Nelwida 1. Intisari. Kata Kunci : Broiler, Retensi, Biji Alpukat, Jagung

dokumen-dokumen yang mirip
Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler

PengaruhImbanganEnergidan Protein RansumterhadapKecernaanBahanKeringdan Protein KasarpadaAyam Broiler. Oleh

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pemanfaatan tepung olahan biji alpukat sebagai

Mairizal 1. Intisari. Kata Kunci : Fermentasi, Kulit Ari Biji Kedelai, Aspergillus Niger, Ayam Pedaging.

Yunilas* *) Staf Pengajar Prog. Studi Peternakan, FP USU.

PENGARUH PERENDAMAN NaOH DAN PEREBUSAN BIJI SORGHUM TERHADAP KINERJA BROILER

NILAI ENERGI METABOLIS RANSUM AYAM BROILER PERIODE FINISHER YANG DISUPLEMENTASI DENGAN DL-METIONIN SKRIPSI JULIAN ADITYA PRATAMA

Pengaruh Tingkat Penambahan Tepung Daun Singkong dalam Ransum Komersial terhadap Performa Broiler Strain CP 707

Pengaruh Penggunaan...Trisno Marojahan Aruan

Ade Trisna*), Nuraini**)

BAB III MATERI DAN METODE. Februari 2017 di kandang, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2013 di

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

Pengaruh Pemberian Kulit Ari Biji Kedelai Hasil Fermentasi dengan Aspergillus niger dalam Ransum terhadap Bobot Karkas Ayam Pedaging

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Penggunaan Tepung Daun Mengkudu (Morinda

PENGARUH PENGGUNAAN DAUN MURBEI (Morus alba) SEGAR SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN RANSUM TERHADAP PERFORMANS BROILER

PEMAKAIAN ONGGOK FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA AYAM BURAS PERIODE PERTUMBUHAN

BAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Kelinci Peranakan New Zealand White Jantan Sumber : Dokumentasi penelitian (2011)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

ENERGI METABOLIS DAN DAYA CERNA BAHAN KERING RANSUM YANG MENGANDUNG BERBAGAI PENGOLAHAN DAN LEVEL CACING TANAH (LUMBRICUS RUBELLUS)

BAB III METODE PENELITIAN. energi metabolis dilakukan pada bulan Juli Agustus 2012 di Laboratorium Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. dapat mencapai 60%-80% dari biaya produksi (Rasyaf, 2003). Tinggi rendahnya

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 minggu dari 12 September 2014 sampai

BAB III MATERI DAN METODE. protein berbeda pada ayam lokal persilangan selama 2 10 minggu dilaksanakan

PEMANFAATAN TEPUNG OLAHAN BIJI ALPUKAT SEBAGAI SUBTITUSI JAGUNG TERHADAP KECERNAAN PROTEIN KASAR, SERAT KASAR DAN LAJU DIGESTA PADA AYAM BROILER

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Pengaruh Penambahan Kunyit dan Jahe Dalam

PENGARUH PENAMBAHAN ASAM SITRAT DALAM RANSUM SEBAGAI ACIDIFIER TERHADAP KECERNAAN PROTEIN DAN BOBOT BADAN AKHIR PADA ITIK JANTAN LOKAL

PENGARUH PENAMBAHAN DL-METIONIN TERHADAP NILAI ENERGI METABOLIS RANSUM AYAM BROILER STARTER BERBASIS JAGUNG DAN BUNGKIL KEDELAI SKRIPSI ZINURIA WAFA

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan

Pengaruh Penggunaan Zeolit dalam Ransum terhadap Konsumsi Ransum, Pertumbuhan, dan Persentase Karkas Kelinci Lokal Jantan

MATERI DAN METODE. Materi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH ROTI DALAM RANSUM AYAM BROILER DAN IMPLIKASINYA TERHADAP EFISIENSI RANSUM SERTA

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

Animal Agriculture Journal 3(3): , Oktober 2014 On Line at :

Nilai Kecernaan Protein Ransum yang Mengandung Bungkil Biji Jarak (Ricinus communis, Linn) Terfermentasi pada Ayam Broiler (Tjitjah Aisjah)

BAB III METODE PENELITIAN. konversi pakan ayam arab (Gallus turcicus) ini bersifat eksperimental dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh pemberian kombinasi tepung keong mas (Pomacea

III. MATERI DAN METODE

MATERI DAN METODE. Bahan Bahan yang digunakan untuk produksi biomineral yaitu cairan rumen dari sapi potong, HCl 1M, dan aquadest.

