillallah 1 2. Melakukan teknik Berzikir lafal Astagfirulloh Melakukan teknik Berzikir lafal Subhanallah 0 4. Melakukan teknik Berzikir lafal Alhamdulillah 5. Melakukan teknik Berzikir lafal Allohu Akbar Total (%) 0 25% Berdasarkan Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Hasil Pengkajian Kemampuan Klien Pre Test Mengontrol Risiko Perilaku Kekerasan dengan Teknik Psikoreligius menunjukkan hasil pasien I belum mampu melakukan teknik zikir untuk mengontrol perilaku kekerasan dan pasien II mampu melakukan 2 teknik zikir dengan jumlah (25%). Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Hasil Pengkajian Kemampuan Klien Post Test Mengontrol Risiko Perilaku Kekerasan dengan Teknik Psikoreligius: Zikir (n=2). Jumat, 7 Juli No Kemampuan Pasien I Pasien II 1. Melakukan teknik Berzikir lafal Laillahaillallah Melakukan teknik Berzikir lafal Astagfirulloh Melakukan teknik Berzikir lafal Subhanallah Melakukan teknik Berzikir lafal Alhamdulillah Melakukan teknik Berzikir lafal Allohu Akbar 0 0 Total (%) 40% 60% Berdasarkan Tabel 4.7 Hasil Pengkajian Kemampuan Klien Post Test Mengontrol Risiko Perilaku Kekerasan dengan Teknik Psikoreligius: Zikir menunjukkan hasil pasien I mampun melakukan 2 kemampuan berzikir untuk
55 mengontrol perilaku kekerasan dengan jumlah 40% dan pasien II mampu melakukan 3 kemampuan teknik zikir dengan jumlah (60%). Tabel 4.8 Hasil Pengkajian Kemampuan Klien Post Test Mengontrol Risiko Perilaku Kekerasan dengan Teknik Psikoreligius: Zikir (n=2). sabtu, 8 Juli No Kemampuan Pasien I Pasien II 1. Melakukan teknik Berzikir lafal Laillahaillallah Melakukan teknik Berzikir lafal Astagfirulloh Melakukan teknik Berzikir lafal Subhanallah Melakukan teknik Berzikir lafal Alhamdulillah Melakukan teknik Berzikir lafal Allohu Akbar 0 0 Total (%) 60% 80% Berdasarkan Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Hasil Pengkajian Kemampuan Klien Post Test Mengontrol Risiko Perilaku Kekerasan dengan Teknik Psikoreligius: menunjukkan 3 kemampuan berzikir pasien I sebesar (60%) dan pasien II mampu melakukan 4 kemampuan teknik zikir sebesar (80%). Tabel 4.9 Hasil Pengkajian Kemampuan Klien Post Test Mengontrol Risiko Perilaku Kekerasan dengan Teknik Psikoreligius: Zikir (n=2). Minggu, 8 Juli No Kemampuan Pasien I Pasien II 1. Melakukan teknik Berzikir lafal Laillahaillallah Melakukan teknik Berzikir lafal Astagfirulloh Melakukan teknik Berzikir lafal Subhanallah Melakukan teknik Berzikir lafal Alhamdulillah Melakukan teknik Berzikir lafal Allohu Akbar 0 1 Total (%) 80% 100% Berdasarkan Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Hasil Pengkajian Kemampuan Klien Post Test Mengontrol Risiko Perilaku Kekerasan dengan Teknik Psikoreligius: menunjukkan peningkatan 4 kemampuan berzikir pasien I sebesar (80%) dan peningkatan 5 kemampuan pasien II sebesar (100%).
