DESKRIPSI DAN KLASIFIKASI JENIS TANAH DI WILAYAH SAGALAHERANG, SUBANG

dokumen-dokumen yang mirip
KESESUAIAN LAHAN UNTUK KOMODITAS TEH DI WILAYAH SAGALAHERANG, SUBANG, JAWA BARAT

KESESUAIAN LAHAN UNTUK KOMODITAS TEH DI WILAYAH SAGALAHERANG, SUBANG, JAWA BARAT

Lampiran 1. Deskripsi Profil

KARAKTERISTIK DAN KLASIFIKASI TANAH RAWA PASANG SURUT DI KARANG AGUNG ULU SUMATERA SELATAN. E. DEWI YULIANA Fakultas MIPA, Universitas Hindu Indonesia

Deskripsi Pedon Tanah (lanjutan)

PENULISAN LAPORAN FIELDWORK & UAP PRAKTIKUM SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

GELISOLS. Pustaka Soil Survey Staff Soil Taxonomy, 2 nd edition. USDA, NRCS. Washington. 869 hal.

PENULISAN LAPORAN FIELDWORK 4 PRAKTIKUM SURVEY TANAH DAN EVALUASI LAHAN

KESESUAIAN LAHAN DI DATARAN TUFA MASAM KOTABUMI

TUJUAN PEMBELAJARAN : Survei Tanah dan Evaluasi Lahan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1 : Data suhu udara di daerah Kebun Bekala Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang ( 0 C)

Klasifikasi Dan Pemetaan Famili Tanah Berdasarkan Sistem Taksonomi Tanah di Desa Penatih Dangin Puri Kecamatan Denpasar Timur

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH ACARA III DERAJAT KERUT TANAH

Mg dpt. ditukar. Na dpt. ditukar. K dpt. ditukar KTK NH 4 OA C

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki lahan kering masam cukup luas yaitu sekitar 99,6 juta hektar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

Tabel Lampiran 1. Sifat Kimia Tanah di Wilayah Studi Penambangan PT Kaltim Prima Coal

LEMBAR KERJA SISWA. No Jenis Tanah Jenis tanaman Pemanfaatannya

II. TINJAUAN PUSTAKA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. wilayahnya. Iklim yang ada di Kecamatan Anak Tuha secara umum adalah iklim

I. PENDAHULUAN. Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang mempunyai nama ilmiah

Lampiran 1 Hasil pengamatan kedalaman tanah dan batuan (bedrock) untuk pemasangan peralatan pengamatan hidrokimia di DAS mikro Cakardipa.

Klasifikasi Inceptisol Pada Ketinggian Tempat yang Berbeda di Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Hasundutan

Klasifikasi Tanah Di Kecamatan Lumbanjulu Kabupaten Toba Samosir Berdasarkan Keys To Soil Taxonomy 2014

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sifat-sifat Tanah. Sifat Morfologi dan Fisika Tanah. Sifat morfologi dan fisika tanah masing-masing horison pada pedon pewakil

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

TANAH. Apa yang dimaksud dengan tanah? Banyak definisi yang dapat dipakai untuk tanah. Hubungan tanah dan organisme :

PENGAMATAN MINIPIT DI LAPANG DAN KLASIFIKASI TANAH

Bahan diskusi minggu ke-1

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah.

M.Luthfi Rayes/Sudarto Laboratorium Pedologi dan Sistem Informasi Sumberdaya Lahan Jurusan Tanah, Fak. Pertanian Universitas Brawijaya, Malang,

KESESUAIAN LAHAN TANAM KENTANG DI WILAYAH BATU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

AGRIPLUS, Volume 24 Nomor : 03 September 2014, ISSN

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kesimpulan Hasil Survei Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. tebal. Dalam Legend of Soil yang disusun oleh FAO, Ultisol mencakup sebagian

TATACARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni Oktober 2015 dan dilakukan

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu

Klasifikasi Tanah USDA Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang. Bayu Prasetiyo B-01

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai Januari 2013.