Penampilan Kelinci Persilangan Lepas Sapih yang Mendapat Ransum dengan Beberapa Tingkat Penggunaan Ampas Teh

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi

PENGGUNAAN TEPUNG LIMBAH PENGALENGAN IKAN DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA BROILER. Arnold Baye*, F. N. Sompie**, Betty Bagau**, Mursye Regar**

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

PENGARUH PENGGUNAAN POLLARD DAN ASAM AMINO SINTETIS DALAM PAKAN AYAM PETELUR TERHADAP KONSUMSI PAKAN, KONVERSI PAKAN, DAN PRODUKSI TELUR

PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN.

PENGGUNAAN TEMPE SORGHUM DALAM RANSUM DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER

EFFECT OF ADDITION OF DURIAN SEED MEAL IN FEED TO THE FEED CON- SUMPTION, HEN DAY PRODUCTION AND FEED CONVERSION ON QUAIL (Coturnix-coturnix japonica)

BAB III MATERI DAN METODE. 10 minggu dilaksanakan pada bulan November 2016 Januari 2017 di kandang

RETENSI NITROGEN DAN ENERGI METABOLIS RANSUM YANG MENGANDUNG CACING TANAH (Lumbricus rubellus) PADA AYAM PEDAGING

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung daun katuk (Sauropus

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

M. Datta H. Wiradisastra Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jatinangor, Bandung ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam lokal persilangan merupakan ayam lokal yang telah mengalami

Pengaruh Pemakaian Urea Dalam Amoniasi Kulit Buah Coklat Terhadap Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Secara in vitro

Sumber : 1) Hartadi et al. (2005)

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III MATERI DAN METODE. Laut (Gracilaria verrucosa) terhadapproduksi Karkas Puyuh (Cotunix cotunix

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

BAB III MATERI DAN METODE. Kampung Super dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2016 dikandang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012

MATERI. Lokasi dan Waktu

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian adalah ayam kampung jenis sentul

KADAR KOLESTEROL SERUM DARAH AYAM PETELUR YANG DIBERI AIR REBUSAN DAUN SIRIH SKRIPSI TEFI HARUMAN HANAFIAH

Pengaruh Pemberian Tepung Daun Teh Tua dalam Ransum terhadap Performan dan Persentase Lemak Abdominal Ayam Broiler

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. Rataan kecernaan protein ransum puyuh yang mengandung tepung daun lamtoro dapat dilihat pada Tabel 7.

,Vol. 32, No. 1 Maret 2014

BAB III MATERI DAN METODE. Pertanian, Universitas Diponegoro pada tanggal 22 Oktober 31 Desember 2013.

LAPORAN PRAKTIKUM NUTRISI TERNAK UNGGAS DAN NON RUMINANSIA. Penyusunan Ransum dan Pemberian Pakan Pada Broiler Fase Finisher

BAB III MATERI DAN METODE. November 2015 di Kandang Ayam Fakultas Peternakan dan Pertanian,

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

PENGARUH PENAMBAHAN CAMPURAN HERBAL DALAM RANSUM TERHADAP KECERNAAN PROTEIN KASAR DAN RETENSI NITROGEN PADA AYAM BROILER SKRIPSI ANDIKA LISTIYANTI

Penampilan Produksi Anak Ayam Buras yang Dipelihara pada Kandang Lantai Bambu dan Litter

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial.

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat

PENGARUH PENGGANTIAN RANSUM KOMERSIAL DENGAN AMPAS TAHU TERHADAP KECERNAAN PAKAN PADA BABI RAS

PENGARUH PENAMBAHAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes) FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP PRODUKSI TELUR ITIK TEGAL

Tepung Ampas Tahu Dalam Ransum, Performa Ayam Sentul... Dede Yusuf Kadasyah

MATERI DAN METODE. Materi

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. starter sampai finisher (1-35 hari) sebanyak 100 ekor dan koefisien variasi kurang

I. PENDAHULUAN. pakan ternak. Produksi limbah perkebunan berlimpah, harganya murah, serta tidak

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Ransum. Rataan konsumsi ransum setiap ekor ayam kampung dari masing-masing

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Puyuh

PERFORMA AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM BERBASIS JAGUNG DAN BUNGKIL KEDELAI DENGAN SUPLEMENTASI DL-METIONIN SKRIPSI HANI AH

