PENGARUH EKSTRAK BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus sp

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. alam yang besar. Berbagai jenis tanaman seperti buah-buahan dan sayuran yang beragam

BAB I PENDAHULUAN UKDW. jika menembus permukaan kulit ke aliran darah (Otto, 2009). S. epidermidis

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi terhadap manusia. Infeksi

I. PENDAHULUAN. antara lain: disebabkan oleh penyakit infeksi (28,1 %), penyakit vaskuler

pertumbuhan dengan Escherichia coli dan Staphylococcus aureus yang tampak pada Rf = 0, 67 dengan konsentrasi mulai 3% untuk Escherichia coli dan 2%

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pada wanita seperti kanker, tumor, mastitis, penyakit fibrokistik terus meningkat,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan tumbuhan berkhasiat, sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang

I. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar

menghasilkan minyak atsiri adalah bunga cengkeh yang mengandung eugenol (80-90%), eugenol asetat (2-27%), β- kariofilen (5-12%), metil salisilat,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

minyak mimba pada konsentrasi 32% untuk bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, 16% untuk bakteri Salmonella typhi dan 12,5% terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ekstrak kulit nanas (Ananas comosus) terhadap bakteri Porphyromonas. Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai uji klinis dan di pergunakan untuk pengobatan yang berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. tanaman kayu manis (Cinnamomum burmanni). Kandungan kimia kayu. Minyak atsiri banyak terdapat di bagian kulit kayu manis.

BAB I PENDAHULUAN. Bahan-bahan alam banyak dimanfaatkan sebagai obat-obatan, termasuk dalam

BAB I PENDAHULUAN. juta penduduk setiap tahun, penyebab utamanaya adalah Vibrio cholera 01,

BAB 1 PENDAHULUAN. positif yang hampir semua strainnya bersifat patogen dan merupakan bagian dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Aktivitas antimikroba pada ekstrak sambiloto terhadap pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. maupun yang berasal dari alam (Karadi dkk., 2011). dibandingkan obat modern (Hastari, 2012).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pernapasan bagian atas adalah batuk pilek biasa, sakit, radang tenggorokan,

BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Untuk mengetahui efek pemberian ekstrak mengkudu terhadap daya

BAB 1 PENDAHULUAN. di saluran akar gigi. Bakteri ini bersifat opportunistik yang nantinya bisa menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh masyarakat serta bahan-bahannya banyak terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. Rongga mulut manusia tidak terlepas dari berbagai macam bakteri, diantaranya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dari catatan sejarah dapat diketahui bahwa fitoterapi atau terapi menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu cermin dari kesehatan manusia, karena merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK LAOS PUTIH (ALPINIA GALANGAS) TERHADAP BAKTERI Escericia coli DAN Salmonella sp. Lely Adel Violin Kapitan 1

Hasil penelitian sebelumnya diketahui bahwa minyak atsiri dari daun cengkeh yang diperoleh dengan destilasi alat Stahl mempunyai aktivitas terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Minyak atsiri adalah minyak eteris (essential oils) atau minyak terbang

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. baik bagi masyarakat yang tinggal di perkotaan maupun pedesaan. Tanaman obat

I. PENDAHULUAN. maupun tujuan lain atau yang dikenal dengan istilah back to nature. Bahan

BAB I PENDAHULUAN. sudah dimanfaatkn untuk pengobatan tradisional (Arief Hariana, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan lain-lain yang bersifat normal maupun patogen. Di dalam

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dunia setelah Brazil (Hitipeuw, 2011), Indonesia dikenal memiliki tanaman-tanaman

BAB 1 PENDAHULUAN. Denture stomatitis merupakan suatu proses inflamasi pada mukosa mulut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

POPULASI BAKTERI PADA TELUR AYAM LEGHORN SETELAH PENAMBAHAN EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum) DENGAN KONSENTRASI YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan pada masyarakat dan mempelajari upaya untuk. penanggulangan dan pencegahannya (Notoadmodjo, 2011).

mencit dalam menurunkan jumlah rerata koloni Salmonella typhimurium (Murtini, 2006). Ekstrak metanol daun salam juga terbukti mampu menghambat

I. PENDAHULUAN. penyakit menemui kesulitan akibat terjadinya resistensi mikrobia terhadap antibiotik

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu bagian tanaman pepaya yang dapat dimanfaatkan sebagai obat

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang kesehatan

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman bawang merah (Allium ascolanum L.) termasuk salah satu tanaman sayuran umbi multiguna.