Lampiran 1. Data curah hujan di desa Sipahutar, Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR DASAR ILMU TANAH

II TINJAUAN PUSTAKA. induknya (Hardjowigeno, 1993). Tanah Inceptisols yang terdapat di dataran rendah, solum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Volume 6, Nomor 2, Desember 2010

TINJAUAN PUSTAKA. seperti tekstur tanah (misalnya lempung, tanah liat atau pasir) atau bahan induk

HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Lahan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Evaluasi Lahan. proses perencanaan penggunaan lahan (land use planning). Evaluasi lahan

KARAKTERISTIK TANAH. Angga Yuhistira Teknologi dan Manajemen Lingkungan - IPB

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

V. EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PERTANIAN DI HULU DAS JENEBERANG

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data hasil analisis laboratorium parameter kalium tukar dari tiap titik sampel. Kontrol I II III

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Kelapa sawit

TINJAUAN PUSTAKA Mucuna Bracteata DC.

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di

KARAKTERISASI DAN KLASIFIKASI TANAH ULTISOL DI KECAMATAN INDRAJAYA KABUPATEN PIDIE. Sri Handayani 1, Karnilawati 2.

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KAJIAN KORELASI KARAKTERISTIK AGROEKOLOGI TERHADAP PRODUKSI KELAPA SAWIT DAN KARET DI PROVINSI LAMPUNG

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Metode Penelitian. diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada dan mencari

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

KARAKTERISITK SIFAT FISIK TANAH PADA LAHAN PRODUKSI RENDAH DAN TINGGI DI PT GREAT GIANT PINEAPPLE

EVALUASI ALIH FUNGSI TANAMAN BUDIDAYA TERHADAP POTENSI DAERAH RESAPAN AIRTANAH DI DAERAH CISALAK KABUPATEN SUBANG

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. induk batuan sedimen masam (Soil Survey Staff, 2006). Di Indonesia jenis tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa)

4 GAMBARAN UMUMKABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lahan padi sawah irigasi milik Kelompok Tani Mekar

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Lahan Kering

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. TINJAUAN PUSTAKA. bahan induk, relief/ topografi dan waktu. Tanah juga merupakan fenomena alam. pasir, debu dan lempung (Gunawan Budiyanto, 2014).

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat

TINJAUAN PUSTAKA. Survai Tanah. lapangan maupun di laboratorium dengan tujuan pendugaan penggunaan lahan umum

Gambar 5. Lokasi Penelitian di Wilayah Propinsi Jambi

URAIAN PENGAMATAN PROFIL TANAH LOKASI BPP SEMBAWA

IV. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Analisis terhadap sampel tanah dilakukan di Laboratorium Tanah Fakultas

Gambar 3 Peta lokasi penelitian terhadap Sub-DAS Cisangkuy

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Y = mu. Posisi lereng : Lereng atas Bentuk lereng : Cembung Elevasi : 97mdpl Bahan lnduk : Napal. Horizon Kedalaman Keterangan (cm)

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. Untuk dapat melakukan perencanaan secara menyeluruh dalam hal

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. langsung kelapangan. Data yang diperoleh berupa data fisik, kimia, biologi,

III. BAHAN DAN METODE

Transkripsi:

