ANALISIS NILAI TAMBAH SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) SEBAGAI BAHAN BAKU PRODUK OLAHAN SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) DI KABUPATEN SLEMAN Meta Harmawati, Kusnandar, Nuning Setyowati Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jl Ir Sutami No 36 A Kentingan Surakarta 57126 Telp./ Fax. (0271) 637457 Email : bernadettameytha@gmail.com Telp : 085747422727 Abstract: The research aims to determine the amount of costs, revenue, profits, efficiency, and profit rate and to know the value added and rewards of labor in business of EtawahCrossbred goat milk products in Sleman Regency. The basic method of this research is descriptive method. The data are used primary and secondary data. Analysis of the data is used the analysis of costs, revenues, profits, profit rate, efficiency, and value added. The results showed that (1) the analysis of business: a) Total cost of crackers and goat milk caramel candies business is to Rp 1.189.535,00/month and Rp 3.523.500,00/month, b) Revenues of crackers and goat milk caramel candies business is to Rp 1.452.000,00/month and Rp 3.880.000,00 /month; c) Profits of crackers and goat milk caramel candies business is to Rp 262.465,00/month and Rp 356.500,00/month; d) The efficiency showed by the value of the R/C ratio in crackers and goat milk caramel candies business is to 1,22 and 1,10; e) Profit rate of crackers and goat milk caramel candies business is to 22,06% and 10,12%. (2) Value added of crackers and goat milk caramel candies business is to Rp 15.135,21/kg and Rp 15.567,18/kg. The value added of goat milk caramel candies is higher than the goat milk crackers, because contribution from other input is higher in goat milk crackers. Rewards of labor in crackers and goat milk caramel candies business is to Rp 18.319,49/kg and Rp 38.992,97/kg. The highest rewards of labor is goat milk caramel candy due to the high of average wage labor in processing. Keywords : EtawahCrossbred Goat Milk, Value Added, Sleman Regency Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya biaya, penerimaan, keuntungan, efisiensi usaha, dan tingkat keuntungan, serta mengetahui nilai tambah dan imbalan tenaga kerja pada usaha produk olahan susu kambing Peranakan Etawah (PE) di Kabupaten Sleman. Metode dasar penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Analisis data yang digunakan adalah analisis biaya, penerimaan, keuntungan, tingkat keuntungan, efisiensi usaha, dan nilai tambah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) analisis usaha: a) biaya total pada usaha kerupuk dan permen karamel susu kambing PE sebesar Rp 1.189.535,00/bulan dan Rp 3.523.500,00/bulan; b) penerimaan pada usaha kerupuk dan sebesar Rp 1.452.000,00/bulan dan Rp 3.880.000,00/bulan; c) keuntungan pada usaha kerupuk dan sebesar Rp 262.465,00/bulan dan Rp 356.500,00/bulan; d) efisiensi usaha yang ditunjukkan oleh nilai R/C ratio pada usaha kerupuk dan sebesar 1,22 dan 1,10; e) tingkat keuntungan pada usaha kerupuk dan sebesar 22,06% dan 10,12%. (2) Besarnya nilai tambah pada usaha kerupuk dan sebesar Rp 15.135,21/kg dan Rp 15.567,18/kg. Besarnya nilai tambah lebih tinggi daripada kerupuk susu kambing PE karena besarnya sumbangan input lain pada kerupuk susu kambing PE.Imbalan tenaga kerja pada usaha kerupuk dan permen karamel susu kambing PE sebesar Rp 18.319,49/kg dan Rp 38.992,97/kg. Imbalan tenaga kerja pada usaha paling tinggi karena tingginya upah ratarata tenaga kerja dalam pengolahan. Kata Kunci : Susu Kambing Peranakan Etawah (PE), Nilai Tambah, Kabupaten Sleman
