MONITORING PELAKSANAAN KEBIJAKAN BOK DI DAERAH TERPENCIL, PERBATASAN DAN KEPULAUAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dekade berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat cukup signifikan,

PEDOMAN WAWNCARA BAGAIMANA IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN (BOK) DI UPT PUSKESMAS HILIDUHO KABUPATEN NIAS TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A.

JURNAL KEBIJAKAN KESEHATAN INDONESIA MONITORING PELAKSANAAN KEBIJAKAN BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN DI DAERAH TERPENCIL, PERBATASAN DAN KEPULAUAN

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan

A. Data Umum 1 Kota 2 Kecamatan 3 Tanggal wawancara 4 Nomor responden 5 Nama 6 Umur 7 Pendidikan

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan sistem kesehatan (nasional) adalah meningkatkan dan memelihara status kesehatan penduduk, responsif

FORUM NASIONAL II : Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia. Nizwardi Azkha,SKM,MPPM,M,Pd,M,Si PSIKM FK Unand Padang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MONITORING DAN EVALUASI KEBIJAKAN BOK DAN JAMPERSAL

Kata kunci : Kebijakan Kesehatan, Jampersal, Angka Kematian Ibu (AKI)

PERATURAN BUPATI BATANG NOMOR 2-9 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN DANA JAMINAN PERSALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

b. Tantangan Eksternal 1) Kelembagaan : Dukungan sektor lain terhadap bidang kesehatan masih belum optimal karena masih ada anggapan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Sistem Kesehatan adalah meningkatkan derajat kesehatan, ketanggapan, dan keadilan dalam pembiayaan

Monitoring Pelaksanaan Kebijakan BOK dan Jampersal Di DIY, Papua dan NTT. PMPK UGM dan UNFPA Laksono Trisnantoro Sigit Riyarto Tudiono

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 90 TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan

Pendanaan Sektor Kesehatan di Indonesia: Studi Kasus Bantuan Operasional Kesehatan. Fatmah Afrianty Gobel

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sasaran Milenium Development Goals (MDGs) telah menunjukkan menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup (BAPPENAS, 2010).

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMANFAATAN DANA JAMINAN PERSALINAN PADA PUSKESMAS DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2012

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 14 TAHUN 2013

V. PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan

Lustrum ke-13 FK-UGM Yogyakarta, 4 Maret 2011

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 60 TAHUN 2017 TENTANG

DRAFT RANPERBUP TTG POLA BAGI JASA PELAYANAN RSUD BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 329/MENKES/PER/III/2010 TENTANG

BAB IV TUGAS PEMBANTUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Sesi 2: Bagaimana posisi BOK dalam perencanaan dan penganggaran KIA di Kabupaten?

BUPATI KARANGASEM PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG PENGGUNAAN DANA JAMINAN PERSALINAN DI KABUPATEN KARANGASEM

BAB I PENDAHULUAN. mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas ekonomi dan tugas

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. (GSI), safe motherhood, program Jaminan Persalinan (Jampersal) hingga program

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 9 TAHUN 2017 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. kepada pandangan terhadap konsep sehat dengan perspektif yang lebih luas. Luasnya

BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam peningkatan sumber daya manusia (SDM). Dalam Undang-Undang Nomor

6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara

KEBIJAKAN KEMENTERIAN KESEHATAN DALAM AKSELERASI PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU

FORUM NASIONAL II : Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia. M. Faozi Kurniawan Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan FK-UGM

: Sekretaris Daerah Kota Medan

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB VII PENUTUP. a. Terjadi pengurangan proporsi anggaran APBD untuk kegiatan program gizi

BAB 1 PENDAHULUAN. Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan. Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN LALU

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

Review Kebijakan Anggaran Kesehatan Nasional. Apakah merupakan Anggaran Yang Kurang atau Berlebih?

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

I. PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan salah satu contoh kebijakan publik yang paling mendasar.

BAB I PENDAHULUAN. Tersusunnya laporan penerapan dan pencapaian SPM Tahun 2015 Bidang Kesehatan Kabupaten Klungkung.