56 PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN (PSP) 1. Kami adalah penulis program DIII Keperawatan STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG dengan ini meminta anda untuk berpartisipasi dengan sukarela dalam penelitian yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Pasien Risiko Perilaku Kekerasan dengan Pemberian Terapi Mengontrol Secara Psikoreligius: Zikir. 2. Tujuan dari penelitian studi kasus ini adalah menggambarkan asuhan keperawatan pada pasien risiko perilaku kekerasan dengan pemberian teknik mengontrol perilaku kekerasan secara psikoreligius: zikir yang dapat memberi manfaat kepada klien dan keluarga berupa terapi mengontrol perilaku kekerasan secara psikoreligius: zikir. 3. Prosedur pengambilan dan dengan cara wawancara terpimpin dengan menggunakan format asuhan keperawatan jiwa, yang akan berlangsung kurang menit. Cara ini mungkin menyebabkan ketidaknyamanan tetapi anda tidak perlu khawatir karena studi kasus ini berhubungan dengan tindakan yang akan diberikan. 4. Keuntungan yang anda peroleh dalam keikutsertaan anda pada penelitian ini adalah anda turut terlibat aktif mengikuti perkembangan asuhan atau tindakan yang diberikan. 5. Nama dan jati diri anda beserta seluruh informasi yang saudara sampaikan akan tetap dirahasiakan. 6. Jika saudara membutuhkan informasi sehubungan /engan penelitian ini,silahkan menghubungi peneliti pada nomer Hp +628(...). Penulis Inayatul Baroroh
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Disusun oleh : CAHYO FIRMAN TRISNO. S J 200 090
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SHINTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SHINTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA Disusun Oleh : ANISSYA NURUL H J 200 090 023 PROGRAM STUDI DIPLOMA
Lebih terperinciMODUL STRATEGI PELAKSANAAN PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI DENGAR OLEH ANNISETYA ROBERTHA M. BATE
Lampiran 8 MODUL STRATEGI PELAKSANAAN PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI DENGAR OLEH ANNISETYA ROBERTHA M. BATE 2009.33.032 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL
Lebih terperinciSTRATEGI PELAKSANAAN (SP) TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN RESIKO TINGGI KEKERASAN
SP 1 Resiko Perilaku Kekerasan STRATEGI PELAKSANAAN (SP) TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN RESIKO TINGGI KEKERASAN Pertemuan... Hari, TGL :... A. Proses Keperawatan 1. Kondisi Klien : a. Data Subjektif
Lebih terperinciPENGARUH TERAPI PSIKORELIGI TERHADAP PENURUNAN PERILAKU KEKERASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA
72 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 4, Nomor 1, Mei 2015, hlm. 72 77 PENGARUH TERAPI PSIKORELIGI TERHADAP PENURUNAN PERILAKU KEKERASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA
Lebih terperinciSTRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN Masalah : Isolasi sosial Pertemuan : I (satu)
CONTOH KASUS Setiap lansia pada akhirnya akan mengalami penurunan fungsi organ, Hal ini timbul karena penyebab organik ataupun emosional (fungsional) dan yang menunjukkan gangguan kemampuan berpikir, bereakasi
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI. ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr. W DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI
NASKAH PUBLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr. W DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-syarat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penderita gangguan jiwa di dunia diperkirakan akan semakin meningkat seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan masalah yang sangat serius.
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh
PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Oleh Afandi 1), Y.Susilowati 2) 1) Alumni Akademi Keperawatan Krida Husada,
Lebih terperinciPROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISITE)
1 PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISITE) A. Identitas Klien Inisial Klien Usia Agama Pendidikan : Ny. F : 42 Tahun : Islam : SMA Nomor Register : 02. 14. 77 Masuk RSJSH : 27/03/2012 Nama Keluarga Alamat
Lebih terperinciPROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) PADA KELUARGA NY. A DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN HARGA DIRI RENDAH DAN WAHAM CURIGA
PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) PADA KELUARGA NY. A DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN HARGA DIRI RENDAH DAN WAHAM CURIGA Disusun Oleh: DESI SUCI ANGRAENI SRI WAHYUNINGSIH PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut
Lebih terperinciKoping individu tidak efektif
LAPORAN PENDAHULUAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI I. PROSES TERJADINYA MASALAH Isolasi social merupakan upaya klien untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA Disusun oleh : TRI ARI AYUNANINGRUM J 200 080 051 KARYA TULIS ILMIAH
Lebih terperinciLEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
46 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN ORANG TUA YANG ANAKNYA DIRAWAT DI RUANG ICU RSUD DR PIRNGADI MEDAN PENELITI : MUHAMMAD ADIUL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juga menimbulkan dampak negatif terutama dalam lingkungan sosial. Gangguan jiwa menjadi masalah serius di seluruh dunia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan kondisi masyarakat sangat cepat seiring pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perubahan yang cepat ini selain membawa manfaat yang
Lebih terperinciPENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN PADA Tn. E DI RUANG P8 WISMA ANTAREJA RSJ Prof. dr.
PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN PADA Tn. E DI RUANG P8 WISMA ANTAREJA RSJ Prof. dr. SOEROJO MAGELANG Muhammad Nur Firman 1, Abdul Wakhid 2, Wulansari 3 123
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu
1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dari masalah yang diteliti, rumusan masalah, tujuan umum dan tujuan khusus dari penelitian, serta manfaat penelitian ini. A. Latar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingginya beban ekonomi, makin lebarnya kesenjangan sosial, serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi suatu hal yang mengancam bagi setiap
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). orang lain, dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998).
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini berarti seseorang
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa
ABSTRAK Halusinasi adalah gangguan jiwa pada individu yang dapat ditandai dengan perubahan persepsi sensori, dengan merasakan sensasi yang tidak nyata berupa suara, penglihatan, perabaan, pengecapan dan
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI ILMIAH
NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. Z DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SEMBADRA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA DisusunOleh : HILYATUN NISA J 200 090
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN. 1. Masalah Utama Perilaku Kekerasan
LAPORAN PENDAHULUAN 1. Masalah Utama Perilaku Kekerasan 2. Proses Terjadinya Masalah A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara
Lebih terperinciINOVASI KEPERAWATAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN KANKER DIRUANG SIRSAK RSUD CENGKARENG
INOVASI KEPERAWATAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN KANKER DIRUANG SIRSAK RSUD CENGKARENG A. Pengertian Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan atau dirancang untuk tujuan terapi. Seorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Manusia adalah mahluk sosial yang terus menerus membutuhkan orang lain disekitarnya. Salah satu kebutuhannya adalah kebutuhan sosial untuk melakukan interaksi sesama
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG.
PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Oleh R.Purwasih 1), Y. Susilowati 2), 1) Alumni Akademi Keperawatan
Lebih terperinciPENERAPAN TERAPI RELIGIUS DZIKIR PADA PASIEN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI DI WISMA SETYOWATI RSJ PROF. DR.
PENERAPAN TERAPI RELIGIUS DZIKIR PADA PASIEN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI DI WISMA SETYOWATI RSJ PROF. DR. SOEROJO MAGELANG KARYA TULIS AKHIR NERS Disusun Oleh: SEPTIANA, S.Kep NIM: A31600914
Lebih terperinciSILABUS PRE KLINIK KEPERAWATAN JIWA PROGRAM A 2011
SILABUS PRE KLINIK KEPERAWATAN JIWA PROGRAM A 2011 JUDUL MATA KULIAH BEBAN STUDI : PRE KLINIK KEPERAWATAN JIWA : 2 SKS PERIODE : Semester Genap T.A. 2012/2013 WAKTU : 5 Mei 30 Mei 2014 KOORDINATOR TIM
Lebih terperinciPENGALAMAN KELUARGA DALAM MERAWAT PASIEN DENGAN DIABETIC FOOT. Di Kelurahan Pandanwangi Tahun 2015 STUDI KASUS
PENGALAMAN KELUARGA DALAM MERAWAT PASIEN DENGAN DIABETIC FOOT Di Kelurahan Pandanwangi Tahun 2015 STUDI KASUS Oleh : DEDIT BUDIANTO 201210300511083 PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,
BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG CITRO ANGGODO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh
PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG CITRO ANGGODO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Oleh Y. Susilowati 1), D.W.Ningsih 2) 1) Dosen Akademi Keperawatan Krida Husada,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sejak dulu sudah dikenal adanya gangguan jiwa, misalnya dalam cerita Mahabarata dan Ramayana dikenal adanya Srikandi Edan, Gatot Kaca Gandrung. Pada
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Ny. J DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SUMBADRA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Ny. J DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SUMBADRA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : TRYASTIKA MINARNI RAHARJA J200 100 098 PROGRAM STUDI DIPLOMA
Lebih terperinciMODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ANXIETAS DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL
MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ANXIETAS DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JAKARTA A. KOMPETENSI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya manusia memerlukan hubungan interpersonal yang positif baik dengan individu lainnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. ANA (American nurses