DESKRIPSI DAN KLASIFIKASI JENIS TANAH DI WILAYAH SAGALAHERANG, SUBANG Asep Mulyono 1, Dedi Mulyadi 2, dan Rizka Maria 2 1 UPT Loka Uji Teknik Penambangan dan Mitigasi Bencana Liwa LIPI E-mail: asep.mulyono@lipi.go.id 2 Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Jl. Sangkuriang Bandung 40135 Abstrak Proses pembangunan di wilayah kabupaten Subang, khususnya di wilayah kecamatan Sagalaherang, seiring dengan adanya perubahan penggunaan lahan yang selain menghasilkan manfaat bagi masyarakat juga tidak lepas dari resiko terjadinya kerusakan lahan yang mengakibatkan kondisi lahan menjadi kritis secara fisik dan kimiawi. Informasi dasar lahan/tanah yang lebih detil sangat diperlukan dalam menentukan arah pengelolaan yang akan dilakukan. Penelitian ini meliputi deskripsi profil tanah, analisis laboratorium dan pengklasifikasian tanah. Sifat-sifat dan morfologi tanah diamati melalui pendiskripsian profil tanah atau pemboran tanah. Sifat-sifat dan morfologi tanah yang diamati meliputi: susunan horizon, batas horizon, warna tanah, tekstur, struktur, konsistensi, keadaan perakaran, sisa-sisa vegetasi, warna matriks, karatan, serta sifat morfologi lainnya. Setiap horizon pada masing-masing profil tanah diambil contoh tanah untuk analisis laboratorium. Hasil studi memperlihatkan bahwa wilayah studi memilki 4 ordo jenis tanah, yaitu Inceptisols, Andisols, Ultisols dan Entisols dengan 8 sub grup, diantaranya: Andic Dystrudepts, agak halus, Isohipertermik; Lithic Dystrudepts, agak halus, Isohipertermik; Typic Dystrudepts, halus, Isohipertermik; Typic Hapludands, sedang, Isohipertermik; Typic Hapludults, halus, Isohipertermik; Typic Melanudands, agak halus, Isohipertermik; Typic Plinthudults, halus, Isohipertermik; dan Typic Udipssaments, halus, Isohipertermik. Karakteristik kimia tanah atau kesuburan tanah wilayah studi tergolong rendah, kecuali untuk ordo tanah Andisols yang dapat digolongkan sedang. Kata kunci: klasifikasi, jenis tanah, subgrup, Subang PENDAHULUAN Pembangunan dan lingkungan mempunyai hubungan timbal balik. Dalam pembangunan, manusia merupakan konsumen yang berperan aktif dalam proses pemanfaatan sumberdaya alam. Manusia sangat tergantung kepada sumberdaya alam dan kelestarian sumberdaya alam sangat dipengaruhi oleh aktivitas manusia. Upaya manusia untuk meningkatkan perekonomian harus disertai upaya untuk mempertahankan dan memperbaiki kualitas lingkungan (Sihite, 2001). Proses pembangunan seiring dengan adanya perubahan penggunaan lahan yang selain menghasilkan manfaat bagi masyarakat juga tidak lepas dari resiko terjadinya kerusakan lahan yang mengakibatkan kondisi kritis. Menurut catatan USAID (2005), di wilayah Sagalaherang Subang merupakan wilayah perlindungan tangkapan air namun terdapat beberapa luasan lahan yang dikategorikan sebagai lahan kritis. Berdasarkan Komite Daerah Aliran Sungai dan Lingkungan Hidup (Komdas-LH) Kab. Subang dalam Agus (2007), pada tahun 2006 kecamatan yang memiliki lahan dengan kategori kritis terletak di wilayah Cijambe seluas 4.745 hektare. Cisalak 1.631 hektare, dan Sagalaherang mencapai 800 hektare, sementara daerah lainnya di bawah 500 hektare, terutama di wilayah Subang tengah dan barat. Pembangunan dan pengelolaan lahan sudah selayaknya memperhatikan karakteristik dasar lahan kemampuan alami tanah untuk dapat mengurangi dampak perubahan layanan ekosistem atau tingkat kekritisan lahan. Pemahaman mengenai karakteristik tanah dapat dilakukan dengan pemetaan tanah, yang selain untuk pemetaan tanah dalam hubungannya dengan penentuan klasifikasi tanah juga untuk menilai tingkat kapabilitas atau kemampuan suatu lahan (Sarief, 1986). Dengan adanya pola penyebaran ini, maka dimungkinkan untuk menduga sifat-sifat tanah yang dihubungkan dengan potensi penggunaan lahan dan responnya terhadap pengelolaan (Abdullah, 1993). Keberhasilan pengelolaan pada suatu lahan akan ditentukan oleh seberapa jauh kita mengenal karakteristik dari lahan tersebut. Jika karakteristik dari lahan 37