BAB I PENDAHULUAN. Bahan-bahan dari alam tersebut dapat berupa komponen-komponen biotik seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. ke dentin kemudian ke pulpa (Tarigan, 2013). Penyakit karies dapat

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan obat-obatan tradisional khususnya tumbuh-tumbuhan untuk

UJI EKSTRAK DAUN BELUNTAS

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Angka kejadian masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan tanaman obat di Indonesia perlu digali lebih mendalam, khususnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. antigen (bakteri, jamur, virus, dll.) melalui jalan hidung dan mulut. Antigen yang

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini penggunaan obat tradisional masih disukai dan diminati oleh

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berdasarkan ada atau tidaknya deposit organik, materia alba, plak gigi, pelikel,

UJI DAYA HAMBAT PERASAN BUAH JERUK PURUT CITRUS Hytrix TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus SECARA IN VITRO

BAB I PENDAHULUAN. serta pemulihan kesehatan. Hal ini disebabkan karena tanaman banyak

BAB I PENDAHULUAN. Gigi yang sehat adalah gigi yang rapi, bersih, didukung oleh gusi yang kuat dan

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah dengan menggunakan obat kumur antiseptik. Tujuan berkumur

BAB I PENDAHULUAN. mulut. Ketidakseimbangan indigenous bacteria ini dapat menyebabkan karies gigi

BAB I PENDAHULUAN. berbagai spesies flora. Dari jenis flora yang tumbuh di dunia diantaranya tumbuh

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lain (Jawetz dkk., 2013). Infeksi yang dapat disebabkan oleh S. aureus antara lain

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Metabolit sekunder Alkaloid Terpenoid Steroid Fenolik Flavonoid Saponin

AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN BUNGUR (LANGERSTROEMIA SPECIOSA (L.) PERS)

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah demam berdarah, diare, tuberkulosis, dan lain-lain (Darmadi, 2008)

BAB 1 PENDAHULUAN. Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus aureus, Streptococcus mutans dan

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI DAUN ALPUKAT (PERSEA AMERICANA MILL) TERHADAP BAKTERI ESCHERICHIA COLI DAN STAPHYLOCOCCUS AUREUS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mulut dan bersama grup viridans lainnya umum terdapat di saluran pernapasan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal dan untuk mengatasi berbagai penyakit secara alami.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dekade terakhir, sebanyak 80% orang didunia bergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. infeksi masih menjadi penyebab utama kesakitan dan kematian, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah kesehatan. Hal ini cukup menguntungkan karena bahan

BAB I PENDAHULUAN. air besar) lebih dari biasanya atau tiga kali sehari (World Health

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tersusun seperti buah anggur. Dikenal dua spesies Staphylococcus, yaitu

mampu menghambat pertumbuhan bakteri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Staphylococcus aureus merupakan patogen utama pada manusia. Setiap

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. S.Thypi. Diperkirakan angka kejadian ini adalah kasus per

POTENSI ANTIBAKTERI LIMBAH TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle) memiliki aktivitas antibakteri dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pada permulaan terjadinya karies gigi (Purnamasari et al., 2010). Namun, tanpa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