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang mengkonstribusi pada fungsi yang terintegrasi. Pasien
Lebih terperinciPENGARUH PENERAPAN STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN. Abstrak
PENGARUH PENERAPAN STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN Nofrida Saswati Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Harapan Ibu Jambi E-mail: nofridasaswati@gmail.com Abstrak Tujuan: Adapun tujuan dari
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat Mendapatkkan gelar ahli madya keperawatan Disusun
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN A. Pembahasan Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesenjangan yang penulis dapatkan antara konsep dasar teori dan kasus nyata Sdr. D diruang Dewa Ruci RSJD Amino Gondohutomo
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan jiwa yang terjadi di era globalisasi dan persaingan bebas ini cenderung semakin meningkat. Peristiwa kehidupan yang penuh dengan tekanan seperti kehilangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang mengkonstribusi pada fungsi yang terintegrasi. Pasien
Lebih terperinci/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas
1 /BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara - negara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan yang
Lebih terperinciBUKU PANDUAN LABORATORIUM KEPERAWATAN JIWA I
bub BUKU PANDUAN LABORATORIUM KEPERAWATAN JIWA I Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns Elfrida Nainggolan, SKM AKADEMI KEPERAWATAN HKBP BALIGE JL. Gereja No. 17 Toba Samosir Sumatera Utara Buku Panduan Laboratorium
Lebih terperinciSTRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN MENARIK DIRI INTERAKSI PERTAMA/AWAL
1 STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN MENARIK DIRI INTERAKSI PERTAMA/AWAL A. PROSES KEPERAWATAN 1. Kondisi klien : Senang menyendiri, tidak mau melakukan aktivitas, tampak murung, lebih banyak menunduk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi adalah gangguan terganggunya persepsi sensori seseorang,dimana tidak terdapat stimulus. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien merasa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Secara Umun Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sendiri. Kehidupan yang sulit dan komplek mengakibatkan bertambahnya
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan yang pesat dalam berbagai bidang kehidupan manusia yang meliputi bidang ekonomi, teknologi, sosial, dan budaya serta bidangbidang yang lain telah membawa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keperawatan jiwa adalah pelayanan kesehatan professional yang didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan akhir-akhir
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan akhir-akhir ini menjadi salah satu faktor peningkatan permasalahan kesehatan fisik dan mental/spiritual
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk hidup yang lebih sempurna dibandingkan dengan makhluk yang lain. Konsep tentang manusia bermacam-macam. Ada yang menyatakan bahwa manusia adalah
Lebih terperinciPEMERINTAH PROPINSI JAWA TENGAH DINAS KESEHATAN. Jl. Piere Tendean No. 24 Telp , fax Semarang, 50131
NOMOR :.. SET : Jiwa 1 ( K.1 ) FORMAT PEAN : HALUSINASI ( MEMBANTU PASIEN MENGENAL HALUSINASI PENDENGARAN) NO ASPEK YANG DI BOBOT A. FASE ORIENTASI ( 25% ) 1. Memberikan salam terapeutik dan kenalan :
Lebih terperinciRENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI Nama Klien : Diagnosa Medis : No MR : Ruangan : Tgl No Dx Diagnosa Keperawatan Perencanaan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Lebih terperinciSTRATEGI PELAKSANAAN 1 (SP1) PADA KLIEN DENGAN KEHILANGAN DAN BERDUKA. No. MR : 60xxxx RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor
Lampiran 1 STRATEGI PELAKSANAAN 1 (SP1) PADA KLIEN DENGAN KEHILANGAN DAN BERDUKA Nama klien : Ny. M Ruangan : Nakula No. MR : 60xxxx RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor A. Proses Keperawatan 1. Kondisi Klien
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasakan sebagai ancaman (Nurjannah dkk, 2004). keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, kedalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perilaku kekerasan merupakan salah satu yang diekspresikan dengan melakukan ancaman, menciderai orang lain ataupun merusak lingkungan (Keliat dkk, 2011). Kemarahan
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN HARI KE 1
LAPORAN PENDAHULUAN STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN HARI KE 1 A. PROSES KEPERAWATAN 1. Kondisi klien: Mengkritik diri sendiri Perasaan tidak mampu Pandangan hidup yang pesimis Penurunan produktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sehat adalah suatu keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial serta