PENDAHULUAN Agroindustri merupakan industri yang mengolah bahan baku hasil pertanian menjadi suatu produk yang mempunyai nilai tambah yang dapat dikonsumsi masyarakat. Agroindustri dapat meningkatan nilai tambah dan daya saing produk pertanian (Kusnandar dkk, 2010). Nilai tambah produk yang dihasilkan dari agroindustri banyak dinikmati oleh banyak pihak khusunya pelaku agroindustri. Dengan adanya agroindustri, produk yang dihasilkan mempunyai nilai jual yang tinggi sehingga pelaku agroindustri mendapat keuntungan. Usaha pengolahan produk dapat dilakukan pada lima subsektor pertanian, salah satunya subsektor peternakan. Menurut Deptan (2012), kegiatan peningkatan nilai tambah melalui usaha pengolahan hasil peternakan mempunyai prospek yang cukup baik untuk dikembangkan di daerah pedesaan. Produk pengolahan hasil peternakan yang telah berkembang cukup baik di masyarakat adalah produk olahan susu dan olahan daging. Kambing etawah dikenal sebagai kambing perah yang berasal dari India. Kambing etawah terkenal di Asia Tenggara sebagai tipe dwiguna yaitu penghasil susu dan penghasil daging. Kambing yang dibudidayakan di Indonesia adalah kambing Peranakan Etawah (PE). Kambing Peranakan Etawah (PE) merupakan kambing hasil persilangan antara kambing kacang/kambing lokal dengan kambing etawah. Menurut Maryanto (2011), susu yang dihasilkan kambing Peranakan Etawah (PE) memiliki nilai gizi yang tinggi dibandingkan susu sapi dan sangat berkhasiat untuk kesehatan. Disamping sebagai sumber gizi, susu kambing juga berfungsi sebagai pencegahan dan penyembuhan beberapa penyakit, seperti TBC, bronchitis, asma (gangguan pernapasan), alergi pada kulit, asam urat, rheumatic, diabetes, anemia, kudis, dan maag kronis. Nilai tambah (value added) adalah pertambahan nilai suatu komoditas karena mengalami proses pengolahan, pengangkutan ataupun penyimpanan dalam suatu produksi. Dalam proses pengolahan, nilai tambah dapat didefinisikan sebagai selisih antara nilai produk dengan nilai biaya bahan baku dan input lainnya, tidak termasuk tenaga kerja (Hayami et al dalam Usman S, 2005). Nilai tambah yang dihasilkan suatu produk menggambarkan keuntungan yang diperoleh produsen. Dengan adanya analisis nilai tambah maka akan diketahui seberapa besar keuntungan yang diperoleh produsen dalam mengolah suatu produk. Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu sentra peternakan kambing Peranakan Etawah (PE).Jenis kambing ini banyak dikembangkan di Kabupaten Kulonprogo dan Kabupaten Sleman. Di Kabupaten Sleman peternak mengusahakan kambing Peranakan Etawah (PE) sebagai penghasil susu. Satu ekor kambing Peranakan Etawah (PE) mampu menghasilkan susu ratarata sebanyak 1 liter setiap harinya. Peternak di Kabupaten Sleman khususnya di Kecamatan Turi mengalami kesulitan dalam memasarkan susu segar kambing PE mengingat karakteristik susu yang