BAB I PENDAHULUAN. investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan. pendidikan. Untuk mendasarinya, Undang-Undang Dasar 1945 di

Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia. Sehat mencantumkan empat sasaran pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN (BOK)

BAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAMPIRAN XXI KEPUTUSAN BUPATI BOGOR NOMOR : TANGGAL : RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOGOR TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah

BAB IV PENUTUP. 1. Ketentuan Hukum dan Pelaksanaan Kelas Ibu hamil di Puskesmas

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 06 TAHUN 2012 TENTANG

PP No 38/2007 TENTANG PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN ANTARA PEMERINTAH, PEMDA PROVINSI DAN KAB/KOTA PP 65/2005 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN

LAPORAN BOK UPT DINAS KESEHATAN UNIT PUSKESMAS TAHUN 2013

PELAKSANAAN KEBIJAKAN BOK DI KAB. OGAN ILIR, SUMATERA SELATAN. Asmaripa Ainy. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya

Tabel 1. Perbandingan Belanja Kesehatan di Negara ASEAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

suplemen Informasi Jampersal

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 9 TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDMK. Kepala Badan PPSDM Kesehatan Jakarta, 26 September 2012

PENGARUH BIAYA TERHADAP KINERJA PROGRAM KESEHATAN IBU DAN ANAK DI PUSKESMAS KOTA CIREBON TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

AIDS dan Sistem Kesehatan: Sebuah Kajian Kebijakan PKMK FK UGM

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG

Menghitung Unit Cost Pelayanan Kesehatan Menuju Penganggaran yang Lebih Akurat dan Efektif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 505 TAHUN 2011 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. tertinggi di Asia Tenggara. Hal itu menjadi kegiatan prioritas departemen

Review. Bantuan Operasional Kesehatan

DAFTAR ISI 1. ALUR PIKIR 2. LATAR BELAKANG 3. DEFINISI BOK 4. TUJUAN 5. SASARAN BOK 6. KEBIJAKAN OPERASIONAL 7. DASAR HUKUM 8. INDIKATOR KEBERHASILAN

Transkripsi:

MONITORING PELAKSANAAN KEBIJAKAN BOK DI DAERAH TERPENCIL, PERBATASAN DAN KEPULAUAN Dominirsep O. Dodo, S.KM., M.PH Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Nusa Cendana Kupang (dominirsepdodo@gmail.com/081339216559)

1. Pendahuluan Pelaksanaan upaya prioritas Pembangunan Kesehatan menuju UC 2014 terus ditingkatkan Percepatan Pencapaian target MDGs 2015. Agenda prioritas bidang kesehatan : perluasan jaminan kesehatan, pemerataan akses di Daerah Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK), peningkatan upaya promotif/preventif, dan penanggulangan penyakit. Fakta kenaikan anggaran kesehatan [7 Triliun tahun 2005 menjadi 21 Triliun di 2011]. Kenaikan anggaran diharapkan berkorelasi positif dengan peningkatan status kesehatan masyarakat pencapaian target MDGs.

Fungsi Sistem Kesehatan Tujuan Sistem Kesehatan Fungsi Stewardship Responsif terhadap kebutuhan non medis penduduk Fungsi mobilisasi sumberdaya Pelayanan kesehatan Peningkatan status kesehatan Fungsi Pembiayaan Berkeadilan/fairness (dalam hal kontribusi finansial) Sumber : WHO Report, 2000

Situasi Sistem Kesehatan Pasca Desentralisasi Sistem Kesehatan sulit digerakkan dalam masa desentralisasi (Trisnantoro, dkk., 2009) Masalah klasik yakni Kekurangan biaya operasional (Gani, 2006). BOK Kebijakan pembiayaan yang diambil oleh pemerintah pusat untuk membantu daerah dalam hal biaya operasional untuk me-running program di tingkat puskesmas khusus promotif dan preventif. Catatan : Jamkesmas + Jampersal = > kuratif dan rehabilitatif

Telah berjalan 4 tahun (2010-2013). Jumlah dana terus meningkat dari tahun ke tahun (2010 sekitar ± 30-an juta, 2012 sekitar ± 200-300 juta per puskesmas) di seluruh Indonesia. Ada berbagai perubahan mekanisme dan pengelolaan dalam implementasi kebijakan ini.

Situasi Kabupaten Sabu Raijua Jumlah penduduk ± 73 ribu. Penduduk Miskin (versi BPS) = 64.613 ribu jiwa Di-cover Jamkesmas. Merupakan Daerah Terpencil Perbatasan dan Kepulauan Pembiayaan sistem kesehatannya masih bergantung pada dana perimbangan dan APBN. Indeks fiskal rendah (0,2181) Status kesehatan masyarakat-nya masih rendah. Serapan dana BOK tidak mencapai 100%. SDM kesehatan masih kurang.

