BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan pembelajaran IPA di atas yakni menumbuh kembangkan pengetahuan dan keterampilan, maka hal ini sesuai dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

1.1 Latar Belakang Masalah

ARTIKEL ILMIAH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Eka Atika Sari

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. dapat diketahui hasilnya melalui penilaian proses dan penilaian hasil. Hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. siswa

materi yang ada dalam suatu pengajaran.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MATERI DAUR AIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa :

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, keadaan atau proses sesuatu,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan dasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Agustina,2013

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Mella Pratiwi, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dari penelitian tindakan kelas ini yang terdiri dari : Hasil Belajar, Belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran berakar pada pihak pendidik. Anshari (1979:15) mengemukakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan Sekolah Dasar adalah memberikan bekal pengetahuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kajian Teori Model Pembelajaran Kooperatif

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pengertian Belajar Pendapat tentang pengertian belajar ada bermacam-macam. Pendapat tersebut lahir

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

BAB II KAJIAN PUSTAKA. eduaktif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Teori yang akan dikaji dalam penelitian ini diantaranya adalah model Picture and Picture, Ilmu Pengetahuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Neng Ela, 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) agar siswa memahami konsep-konsep IPA secara sederhana dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iva Sucianti, 2013

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture Salah satu model pembelajaran kooperatif yang menjadi bahan Penelitian Tindakan Kelas adalah model Picture and Picture. Pembelajaran dengan menggunakan model ini menitik beratkan pada gambar sebagai media penanaman suatu konsep tertentu. Menurut Eko Budiono, model pembelajaran picture and picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan/diurutkan menjadi urutan logis. Model Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran. Menurut Aprudin, picture and picture adalah suatu model pembelajaran dengan menggunaan media gambar. Dalam oprasionalnya gambar-gambar dipasangkan satu sama lain atau bisa jadi di urutkan menjadi urutan yang logis Model pembelajaran picture and picture adalah suatu metode pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai faktor utama dalam pembelajaran, gambar-gambar tersebut di pasangkan atau diurutkan menjadi urutan yang logis. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran picture and picture menurut (Hamdani, 2010:89). Kelebihan: 1) Guru lebih mengetahui kemampuan tiap-tiap siswa, 2)Melatih siswa untuk berpikir logis dan sistematis. Kelemahan: 1) Memakan banyak waktu, 2)Banyak siswa yang pasif. Sedangkan menurut Istarani (Aprudin, 2012) kelebihan dan kekurangan picture and picture yaitu: Kelebihan Model Pembelajaran picture and picture 1) Materi yang diajarkan lebih terarah karena pada awal pembelajaran guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai dan materi secara singkat terlebih dahulu. 2) Siswa lebih cepat menangkap materi ajar karena guru menunjukkan gambar-gambar mengenai materi yang dipelajari. 3) Dapat meningkat daya nalar atau daya pikir siswa karena siswa disuruh guru untuk menganalisa gambar yang ada.

4) Dapat meningkatkan tanggung jawab siswa, sebab guru menanyakan alasan siswa mengurutkan gambar. 5) Pembelajaran lebih berkesan, sebab siswa dapat mengamati langsung gambar yang telah dipersiapkan oleh guru Kelemahan Model Pembelajaran picture and picture 1) Sulit menemukan gambar-gambar yang bagus dan berkulitas serta sesuai dengan materi pelajaran. 2) Sulit menemukan gambar-gambar yang sesuai dengan daya nalar atau kompetensi siswa yang dimiliki. 3) Baik guru ataupun siswa kurang terbiasa dalam menggunakan gambar sebagai bahan utama dalam membahas suatu materi pelajaran. 4) Tidak tersedianya dana khusus untuk menemukan atau mengadakan gambar-gambar yang diinginkan Langkah-langkah Pembelajaran dengan picture and picture (Hamdani, 2010:89) antara lain: 1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. 2) Guru menyajikan materi sebagai pengantar. 3) Guru menunjukkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi. 4) Guru menunjuk atau memanggil siswa secara bergantian untuk memasang atau mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis. 5) Guru menanyakan alasan atau dasar pemikiran urutan gambar tersebut. 6) Dari alasan atau urutan gambar tersebut, guru menanamkan konsep atau materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai. 7) Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah diajarkan. 2.1.1 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture pada IPA dalam Proses Pembelajaran Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang dikemas berdasar prosedur yang tepat dan sesuai. Sebelum kegiatan dilaksanakan langkah awal ialah membuat perencanaan berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Setiap guru pada

satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan baka, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan, (BSNP No 41, 2007). (1) Kegiatan Pendahuluan Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran (BSNP No 41, 2007). (2) Kegiatan Inti Sesuai BSNP No 14 Tahun 2007 bahwa kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. (3) Kegiatan Akhir Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut (BSNP No. 41, 2007). Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RRP. Pelaksanaan pembelajarannya adalah sebagai berikiut: 1) Kegiatan awal a. Membuka pelajaran dengan salam b. Melakukan absensi siswa c. Melakukan apersepsi dan motivasi

2) Kegiatan inti (1) Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru: a. Melibatkan siswa mencari informasi yang luas tentang topik/tema materi IPA yang sedang dipelajari. b. Menyampaikan materi pembelajaran mata pelajararan IPA. c. Melibatkan siswa secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. (2) Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, guru: a. Memberi petunjuk kepada siswa tentang kegiatan yang akan dilakukan (mengurutkan gambar-gambar). b. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengurutkan gambargambar yang tersedia menjadi urutan yang logis. c. Bertanya kepada siswa mengenai alasan penyusunan gambargambar yang telah dilakukannya. (3) Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, guru: a. Membenarkan pemahaman siswa yang masih salah tentang materi yang telah dipelajari. b. Memberi penguatan tentang materi yang telah dipelajari. c. Bersama siswa mebuat kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari. d. Bersama siswa membuat rangkuman materi yang telah dipelajari. 3) Kegiatan akhir Dalam kegiatan akhir, guru : a. Melakukan evaluasi akhir pertemuan. b. Melakukan refleksi. 2.2. Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA ) Keberhasilan pengajaran dapat dilihat dari segi hasil. Anggapan dasar ialah proses pengajaran yang optimal memungkinkan hasil belajar yang optimal pula. Ada korelasi

antara proses pengajaran dengan hasil yang dicapai. Makin besar usaha untuk menciptakan kondisi proses pengajaran, makin tinggi pula hasil atau produk dari pengajaran itu. Menurut Purwanto (2008:38), hasil belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya. Sedangkan menurut Sudjana (2011:22), hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Setiap guru pasti memiliki keinginan agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang dibimbingnya. Karena itu guru harus memiliki hubungan dengan siswa yang dapat terjadi melalui proses belajar mengajar. Setiap proses belajar mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:3), hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Hasil belajar, untuk sebagian adalah berkat tindak guru, suatu pencapaian tujuan pengajaran. Pada bagian lain, merupakan peningkatan kemampuan mental siswa. Bloom (Sudjana, 2005:22-23) mendifinisikan hasil belajar sebagai hasil perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Ranah kognitif meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Pengetahuan, pemahaman dan aplikasi, digolongkan sebagai tingkat kognitif rendah. Analisis, sintesis dan evaluasi disebut sebagai tingkat kognitif tinggi. Ranah afektif meliputi penerimaan, perhatian, penanggapan, penyesuaian, penghargaan dan penyatuan. Ranah psikomotor meliputi peniruan, penggunaan, ketelitian, koordinasi, dan naturalisasi. Berdasarkan uraian tentang hasil belajar, maka dapat ditegaskan bahwa salah satu fungsi hasil belajar siswa diantaranya ialah siswa dapat mencapai prestasi yang maksimal sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki, serta siswa dapat mengatasi berbagai macam kesulitan belajar yang mereka alami. Aktivitas siswa mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar, tanpa adanya aktivitas siswa maka proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan baik, akibatnya hasil belajar yang dicapai siswa