PENGARUH EKSTRAK BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus sp Karneli *, Witi Karwiti*, Geby Rahmalia ** *Dosen Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Palembang **Mahasiswa Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Palembang ABSTRAK Bawang merah (Allium ascalonicum L.) digunakan sebagai obat tradisional. Bawang merah mempunyai efek antiseptik dari senyawa alliin atau allisin. Oleh enzim allisin liase senyawa alliin atau allisin diubah menjadi asam piruvat, ammonia. Allisin adalah antimikroba yang bersifat bakterisida yang dapat berfungsi salah satunya mengobati penyakit infeksi seperti abses (penimbunan nanah). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak bawang merah terhadap pertumbuhan Staphylococcus sp dan perbedaan efektifitas ekstrak bawang merah dengan Novobiosin 30 g terhadap pertumbuhan Staphylococcus sp. Jenis penelitian ini adalah pra eksperimental. Sampel berupa ekstrak bawang merah dengan konsentrasi 10%-100%. Penelitian ini menggunakan metode Kirby-Bauer (cakram kertas). Data dianalisis menggunakan uji regresi linier dan uji t-tes satu sampel. Hasil penelitian didapatkan ada pengaruh ekstrak bawang merah terhadap pertumbuhan Staphylococcus sp dengan kekuatan pengaruh berdasarkan Pearson sebesar 0,869 artinya pengaruh sangat kuat (bila r = 0,76 1,00) dan ada perbedaan efektifitas ekstrak bawang merah dengan Novobiosin 30 g terhadap pertumbuhan Staphylococcus sp, dimana nilai p value Staphylococcus sp yaitu 0,000 (p value < 0,05). Dari hasil tersebut maka diharapkan pada masyarakat menggunakan bawang merah sebagai tanaman obat untuk mengobati infeksi kulit ringan yang disebabkan oleh Staphylococcus. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan menggunakan metode yang berbeda.. Kata Kunci : Bawang merah (Allium ascalonicum L.), Staphylococcus sp, Kepustakaan : 16 (1979-2013) PENDAHULUAN Bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa, memiliki keanekaragaman obat tradisional yang dibuat dari bahan-bahan alami bumi Indonesia, termasuk tanaman obat. Menurut Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat Depkes, jumlah pengobatan tradisional di Indonesia yang tercatat cukup banyak, yaitu 280.000 pengobatan tradisional dan 30 keahlian/spesialisasi. Di Indonesia terdapat 30.000 jenis tanaman, 950 jenis diantaranya memiliki fungsi penyembuhan yang dapat dikembangkan bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia. Masyarakat yang memanfaatkan pengobatan tradisional masih tinggi sekalipun pelayanan kesehatan modern telah berkembang di Indonesia. (1) Obat tradisional adalah obat turun temurun digunakan masyarakat untuk mengobati beberapa penyakit tertentu dan dapat diperoleh bebas di pasaran. Salah satu yang menjadi obat tradisional adalah umbi bawang merah (Allium ascalonicum L.). Bawang merah termasuk umbi multiguna sebagai bahan bumbu dapur, penyedap berbagai masakan, sebagai obat tradisional dan sebagai obat nyeri perut karena masuk angin serta penyembuhan luka atau infeksi. (2,3) Bawang merah terdiri dari beberapa jenis, contohnya bawang merah biasa atau shallot (Allium ascalonicum L.) dan bawang bombay (Allium cepa L). Perbedaan dua jenis bawang ini tidak jelas, namun terletak pada bentuk dan aroma minyak atsirinya, yakni pada bawang bombay (Allium cepa L) memiliki umbi yang lebih besar dan

