KPBU sebagai Skema Pengadaan Infrastruktur Yang Akuntabel, Transparan dan Kompetitif

dokumen-dokumen yang mirip
, No.2063 melaksanakan penyiapan dan pelaksanaan transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha dan Menteri Keuangan menyediakan Dukunga

KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA DIREKTORAT PENGELOLAAN DUKUNGAN PEMERINTAH DAN PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

FASILITAS PEMERINTAH UNTUK MENDUKUNG PROYEK KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA (KPBU)

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

FAQ. bahasa indonesia

MEKANISME PELAKSANAAN PROYEK KPBU OLEH PEMERINTAH DAERAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TATA CARA KERJASAMA PENYELENGGARAAN SPAM

2017, No Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan, dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Ind

1 of 9 21/12/ :39

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5178); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Ta

Proyek KPBU TPPAS Regional Legok Nangka Provinsi Jawa Barat

Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) Mengapa KPBU?

KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA

2 Mengingat d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu mengatur kerjasama Pemerintah dan badan u

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN KILANG MINYAK DI DALAM NEGERI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

GLOSARIUM KPBU DAFTAR ISTILAH-ISTILAH DALAM SKEMA KERJASAMA PEMERINTAH BADAN USAHA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 12 / PRT / M / 2010 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

PENGELOLAAN RISIKO DALAM PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR BERKELANJUTAN. Oleh: Sinthya Roesly, S.T., M.M., M.B.A., M.Eng.Sc.

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PAPARAN

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Memperbesar Pintu Masuk Partisipasi Swasta Dalam Penyedian Infrastruktur Sosial

Direktorat Bina Investasi Infrastruktur Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat 2017

MATRIKS HARMONISASI ANTAR PERATURAN-SMAB

PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL NOMOR [*] TAHUN 2015 TENTANG

2017, No sudah tidak sesuai lagi dengan peraturan perundangundangan yang ada sehingga perlu diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagai

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM No. 12/PRT/M/2010 B A N J A R M A S I N, M E I

- 1 - TATA CARA PELAKSANAAN PENGADAAN BADAN USAHA KERJASAMA BAB I PENDAHULUAN

CHECKLIST DOKUMEN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU SEKTOR PENERANGAN JALAN UMUM (PJU)

BAB I PENDAHULUAN. keamanan dalam negeri dan pertahanan, (2) untuk menyelenggarakan peradilan,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

CHECKLIST DOKUMEN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU SEKTOR PERSAMPAHAN

2012, No

2 Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 106 Tahun 2007 tentang Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor

Alternatif Pembiayaan Pembangunan Infrastruktur Daerah

Implementasi Perpres 67/2005 di Daerah

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09/PRT/M/2016 TENTANG

CHECKLIST DOKUMEN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU SEKTOR PELABUHAN

BAB I PENDAHULUAN. warganya, dan pasar dengan warga. Dahulu negara memposisikan dirinya sebagai

PAPARAN DIREKTUR PENDAPATAN DAERAH

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NO MOR 260 /PMK.08/2016 TENT ANG

BAB I PENDAHULUAN. pengadaan barang dan jasa yang tidak disediakan oleh pihak swasta.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari peforma pembangunan infrastrukturnya. Maka dari itu, perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi pengelolaan keuangan negara di Indonesia yang ditandai

Mengalirkan Air Umbulan, Sejahterakan Masyarakat

PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 17 TAHUN 2001 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH KOTA DENGAN BADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DEPOK,

Aspek Perpajakan Viability Gap Fund 1

PENGAMANAN FISKAL MELALUI POLA PEMBAGIAN RISIKO ANTARA PEMERINTAH DAN SWASTA

MEREALISASIKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SECARA EFEKTIF

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2005 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

CHECKLIST DOKUMEN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU SEKTOR AIR MINUM

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN KERJASAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan tujuan dari penelitian ini yaitu mengenai hal skema penjaminan

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

PROYEK MODERNISASI PENGADAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

PEDOMAN DAN TATACARA PERMOHONAN PENANAMAN MODAL

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN TENT ANG FASILITAS DALAM RANGKA PENYIAPAN DAN PELAKSANAAN TRANSAKSI

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh Barang dan Jasa oleh Kementerian, Lembaga, Satuan Kerja

BAB I PENDAHULUAN. Program pembangunan pembangkit listrik Megawatt (MW) merupakan program strategis pemerintahan Jokowi-JK untuk mendukung

Prosedur Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) Kawasan Ekonomi Khusus Di Indonesia. Jakarta 13 November 2014

AGENDA RISET Institute

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA DALAM MENDUKUNG INDONESIA BEBAS SAMPAH MEKANISME DAN LINGKUP PENGADAAN

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 1 TAHUN 2011

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KENDAL

BAB I PENDAHULUAN. serta alasan penulis memilih obyek penelitian di PT. X. Setelah itu, sub bab