SKRIPSI BUHARI MUSLIM

Transkripsi:

Efek Penggantian Jagung dengan Biji Alpukat yang Direndam Air Panas dalam Ransum terhadap Retensi Bahan Kering, Bahan Organik dan Protein Kasar pada Ayam Broiler Nelwida 1 Intisari Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh penggantian jagung dengan tepung biji alpukat dalam ransum terhadap retensi bahan kering, bahan organic dan protein kasar ayam broiler. Percobaan ini dilaksanakan dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi Unggas dan Non Ruminansia Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Penelitian ini menggunakan 100 ekor ayam broiler umur 2 hari strain Platinum yang diberi ransum basal dengan penambahan tepung biji alpukat. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lenglap dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang diberikan adalah taraf penggantian jagung dengan tepung biji alpukat dalam ransum yaitu BA-0 (ransum tanpa tepung biji alpukat), BA-5 (ransum dengan 5 % tepung biji alpukat tanpa direndam), BAR-% (ransum dengan 5% tepung biji alpukat yang direndam air panas), BA-10 ( ransum dengan 10 % tepung biji alpukat tanpa direndam) dan BAR-10 (ransum dengan 10 % tepung biji alpukat yang direndam air panas).peubah yang diamati adalah retensi bahan kering, bahan organic dan protein kasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggantian jagung dengan tepung biji alpukat tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap retensi bahan kering, bahan organic dan protein kasar. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggantian jagung dengan tepung biji alpukat yang direndam dan tanpa direndam dengan air panas dapat dilakukan tanpa mempengaruhi retensi bahan kering, bahan organic dan protein kasar. Kata Kunci : Broiler, Retensi, Biji Alpukat, Jagung Substitution of Corn with the Seed of avocado soaked in Hot Water on Retentions of Dry Matter, Organic Matter and Crude Protein on Broiler Chicken Abstract This study was aimed to evaluate the effects of substitution of corn with avocado seed in the hot water on retention of dry matter, organic matter and crude protein of broiler chicken. This experiment was carried out in Poultry Nutrition Laboratory and the Department of Non Ruminant Nutrition of the University of Jambi. This study used 100 2-days broiler chickens strains Platinum given the basal ration with the addition of avocado seed flour. Completely Randomizing Design was used in the research with five treatments and four replications. The treatment given was the level of flour replacement of corn with avocado seed in the feed of BA-0 (no avocado seed), BA-5 (5% of avocado seed flour without soaking), BAR-% ( 5% avocado seed flour soaked in hot water), BA-10 (10% avocado seed flour without soaking) and BAR-10 (10% avocado seed flour soaked in hot water). Observed variables were retentions of Dry Matter (DM), Organic Matter (OM) and crude protein (CP). The results showed that replacement of corn with avocado seed flour had no significant effect (P> 0.05) on retention of Dry Matter, Organic Matter and Crude Protein. In conclusion, the replacement of maize with wheat seeds, soaked avocado seed and without soaking in hot water can be done without affecting the retention of Dry Matter, Organic Matter and Crude Protein. Key Words: Broiler, Retention, Avocado Seed, Corn 1 Staf Pengajar Fakultas Peternakan, Universitas Jambi, Jambi 50