aroma minyak atsirinya kurang dibandingkan bawang merah biasa atau shallot (Allium ascalonicum L.). Warna umbi bawang bombay (Allium cepa L) ada yang merah, coklat, putih dan kuning. Sedangkan umbi bawang merah (Allium ascalonicum L.) berwarna kuning atau merah. (4) Bawang merah mengandung senyawa aktif flavonoid bersifat antiinflamasi atau antiradang sangat berguna membantu penyembuhan radang akibat luka memar, luka bakar, atau radang pada organ tubuh dalam. Bawang merah berfungsi sebagai antioksidan alami yang dapat menekan efek karsinogenik dari senyawa radikal bebas. Kandungan senyawa dalam bawang merah juga turut berperan dalam menetralkan zat-zat toksin berbahaya dan membantu membuangnya dari dalam tubuh. (5) Selain itu, bawang merah (Allium ascalonicum L.) juga mempunyai efek antiseptik dari senyawa alliin atau allisin. Senyawa allisin oleh enzim allisin liase diubah menjadi asam piruvat, ammonia dan allisin antimikroba yang bersifat bakterisida yang dapat berfungsi salah satunya mengobati penyakit infeksi seperti abses (penimbunan nanah). Seperti yang diketahui bahwa abses diakibatkan oleh infeksi bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis. Sedangkan spesies lainnya seperti Staphylococcus saprophyticus merupakan penyebab infeksi saluran kemih. (3,6,7) Staphylococcus aureus adalah patogen utama pada manusia terdapat di berbagai bagian tubuh manusia, termasuk hidung, tenggorokan, kulit, dan karenanya mudah memasuki makanan. Hampir setiap orang pernah mengalami berbagai infeksi Staphylococcus aureus selama hidupnya, dari infeksi kulit yang kecil, keracunan makanan yang berat, sampai infeksi yang tidak bisa disembuhkan. (8) Hasil penelitian Surono (2013) Antibakteri Ekstrak Etanol Umbi Lapis Bawang Merah (Allium cepa L) terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dengan konsentrasi 40%, 50%, 60%, 70%, 80%. Memberikan rata-rata diameter hambatan sebesar 1,1112 cm pada bakteri Staphylococcus aureus tetapi tidak memberikan daya antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli dengan konsentrasi yang sama. (9) Hasil penelitian dari Santoso, Sartono dan Nurrakhman tentang Pengaruh Ekstrak Bawang Bombay (Allium cepa L) sebagai Antimikroba terhadap Pertumbuhan Bakteri Klebsiella pneumoniae secara In-vitro dengan konsentrasi 3%, 4%, 5%, 6%, dan 7% yang dapat menghambat pertumbuhan Klebsiella pneumoniae dihasilkan Kadar Bunuh Minimal (KBM) ekstrak bawang bombay pada konsentrasi 7% dengan koloni rerata sejumlah 0 koloni. (10) Hasil penelitian Hatijah, Husain dan Sartini tentang Bioaktivitas Minyak Atsiri Umbi Lapis Bawang Merah (Allium cepa L) lokal asal Bima terhadap Bakteri Streptococcus mutans penyebab karies gigi dengan konsentrasi 2,5%, 5%, 10%, dan 20% dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans dengan membentuk zona bening sebesar 23,7 mm pada inkubasi 24 jam dan menjadi 24,6 mm setelah inkubasi selama 48 jam. (11) Berdasarkan latar belakang di atas penulis telah melakukan penelitian tentang Pengaruh Ekstrak Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) terhadap Pertumbuhan Staphylococcus sp. TUJUAN PENELITIAN Tujuan Umum Diketahuinya pengaruh ekstrak terhadap pertumbuhan Staphylococcus sp.

Tujuan Khusus 1. Diketahuinya distribusi statistik konsentrasi ekstrak bawang merah (Allium ascalonicum L.). 2. Diketahuinya distribusi statistik zona hambat Staphylococcus sp. 3. Diketahuinya hubungan konsentrasi ascalonicum L.) dengan zona hambat terhadap pertumbuhan Staphylococcus sp. 4. Diketahuinya perbedaan efektifitas ascalonicum L.) dengan Novobiosin 30 g terhadap pertumbuhan Staphylococcus sp. BAHAN DAN CARA Desain Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus-Oktober tahun 2013. Jenis penelitian yang digunakan adalah pra eksperimen. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah umbi bawang merah (Allium ascalonicum L.) berdasarkan bentuk/ jenis bawang merah, utuh dan tidak cacat yang dijual di pasar 16 Ilir Palembang yang diambil sebanyak 1000 gram. Dibuat 10 sediaan dengan variasi konsentrasi 10%-100%. Kemudian di uji terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus saprophyticus. Metode Penelitian Metode pemeriksaan yang digunakan adalah metode disc diffusion (tes Kirby & Bauer) untuk menentukan aktivitas agen antimikroba terhadap bakteri Staphylococcus sp, menggunakan cakram disk berisi zat ekstrak bawang merah (Allium ascalonicum L.). (12) Prinsip pemeriksaan adalah ekstrak menghambat pertumbuhan Staphylococcus sp dengan terbentuknya zona jernih pada media Muller Hinton Agar. Kemudian daerah hambatan yang dihasilkan diukur menggunakan alat ukur dalam satuan millimeter (mm). Interpretasi Hasil 1. Zona hambat terbentuk apabila adanya zona jernih disekitar disk. 2. Zona hambat tidak terbentuk apabila tidak adanya zona jernih disekitar disk. Analisa Data Analisa data dalam penelitian ini menggunakan software komputer, yaitu: a. Uji Regresi Linier Analisa yang dilakukan untuk mengetahui derajat/keeratan hubungan dua variabel numerik, antara konsentrasi ascalonicum L.) dengan diameter zona hambat yang terbentuk. Untuk membuat perkiraan (prediksi) nilai dari diameter zona hambat jika konsentrasi ekstrak bertambah maka digunakan garis regresi y = a + bx, dengan y adalah diameter zona hambat dan x adalah konsentrasi ascalonicum L.), sedangkan r adalah koefisien korelasi yang menyatakan pengaruh ascalonicum L.) terhadap pertumbuhan Staphylococcus sp. Parameter statistik yang digunakan adalah analisa regresi linier. b. Uji t-tes satu sampel Uji ini dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaan pengaruh ekstrak dengan kontrol positif Novobiosin 30 g terhadap pertumbuhan Staphylococcus sp. (13)