mudah rusak dan tidak tahan lama sehingga susu segar kambing Peranakan Etawah (PE) yang dihasilkan tidak mampu terjual. Susu kambing PE hanya dapat bertahan sampai 3 jam pada suhu ruang. Oleh sebab itu, dilakukan pengolahan susu segar kambing Peranakan Etawah (PE) menjadi produk olahan susu, seperti permen karamel susudan kerupuk susu sehingga nilai ekonomis susu kambing Peranakan Etawah (PE) dapat dipertahankan. Dengan adanya pengolahan susu kambing PE akan meningkatkan nilai tambah susu kambing Peranakan Etawah (PE). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya biaya, penerimaan, keuntungan, efisiensi usaha, dan tingkat keuntungan (profit rate), serta mengetahui nilai tambah dan imbalan tenaga kerja pada usaha produk olahan susu kambing Peranakan Etawah (PE) di Kabupaten Sleman. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Populasi dalam penelitian ini adalah usaha produk olahan susu kambing Peranakan Etawah (PE) di Kabupaten Sleman dimana terdapat 8 unit usaha produk olahan susu kambing Peranakan Etawah (PE). Teknik pengambilan sampel secara nonprobability sampling. Tipe sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Sampel dalam analisis nilai tambah susu kambingperanakan Etawah (PE) yaitu 3usaha produk olahan susu kambing PE, dimanadimana terdapat 1 usaha mikro dan 2 usaha menengah. Terdapat 2 kelompok usaha produk olahan susu kambing PE yaitu Kelompok Etawa Agro Prima dan Kelompok Pangestu. Kelompok Etawa Agro Prima mengolah permen karamel susu kambing PE. Kelompok Pangestu mengolah susu kambing PE. Kegiatan produksi produk olahan susu kambing PE pada usaha tersebut dilakukan secara kontinyu sehingga peneliti memilih 3 usaha tersebut sebagai sampel penelitian. Metode analisis data yang digunakan untuk mengetahui besarnya total biaya produksi pada usaha produk olahan susu kambing PE digunakan rumus: TC = TFC + TVC...(1) Dimana TC adalah totalbiaya produksi; TFC adalah biaya tetap; dan TVC adalah biaya variabel. Untuk mengetahui besarnya penerimaan pada usaha produk olahan susu kambing PE digunakan rumus: TR = Q x P...(2) Dimana TR adalah penerimaan usaha; Q adalah jumlah produk; dan P adalah harga produk. Untuk mengetahui besarnya keuntungan pada usaha produk olahan susu kambing PE digunakan rumus: π = TR TC..(3) Dimana π adalah keuntungan usaha; TR adalah penerimaan usaha; dan TC adalah total biaya produksi. Untuk mengetahui besarnya tingkat keuntungan (profit rate) pada usaha produk olahan susu kambing PE digunakan rumus:
Profit rate= x 100%...(4) TC Dimana π adalah keuntungan usaha; dantc adalah total biaya produksi. Untuk mengetahui besarnya efisiensi pada usaha produk olahan susu kambing PE digunakan rumus di bawah ini: R/C ratio =...(5) Dimana R/C rasio adalah hasil perbandingan antara penerimaan (R) dan total biaya produksi (C). (Soekartawi, 1991). Untuk mengetahui besarnya nilai tambah pada usaha produk olahan susu kambing PE digunakanmetode Hayami (Tabel 1). Tabel 1. Perhitungan Nilai Tambah HASIL DAN PEMBAHASAN Biaya Biaya dalam penelitian ini merupakan keseluruhan jumlah biaya produksi yang dikeluarkan dalam memproduksi produk olahan susu kambing PE. Biaya total terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi produk olahan susu kambing PE yang besarnya tidak dipengaruhi oleh output/hasil produk olahan susu kambing PE yang dihasilkan. Proporsi terbesar dalam biaya tetap yang digunakan untuk memproduksi kerupuk susu dan No Variabel Simbol Rumus 1. 2. 3. 