BAB 1 PENDAHULUAN. adalah remaja, dan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Negara-negara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. (tetapi tidak dengan anak laki-laki) yang masih muda. Usia muda menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. (usia tahun) berjumlah sekitar 43 juta jiwa atau 19,61 persen dari jumlah

PORTAL PELATIHAN PRA-NIKAH (PORPLAN) UNTUK MENGURANGI TINGKAT PERCERAIAN PADA PERNIKAHAN DINI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa. Oleh karena itu bagi siapa yang hendak

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. dipertemukan secara formal di hadapan penghulu/kepala agama tertentu, para saksi

BAB I PENDAHULUAN. insan lawan jenis yang masih remaja dalam satu ikatan (Luthfiyah,

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan dalam perjalanan hidup seseorang dalam membentuk dan membina

BAB I PENDAHULUAN. satunya ditentukan oleh komunikasi interpersonal suami istri tersebut. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. muda). Diantaranya adalah keguguran,persalinan premature, BBLR, kelainan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tinggi di dunia, serta tertinggi kedua di Asia Tenggara setelah Kamboja. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 7 Ayat 1 tentang Perkawinan menuliskan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PEREMPUAN DENGAN KEJADIAN PERNIKAHAN USIA DINI DI KUA WILAYAH KERJA KECAMATAN PURBOLINGGO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. terdapat dalam Undang-Undang No. 1 Tahun Dalam pasal 1 ayat 1

Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan di Kairo Mesir tahun 1994 menekankan bahwa kondisi kesehatan tidak sekedar terbebas dari

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tahun untuk pria (BKKBN, 2011). Penyebab terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan pada remaja adalah masalah serius dan sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk diperlukan adanya program Keluarga Berencana dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia termasuk negara dengan presentase pernikahan usia muda

I. PENDAHULUAN. nasional dan dapat mengurangi hasil-hasil pembangunan yang dapat dinikmati

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pasangan hidup yang dapat memberikan keturunan sesuai dengan apa yang diinginkannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

DAFTAR PUSTAKA. Anugrah, Hukum Menikah Dengan Pasangan Zina. Diakses pada 15 September 2012 dengan situs

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), mengingat jumlah penduduk usia remaja

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI DI SMA NEGERI 1 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. biologis, psikologis maupun secara sosial. Seseorang dengan melangsungkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain,

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makluk sosial (zoonpoliticoon), sehingga tidak bisa hidup

PERKAWINAN DAN PERCERAIAN

Alhiwar Jurnal Ilmu dan Teknik Dakwah Vol. 04 No. 07 Januari-Juni

.BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Demi tercapainya derajat kesehatan yang tinggi,

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

BAB 1 PENDAHULUAN. pernikahan di usia dini dengan berbagai penyebab yang berbeda-beda. Pernikahan

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa (UU Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974). Perkawinan pada pasal 6 menyatakan bahwa Untuk

BAB I PENDAHULUAN. di Nigeria (79%), Kongo (74%), Afganistan (54%), dan Bangladesh (51%) (WHO,

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa. Dariyo, 2002 (dalam Godam,

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Sebuah pernikahan akan membuat individu memperoleh keseimbangan

Veronica Sovita Sari 1, Suwarsito 2, Mustolikh 3

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Program keluarga berencana merupakan salah satu program pembangunan

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. khususnya bila menghadapi ketidakpastian dan ancaman dari luar dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu, yaitu kebutuhan yang berhubungan dengan segi biologis, sosiologis dan teologis.

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai individu yang berada pada rentang usia tahun (Kemenkes RI, 2014).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini, generasi muda khususnya remaja, telah diberikan berbagai disiplin ilmu sebagai persiapan

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses

BAB I PENDAHULUAN. makhluk Allah SWT. Perkawinan adalah cara yang dipilih oleh. sebagaimana tercantum didalam Al-Qur an surat An-nur ayat 32 :

Policy Brief Determinan Kehamilan Remaja di Indonesia (Analisis SDKI 2012) Oleh: Nanda Wahyudhi

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa adalah remaja usia tahun (BkkbN,2014). Menurut bidang

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2010), Indonesia termasuk negara dengan persentase pernikahan usia

BAB I PENDAHULUAN. baik secara biologis, psikologis maupun secara sosial. Batasan usia

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN USIA PERNIKAHAN WANITA DI KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN GUNUNG KIDUL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, perempuan usia 15-19

menikah di usia muda di Indonesia dengan usia tahun pada tahun 2010 lebih dari wanita muda berusia tahun di Indonesia sudah

BAB I PENDAHULUAN. orang umumnya mulai berpikir untuk berumah tangga dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10

I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010).