HASIL PENELITIAN 1. Konsentrasi Ekstrak Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Dari analisa data yang telah dilakukan terhadap konsentrasi ekstrak bawang merah (Allium ascalonicum L.), diperoleh hasil berupa data seperti pada tabel berikut: Tabel 1. Distribusi Statistik Konsentrasi Ekstrak Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Variabel Mean Median Standar Deviasi Min Max 95 % Confidence interval P value Konsentrasi Ekstrak Bawang Merah 55,00% 55,00% 30,277% 10% 100% 33,34% 76,66% 1,000 Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa hasil uji normalitas didapat p value = 1,000 maka dapat disimpulkan bahwa data konsentrasi ekstrak bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah normal. Distribusi statistik konsentrasi ekstrak yaitu rata-rata dan nilai tengah sebesar 55% dan standar deviasi 30,277. Untuk konsentrasi minimum adalah 10% dan konsentrasi maksimum 100%. 2. Staphylococcus sp (Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, dan Staphylococcus saprophyticus) Dari analisa data yang telah dilakukan terhadap zona hambat Staphylococcus sp (Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, dan Staphylococcus saprophyticus), diperoleh hasil berupa data seperti pada tabel berikut : Tabel 2. Distribusi Statistik Staphylococcus aureus Variabel Staphylococcus aureus Mean Median 7,40 mm 5,00 mm Standar Deviasi 3,406 mm Min Max 5 mm 14 mm 95 % Confidence interval 4,96 mm 9,84 mm P value 0,151 Dari tabel diatas diketahui bahwa hasil uji normalitas didapat p value = 0,151 maka dapat disimpulkan bahwa data zona hambat Staphylococcus aureus adalah normal. Distribusi statistik zona hambat Staphylococcus aureus yaitu ratarata dan nilai tengah sebesar 7,40 mm dan 5,00 mm serta standar deviasi 3,406 mm. Untuk konsentrasi minimum adalah 5 mm dan konsentrasi maksimum 14 mm.

Tabel 3. Distribusi Statistik Staphylococcus epidermidis 95 % Mean Standar Min Confidence Median Deviasi Max interval Variabel Staphylococcus epidermidis 7,60 mm 5,00 mm 3,777 mm 5 mm 14 mm 4,90 mm 10,30 mm P value 0,162 Dari tabel diatas diketahui bahwa hasil uji normalitas didapat p value = 0,162 maka dapat disimpulkan bahwa data zona hambat Staphylococcus epidermidis adalah normal. Distribusi statistik zona hambat Staphylococcus epidermidis yaitu rata-rata dan nilai tengah sebesar 7,60 mm dan 5,00 mm serta standar deviasi 3,777 mm. Untuk konsentrasi minimum adalah 5 mm dan konsentrasi maksimum 14 mm. Tabel 4. Distribusi Statistik Staphylococcus saprophyticus Variabel Mean Median Standar Deviasi Min Max 95 % Confidence interval P value Staphylococcus saprophyticus 7,60 mm 5,00 mm 4,033 mm 5 mm 17 mm 4,71 mm 10,49 mm 0,197 Dari tabel diatas diketahui bahwa hasil uji normalitas didapat p value = 0,197 maka dapat disimpulkan bahwa data zona hambat Staphylococcus saprophyticus adalah normal. Distribusi statistik zona hambat Staphylococcus saprophyticus yaitu rata-rata dan nilai tengah sebesar 7,60 mm dan 5,00 mm serta standar deviasi 4,033 mm. Untuk konsentrasi minimum adalah 5 mm dan konsentrasi maksimum 17 mm. 3. Hubungan Ekstrak Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) terhadap Pertumbuhan Staphylococcus sp Untuk mengetahui adanya analisa data menggunakan software hubungan komputer dengan uji regresi linier, ascalonicum L.) terhadap pertumbuhan adapun hasil yang didapat adalah sebagai Staphylococcus sp maka dilakukan berikut: Tabel 5. Hubungan Ekstrak Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) terhadap Pertumbuhan Staphylococcus sp Variabel R R 2 Persamaan garis P value Staphylococcus sp 0,869 0,755 Zona = 1,263 + 7,136* konsentrasi 0,001 Berdasarkan tabel diatas didapat bahwa hubungan konsentrasi ekstrak terhadap zona hambat Staphylococcus sp menunjukkan pengaruh yang sangat kuat yaitu r = 0,869 (dimana r = 0,76 1,00 berarti pengaruh sangat kuat) dan berpola positif artinya semakin tinggi konsentrasi semakin besar zona hambat yang terbentuk. Nilai koefisien determinan