4. Output (kg/bulan) Input bahan baku (kg/bulan) Input tenaga kerja (jam/bulan) Faktor konversi (1) (2) (3) (4) (1) (2) (3) (4) = 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Koefisien tenaga kerja (jam/kg) Harga produk (Rp/kg) Upah ratarata tenaga kerja (Rp/JKO) Harga bahan baku (Rp/kg) Sumbangan input lain (Rp/kg) Nilai output (Rp/kg) Nilai tambah (Rp/kg) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (5) = (6) (7) (8) (9) (10) = (4) x (6) (11) = (10) (8) (9) 12. Rasio nilai tambah (%) (12) (12) = x 100% 13. 14. Imbalan tenaga kerja (Rp/kg) Bagian tenaga kerja (%) (13) (14) (13) = (5) x (7) (14) = x100% Sumber : Sudiyono, 2002 Tabel 2. Ratarata Biaya Tetap Usaha Produk Olahan Susu Kambing PE di Kabupaten Sleman per Bulan No 1. 2. 3. Uraian Penyusutan peralatan Sewa bangunan Bunga modal sendiri Kerupuk Susu Permen Karamel Susu Ratarata (Rp) (%) Ratarata (Rp) (%) 44.476 56,38 13.269 66,99 183 0,23 367 1,85 34.226 43,39 6.172 31,16 Jumlah 78.885 100 19.808 100 Sumber: Analisis Data Primer (2013)
permen karamel kambing PE adalah biaya penyusutan peralatan. Biaya penyusutan peralatan tersebut cukup tinggi karena peralatan yang digunakan untuk memproduksi kambing PE cukup banyak. Biaya variabel merupakan biaya yang dikeluarkan biaya dalam proses produksi produk olahan susu kambing PE yang besarnya dipengaruhi oleh output/hasil produk olahan susu kambing PE yang dihasilkan. Ratarata biaya variabel yang dikeluarkan untuk memproduksi kerupuk susu kambing PE sebesar Rp 1.110.650,00 dan untuk permen karamel susu kambing PE sebesar Rp 3.503.692,00 (Tabel 3). Biaya variabel dipengaruhi oleh jumlah produk olahan susu kambing PE yang dihasilkan. Biaya total merupakan penjumlahan antara biaya tetap dan biaya variabel. Ratarata biaya total yang dikeluarkan dalam memproduksi kerupuk susu dan masingmasing sebesar Rp 1.189.535,00 dan Rp 3.523.500,00 (Tabel 4). Biaya variabel yang Tabel 3. Ratarata Biaya Variabel per Bulan Usaha Produk Olahan Susu Kambing PE di Kabupaten Sleman No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Uraian Bahan baku (susu murni kambing PE) Bahan penolong a. Gula pasir b. Perasa c. Tepung tapioka d. Bawang putih e. Bawang merah f. Garam g. Susu sapi h. Margarin Bahan bakar Kemasan Transportasi Pemasaran /internet Tenaga kerja Kerupuk Susu Permen Karamel Susu Ratarata (Rp) (%) Ratarata (Rp) (%) 345.000 31,06 960.000 27,40 66.000 25.500 84.000 1.650 41.500 127.000 100.000 5.000 315.000 5,94 2,30 7,56 0,15 3,74 11,43 9,00 0,45 28,36 375.712 460.000 21.000 85.000 253.980 150.000 10.000 1.188.000 10,72 13,13 0,60 2,43 7,25 4,28 0,29 33,91 Jumlah 1.110.650 100 3.503.692 100 Sumber: Analisis Data Primer (2013) Tabel 4. Ratarata Biaya Total per Bulan Usaha Produk Olahan Susu Kambing PE di Kabupaten Sleman No 1. 2. Uraian Kerupuk Susu Permen Karamel Susu Ratarata (Rp) (%) Ratarata (Rp) (%) Biaya tetap 78.885 6,63 19.808 0,56 Biaya variabel 1.110.650 93,37 3.503.692 99,44 Jumlah 1.189.535 100 3.523.500 100 Sumber : Analisis Data Primer (2013) dikeluarkan lebih besar dari biaya tetap karena besarnya biaya variabel dipengaruhi oleh besarnya produk