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH

TRANSKRIP HASIL WAWANCARA

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Panduan Penyelenggaraan Kerjasama Pemerintah-Swasta (KPS)

PENGALAMAN KOTA MEDAN DAL AM DAN BADAN USAHA (KPBU) Pemerintah Kota Medan

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR UNIT LAYANAN PENGADAAN

Menimbang : a. bahwa dalam Pasal 235 Undang-Undang Nomor 1 Tahun

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 07 TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah anggota G20 dan berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pengadaan merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG PENJAMINAN INFRASTRUKTUR DALAM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MEMUTUSKAN :

1. Kerangka Peraturan Perundangan 2. Dasar Hukum 3. Uji Publik Rencana Kerjasama KPBU Di BPTJ 2018

MENIMBANG MENGINGAT MEMUTUSKAN MENETAPKAN

PERTAMINA BUTUH RP 520 TRILIUN DALAM 10 TAHUN UNTUK BANGUN KILANG

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan pertumbuhan bisnis nasional. Dalam melakukan pengadaan barang

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Tap MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaran Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR: 3 TAHUN 2012 TENTANG

Akselerasi Penyerapan Anggaran terkait Keppres 80/2003

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bagian Selatan dengan PT. Muba Daya Pratama sehubungan dengan

Transkripsi:

KPBU sebagai Skema Pengadaan Infrastruktur Yang Akuntabel, Transparan dan Kompetitif Jakarta 31 Desember 2015 Pemerintah Indonesia telah menyadari pentingnya infrastruktur dan menempatkan infrastruktur sebagai agenda utama dalam percepatan dan pemerataan pembangunan ekonomi nasional. Sementara itu, data Bappenas menunjukkan bahwa APBN dan APBD tidak dapat memenuhi seluruh kebutuhan dana untuk pembangunan infrastruktur tersebut. Oleh karenanya, para pejabat di lingkungan pemerintahan baik di tingkat pusat maupun di daerah semakin didorong untuk dapat melibatkan swasta dalam pembangunan infrastrukur, terutama pada infrastruktur yang dapat mencapai kelayakan komersial dimana pihak swasta dapat tertarik untuk terlibat. Dalam kerangka peraturan yang ada saat ini, terdapat beberapa cara atau skema untuk melibatkan investor swasta dalam penyediaan infrastruktur, salah satunya adalah skema Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha atau disingkat dengan KPBU berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur ( Perpres KPBU ) berikut peraturan turunannya, antara lain Peraturan Menteri Bappenas Nomor 4 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan.Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur ( Permen Bappenas KPBU ) dan Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Nomor 19 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pengadaan Badan Usaha Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur ( Perka LKPP KPBU ). Skema KPBU mengedepankan beberapa prinsip utama, salah satunya sebagaimana disebutkan pada Perpres KPBU Pasal 4 adalah prinsip bersaing, yakni pengadaan mitra kerjasama Badan Usaha dilakukan melalui tahapan pemilihan yang adil, terbuka dan transparan, serta memperhatikan prinsip persaingan usaha yang sehat. Persaingan usaha yang sehat dan tahapan pemilihan yang adil, terbuka dan transparan akan menambah tingkat keyakinan bagi Pemerintah dan masyarakat bahwa infrastruktur yang diperlukan akan disediakan oleh investor yang memiliki kualifikasi yang cukup dengan tingkat layanan dan biaya yang optimal. Oleh karenanya, keberhasilan suatu pengadaan badan usaha untuk infrastruktur ditentukan oleh keberhasilan panitia yang menjalankan proses tersebut dalam menjaga tingkat kompetisi sejak awal hingga akhir proses. Tingkat kompetisi akan terjaga sepanjang proyek tersebut layak dan dipersiapkan/distruktur dengan baik serta tingkat kepercayaan calon investor terjaga melalui proses pengadaan yang transparan. Proses pengadaan yang dijalankan dengan cara tersebut dapat memberikan akuntabilitas dan kredibilitas bagi lembaga Pemerintah yang melaksanakannya karena hasil dari proses yang transparan dapat dipertanggungjawabkan setiap saat.