0,755 artinya persamaan garis regresi yang diperoleh dapat menerangkan 75,50 % variasi konsentrasi atau persamaan garis yang diperoleh baik untuk menjelaskan variabel konsentrasi ekstrak bawang merah. Hasil uji statistik didapatkan ada hubungan yang signifikan antara konsentrasi ekstrak bawang merah dengan zona hambat Staphylococcus sp (p=0,001). 4. Perbedaan Efektifitas ekstrak Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) dengan Novobiosin terhadap Staphylococcus sp Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan antara ekstrak dengan Novobiosin terhadap pertumbuhan Staphylococcus sp maka dilakukan analisa data menggunakan software komputer dengan uji T-tes satu sampel, adapun hasil yang didapat adalah sebagai berikut: Tabel 6. Perbedaan Efektifitas Ekstrak Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) dengan Novobiosin terhadap Staphylococcus sp Variabel Mean Test Value Novobiosin Df P value N Staphylococcus sp 7,530 29,3 9 0,000 10 Dari tabel diatas didapatkan nilai p value zona hambat Staphylococcus sp yaitu 0,000 (p value < 0,05) yang menyatakan adanya perbedaan efektifitas ascalonicum L.) dengan Novobiosin 30 µg, dimana Novobiosin 30 µg mempunyai efek menghambat yang lebih kuat dibanding ekstrak bawang merah (Allium ascalonicum L.), dibuktikan dengan diameter zona hambat rata-rata Novobiosin 30 µg lebih besar yaitu 29,3 mm dari rata-rata ekstrak bawang merah (Allium ascalonicum L.) sebesar 7,530 mm. PEMBAHASAN 1. Konsentrasi Ekstrak Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Setelah dilakukan analisa data didapat rata-rata konsentrasi ekstrak bawang merah (Allium ascalonicum L.) yaitu sebesar 55,00% dimana konsentrasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10%-100%. Konsentrasi ekstrak bawang merah (Allium ascalonicum L.) minimum yang memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan Staphylococcus s. adalah sebesar 70%. Hal itu disebabkan pada konsentrasi 10%-60% dimungkinkan kandungan zat dalam bawang merah (Allium ascalonicum L.) hanya sedikit, sehingga tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan Staphylococcus sp. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) mempunyai efek antiseptik dari senyawa alliin atau allisin. Senyawa allisin oleh enzim allisin liase diubah menjadi asam piruvat, ammonia dan allisin antimikroba yang bersifat bakterisida yang dapat berfungsi salah satunya mengobati penyakit infeksi seperti abses (penimbunan nanah). (3,6,14) Proses pembuatan ekstrak diawali dengan proses pembuatan simplisia yang dihasilkan dalam bentuk kental. Suatu proses pengekstrakan dengan memakai cairan penyari, cairan penyari yang baik harus memenuhi kriteria, yaitu mudah diperoleh, bereaksi netral, tidak mempengaruhi zat berkhasiat lainnya.