sudah diketahui maka akan lebih memudahkan usaha pengelolaannya dalam upaya meningkatkan produktivitasnya. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan mengklasifikasian tanah atau mengelompokkan tanah kedalam kelas tertentu berdasarkan atas kesamaan sifat yang dimilikinya. Penelitian dilakukan di wilayah Sagalaherang yang terletak pada koordinat UTM antara 784.199 798.758 mt dan 9.251.892 9.272.538 mu dan merupakan wilayah Sub DAS Ciasem Hulu. METODOLOGI Kegiatan deskripsi dan klasifikasi tanah dilakukan untuk menetapkan pola penyebaran jenis tanah yang terbagi berdasarkan kesamaan sifat-sifatnya sehingga terbentuk satuan peta tanah berdasarkan sub grup. Satuan peta tanah tersusun dari unsur-unsur yang pada dasarnya merupakan kesatuan dari 3 satuan, yaitu satuan tanah, bahan induk dan wilayah (Darmawijaya, 1990). Menurut Boul, dkk (1981), survey tanah memiliki 2 kegunaan, yaitu sebagai ilmu pengetahuan tentang asal dan genesis dari suatu tanah dan sebagai dasar untuk mengaplikasikan teknologi dalam pertanian. Penelitian ini meliputi deskripsi profil tanah, analisis laboratorium dan pengklasifikasian tanah. Sifat-sifat dan morfologi tanah diamati melalui pendiskripsian profil tanah atau pemboran tanah. Sifat-sifat dan morfologi tanah yang diamati meliputi: susunan horizon, batas horizon, warna tanah, tekstur, struktur, konsistensi, keadaan perakaran, sisa-sisa vegetasi, warna matriks, karatan, serta sifat morfologi lainnya. Setiap horizon pada masing-masing profil tanah diambil contoh tanah untuk analisis laboratorium. Pengamatan dan pengambilan contoh tanah dari setiap mengacu pada Soil Survey Division Staff (1993) dengan penamaan klasifikasi tanah sampai tingkat sub grup disesuaikan dengan Soil Taxonomy (Soil Survey Staff, 1990). HASIL Hasil pemetaan tanah memperlihatkan bahwa di wilayah studi terdapat 4 ordo tanah, yaitu Inceptisols, Andisols, Ultisols dan Entisols yang terdiri dari 8 subgrup dengan 3 asosiasi dan 2 kompleks jenis tanah (Gambar 1). Sesuai komposisi dan sebaran jenis tanah, dijumpai berupa konsosiasi atau komplek. Konsosiasi terbentuk bila dalam unit lahan sebagai wadah satuan peta tanah didominasi oleh satu jenis tanah dan jenis tanah lainnya hanya sebagai inklusi (< 10%). Unit lahan yang terdiri dari satu jenis tanah dan sulit dibatasi atau dipisahkan posisi sebarannya dinamakan dengan kompleks. Gambar 1. Peta jenis tanah hasil pemetaan 38