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di

Oleh : NOVA ELOK MARDLIYANA

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan perencanaan yang matang dalam mempersiapkan segala sesuatu yang meliputi aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam setiap perjalanan hidupnya, sudah pasti memiliki

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya pubertas, yaitu seseorang yang dulunya masih anak-anak menjadi mampu

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 menjelaskan bahwa sejak tahun laju

BAB I PENDAHULUAN. penduduk besar. Jumlah penduduk yang besar ini telah membawa Indonesia

KARAKTERISTIK REMAJA NIKAH MUDA DI DESA BRENGGOLO JATIROTO WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

yang dapat membuahi, didalam istilah kedokteran disebut Menarche (haid yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial kemasyarakatan (Fatimah, 2006, h. 188). Menurut Soebekti (dalam Sulastri, 2015, h. 132) perkawinan adalah

BAB I PENDAHULUAN. masih tergolong tinggi, meskipun terjadi penurunan signifikan di beberapa

PENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTRI YANG MENIKAH DI USIA MUDA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maupun dengan lawan jenis merupakan salah satu tugas perkembangan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. and Development (ICPD) di Kairo (1994), adalah tentang seksual dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi merupakan salah satu topik penting di bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Foundation for Woman s Cancer (2013) kanker serviks adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan akibat lahir maupun batin baik terhadap keluarga masing-masing

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Satu diantara tujuh manusia penduduk dunia yang berjumlah 6,75 miliar ini adalah remaja, dan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Negara-negara yang tidak mampu menyediakan peluang bagia anak dan remaja untuk hidup sehat dan tetap memperoleh pendidikan, di tangan merekalah masa depan sebuah negara, Akan gagal pula dalam produktivitas generasi mudanya sehingga tidak akan mampu bertahan dalam era globalisasi. Keputusan-keputusan para remaja menyangkut usia pernikahan, menyangkut kualitas anak yang akan di lahirkan dan lain-lain juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan penduduk di negara tersebut (BPS 2010). Jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 sebanyak 237,6% juta jiwa 26,27% diantaranya adalah remja, satu per lima dari jumlah penduduk adalah remaja (13-19 tahun) yang berpeluang berprilaku beresiko tanpa mewaspadai akibat jangka panjang dari perilaku tersebut. Sedangkan jumlah remaja yang berusia antara 10-24 tahun sangat besar yaitu kurang lebih 64 juta orang. Jumlah tersebut meliputi hampir 27,6% dari total jumlah penduduk Indoneseia (BPS 2010). Menurut RISKESDAS 2010 Usia Perkawianan Pertama 10-14 Tahun jumlah kasus pernikahan dini sebanyak 4,8%. Di Jawa Barat 7,5% Kalimantan Tengah 9,0%, Kalimantan Timur 7,1 % Kalimantan Tengah, 7,0% Banten 6,5%, Sumatera Utara 1,4%. Pernikahan dini banyak terjadi di daerah pedesaan, pendidikan rendah, 18

status ekonomi termiskin, dan kelompok petani/nelayan/buruh. Semakin tinggi pendidikan persentase usia perkawinan pertama pada usia dini semakin kecil. Menandakan bahwa pendidikan dapat menunda usia perkawinan pertama pada usia dini (Riskesdas 2010). Organisasi kemanusiaan yang fokus pada perlindungan dan pemberdayaan anak, menyampaikan hasil temuannya mengenai pernikahan dini. Menurut lembaga kemanusiaan internasional atau Plan mencatat, 33,5 persen anak usia 13-18 tahun pernah menikah, dan rata-rata mereka menikah pada usia 15-16 tahun. Pernikahan anak lebih sering terjadi pada anak perempuan dibandingkan anak laki-laki, sekitar 5% anak laki-laki menikah sebelum mereka berusia 19 tahun. Selain itu didapatkan pula bahwa perempuan tiga kali lebih banyak menikah dini dibandingkan laki-laki (Sari, 2009). Menurut kriteria Badan Pusat Statistik (BPS) pengertian perkawinan dini ialah jika wanita berumur 10-17 tahun yang berstatus kawin dan pernah kawin dengan umur pertamanya 15 tahun ke bawah. Berdasarkan Susenas 2010 yang dilakukan BPS, sebesar 1,59% perempuan berumur 10-17 tahun di Indonesia berstatus kawin dan pernah kawin. Persentase terbesar berada di wilayah Kalimantan Tengah (3,32%) dan persentase terkecil di Sumatra Barat (0,33%). Seperti yang telah diduga, persentase perempuan 10-17 tahun yang telah kawin dan pernah kawin di pedesaan jumlahnya lebih banyak lagi jika dibandingkan dengan perkotaan. Fenomena menikah dini di wilayah pedesaan pada 2010 mencapai 2,17%, sedangkan di perkotaan mencapai 0,98% (Sudibyo, 2012). 19