olahan susu kambing PE yang dihasilkan. Penerimaan Penerimaan (revenue) merupakanhasil perkalian antara jumlah produk yang dihasilkan dengan harga produk olahan susu kambing PE.Ratarata penerimaan pada usaha kerupuk susu kambing PE sebesar Rp 1.452.000,00 dan ratarata penerimaan pada usaha permen karamel susu kambing PE sebesar Rp 3.880.000,00 (Tabel 5). Harga yang ditentukan oleh pengusaha permen karamel susu kambing PE tergantung pada jenis kemasan yang digunakan. yang diperoleh dalam memproduksi susu kambing PE masingmasing sebesar Rp 262.465,00 dan Rp 356.500,00 (Tabel 6). Besarnya keuntungan dipengaruhi oleh jumlah penerimaan dan biaya yangdikeluarkan dalam memproduksi produk olahan susu kambing PE. Tingkat Keuntungan (Profit Rate) Tingkat keuntungan merupakan hasil bagi antara keuntungan usaha dengan biaya total yang dinyatakan dalam persen. Nilai tingkat keuntungan untuk kerupuk Tabel 5. RataRata Penerimaan per Bulan Usaha Produk Olahan Susu Kambing PE di Kabupaten Sleman No Uraian Ratarata Jumlah Harga (Rp) Penerimaan (Rp) 1. Kerupuk susu (250 gr) 132 11.000 1.452.000 Total (Rp/Bulan) 1.452.000 2. Kemasan permen karamel susu a) Plastik b) Kardus 364 20 10000 12000 3.640.000 240.000 Total (Rp/bulan) 3.880.000 Sumber: Analisis Data Primer (2013) Tabel 6. Ratarata Keuntungan per Bulan Usaha Produk Olahan Susu Kambing PE di Kabupaten Sleman No. Uraian Kerupuk Susu Permen Karamel Susu 1. Penerimaan total (Rp) 1.452.000 3.880.000 2. Biaya total (Rp) 1.189.535 3.523.500 Keuntungan (Rp) 262.465 356.500 Sumber : Analisis Data Primer (2013) susu kambing PE sebesar 22,06% Keuntungan Keuntungan merupakan dan untuk permen karamel susu kambing PE sebesar 10,12% (Tabel selisih antara penerimaan yang 7). Persentase tingkat keuntungan diperoleh dengan biaya dalam merupakan besarnya kemampuan memproduksi produk olahan susu kambing PE. Ratarata keuntungan suatu usaha dalam menghasilkan keuntungan.suatu usaha dikatakan Tabel 7. Ratarata Tingkat Keuntungan Usaha Produk Olahan Susu Kambing PE di Kabupaten Sleman No. Uraian Kerupuk Susu Permen Karamel Susu 1. Keuntungan (Rp) 262.465 356.500 2. Biaya total (Rp) 1.189.535 3.523.500 Tingkat keuntungan (%) 22,06 10,12 Sumber : Analisis Data Primer (2013)
menguntungkan apabila nilai tingkat keuntungannya lebih besar dari nol. Efisiensi Usaha Efisiensi usaha didapatkan dengan cara membandingkan jumlah penerimaan dengan biaya total yang dikeluarkan.nilai efisiensi usaha susu kambing PE masingmasing sebesar 1,22 dan 1,10 (Tabel 8). Semakin besar nilai R/C ratio maka semakin besar pula keuntungan yang diperoleh pengusaha. Nilai Tambah Nilai tambah adalah selisih antara nilai output dikurangi dengan harga bahan baku dan sumbangan input lain.produksi kerupuk susu kambing PE dilakukan satu kali dalam satu minggu dan permen karamel susu dua kali dalam satu minggu sehingga hasil produksi lebih banyak daripada kerupuk susu kambing PE. Hal ini akan mempengaruhi besarnya bahan baku yang digunakan. Bahan baku yang digunakan untuk permen karamel susu kambing PE lebih banyakdaripada kerupuk susu kambing PE. Tabel 8. Ratarata Efisiensi Usaha Produk Olahan Susu Kambing PE di Kabupaten Sleman No. Uraian Kerupuk Susu Permen Karamel Susu 1. Penerimaan total (Rp) 1.452.000 3.880.000 2. Biaya total (Rp) 1.189.535 3.523.500 Efisiensi 1,22 1,10 Sumber : Analisis Data Primer (2013) Tabel 9. Analisis Nilai Tambah Usaha Produk Olahan Susu Kambing PE di Kabupaten Sleman No. Uraian Kerupuk Susu Permen Karamel Susu 1. Hasil produksi (kg/bulan) 33,00 96,00 2. Bahan baku (kg/bulan) 20,47 64,00 3. Input tenaga kerja 150,00 254,00 (jam/bulan) 4. Faktor konversi 1,61 1,50 5. Koefisien tenaga kerja 7,33 3,97 6. Harga produk (Rp/kg) 