40 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sehat adalah suatu keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial serta bukan saja keadaan terhindar dari sakit ataupun kecacatan. Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai keadaan sehat fisik, mental, dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan. Definisi
Lebih terperinciPENJELASAN TENTANG PENELITIAN:
Lampiran 2 PENJELASAN TENTANG PENELITIAN: Saya yang bertanggung jawab di bawah ini: Nama : Elia Sertius Status : Mahasiswa Program Ilmu Keperawatan (S1) Fakultas IlmuKesehatan Universitas Esa Unggul. NIM
Lebih terperinciLampiran 1. Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian Pengaruh Pelaksanaan Standar Asuhan Keperawatan Halusinasi Terhadap Kemampuan Kognitif dan Psikmotor Pasien Dalam Mengontrol Halusinasi Di Ruangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kelompok atau masyarakat yang dapat dipengaruhi oleh terpenuhinya kebutuhan dasar
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan unsur terpenting dalam kesejahteraan perorangan, kelompok atau masyarakat yang dapat dipengaruhi oleh terpenuhinya kebutuhan dasar hidup seperti
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI DI RSJD. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh : AGUNG NUGROHO
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI DI RSJD. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Oleh : AGUNG NUGROHO 462008041 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciLAPORAN KASUS PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN PADA
ARTIKEL LAPORAN KASUS PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN PADA Tn.S DENGAN SKIZOFRENIA PARANOID DI RUMAH SAKIT JIWA Prof. Dr. SOEROJO MAGELANG Oleh: RESHA OCTAVIALIN 0131758
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Fungsi utama Rumah Sakit yakni melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Seiring dengan berjalannya waktu dan semakin majunya teknologi kedokteran,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau. mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari
Lebih terperinciTERAPI AKTIVITAS KELOMPOK Stimulasi Persepsi Halusinasi
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK Stimulasi Persepsi Halusinasi DI SUSUN OLEH: 1. Ana Setyani Hadi (14.401.15.005) 2. Anggi Setyawan (14.401.15.009) 3. Bayu Dahroni (14.401.15.015) 4. Dhidin Hartiningsih (14.401.15.028)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan laki-laki, yaitu 10,67 juta orang (8,61 % dari seluruh penduduk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Orang lanjut usia adalah sebutan bagi mereka yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. emosi, pikiran, perilaku, motivasi daya tilik diri dan persepsi yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan gangguan pada fungsi mental, yang meliputi emosi, pikiran, perilaku, motivasi daya tilik diri dan persepsi yang menyebabkan penurunan fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang. mencerminkan kedewasaan kepribadiannya (WHO, 2011).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya (WHO,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berat sebesar 4,6 permil, artinya ada empat sampai lima penduduk dari 1000
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Orang dianggap sehat jika mereka mampu memainkan peran dalam masyarakat dan perilaku pantas dan adaptif.organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefeniskan kesehatan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang. menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya (WHO dalam
Lebih terperinciSTRATEGI PELAKSANAAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA, PEMENUHAN NUTRISI
STRATEGI PELAKSANAAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA, PEMENUHAN NUTRISI Hari / Tanggal : Kamis, 21 April 2011 Waktu Pertemuan : 10.00 Wita : II Proses Keperawatan a. Kondisi Klien Pasien berumur 25 tahun, sering
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, merasa gagal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jika individu sering mengalami kegagalan maka gangguan jiwa yang sering muncul adalah gangguan konsep diri harga diri rendah, yang mana harga diri rendah digambarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Definisi sehat menurut kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Definisi sehat menurut kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan sejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan.