rendah. Untuk mengetahui keberhasilan proses dan hasil belajar siswa digunakan alat penilaian untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan tercapai atau tidak. Hasil belajar yang berupa aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik menggunakan alat penilaian yang berbeda-beda. Untuk aspek kognitif digunakan alat penilaian yang berupa tes, sedangkan untuk aspek afektif digunakan alat penilaian yaitu skala sikap (ceklist) untuk mengetahui sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan aspek psikomotorik digunakan lembar observasi. Berdasarkan uraian tentang hasil belajar dapat disimpulkan hasil belajar merupakan hasil akhir dari proses kegiatan belajar siswa dari seluruh kegiatan siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas dan menerima suatu pelajaran untuk mencapai kompetensi yang berupa aspek kognitif yang diungkapkan dengan menggunakan suatu alat penilaian yaitu tes evaluasi dengan hasil yang dinyatakan dalam bentuk nilai, aspek afektif yang menunjukkan sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan aspek psikomotorik yang menunjukkan keterampilan dan kemampuan bertindak siswa dalam mengikuti pembelajaran. 2.2.1Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture And Picture Hasil belajar IPA kelas 4 SD Negeri Tambahrejo 01 masih belum optimal. Hal ini disebabkan karena pembelajaran IPA di kelas tersebut kurang berkualitas. Pembelajaran menggunakan metode ceramah. Selain itu pada umumnya guru mengajar dengan tidak memperhatikan kemampuan berpikir siswa. Pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher center). Guru mengajar dengan berceramah dan mengharapkan siswa hanya mendengarkan, mencatat dan menghafalkan. Selain dari faktor pendidik, faktor lain adalah sebagian besar siswa kurang antusias menerimanya. Siswa lebih bersifat pasif, tidak mau mengungkapkan ide-ide ataupun penyelesaian atas soal-soal latihan yang diberikan. Dengan keadaan yang demikian guru harus merubah kebiasaan mengajar di kelas. Oleh karena itu penulis berinisiatif menggunakan pembelajaran kooperatif tipe picture and picture melalui metode diskusi. Diharapkan dengan model pembelajaran ini hasil belajar siswa akan meningkat.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe picture and picture melalui metode diskusi adalah sebagai berikut: a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. b. Guru menyajikan materi sebagai pengantar. c. Guru menunjukkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi. d. Guru membagi siwa menjadi beberapa kelompok secara heterogen (campur menurut prestasi, jenis kelamin) e. Guru memantau dan membimbing setiap kelompok dalam berdiskusi. f. Guru memanggil setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya kedepan kelas. g. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah diajarkan h. Guru memberi evaluasi. Model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture merupakan model pembelajaran yang memotivasi siswa dalam belajar. Karena penggunaan gambar-gambar dalam penyampaian materi pelajaran khususnya IPA, siswa lebih tertarik dan materi pelajaran akan mudah diserap oleh siswa. Melalui metode diskusi, secara langsung siswa dilibatkan dalam proses pembelajran. Siswa dapat belajar lebih aktif dan belajar untuk bekerjasama dengan teman-teman lainnya, karena dalam pembelajaran ini, siswa didorong untuk bagaimana memecahkan sebuah masalah bersama-sama dengan kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture melalui metode diskusi. Selain siswa aktif dalam kelompoknya di dalam proses pembelajaran, materi yang disampaikan guru menjadi lebih mudah diterima oleh siswa, karena siswa akan termotivasi dalam mengikuti pelajaran dan belajar mandiri dalam memahami materi pelajaran. Dengan begitu, akan perpengaruh pada pencapaian hasil belajar siswa yang meningkat. Pada akhirnya dapat diduga pemahaman IPA siswa kelas 4 meningkat, sebab guru mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif picture and picture melalui metode diskusi yang lebih menarik. Peneliti berpendapat bahwa pemberian suasana baru dengan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture melalui metode diskusi dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam mempelajari pelajaran IPA.

2.3 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 2.3.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam Menurut H. W. Fowler dalam Trianto (2010:136), IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi. Adapun Wahyana dalam Trianto (2010:136) mengatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Trianto (2010:136) menyimpulkan bahwa IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya. 2.3.2. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Secara khusus fungsi dan tujuan IPA berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi dalam Depdiknas yang dikutip Trianto (2010:138) adalah sebagai berikut: 1)Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, 2)Mengembangkan keterampilan, sikap dan nilai ilmiah, 3)Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang melek sains dan teknologi, 4)Menguasai konsep sains untuk bekal hidup di masyarakat dan melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Fungsi dan tujuan tersebut kiranya semakin jelas bahwa hakikat IPA semata-mata tidaklah pada dimensi pengetahuan (keilmuan), tetapi lebih dari itu, IPA lebih menekankan pada dimensis nilai ukhrawi, di mana dengan memperhatikan keteraturan di alam semesta akan semakin meningkatkan keyakinan akan adanya sebuah kekuatan yang maha dahsyat yang tidak dapat dibantah lagi, yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Dengan dimensi ini IPA hakihatnya mentautkan antara aspek logika-materiil dengan aspek jiwa-spiritual, yang sementara ini dianggap cakrawala kosong, karena suatu anggapan antara IPA dan agama merupakan dua sisi yang berbeda dan tidak mungkin dipersatukan satu sama lain dalam