Pendahuluan Ayam broiler merupakan salah satu ternak yang penting dalam memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat. Ransum merupakan faktor yang penting dalam peningkatan produksi ternak unggas. Besarnya biaya produksi yang dibutuhkan membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara kontinyu, mempunyai gizi yang cukup dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia. Jagung merupakan sumber energi utama bagi ternak unggas yang dapat digunakan sampai 50% dalam ransum. Kebutuhan jagung pada ternak unggas masih bersaing dengan kebutuhan manusia dan ternak lainnya. Untuk mengatasi hal tersebut sebagai salah satu alternatif dengan memanfaatkan limbah pertanian yang memiliki nutrisi setara jagung. Biji alpukat mengandung protein kasar 10,40%, lemak kasar 5,81%, serat kasar 6,11%, Ca 0,70%, P 0,21% dan ME 3570 kkal/kg, walaupun kandungan protein kasar dan energi metabolis biji alpukat lebih tinggi dibandingkan jagung (8,70% dan 3370 kkal/kg), namun pemakaian-nya harus dibatasi karena mengandung zat anti nutrisi atau tannin sebesar 1,02% (Djulardi, 2003). Banerjee (1982), menyatakan bahwa tannin secara kimia ada dua jenis yaitu tannin terhidrolisa dan tannin terkondensasi. Tannin terhidrolisa yaitu tannin yang dapat diisolasi dengan cara perendaman dengan air, asam (HCl) dan NaOH, sedangkan tannin terkondensasi dengan cara pemanasan pada suhu 30 o C sampai 100 C. Cara praktis untuk mengurangi tannin yang terkandung dalam biji alpukat adalah dengan cara perendaman dengan air panas, karena dengan cara ini aspek perendaman dan pemanasan dapat dilakukan sekaligus untuk mengurangi tannin terhidrolisa dan terkondensasi dalam biji alpukat. Performans ayam broiler dipengaruhi oleh kandungan zat-zat makanan dalam ransum, sehingga dengan adanya pengolahan tersebut kandungan zat-zat makanan dalam biji alpukat dapat ditingkatkan sehingga zat-zat makanan dapat diretensi dengan baik oleh unggas. Berdasarkan hal tersebut maka telah dilakukan penelitian untuk melihat efek penggantian jagung dengan biji alpukat yang direndam dengan air panas dalam ransum terhadap retensi bahan kering, bahan organic dan protein kasar ayam broiler. Materi dan Metode Percobaan penelitian ini dilaksanakan selama 4 minggu dengan menggunakan 100 ekor ayam broiler starin Platinum dan ransum percobaan yang terdiri dari tepung biji alpukat, jagung, dedak halus, tepung ikan, bungkil kedelai, bungkil kelapa, topmix dan mineral. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan. Ransum perlakuan yang diberikan terdiri dari : BA-0% BA-5% BA-10% : Ransum tanpa biji alpukat : Penggantian jagung dengan biji alpukat tanpa direndam pada level 5% : Penggantian jagung dengan biji alpukat tanpa direndam pada level 10 % BAR-10% : Penggantian jagung dengan biji alpukat yang direndam dengan air panas pada level 10% 51

Tabel 1. Kandungan Zat-Zat makanan Bahan Penyusun Ransum Bahan BK PK SK LK Ca P Lis Met ME Makanan Jagung 82,43 6,94 1,49 4,25 0,02 0,28 0,26 0,18 3350 TBA 87,92 9,53 6,10 1,38 0,7 0,21 - - 2196 TBA Rendam 90,57 8,89 4,69 3,45 0,7 0,2 - - 2892 Dedak Halus 83,51 9,54 0,71 3,09 0,07 1,5 0,59 0,26 2980 Tepung Ikan 88,53 47,23 0,65 8,82 2,88 1,17 3,97 1,3 2820 Mineral - - - - 32,5 10 - - - Bungkil 87,30 41,12 4,31 5,51 0,02 0,8 2,9 0,65 3500 Kedelai Bingkil 92,65 25,57 18,55 7, 18 0,17 0,65 - - 1525 Kelapa Top Mix - - - - - - - - - Tabel 2. Kamposisi Bahan Makanan Penyusun Ransum Bahan Makanan Ransum Perlakuan % BA-0 BA-5 BAR-5 BA-10 BAR-10 Jagung Kuning 55 50 50 45 45 TBA 0 5 5 10 10 Dedak Halus 7 7 7 7 7 Tepung Ikan 11,5 11,5 11,5 11,5 11,5 Mineral 1 1 1 1 1 Bungkil Kedelai 22,52 22,52 22,52 22,52 22,52 Bungkil Kelapa 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 Top Mix 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 Total 100 100 100 100 100 Tabel 3. Kandungan Zat Zat Makanan Ransum Perlakuan Bahan Makanan Ransum Perlakuan % BA-0 BA-5 BAR-5 BA-10 BAR-10 Protein Kasar 24,03 24,19 24,15 24,34 24,27 Lemak Kasar 6,05 5,87 6,08 5,71 6,11 Serat Kasar 2,88 3,16 3,00 3,44 3,12 Ca 0,83 0,86 0,86 0,91 0,91 P 0,84 0,83 0,83 0,83 0,83 Lisin 1,37 1,35 1,55 1,54 1,54 Metionin 0,50 0,49 0,49 0,48 0,48 ME kkal/kg 3536 3466 3508 3396 3480 Selama penelitian ransum dan air minum diberikan ad libitum. Penimbangan ransum yang diberikan dan sisa ransum dilakukan sekali seminggu.pengambilan ekskreta dilakukan pada minggu ke 3 dan ke 4 dimana sebelumnya ayam dipuasakan selama 8 jam. Ekskreta yang dikumpulkan ditimbang berat segar dan berat keringnya setelah dikeringkan dibawah sinar matahari. Pengambilan sample dilakukan setelah ekskreta 52