Lebih terperinciPENGARUH MENGHARDIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT HALUSINASI DENGAR PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RSJD DR. AMINOGONDOHUTOMO SEMARANG
PENGARUH MENGHARDIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT HALUSINASI DENGAR PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RSJD DR. AMINOGONDOHUTOMO SEMARANG Karina Anggraini *) Ns. Arief Nugroho, S.Kep**), Supriyadi, MN***) *) Mahasiswa
Lebih terperinciKesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2014 adalah kondisi dimana seseorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut UU Kesehatan Jiwa No. 3 Tahun 1996, kesehatan jiwa adalah kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, emosional secara optimal dari seseorang
Lebih terperinciPENGARUH TINDAKAN GENERALIS HALUSINASI TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RS JIWA GRHASIA PEMDA DIY NASKAH PUBLIKASI
PENGARUH TINDAKAN GENERALIS HALUSINASI TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RS JIWA GRHASIA PEMDA DIY NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidak pernah terbayangkan sebelumnya, Dadang yang awalnya ingin melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara serentak batal menikah, karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. genetik, faktor organo-biologis, faktor psikologis serta faktor sosio-kultural.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan proses interaksi yang kompleks antara faktor genetik, faktor organo-biologis, faktor psikologis serta faktor sosio-kultural. Telah terbukti
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Operasi adalah tindakan pengobatan yang banyak menimbulkan kecemasan,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Operasi adalah tindakan pengobatan yang banyak menimbulkan kecemasan, sampai saat ini sebagian besar orang menganggap bahwa semua pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara-negara maju, tetapi masih kurang populer di kalangan masyarakat
Lebih terperinciMERAWAT PASIEN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORIK : HALUSINASI
MERAWAT PASIEN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORIK : HALUSINASI Oleh : ERFANDI A. Definisi Halusinasi adalah penyerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indra sesorang pasien yang terjadi dalam keadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan dan perilaku yang aneh dan terganggu. Penyakit ini
Lebih terperinciGAMBARAN KEMAMPUAN PASIEN MENGONTROL PERILAKU KEKERASAN DI RUANG NYIUR RSKD PROVINSI SULAWESI SELATAN KOTA MAKASSAR ABSTRAK
GAMBARAN KEMAMPUAN PASIEN MENGONTROL PERILAKU KEKERASAN DI RUANG NYIUR RSKD PROVINSI SULAWESI SELATAN KOTA MAKASSAR Waode Siti Hartini ABSTRAK Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara global, diperkirakan sebanyak 24 juta orang telah menderita skizofrenia (WHO, 2009). Di Indonesia, menurut Riskesdas (2007), sebanyak 1 juta orang atau sekitar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan kesehatan mental psikiatri sebagai efek negatif modernisasi atau akibat krisis multidimensional dapat timbul dalam bentuk tekanan dan kesulitan pada seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skizofrenia merupakan sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai area fungsi individu, termasuk fungsi berfikir dan berkomunikasi, menerima dan menginterpretasikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang terbebas dari gangguan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kesehatan jiwa merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang terbebas dari gangguan jiwa, dan memiliki sikap positif untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi hidup manusia menurut WHO, sehat diartikan sebagai suatu keadaan sempurna baik fisik, mental, dan sosial serta bukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan sekedar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, tetapi pemenuhan kebutuhan perasaan bahagia, sehat, serta
Lebih terperinciPENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK ORIENTASI REALITAS SESI I-III TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA KLIEN HALUSINASI DI RSJD Dr.
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK ORIENTASI REALITAS SESI I-III TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA KLIEN HALUSINASI DI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Aksi Muhammad Qodir* Ns. Anjas Surtiningrum,
Lebih terperinciMODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL KEPUTUSASAAN DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL
MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL KEPUTUSASAAN DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JAKARTA A. KOMPETENSI
Lebih terperinciNur Gutanto 1, Sri Hendarsih 2, Christin Wiyani 3 INTISARI
PENGARUH PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI (TAKS) TERHADAP KEMAMPUAN SOSIALISASI PADA KLIEN DENGAN KERUSAKAN INTERAKSI SOSIAL DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. RM SOEDJARWADI KLATEN JAWA TENGAH
Lebih terperinciBAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr.
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG A. Identitas Pasien 1. Inisial : Sdr. W 2. Umur : 26 tahun 3. No.CM : 064601
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam segi kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi kehidupan individu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kebudayaan masyarakat banyak membawa perubahan dalam segi kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi kehidupan individu baik positif maupun negatif dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Chaplin,gangguan jiwa adalah ketidakmampuan menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data
Lebih terperinciHUBUNGAN KECEMASAN DENGAN STRATEGI KOPING PADA ANGGOTA KELUARGA DENGAN RIWAYAT PERILAKU KEKERASAN DI WILAYAH SURAKARTA
HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN STRATEGI KOPING PADA ANGGOTA KELUARGA DENGAN RIWAYAT PERILAKU KEKERASAN DI WILAYAH SURAKARTA Dwi Ariani Sulistyowati 1) 1, ABSTRAK Kata kunci: ABSTRACT 90 Keywords: 1. PENDAHULUAN
Lebih terperinci