Permasalahan Di tingkat pusat: kenaikan jumlah anggaran kesehatan meski belum mencapai angka 5% dari APBN, di sisi lain penyerapan anggaran tidak mencapai 100% (Harbianto, 2011). Di Kab. Sabu Raijua: kenaikan jumlah dana BOK, di sisi lain jumlah yang terserap tidak mencapai 100% [2010 = 80%, 2011 = 85%, 2012 = 94%]. Kenaikan ini tidak diikuti oleh peningkatan jumlah dan jenis tenaga kesehatan moratorium. Panie (2012) = pengelolaan BOK tertib administrasi; Mulyawan (2012) = kehadiran BOK dianggap positif oleh puskesmas meski sulit diimplementasikan; Bahar (2012) = masih kurangnya pembinaan dan pengawasan terhadap Kebijakan BOK ditingkat puskesmas..

Mengapa harus monitoring? Penetapan Agenda Evaluasi Kebijakan Perumusan Kebijakan Monitoring Pelaksanaan Pelaksanaan Kebijakan

Tujuan Penelitian Secara umum mengeksplorasi pelaksanaan kebijakan BOK di tingkat puskesmas di daerah DTPK. Secara khusu (1) mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya inefisiensi dalam pelaksanaan kebijakan BOK dan (2) menilai efektivitas dari kebijakan BOK dalam pencapaian target SPM bidang kesehatan di tingkat puskesmas.

2. Metode Riset Penelitian deskriptif dengan strategi penelitian menggunakan Studi Kasus. Jawaban terhadap pertanyaan penelitian di justifikasi dengan menggunakan multi sumber bukti (dokumen, hasil wawancara, observasi, dan sebagainya. Unit analisis : Puskesmas. Informan (3 kepala puskesmas, 2 pengelola BOK, 2 anggota tim satker BOK di dinas kesehatan) Area penelitian meliputi Pelaksanaan Kebijakan (perencanaan kegiatan, pencairan dana, pelaksanaan, dan evaluasi) dan efektivitas kebijakan BOK.

Kebijakan BOK Pelaksanaan Kebijakan BOK Efektivitas Kebijakan (Peningkatan SPM Bidang Kesehatan) Sistem Kesehatan (Supply Side) Promotif & Preventif Populasi (Demand Side) Puskesmas dan Dinas Kesehatan Masyarakat

3. Hasil Penelitian

Potret Pelaksanaan Kebijakan BOK Tahap Perencanaan +. Keterlambatan Proses Perencanaan (keterlambatan Juknis dan problem kualitas SDM perencana). +. Tidak ada target terarah dan terukur yang harus dicapai. +. Lemahnya kapasitas Dinkes dan kurangnya pendampingan puskesmas oleh dinas kesehatan. +. Tidak ada alokasi dana dari APBD dan hanya dana BOK membiayai program preventif dan promotif puskesmas.

Potret Pelaksanaan Kebijakan BOK Tahap Pelaksanaan +. Keterlambatan pencairan dana (keterlambatan perencanaan, perubahan Juknis di pertengahan tahun dan kendala biaya transport untuk pencairan dari KPPN). +. Awal tahun s/d awal kuartal 3 dan 4 pelaksanaan kegiatan lebih banyak yang bersifat rutin saja dengan mekanisme pembiayaan secara informal. +. Keterbatasan tenaga dan konflik peran antar tenaga kesehatan. +. Kendala transport dan ketersediaan BBM.

Potret Pelaksanaan Kebijakan BOK Tahap Evaluasi +. Administrasi dan pertanggungjawaban yang belum memadai (kelemahan managerial, keterbatasan tenaga, ketiadaan SOP). +. Adanya variasi pemahaman di dinas kesehatan terkait pengelolaan dana BOK. +. Dana tidak terserap 100%. +. Dinas kurang melakukan pembinaan dan evaluasi secara terintegratif terkait kinerja pelayanan puskesmas. +. Kendala transport dan ketersediaan BBM. +. Target kinerja sistem kesehatan daerah yakni SPM baru saja dihitung di tahun 2013