minggu ke 3 dan ke 4 dicampur dan digiling yang kemudian dianalisis di laboratorium. Peubah yang diamati adalah retensi bahan kering, bahan organik dan protein kasar. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis ragam.apabila terdapat pengaruh yang nyata dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan (Steel dan Torrie, 1989). Hasil dan Pembahasan Konsumsi, Ekskresi dan Retensi Bahan Kering Konsumsi, Eksresi dan retensi Bahan Kering Ransum disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan Konsumsi, Eksresi dan retensi Bahan Kering (g/ekor/hr) Peubah BA-0 BA-5 BAR-5 BA-10 BAR-10 Konsumsi 72,66a 67,24a 68,68a 59,10a 54,73ba Ekskresi 16,76a 15,02a 13,63ba 13,26ba 11,92b Retensi 76,94 76,59 80,05 77,57 78,19 Keterangan. : Superskrip dengan huruf kecil yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) bahwa penggantian jagung dengan biji alpukat berpengaruh nyata (P<0,05) menurunkan konsumsi bahan kering dan ekskresi bahan kering tetapi tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap retensi bahan kiering. Hasil uji lanjut terlihat bahwa perlakuan BA-0, BA-5 dan BAR-5 tidak berbeda nyata (P>0,05), tetapi nyata (P<0,05) lebih tinggi dari perlakuan BA- 10 dan BAR-10. Disini terlihat bahwa semakin tinggi penggantian jagung dengan biji alpukat baik yang direndam maupun yang tidak direndam dalam ransum akan menyebabkan terjadinya penurunan konsumsi bahan kering ransom. Hal ini diduga walaupun kandungan zat-zat makanan relative sama tetapi kualitas ransom semakin menurun dengan semakin meningkatnya level penggunaan biji alpukat. Menurut Yasin (1998), banyaknya ransom yang dikonsumsi dipengaruhi oleh kualitas ransom. Hal lain juga disebabkan tekstur ransom yang semakin halus dan adanya anti nutrisi berupa tannin, dimana semakin tinggi penggunaan biji alpukat dalam ransum akan menyebabkan tekstur semakin halus dan kandungan tannin semakin tinggi. Dimana perendaman dengan air panas hanya mampu mengurangi tannin dalam jumlah sedikit yaitu 145,6 ppm (0,001456 %) menjadi 119,9 ppm (0,001199 %). Menurut Church and Pond (1988), konsumsi ransum dipengaruhi beberapa faktor antara lain warna dan tekstur dan selanjutnya Wiryawan (1999), bahwa senyawa tannin dapat dihilangkan dengan perendaman. Konsumsi bahan kering pada penelitian ini berkisar antara 54,73 72,66 g/ekor/hari. Menurut Meri (2004), konsumsi bahan kering ayam broiler berkisar 61,42 65 49 g/ekor/hari. Ekskresi bahan kering ransom nyata (P<0,05) menurun dengan semakin meningkat penggantian jagung dengan biji alpukat dalam ransom. Hasil uji lanjut terlihat ekskresi bahan kering pada perlakuan BA-0 dan BA-5 lebih tinggi dibandingkan BAR-5, BA-10 dan BAR-10, sedangkan antara BAR-5, BA-10 dan BAR-10 menghasilkan ekskresi bahan kering tidak berbeda nyata (P>0,05). Hal ini sejalan dengan konsumsi bahan kering yang semakin menurun dengan semakin meningkatnya level penggantian jagung 53