35.000,00 35.000,00 7. Upah ratarata tenaga kerja 2.500,00 9.825,00 (Rp/jam) 8. Harga bahan baku (Rp/kg) 15.420,00 15.420,00 9. Sumbangan input lain 25.868,83 21.512,82 10. Nilai output (Rp/kg) 56.424,04 52.500,00 11. Nilai tambah (Rp/kg) 15.135,21 15.567,18 12. Rasio nilai tambah (%) 26,82 29,65 13. Imbalan tenaga kerja 18.319,49 38.992,97 (Rp/kg) 14. Bagian tenaga kerja (%) 121,04 250,48 Sumber: Analisis Data Primer (2013) Kebutuhan terhadap bahan baku dalam memproduksi permen karamel susu kambing PE cukup besar karena sedikitnya bahan campuran lain yang digunakan dalam pengolahannya, yaitu susu sapi, gula, dan margarin. Sementara untuk
memproduksi kerupuk susu kambing PE dibutuhkan bahan campuran lain yang cukup banyak, misalnya tepung tapioka, bawang putih, bawang merah, dan garam. Oleh sebab itu, sumbangan input lain yang digunakan dalam memproduksi kerupuk susu kambing PE menjadi tinggi. Harga produk kerupuk susu dan permen karamel susu kambing PE ratarata sama yaitu sebesar Rp 35.000,00 per kg.harga tersebut merupakan harga yang ditentukan oleh pengusaha bagi konsumen yang membeli produk dalam jumlah banyak atau biasa disebut agen. Harga bahan baku untuk mengolah produk olahan susu kambing PE cenderung sama yaitu Rp 15.420,00 per kg. Besarnya nilai tambah yang diperoleh dari proses pengolahan susu murni kambing PE menjadi susu kambing PE masingmasing sebesar Rp 15.135,21/kg dan Rp 15.567,18/kg. Maka, dapat dibandingkan besarnya nilai tambah antara pengolahan susu murni kambing PE menjadi kerupuk susu dan permen karamel susu kambing PE, yaitu bahwa besarnya nilai tambah produk permen karamel susu kambing PE lebih tinggi daripada kerupuk susu kambing PE. Hal ini dipengaruhi oleh besarnya sumbangan input lain pada kerupuk susu kambing PE mengingat bahan campuran untuk membuat kerupuk susu kambing PE cukup banyak. Menurut Aliudin dkk (2011), nilai imbalan tenaga kerja ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam suatu usaha. Terdapat kecenderungan apabila tenaga kerja yang terlibat dalam suatu produksi jumlahnya banyak, maka bagian tenaga kerja yang diterima setiap tenaga kerja akan kecil. Sebaliknya, apabila jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam produksi sedikit, maka bagian tenaga kerja yang diterima akan semakin banyak. Tetapi berbeda pada usaha permen karamel susu kambing PE. Nilai imbalan tenaga kerja pada permen karamel susu kambing PE lebih tinggi dibandingkan dengan kerupuk susu kambing PE. Padahal input tenaga kerja yang dibutuhkan pada usaha lebih banyak daripada input tenaga kerja yang dibutuhkan pada usaha kerupuk susu kambing PE. Hal ini disebabkan upah ratarata tenaga kerja dalam memproduksi permen karamel susu kambing PE cukup tinggi yaitu sebesar Rp 9.825,00 per jam. Berbeda dengan upah ratarata tenaga kerja pada usaha kerupuk susu kambing PE sebesar Rp 2.500,00 per jam. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Besarnya ratarata biaya total yang dikeluarkan untuk memproduksi kerupuk susu dan sebesar Rp 1.189.535,00 dan Rp 3.523.500,00. Besarnya ratarata penerimaan yang diperoleh dalam memproduksi kerupuk susu kambing PE sebesar Rp 1.452.000,00 dan pada permen karamel susu kambing PE sebesar Rp 3.880.000,00. Besarnya ratarata keuntungan yang diperoleh dalam memproduksi susu kambing PE sebesar Rp 262.465,00 dan Rp 356.500,00.