Lalu menjadi topik yang menarik untuk diketahui adalah bagaimana persaingan usaha yang sehat dan tahapan pemilihan yang adil, terbuka dan transparan sebagaimana diharapkan dapat tercipta pada skema KPBU berdasarkan Perpres KPBU yang ada saat ini. Dalam Perpres KPBU terdapat beberapa hal yang mendukung proses pengadaan yang kompetitif dan transparan, yakni terutama adalah: - Penyiapan Pra-Studi Kelayakan dan dokumen lelang oleh Pemerintah dengan standar internasional - Penentuan alokasi risiko dan struktur transaksi yang efisien - Finalisasi struktur, syarat dan kondisi perjanjian sebelum penerimaan bid sehingga mengeliminir negosiasi pasca lelang Ketiga hal tersebut menunjukkan aktifitas proses pengadaan KPBU cenderung banyak dan kompleks di awal karena memang diperlukan untuk menghasilkan kompetisi, transparansi dan kepastian terlaksananya proyek dengan baik dalam jangka panjang sebagaimana dijelaskan lebih lanjut di bawah ini. Pada tahap penyiapan proyek KPBU, Permen Bappenas No 4 Tahun 2015 Pasal 21 mewajibkan penyiapan Pra-Studi Kelayakan dilakukan oleh Pemerintah dengan cukup lengkap, mengikuti best practice atau standar internasional. Dengan hasil studi tersebut, Pemerintah memiliki informasi yang cukup untuk ditawarkan kepada calon investor yang lebih luas dan menarik lebih banyak

minat calon investor yang kompeten. Permen Bappenas KPBU Pasal 27 juga membuka adanya konsultasi atau penjajakan dengan para calon investor sehingga Pemerintah memperoleh feedback dan mampu memastikan adanya minat yang cukup dari para calon investor untuk berpartisipasi. Pemerintah perlu menanggapi kondisi yang diminta investor untuk berinvestasi di proyek infrastruktur yang akan ditawarkan, mengingat bahwa pada era globalisasi ini para calon investor dengan sumber dayanya yang terbatas dihadapkan pada berbagai kesempatan investasi tidak hanya di Indonesia namun juga di berbagai belahan di dunia. Adanya standar penyiapan proyek yang cukup baik dengan memperhatikan masukan dari para calon investor diharapkan membuat proyek yang ditawarkan oleh Pemerintah di Indonesia mampu bersaing dengan proyek lain yang ditawarkan di negara lain dalam menarik minat investor. Setelah melalui tahapan penyiapan proyek KPBU, pada tahapan transaksi Permen Bappenas KPBU mensyaratkan dilakukannya alokasi risiko yang dapat meningkatkan nilai tambah bagi para pemangku kepentingan. Alokasi risiko menjadi landasan struktur KPBU yang akan dituangkan dalam perjanjian KPBU. Proses alokasi risiko yang dijalankan dengan benar akan meningkatkan nilai tambah, dimana pihak yang menanggung suatu risiko adalah pihak yang paling mampu untuk mengendalikan risiko tersebut. Sebagai contoh, risiko pengadaan lahan dan perizinan yang menjadi salah satu momok paling menakutkan dalam pengusahaan infrastruktur telah menjadi risiko yang harus ditanggung

Pemerintah karena Permen Bappenas KPBU Bappenas mewajibkan Penanggung Jawab Proyek Kerjasama melaksanakan pengadaan tanah dan membantu proses pemberian perizinan untuk menyelenggarakan KPBU sesuai dengan kewenangannya. Dengan demikian, profil risiko proyek dapat meningkat menjadi lebih baik dan lebih layak untuk dibiayai (bankable). Ibarat gadis cantik, semakin baik alokasi risiko sebuah proyek maka akan semakin banyak peminatnya dan semakin tercipta kompetisi yang sehat. Pada tahap transaksi KPBU, Perka LKPP KPBU juga mensyaratkan bahwa negosiasi atau diskusi untuk optimalisasi teknis, aspek finansial dan rancangan Perjanjian KPBU hanya dilakukan setelah evaluasi Dokumen Penawaran Tahap I dan sebelum pemasukan Dokumen Penawaran Tahap II. Dengan demikian seluruh peserta lelang akan terinformasi dan dapat meyakini bahwa seluruh struktur, syarat dan kondisi perjanjian yang disampaikan dalam dokumen lelang adalah final dan berlaku sama bagi semua peserta lelang ketika mereka menyampaikan dokumen penawaran tahap akhir. Tingkat keyakinan tersebut dapat menciptakan rasa adil di antara para peserta lelang dan mendorong para peserta lelang untuk berkompetisi secara sehat. Dengan proses KPBU yang telah dirancang dengan prinsip bersaing sebagaimana dijelaskan di atas, dapat kita pahami mengapa Menteri Keuangan pun berkeinginan untuk mendorong skema KPBU dengan menyediakan fasilitas

dukungan fiskal berupa penjaminan infrastruktur melalui PT PII (Persero) dan dukungan kelayakan atau viability gap fund untuk proyek-proyek KPBU. Selanjutnya diharapkan skema KPBU ini dapat menjadi preferensi utama para pejabat Pemerintah yang memiliki wewenang sebagai pemilik proyek atau Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK) dalam mengadakan infrastruktur bagi kepentingan publik, terutama untuk proyek-proyek yang dapat mencapai kelayakan komersial dan memiliki skala yang cukup besar agar kesempatan partisipasi swasta dapat semakin nyata untuk mendukung program Pemerintah demi kemaslahatan masyarakat banyak.