Dalam penetapan Farmakope yang dapat digunakan sebagai cairan penyari yaitu air, eter, atau etanol 96%. (15) 2. Staphylococcus sp Setelah dilakukan analisa data didapat rata-rata diameter zona hambat yang dibentuk Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, dan Staphylococcus saprophyticus yaitu, 7,40 mm; 7,60 mm; 7,60 mm. Dari hasil rata-rata diameter zona hambat yang dibentuk oleh 3 spesies Staphylococcus, Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus saprophyticus memiliki rata-rata diameter zona hambat yang besar dibandingkan dengan Staphylococcus aureus. Staphylococcus epidermidis adalah anggota flora normal pada kulit manusia, saluran respirasi, dan gastrointestinal. Staphylococcus epidermidis jarang menyebabkan supurasi tapi dapat menginfeksi prostesa di bidang ortopedi atau kardiovaskular atau menyebabkan penyakit pada orang yang mengalami penurunan daya tahan tubuh. (16) Seperti yang dijelaskan bahwa bawang merah (Allium ascalonicum L.) memiliki berbagai kandungan ataupun senyawa yang bersifat bakterisida, seperti pektin bersifat hipolipidemik dan mengendalikan populasi bakteri, allisin bersifat hipolipidemik dan antiseptik. Senyawa-senyawa lain yang dipercaya bersifat bakteriasida dan fungisida terhadap bakteri dan cendawan tertentu diduga terdapat di dalam minyak atsirinya. (5,15) Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada saat proses pengenceran apabila jumlah volume ekstrak bawang merah (Allium ascalonicum L.) semakin besar yang digunakan maka semakin banyak pula zat anti bakteri yang terkandung didalam tiap-tiap konsentrasi tersebut. Oleh karena itu, peningkatan konsentrasi ekstrak bawang merah (Allium ascalonicum L.) selalu diikuti juga dengan meningkatnya diameter zona hambat yang dibentuk. 3. Hubungan Ekstrak Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) terhadap Pertumbuhan Staphylococcus sp Berdasarkan uji statistik yang didapat, maka p value Staphylococcus sp yaitu 0,001, berarti ada hubungan ekstrak terhadap pertumbuhan Staphylococcus sp. Dimana hubungan ekstrak bawang merah (Allium ascalonicum L.) terhadap pertumbuhan Staphylococcus sp berpengaruh signifikan dikarenakan adanya peningkatan konsentrasi ekstrak yang diikuti dengan meningkatnya diameter zona hambat yang terbentuk. Sedangkan kekuatan hubungan ekstrak terhadap pertumbuhan Staphylococcus sp memiliki pengaruh yang sangat kuat karena dilihat dari nilai Pearson (r) adalah 0,869 (r = 0,76 1,00). Menurut penelitian Surono (2013), yang menguji antibakteri ekstrak etanol umbi lapis bawang merah (Allium cepa L) terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Dari hasil penelitian diketahui bahwa diperoleh nilai r hitung antara konsentrasi ekstrak etanol umbi lapis bawang merah (Allium cepa L) dengan diameter daerah hambatan Staphylococcus aureus yaitu sebesar 0,9464. Karena r hitung > r tabel (r tabel (5%) = 0,8780), maka terdapat korelasi linier yang nyata antara diameter daerah hambatan pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan konsentrasi ekstrak etanol umbi lapis bawang merah. Hal ini menunjukkan bahwa secara statistik nilai r antara ekstrak bawang merah (r = 0,873) dengan ekstrak bawang bombay (r = 0,898) mempunyai pengaruh yang sangat kuat (r = 0,76