Besarnya efisiensi usaha kerupuk susu kambing PE sebesar 1,22 dan pada usaha permen karamel susu kambing PE sebesar 1,10 sehingga dapat dikatakan bahwa usaha yang dijalankan sudah efisien. Ratarata tingkat keuntungan yang diperoleh usaha kerupuk susu kambing PE sebesar 22,06% dan pada usaha sebesar 10,12%. Besarnya nilai tambah yang diperoleh usaha kerupuk susu kambing PE sebesar Rp 15.135,21 per kg dan besarnya nilai tambah yang diperoleh dari usaha permen karamel susu kambing PE sebesar Rp 15.567,18 per kg. Besarnya nilai tambah produk permen karamel susu kambing PE lebih tinggi daripada kerupuk susu kambing PE karena besarnya sumbangan input lain pada kerupuk susu kambing PE mengingat bahan campuran untuk membuat kerupuk susu kambing PE cukup banyak. Imbalan tenaga kerja pada usaha kerupuk susu kambing PE sebesar Rp 18.319,49 per kg dan pada usaha permen karamel susu kambing PE sebesar Rp 38.992,97 per kg. Imbalan tenaga kerja pada usaha permen karamel susu kambing PE lebih tinggi daripada imbalan tenaga kerja pada usaha kerupuk susu kambing PE karena tingginya upah ratarata tenaga kerja dalam mengolah permen karamel susu kambing PE. Saran Pengembangan usaha sebaiknya dilakukan pada usaha karena besarnya nilai tambah pada lebih tinggi. Pengusaha permen karamel susu kambing PE sebaiknya dapat meningkatkan daya saing produk dengan tetap mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk susu bubuk kambing PE. Sebaiknya pemerintah dapat membantu dalam mengatasi kendala yang ada, seperti mendapatkan perijinan usaha dari BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) Kabupaten Sleman agar dapat meningkatkan kualitas produk olahan susu kambing PE. Pemerintah hendaknya memberikan penyuluhan tentang pengelolaan limbah industri karena limbah tersebut sangat mencemari lingkungan sekitar usaha produk olahan susu kambing PE. DAFTAR PUSTAKA Aliudin, Sariyoga S, Anggraeni D 2011. Efisiensi dan Pendapatan Gula Aren Cetak (Kasus pada Perajin Gula Aren Cetak di Desa Cimenga, Kecamatan Cijaku, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten). Jurnal Agro Ekonomi Vol 29 No 1 : 7385. Deptan 2012. Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Peternakan.http://www.deptan.g o.id/.diakses 14 Februari 2013. Kusnandar, Mardikanto T, Wibowo A 2010. Manajemen Agroindustri, Kajian Teori dan Model Kelembagaan Agroindustri Skala Kecil Pedesaan. Surakarta: UNS Press.
Maryanto, D 2011. Khasiat, Manfaat dan Kandungan Susu Kambing Etawa dan Organik. www.stppbogor.ac.id/. Diakses 2 April 2013. Soekartawi 1991. Agribisnis: Teori dan Aplikasinya. Jakarta: Rajawali. Sudiyono, A 2002. Pemasaran Pertanian. Malang: UMM Press. Usman S, U 2005. Nilai Tambah dan Balas Jasa Faktor Produksi Pengolahan Hasilhasil Pertanian. Bulletin Penelitian No 08.