dengan biji alpukat baik yang direndam maupun yang tidak direndam air panas. Hal ini disebabkan tannin memepunyai warna merah dan rasa kelat sehingga jumlah konsumsi rendah dan yang diekskresikan juga rendah. Menurut Maynard (1979) jumlah konsumsi akan empengaruhi ekskresi yang mana ekskresi disebabkan oleh kecernaan ransom. bahwa penggantian jagung dengan biji alpukat tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap retensi bahan kering. Hal ini disebabkan pola konsumsi ransom yang tinggi menyebabkan ekskresi bahan kering juga tinggi sehingga menghasilkan retensi bahan kering yang tidak berpengaruh nyata (P>0,05). Dalam arti kata ayam yang makan banyak akan menghasilkan ekskreta yang banyak atau sebaliknya pada penelitian ini. Rataan retensi bahan kering pada penelitian ini berkisar antara 76,59 80,05 %. Hasil ini lebih tinggi dari penelitian Nelwida (1993) yang juga mengandung tannin yaitu 69,73 74,92 %. Menurut Maynard dkk (1979), daya cerna dipengaruhi oleh kandungan zat-zat makanan dalam ransom dan jumlah ransom yang dikonsumsinya. Konsumsi, Ekskresi dan Retensi Bahan Organik Rataan Konsumsi, Eksresi dan retensi Bahan Organik disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Rataan Konsumsi, Eksresi dan retensi Bahan Organik (g/ekor/hr) Peubah BA-0 BA-5 BAR-5 BA-10 BAR-10 Konsumsi 49,40a 46,01a 48,17a 39,55b 37,02d Ekskresi 11,38a 10,31a 9,57ba 8,88ba 8,05ba Retensi 76,93 77,88 79,58 77,57 78,20 Keterangan. : Superskrip dengan huruf kecil yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) bahwa perlakuan nyata (P<0,05) menurunkan konsumsi bahan organic dan ekskresi bahan organik. Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa BA-0, BA-5 dan BAR-5 menghasilkan konsumsi bahan organic dan ekskresi bahan organic nyata (P<0,05) lebih tinggi dibanding BA- 10 dan BAR-10, sedangkan BA-10 dan BAR-10 tidak berbeda nyata (P>0,05). Hal ini sejalan dengan pola konsumsi bahan kering dan ekskresi bahan kering yang juga semakin menurun dengan semakin meningkatnya level penggantian jagung dengan tepung biji alpukat yang direndam atau yang tanpa direndam air panas. Hal ini diduga karena masih adanya senyawa tannin yang terdapat pada biji alpukat yang dapat mempengaruhi konsumsi. Menurut Hagerman (2004), bahwa pertumbuhan unggas akan terganggu bila diberikan ransum yang mengandung tannin 0,5 2,0%. Konsumsi bahan organic pada penelitian ini berkisar antara 37,02 49,4 gr/ekor/hari. Hal ini sesuai dengan Nelwida (1993), dimana konsumsi bahan organic berkisar antara 34,19 38,86 gr/ekor/hari. Retensi bahan organic tidak berpengaruh nyata (P>0,05) hal ini sejalan dengan retensi bahan kering yang juga tidak berpengaruh nyata. Hal ini disebabkan karena bahan organic adalah komponen dari bahan kering. Menurut Anggorodi (1979), bahwa sebagian besar komponen bahan kering terdiri dari bahan organic. Retensi bahan organic pada penelitian ini berkisar antara 76,93 54