1,00) pada pertumbuhan Staphylococcus aureus. 4. Perbedaan Efektifitas Ekstrak Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) dengan Novobiosin terhadap Staphylococcus sp Berdasarkan uji T-tes satu sampel diketahui nilai p value Staphylococcus sp yaitu 0,000 (p value < 0,05) yang menyatakan ada perbedaan efektifitas antara ascalonicum L.) dengan Novobiosin 30 µg. Dimana Novobiosin 30 µg mempunyai efek menghambat yang lebih kuat dibanding ekstrak bawang merah (Allium ascalonicum L.) dengan konsentrasi 10%-100%, dibuktikan dengan rata-rata diameter zona hambat Novobiosin 30 µg lebih besar 29,3 mm dari rata-rata ekstrak bawang merah sebesar 7,530 mm dengan persentase sebesar 25%. SIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah disampaikan, maka kesimpulan yang didapat yaitu: 1. Distribusi statistik konsentrasi ascalonicum L.) adalah normal. 2. Distribusi statistik zona hambat Staphylococcus sp adalah normal. 3. Ada hubungan konsentrasi ekstrak bawang merah (Allium ascalonicum L.) dengan zona hambat terhadap pertumbuhan Staphylococcus sp, menunjukkan pengaruh yang sangat kuat yaitu r = 0,869 dan p = 0,001. 4. Ada perbedaan efektifitas ekstrak bawang merah (Allium ascalonicum L.) dengan Novobiosin 30 g terhadap pertumbuhan Staphylococcus sp. Dimana nilai p value Staphylococcus sp yaitu 0,000 (p value < 0,05). Novobiosin 30 g mempunyai efek menghambat yang lebih kuat dibandingkan ekstrak bawang merah merah (Allium ascalonicum L.) sebesar 25%. SARAN Dari hasil penelitian tersebut maka peneliti ingin menyarankan hal-hal sebagai berikut: 1. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) dapat digunakan untuk mengobati penyakit infeksi ringan yang disebabkan oleh Staphylococcus sp. 2. Penelitian lanjutan mengenai ascalonicum L.) dengan bentuk ekstrak kering yang dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus sp. DAFTAR PUSTAKA 1. Idward. 2012. Seberapa Besar Manfaat Pengobatan Alternatif? (http://www.gizikia.depkes.go.id/arc hives/artikel/seberapa-besar-manfaatpengobatan-alternatif) Diakses : 22 Desember 2013. 2. Sartono, R. 1997. Perawatan Tubuh dan Pengobatan Tradisional. Dahara Prize. Semarang. Hal. 29 3. Rukmana, R. 1994. Bawang Merah, Budidaya dan Pengolahan Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta. Hal. 11, 13 dan 28. 4. Sunarjono, H dan Soedomo, P. 1983. Budidaya Bawang Merah (Allium ascalonicum L.). Sinar Baru. Bandung. Hal. 10-11 5. Kurniawati, N. 2010. Sehat & Cantik Alami berkat Khasiat Bumbu Dapur. Qanita. Bandung. Hal. 117-119 6. Mahdiana, R. 2010. Mengenal, Mencegah, dan Mengobati Penularan Penyakit dan Infeksi. Citra Pustaka. Yogyakarta. Hal. 180

7. Gillespie, S.H., dan Bamford, K.B. 2009. At a Glance Mikrobiologi Medis dan Infeksi Edisi Ketiga. Erlangga. Jakarta. Hal. 32-33 8. Brooks, G.F., Butel, J.S., dan Morse, S.A. 2005. Jawetz, Melnick, & Adelberg s Mikrobiologi Kedokteran (Medical Microbiology) Edisi Kedua. Salemba Medika. Jakarta. Hal. 317. 9. Surono, A.S. 2013. Antibakteri Ekstrak Etanol Umbi Lapis Bawang Merah (Allium cepa L.) terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. 10. Santoso, S., Sartono, T.R., dan Nurrakhma, S.A.K. Pengaruh Ekstrak Bawang Bombay (Allium cepa L.) sebagai antimikroba terhadap pertumbuhan bakteri Klebsiella pneumoniae secara Invitro. 11. Hatijah, St., Husain, D.R., dan Sartini. Bioaktivitas Minyak Atsiri Umbi Lapis Bawang Merah Allium cepa L. lokal asal Bima terhadap Bakteri Streptococcus mutans Penyebab Karies Gigi. 12. Pratiwi, S.T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Erlangga. Yogyakarta. Hal. 188 13. Hastono, S.P. 2001. Modul Analisis Data. FKMUI. Jakarta. Hal 129-140 14. Suhaeni, N. 2007. Petunjuk Praktis Menanam Bawang Merah. Jembar. Bandung. Hal. 43 15. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. 1979. Farmakope Indonesia (Edisi Ke 3). Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta 16. Brooks, G.F., Butel, J.S., dan Morse, S.A. 2001. Jawets, Melnick dan Adelberg s Mikrobiologi Kedokteran (Medical Laboratory) Buku 1. Salemba Medika. Jakarta. Hal. 318-319 dan 321-322 dan 326