satu bidang kajian. Padahal senyatanya terdapat benang merah ketertautan di antara keduanya. IPA adalah ilmu pengetahuan alam yang mempelajari gejala-gelaja melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa konsep, prinsip, dan teori yang berlaku secara universal. 2.3.3. Hakikat Pembelajaran IPA Pembelajaran IPA secara khusus sebagaimana tujuan pendidikan secara umum sebagaimana tercantum dalam taksonomi bloom bahwa: diharapkan dapat memberikan pengetahuan (kognitif), yang merupakan tujuan utama dari pembelajaran. Jenis pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan dasar dari prinsip dan konsep yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari. Pengetahuan secara garis besar tentang fakta yang ada di alam untuk memahami dan memperdalam lebih lanjut, dan melihat adanya keterangan serta keteraturannya. Di samping itu, pembelajaran IPA diharapkan pula memberikan keterampilan (psikomotorik), kemampuan sikap ilmiah (afektif), pemahaman, kebiasaan dan apresiasi.(prihanto Laksmi dalam Trianto, 2010:142) Berdasarkan uraian tentang pembelajaran IPA, maka Trianto (2010:143) mengemukakan tentang hakikat dan tujuan pembelajaran IPA diharapkan dapat memberikan antara lain sebagai berikut: a) Kesadaran akan keindahan dan keteraturan alam untuk meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. b) Pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang dasar dari prindip dan konsep, fakta yang ada di alam. Hubungan saling ketergantungan, dan hubungan antara sains dan teknologi. c) Keterampilan dan kemampuan untuk menangani peralatan, memecahkan masalah dan melakukan observasi.

d) Sikap ilmiah, antara lain skeptis, kritis, sensitif, obyektif, jujur terbuka, benar, dan dapat bekerja sama. e) Kebiasaan mengembangkan kemampuan berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip sains untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam. f) Apresiatif terhadap sains dengan menikmati dan menyadari keindahan keteraturan perilaku alam serta penerapannya dalam teknologi. 2.3.4. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 untuk SD/MI dijelaskan mengenai pembelajaran IPA, yaitu: Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alamsecara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. BSNP (2007:13) Proses belajar mengajar IPA lebih ditekankan pada pendekatan keterampilan proses, hingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori dan sikap ilmiah siswa itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan. Pembelajaran IPA dilakukan untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup.

Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. 2.3.5. Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Tujuan mata pelajaran IPA di SD dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 yaitu: 1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaannya. 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengarui antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. 4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan. 5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam. 6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturan sebagai salah satu ciptaan Tuhan. 7. Memperoleh bakal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjudkan pendidikan ke SMP/MTs. 2.3.6. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) 2006, mata pelajar IPA pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan gas 2. Benda atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan 3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana 4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan bendabenda langit lainnya Berdasarkan ruang lingkup pembelajaran IPA di tingkat SD/MI, maka materi tentang kenampakan permukaan bumi merupakan materi yang dijelaskan di kelas tiga pada semester dua dengan standar kompetensi yaitu memahami kenampakan permukaan bumi, cuaca dan pengaruhnya bagi manusia, serta hubungannya dengan cara manusia memelihara dan melestarikan alam, dan kompetensi dasar adalah mendeskripsikan kenampakan permukaan bumi di lingkungan sekitar. 2.4.Penelitian yang Relevan Penelitian ini juga didasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Suparman (2011) yang berjudul Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Metode Pembelajaran Picture And Picture Siswa Kelas V SD Negeri Kemiri 02 Kecamatan Kemiri Kabupaten Purworejo Tahun 2011/2012. Hasil penelitian menunjukkan penerapan metode Picture and Picture dengan KKM 6,5 dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPA siswa kelas V semester 1 SD Kemiri 02 Kecamatan Kemiri Kabupaten Purworejo tahun 2011/2012, hal ini dapat dilihaat dari kenaikan nilai hasil belajar setiap siklus dimana pra siklus ketuntasan belajar siswa pada pra siklus ada 6 siswa atau 27,3% naik menjadi 16 siswa atau 72,7% pada siklus 1, meningkat lagi pada siklus 2 menjadi 19 siswa atau 86,4%. Demikian juga peningkatan juga terjadi pada keaktifan siswa dimana pada pra siklus keaktifan siswa pada kategori baik dan baik sekali ada 7 siswa atau 31,8%