Entisols merupakan tanah-tanah muda yang belum berkembang sehingga belum dijumpai adanya horison diagnostik. Entisols seluas 2,09 km 2 di daerah studi terbentuk dari batuan debu (silt stone), sehingga tanah bagian atas yang terbentuk didominasi oleh fraksi debu. Penggunaan lahan umumnya pemukiman, sawah dan tegalan dengan drainase tergolong cepat sangat cepat. Pada ordo Entisols didapatkan 1 subordo Pssaments dengan dicirikan oleh kandungan batuan pada horizon setelah permukaan. Ordo tanah ini memiliki greatgrup Udipssaments, dengan subgrup yaitu Typic Udipssaments (Gambar 2). Penggunaan lahan umumnya pemukiman, sawah dan tegalan. Parameter Ketinggian 359 m dpl Kelerengan 45% Drainase cepat sangat cepat permukaan; hebat Kedalaman > 100 cm tegalan alba (kecil) Horizon A 1 (0-57 cm) (7,5 YR 3/4); liat; struktur gumpal bersudut; lekat dan agak lekat; akar halus banyak, kasar tidak ada; pori mikro banyak, sedang Horizon A 2 (57-71 cm) Horizon A 3 (71-120 cm) cukup, kasar sedikit; batas agak baur dan berombak (7,5 YR 3/4); liat; gumpal bersudut; teguh dan lekat; akar halus biasa, kasar sedikit; pori mikro biasa, kasar sedikit; batas agak baur dan berombak (7,5 YR 3/4); lempung berdebu; gumpal bersudut; teguh dan sangat lekat; akar halus sedikit, kasar sedikit; pori mikro sedikit, kasar sedikit Gambar 2. Foto dan keterangan penampang ordo Entisols dengan subgroup Typic Udipssaments. Parameter Ketinggian 445 m dpl Kelerengan 15% Drainase sedang sedang parit;ringan Kedalaman >60 cm tegalan umbi, rumput dan pisang Horizon A (0-25 cm) (7,5 YR 4/4); liat; struktur gumpal bersudut; agak lekat; akar halus banyak, kasar banyak; pori mikro banyak, kasar banyak; Horizon Bw 1 (25-47 cm) Horizon Bw 2 (47-64 cm) batas baur dan berombak (7,5 YR 4/4); liat; gumpal bersudut; agak lekat; akar halus biasa, kasar biasa; pori mikro biasa, kasar banyak; batas baur dan berombak (7,5 YR 4/4); lempung berliat; gumpal bersudut; agak lekat; akar halus biasa, kasar banyak; pori mikro biasa, kasar banyak Gambar 3. Foto dan keterangan penampang ordo Inceptisols dengan subgroup Lithic Dystrudepts Inceptisols lebih banyak dijumpai di daerah survei baik pada lahan-lahan perbukitan maupun pedataran dengan dominasi lahan-lahan persawahan. Tanah-tanah ini lebih mendominasi seluruh areal studi, dibandingkan dengan Entisols maupun Ultisols. Tanah-tanah ini dicirikan oleh adanya horisonisasi, 39