Efektivitas Kebijakan BOK Indikator Layanan 2011 (%) 2012 (%) 2013 (Januari - Juni) (%) Cakupan K1 93,77 83,20 35,80 Cakupan K4 63,47 59,40 18,70 Deteksi Ibu Hamil Resti oleh Nakes 14,1 93,30 42,10 Cakupan persalinan oleh Nakes 35,31 27,90 20,61 Cakupan penanganan komplikasi Kebidanan 13,00 17,40 31,00 Cakupan Vitamin A Untuk Ibu Nifas 48,00 68,40 29,80 Cakupan Kunjungan Nifas 48,00 65,90 27,60 Cakupan Kunjungan Neonatal 49,60 68,30 27,10 Cakupan Peserta KB Aktif 29,20 34,60 31,00 Jumlah Kematian Ibu 7,00 7,00 0,00 Jumlah kematian Bayi 32,00 33,00 1,00

4. Bahasan

Sentralisasi Desentralisasi Re-sentralisasi. Peningkatan pembiayaan kesehatan dari pemerintah pusat peningkatan kinerja sistem kesehatan daerah? ( decision space dan keterbatasan tenaga kesehatan). Implementasi kebijakan pusat, menghadapi berbagai tantangan di tingkat makro, meso dan mikro. Kualitas perencanaan Project oriented vs Performance Based Budgeting (evidence based, ). Isu ketepatan alokasi dalam penggunaan dana BOK.

Kecepatan Aliran Dana M A S A L A H K E S E H A T A N Realisasi Dana BOK 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Ketidakpastian Pembiayaan Sistem Kesehatan (Program & Kegiatan) Operating/Implementation System Masalah Dana BOK : 1. Decision space (Herawati, 2006) 2. Waktu pelaksanaan sempit Output??? (Trisnantoro & Handono, 2009) 3. Prakondisi terciptanya korupsi (Vian, 2008) 4. Pengawasan Informal Mechanism Azante, dkk (2006) Business as usual IN-EFISIENSI..!!!

Efektivitas Kebijakan BOK Efektivitas Input *Finansial *Non Finansial Proses Fungsi Manajemen Ouput Program dan Kegiatan Service Populasi Derajat Kesehatan Masyarakat Sistem Kesehatan Kinerja Sistem/Kinerja Program (SPM) 1. Jenis Kegiatan 2. Jenjang Kegiatan

Mekanisme fund channeling BOK sebagai satu-satunya sumber dana utama di puskesmas melalui tugas pembantuan ternyata belum memberikan hasil yang optimal. Pemerintah pusat perlu merubah mekanisme fund channeling dari Tugas pembantuan ke mekanisme Dana Alokasi Khusus (DAK). +. Pencairan dana APBD relatif lebih mudah dilakukan dengan akses yang lebih terjangkau. +. Undang-Undang No. 33/2004 dalam pasal 108 dana Dekonsentrasi dan tugas pembantuan secara bertahap dialihkan menjadi Dana Alokasi Khusus. +. Keberadaan DAK sebagai dana transfer pemerintah pusat untuk membiayai program prioritas nasional yaitu pencapaian MDGs. +. Peraturan Pemerintah No. 55/2005 yakni pasal 50, pasal 51, pasal 52, dan pasal 57. DAK tidak hanya untuk pembangunan fisik.

5. Simpulan Penelitian ini membuktikan bahwa (1) Pelaksanaan Kebijakan BOK di daerah DTPK belum optimal; dan (2) Implementasi Kebijakan BOK di daerah DTPK belum memberi daya ungkit yang besar dalam peningkatan kinerja sistem kesehatan daerah.

6. Rekomendasi Bagi pemerintah pusat: merubah mekanisme fund channeling dari Tugas pembantuan ke mekanisme Dana Alokasi Khusus (DAK). Bagi pemerintah daerah: memperbaiki kapasitas manajerial terkait pengelolaan dana BOK; meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia dan sarana prasarana; melakukan pendampingan/pembinaan yang intensif terhadap proses perbaikan kualitas perencanaan di tingkat puskesmas; dan mengevaluasi kinerja pelayanan puskesmas berdasarkan SPM dan target MDGs secara berkala. Bagi puskesmas: meningkatkan partisipasi masyarakat/stakeholder dalam perencanaan kegiatan dalam rangka meningkatkan ownership terhadap pelaksanaan kegiatan program kesehatan.

Ucapan Terimakasih yang setulus-nya disampaikan kepada: IDRC Canada yang telah membiayai dana penelitian ini. PKMK Fakultas Kedokteran UGM. Bapak/ibu responden penelitian. Panitia Forum Nasional KKI IV di Kupang. Semua pihak yang tidak bisa disebut satu per satu.