naik menjadi 14 siswa atau 6,37% pada siklus 1 dan terakhir pada siklus 2 menjadi 20 siswa atau 90,9%. Dari hasil ini ketuntasan belajar dan keaktifan belajar siswa sudah mencapai indikator 80% ke atas. Dengan kata lain hasil belajar siswa dengan menggunakan metode Picture and Picture telah tuntas atau mencapai KKM yang diharapkan. Penelitian lain juga telah dilakukan oleh Budi Santoso (2012) dengan judul Diskusi Kelompok Sepahai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Tentang Sifat-Sifat Bangun Ruang Bagi Siswa Kelas V SDN Gringsing 01 Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang Semester IITahun 2011/2012. Hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini adalah terjadi peningkatan pemahaman yang ditandai dengan ketuntasan hasil belajar. Peningkatan pemahaman belajar siswa tersebut terjadi secara bertahap, dimana pada kondisi awal hanya terdapat 16 siswa (59,25%) yang telah tuntas dalam belajarnya, pada siklus I melalui 3 pertemuan ketuntasan belajar siswa meningkatkan menjadi 20 siswa (74,07%) yang telah tuntas, dan pada siklus II ketuntasan belajar siswa meningkat lagi menjadi 92,59%. Dengan kata lain, penggunaan metode diskusi dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Fida Reni Susanti (2012) juga telah melakukan penelitian yang berjudul Penggunaan Metode Picture and Picture Dengan Media Gambar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Pokok Bahasan Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi, Dan Transportasi di Kelas IV SD Negeri Pojok Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Semester II Tahun 2011/2012. Berdasarkan penelitian diperoleh hasil bahwa penggunaan metode Picture and Picture dengan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS pokok bahasan Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi, Dan Transportasi di kelas IV SD Negeri Pojok Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Semester II Tahun 2011/2012. Berdasarkan analisis data diperoleh peningkatan hasil belajar siswa. Pada kondisi awal siswa yang sudah mencapai KKM 65 sebanyak 5 siswa dengan persentase 33,33% dan siswa yang belum tuntas sebanyak 10 siswa dengan persentase 66,67%. Pada pelaksanaan siklus I siswa yang tuntas sebanyak 8 siswa dengan persentase 53,33% dan siswa yang belum tuntas sebanyak 7 siswa dengan persentase 46,67%. Pada pelaksanaan siklus II jumlah siswa yang sudah tuntas meningkat sebanyak 15 siswa dengan persentase 100%. Dengan

kata lain, penggunaan model pembelajaran Picture and Picture dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas, diperoleh hasil bahwa pembelajaran dengan menggunakan model Picture and Picture dapat meningkatkan hasil belajar. Meskipun demikian perlu dibuktikan lagi pada penelitian tindakan kelas ini apakah penggunaan Picture and Picture dapat meningkatkan hasil belajar IPA. 2.5.Kerangka Pikiran Berdasarkan latar belakang dan kajian pustaka, maka dapat digambarkan bagan kerangka berfikir sebagai berikut: Pembelajaran Menggunakan Metode Konvensional Guru kurang memaksimalkan kegiatan siswa di kelas Hasil belajar IPA siswa rendah di bawah KKM 70 Siswa tidak dapat menemukan gagasan sendiri dari materi yang diajarkan Diterapkan model pembelajaran picture and picture melalui metode diskusi dalam pelajaran IPA Langkah-langkah model pembelajaran Picture and Picture melalui metode diskusi: a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. b. Guru menyajikan materi sebagai pengantar. c. Guru menunjukkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi. d. Guru membagi siwa menjadi beberapa kelompok secara heterogen (campur menurut prestasi, jenis kelamin) e. Guru memantau dan membimbing setiap kelompok dalam berdiskusi. f. Guru memanggil setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya kedepan kelas. g. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah diajarkan h. Guru memberi evaluasi. Kegiatan pembelajaran lebih bermakna Hasil belajar IPA siswa tinggi di atas KKM 70 Siswa lebih aktif dalam pembelajaran

2.6.Hipotesis Penelitian atau Tindakan Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas 4 SD Negeri Tambahrejo 01 Kecamatan Bandar Kabupaten Batang Semester 1 Tahun Pelajaran 2013/2014.