meskipun agak lemah. Horison diagnostiknya merupakan horison kambik (Bw). Struktur tanah sudah mulai terbentuk namun belum begitu kuat. Peningkatan lempung di horison illuvial belum tampak secara jelas sehingga belum dijumpai adanya kutan (clay skins). Karakteristik tanah dikategorikan pada ordo Inceptisols disebabkan tanah mulai berkembang dengan struktur tanah yang telah terbentuk. Indikasi tidak adanya iluviasi liat sehingga belum bisa masuk kedalam ordo Alfisols dan tidak adanya sifat tanah Andik sebagai penciri ordo Andisols. Penggunaan lahan umumnya perkebunan teh dengan drainase tergolong sedang - cepat. Hasil deskripsi tanah pada satuan lahan Lithic Dystrudepts untuk masing-masing horison disajikan pada Gambar 3. Pada ordo Inceptisols, di wilayah studi didapatkan 1 subordo Udepts dan greatgrup Dystrudepts dan 3 subgrup yaitu Andic Dystrudepts, Typic Dystrudepts dan Lithic Dystrudepts. Subordo Udepts dicirikan dengan tanah yang mempunyai rejim kelembapan udik dimana tanah tidak pernah kering lebih dari 90 hari (kumulatif), memiliki sistem tiga fase, yaitu padatan-cairan-gas ketika suhu tanah berada di atas 5 o C. Dijumpai pada tanah beriklim humid dengan sebaran curah hujan yang merata atau curah hujan cukup pada musim panas. Rejim temperatur termasuk Isohipertermik dimana suhu tanah tahunan rata-rata adalah 22 o C atau lebih tinggi. Epipedon termasuk Umbrik dan Endopedon termasuk Kambik dimana deskripsi terhadap tanah ini menunjukkan adanya petunjuk-petunjuk lemah sebagai horizon argilik atau Spodik, tetapi tidak ada indikasi untuk masuk dalam kedua horizon tersebut. Struktur tanah telah terbentuk dan menunjukkan adanya proses alterasi secara fisik. Parameter Ketinggian 655 m dpl Kelerengan 40% Drainase Cepat Cepat permukaan; ringan Kedalaman 0-34 cm Tegalan umbi, rumput dan pisang Horizon A (0-20 cm) (7,5 YR 4/4); lempung berliat; gumpal bersudut; agak lekat dan lekat; akar halus sedikit, sedang tidak ada, kasar tidak ada; pori mikro sedikit, sedang sedikit, kasar sedikit; batas jelas dan Horizon Bw 1 (20-34 cm) Horizon Bw 2 (34-85 cm) berombak (7,5 YR 4/4); lempung berliat ; gumpal bersudut; agak lekat dan lekat; akar halus sedikit, sedang biasa, kasar biasa; pori mikro sedikit, sedang sedikit, kasar sedikit; batas jelas dan berombak (7,5 YR 4/4); liat berdebu; struktur gumpal bersudut; lekat dan sangat lekat; akar halus sedikit, sedang sedikit, kasar sedikit; pori mikro sedikit, sedang sedikit, kasar sedikit Gambar 4. Foto dan keterangan penampang ordo Ultisols dengan subgroup Typic Plinthudults Ultisols di wilayah studi dijumpai seluas 10,44 km 2. Tanah ini telah mengalami proses perkembangan lebih lanjut. Horison yang terbentuk sudah tampak jelas, struktur tanah yang terbentuk sudah kuat dan telah dijumpai adanya peningkatan lempung yang mencolok pada horison illuvial. Selaput lempung (clay skins) telah terbentuk meskipun tidak terlalu jelas. Kandungan basa dan mineral-mineral mudah lapuk relatif sedikit. Horison tanah yang terbentuk umumnya A dan Bw. Pengamatan penampang profil tanah ordo Ultisols dengan subgroup Typic Plinthudults ditunjukkan oleh Gambar 4. Pada ordo Andisols dicirikan dengan adanya sifat tanah Andik sebagai penciri ordo Andisols. Didapatkan 1 subordo Udands dan 2 greatgrup Hapludands dan Melanudands, dengan 2 subgrup yaitu Typic Hapludands dan Typic Melanudands. Penggunaan lahan umumnya perkebunan teh dengan drainase tergolong sedang - cepat. Pengamatan penampang profil tanah ordo Andisols dengan subgroup Typic Hapludands ditunjukkan oleh Gambar 5. 40