75,98 %, hasil ini lebih tinggi dari penelitian Nelwida (1993), yaitu 70,49 75,94 % dengan bahan yang sama-sama mengandung tannin yaitu pada tepung daun kaliandra yang juga mengandung serat kasar yang tinggi. Konsumsi, Ekskresi dan Retensi Protein Kasar Rataan Konsumsi, Ekskresi dan Retensi Protein Kasar disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Rataan Konsumsi, Eksresi dan Retensi Bahan Organik (g/ekor/hr) Peubah BA-0 BA-5 BAR-5 BA-10 BAR-10 Konsumsi 13,20a 11,68a 12,98a 10,16ba 10,69ba Ekskresi 3,10 2,65 2,50 2,27 2,18 Retensi 76,70 77,29 80,63 77,59 78,21 Keterangan. : Superskrip dengan huruf kecil yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) bahwa perlakuan nyata (P<0,05) mempengaruhi konsumsi protein kasar ransum. Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa perlakuan BA-0, BA-5 dan BAR-5 nyata (P<0,05) lebih tinggi dari BA-10 dan BAR-10. Sedangkan BA-10 dan BAR-10 tidak berbeda nyata (P>0,05). Hal ini sejalan dengan konsumsi bahan organic yang juga lebih tinggi pada perlakuan BA-0, BA-5 dan BAR-5 dibandingkan perlakuan lainnya. Rataan konsumsi protein kasar pada masing-masing perlakuan masih dalam kebutuhan ayan pedaging. Menurut Wahju (1997), kebutuhan protein pada ayan pedaging umur 1 4 minggu berkisar antara 3,42 = 16,80 gr/ekor/hari. Ekskresi protein kasar pada table tidak berpengaruh nyata (P>0,05) antara masing-masing perlakuan. Namun kalau dilihat secara angka juga menghasikan pola ekskresi yang sama dengan ekskresi bahan kering dan bahan organic, dimana semakin rendah konsumsi menghasilkan ekskresi yang juga semakin rendah. Hasil ekskresi protein kasar yang tidak berpengaruh nyata (P>0,05) juga diikuti dengan retensi protein kasar yang juga tidak berpengaruh nyata (P>0,05), tetapi tidak menurunkan retensi protein kasar. Hal ini diduga penurunan ekskresi bahan organic ini sebagian besar tidak berasal dari ekskresi protein kasar tapi berasal dri bahan organic yang lain sehingga tidak menurunkan retensi protein kasar. Hal ini disebabkan kualitas protein yaitu asam amino pada ransum yang mengandung biji alpukat relative sama kualitasnya baik yang direndam ataupun yang tanpa direndam.dibanding ransum yang tidak menggunakan tepung biji alpukat (BA- 0), sehingga menyebabkan retensi protein kasar pada masing-masing perlakuan tidak berbeda nyata (P>0,05). Menurut Anggorodi (985), bahwa retensi protein kasar dipengaruhi oleh kualitas protein, konsumsi ransum dan kandungan serat kasar ransum.hal lain juga diduga disebabkan kandungan tannin pada biji alpukat belum mempengaruhi kecernaan protein kasar karena masih dalam batas toleransi untuk ternak unggas. Menurut Sri (1988), tannin dapat menurunkan kecernaan protein karena dapat menghambat kerja enzim protease. Selanjutnya ditambahkan oleh Wiradisastra (1982), bahwa tannin menyebabkan pencernaan terhadap protein rendah sehingga jumlah asam amino yang mampu diserap dinding usus ayam akan turun, akibatnya jumlah protein yang diretensipun akan menurun. 55

Jika dilihat dari rataan retensi protein kasar pada masing-masing perlakuan terlihat bahwa retensi protein kasar relative sama dengan yang dikemukakan Wahju (1988), yaitu protein kasar yang diretensi dalam ransm unggas antara 75 90 %. Sedangkan menurut Anggorodi (1985), bahwa protein kasar yang diretensi 64 % untuk kebutuhan protein ayam pedaging. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggantian jagung dengan tepung biji alpukat yang direndam dan tanpa direndam dengan air panas dapat dilakukan tanpa mempengaruhi retensi bahan kering, bahan organic dan protein kasar. Daftra Pustaka Anggorodi, R. 1979. Ilmu Makanan Ternak Unggas. Kemajuan Mutakhir. PT. Gramedia. Jakarta. Church. D. C and W.G. Pond. 1988. Basic Animal Nutrition and Grow. Australian University Development Program (AUIDP). Australia. Maynard, L. A., J. k. Loading., H. F. Hintz and R. g. Warner. 1979. Animal Nutrition.7 th Ed. Mc. Grow- Hill Book Company Inc. New York. Nelwida. 1993. Pengaruh penggantian bungkil kelapa dengan tepung daun kaliandra (Calliandra callothyrsus) dalam ransum terhadap retensi bahan kering, bahan organik dan protein kasar pada ayanm pedaging jantan. Skripsi Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Jambi. Sri, M. P. 1988. Pengaruh penggunaan tepung daun kaliandra (Calliandra callothyrsus) dan bentuk fisik ransum terhadap pertumbuhan kelinci lepas sapih. Fakultas Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Wahju, J. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Wiradisastra, M.D.H. 1982. Pengaruh penggantian sebagian ransum oleh tepung daun Kaliandra terhadap tingkat retensi nitrogen pada ayam broiler. Laporan Penelitian Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran, Bandung. Wiryawan, K. G. 1999. Pengurangan kadar Tannin dalam Daun Kaliandra (Caliandra callothrsus) dengan Menggunakan Larutan Kapur Tohor Ca(OH)2 dan Uji Kecernaan Secara In-Vitro Media Peternakan. Yasin, S. 1998. Fungsi dan Peranan Zatzat Gizi dalam Ransum Ayam Petelur. Penerbit PT. Melton Putka, Jakarta. 56