Parameter Ketinggian 1200 m dpl Kelerengan 30% Drainase sangat cepat sedang alur; cukup Kedalaman >100 cm kebun teh teh Horizon A (0-9 cm) (7,5YR ¾); lempung; struktur granuler, lepas; akar halus biasa, sedang tidak ada, kasar biasa; pori mikro biasa, sedang tidak ada. Horizon Bw 1 (9-34 cm) Horizon Bw 2 (34-110 cm) Kasar biasa; batas agak baur dan berombak (7,5 YR 3/2); lempung; struktur gumpal bersudut ; agak lekat; akar halus sedikit, sedang tidak ada, kasar biasa; pori mikro biasa, sedang tidak ada, kasar biasa; batas agak baur baur dan berombak (7,5 YR 3/4); lempung berdebu; struktur gumpal bersudut; agak lekat; akar halus sedikit, sedang tidak ada, kasar biasa; pori mikro biasa, sedang tidak ada, kasar biasa Gambar 5. Foto dan keterangan penampang ordo Andisols dengan subgroup Typic Hapludands ANALISIS DAN DISKUSI Menurut kriteria penilaian Pusat Penelitian Tanah (1983) dalam Hardjowigeno (1995), sifat kimia tanah di wilayah studi (Tabel 2) untuk jenis tanah ordo Entisols memiliki tingkat kemasaman (ph) masam, kandungan organik tergolong sangat rendah-rendah, kapasitas tukar kation (KTK) tergolong tinggi, kejenuhan basa (KB) tergolong sangat tinggi, kation-kation basa seperti Na, Ca, Mg dan K tergolong tinggi-sangat tinggi kecuali Na tergolong rendah dan unsur-unsur N, P dan K tergolong rendah-sangat rendah. Hasil analisis sifat kimia untuk jenis tanah ordo Inceptisols memiliki tingkat kemasaman (ph) agak masam, kandungan organik tergolong tinggi sangat tinggi, kapasitas tukar kation (KTK) tergolong sedang, kejenuhan basa (KB) tergolong sangat rendah, kation-kation basa seperti Na, Ca, Mg dan K tergolong rendah sangat rendah dan unsur-unsur N, P dan K tergolong sangat rendah sedang. Sifat kimia untuk jenis tanah ordo Ultisols memiliki tingkat kemasaman (ph) masam-sangat masam, kandungan organik tergolong sangat rendah rendah, kapasitas tukar kation (KTK) tergolong rendah sedang, kejenuhan basa (KB) tergolong rendah sedang, kation-kation basa seperti Na, Ca, Mg dan K tergolong rendah sangat rendah dan unsur-unsur N, P dan K tergolong sangat rendah. Sedangkan sifat kimia untuk jenis tanah ordo Andisols memiliki tingkat kemasaman (ph) agak masam, kandungan organik tergolong sangat tinggi, kapasitas tukar kation (KTK) tergolong sedang, kejenuhan basa (KB) tergolong sangat rendah, kation-kation basa seperti Na, Ca, Mg dan K tergolong rendah sangat rendah dan unsurunsur N, P dan K tergolong rendah sedang. Hasil analisis tanah di wilayah studi menunjukkan tekstur tanah yang merupakan komposisi prosentase pasir, debu dan liat di wilayah penelitian bervariasi dengan tekstur tanah yang mendominasi adalah tekstur liat. Terdapat beberapa conto tanah yang bertekstur lempung dan lempung berliat. Berdasarkan pengelompokkan kelas tekstur tanah, dikategorikan dalam kelompok tekstur yang halus sampai agak halus. 41

Horizon ph Tabel 2. Hasil analisis kimia tanah Bahan N - P organik tot 2 O 5 K 2 O Ca Mg K Na KTK KB EC % (ppm) (me/100g) (%) ms/m Tekstur ordo Entisols dengan subgroup Typic Udipssaments A 1 5,9 1,3 <10 4,2 <10 20 3,4 1,24 0,06 30 82 5 Liat A 2 5,7 0,8 <10 19 <10 18 4 0,62 0,11 29 77 3,5 Liat ordo Inceptisols dengan subgroup Lithic Dystrudepts A 4,8 1,5 <10 6,5 <10 4,2 0,8 0,18 0,07 15 35 3,5 Liat Bw 5,2 1,8 <10 5,9 <10 4,4 0,9 0,09 0,06 14 38 2 Liat ordo Ultisols dengan subgroup Typic Plinthudults A 6,2 0,4 <10 14 <10 6,9 0,7 0,04 0,16 7,7 101 2,7 L. berliat Bw 5,5 0,5 <10 14 <10 5,3 0,8 0,05 0,13 9,9 63 1,5 L. berliat ordo Andisols dengan subgroup Typic Hapludands A 4,6 6,4 <10 3 <10 2,3 0,1 0,08 0,1 17 15 9,5 Lempung Bw 4,6 6,5 <10 2,3 <10 2,4 0,1 0,14 0,1 21 13 8,4 Lempung Secara umum, karakteristik kimia atau kesuburan tanah wilayah studi tergolong rendah. Hal tersebut didasarkan pada kategori Pusat Penelitian Tanah (1983) dalam Hardjowigeno (1995), yang mengandung unsur-unsur hara makro (N, P dan K) serta unsur hara mikro (Na, Ca, Mg dan K) tergolong rendah. Hal tersebut mengakibatkan kemampuan tanah dalam menyediakan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman menjadi rendah. Minimnya kandungan hara dalam tanah juga dimungkinkan oleh sistem penggunaan lahan yang tanpa menerapkan kaidah-kaidah konservasi seperti penggunaan teras. Hal tersebut diperlihatkan oleh rendahnya kandungan bahan organic tanah terkecuali pada tanah ordo Andisols. Tingginya aliran permukaan tentunya akan sekaligus membawa hara-hara yang terdapat dipermukaan yang mengakibatkan permukaan tanah (top soil) menjadi miskin hara. Oleh sebab itu, selain diperlukan upaya konservasi tanah juga pemupukan yang membantu menambah kandungan hara dalam tanah. KESIMPULAN Wilayah studi memilki 4 ordo jenis tanah, yaitu Inceptisols, Andisols, Ultisols dan Entisols dengan 8 subgrup, diantaranya: Andic Dystrudepts, agak halus, Isohipertermik; Lithic Dystrudepts, agak halus, Isohipertermik; Typic Dystrudepts, halus, Isohipertermik; Typic Hapludands, sedang, Isohipertermik; Typic Hapludults, halus, Isohipertermik; Typic Melanudands, agak halus, Isohipertermik; Typic Plinthudults, halus, Isohipertermik; dan Typic Udipssaments, halus, Isohipertermik. Karakteristik kimia tanah atau kesuburan tanah wilayah studi untuk masing-masing jenis tanah tergolong rendah sampai sedang. UCAPAN TERIMA KASIH Bersama dengan selesainya penulisan makalah ini, kami ucapkan terimakasih kepada Kapuslit dan Kabid SIKTR Puslit Geoteknologi LIPI atas kepercayaan yang diberikan kepada kami untuk melakukan penelitian ini dan kepada seluruh anggota tim penelitian yang telah membantu pelaksanaan peneltian ini. DAFTAR PUSTAKA Abdulah, T.S., 193. Survey Tanah dan Evaluasi Lahan. PT. Gramedia, Jakarta. Agus Eko M. S., 2007. Lahan Kritis Capai 10.000 Hektare, Subang Terancam Kekeringan. http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=4&dn=20070911230734. Boul, S.W., Hole, F.D. dan Mc. Cracken, R.J., 1981. Soil Genesis and Classification. Second Edition, The Iowa State University Press, Ames. Darmawijaya, M.I., 1990. Klasifikasi Tanah, Dasar Teori bagi Peneliti Tanah dan Pelaksana pertanian di Indonesia. Gadjah Mada University press, Yogyakarta. 42

Hardjowigeno, S. 1995. Ilmu Tanah. Akapres, Jakarta. Sarief, E.S., 1986. Ilmu Tanah Pertanian. Penerbit Pustaka Buana, Bandung. Sihite, J., 2001. Evaluasi Dampak Tanah Model Pendekatan Ekonomi Lingkungan dalam Perlindungan DAS: Kasus Sub-DAS Besai DAS Tulang Bawang Lampung. Southeast Asia Policy Research Working Paper, No. 11. Soil Survey Division Staff, 1993. Soil Survey Division Manual. Soil Conservation Service. U.S. Department of Agriculture Handbook No.18. Soil Survey Staff, 1990. Keys for Soil Taxonomy. SMSS Technical Monograph No. 19 Fourth Edition. Cornell University. USAID, 2005. Pemilihan Lokasi dan Pemangku Kepentingan Subang, Jawa Barat. Environmental Services Program, DAI Project Number: 5300201. 43