Meskipun pernikahan anak merupakan masalah dominan di negara berkembang wanita usia muda di pedesaan lebih banyak yang melakukan perkawinan pada usia, terdapat bukti bahwa kejadian ini juga masih berlangsung di negara maju yang orangtua menyetujui pernikahan anaknya berusia kurang dari 15 tahun. Berdasarkan data dari Kantor Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) angka perkawinan usia dini atau kurang dari 18 tahun masih tinggi mencapai 690 ribu lebih kasus, atau sekitar 34% angka perkawinan usia dini pada tahun 2009. Yang muncul di permukaan hanya yang terekam oleh media saja, namun jumlah sebenarnya jauh lebih banyak lagi. Menurut data laporan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) tentang pencapaian target Tujuan Pembangunan Millenium Development Goals (MDGs) Indonesia tahun 2008, sebanyak 34,5% dari 2.049.000 perkawinan yang terjadi setiap tahun merupakan perkawinan usia dini. Pada tahun 2011 ini terjadi 696.660 kasus perkawinan usia dini, di Jawa Timur angkanya bahkan lebih tinggi dari angka rata-rata nasional, sampai 39%. Kasus perkawinan usia dini, juga tidak hanya terjadi pada masyarakat perdesaan tapi juga pada masyarakat wilayah perkotaan yang tingkat pendidikannya rata-rata lebih tinggi (Darwin, 2012). Survei Data Kependudukan Indonesia (SDKI) tahun 2007, di beberapa daerah didapatkan bahwa sepertiga dari jumlah pernikahan terdata dilakukan oleh pasangan usia di bawah 16 tahun. Jumlah kasus pernikahan dini di Indonesia mencapai 50 juta penduduk dengan rata-rata usia perkawinan 19 tahun. Di Jawa Timur, 39,4% Kalimantan Selatan, 35,5% Jambi, 30,6% dan Jawa Barat, 36% angka kejadian 20

pernikahan dini. Bahkan di sejumlah pedesaan, pernikahan seringkali dilakukan segera setelah anak perempuan mendapat haid pertama (Sari, 2009). Menurut data Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional, Bappenas, lebih 30 persen pernikahan yang tercatat di Indonesia termasuk dalam kategori pernikahan dini. Salah satu akibatnya, sering terjadi perceraian Menurut laporan Badan Perencanaan Pembangunan Bappenas tahun 2008, dari 2 juta lebih pasangan yang melakukan pernikahan, angka pernikahan dini dibawah 16 tahun mencapai hampir 35% (Sari, 2009). Dalam Era Globalisasi saat ini, menikah pada usia muda masih saja menarik dilakukan kaum muda. Fenomena menikah dini merupakan tren yang terulang dahulu lumrah. Tahun berganti, makin banyak menentang pernikahan dini, namun saat ini fenomena terulang kembali lagi kalau dulu orang tua ingin menikah karena berbagai alasan, kini banyak remaja yang bercita-cita menikah dini, mereka bukan saja remaja desa namun remaja remaja kota besar juga data tersebut bukan hanya dominasi remaja perkotaan dan kuliah saja, melainkan sudah merebak ke pedesaan dan anakanak SMA dan SMP (Sarwono, 1994). Perkawinan adalah ikatan batin antara pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga/rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa (UU perkawinan No 1 Tahun 1974). Perkawianan usia muda menurut UU Perkawinan No 1 Tahun 1974 pasal 7 bahwa perkawianan diijinkan bila laki-laki berumur 19 tahun dan wanita berusia 16 tahun, namun pemerintah mempunyai kebijakan tentang prilaku reproduksi wanita yang ditegaskan 21

dalam UU No 10 tahun 1992 yang menyebutkan bahwa pemerintah menetapkan kebijakan upaya penyelenggaraan keluarga berencana (Anonim 2010). Menurut Nugroho (2007) perempuan yang menikah dibawah umur 20 tahun beresiko terkena kangker leher rahim. Pada usia remaja se-sel leher rahim belum matang, apabila terpapar Human Papiloma Virus (HPV) pertumbuhan sel akan menyimpang menjadi kanker. Pernikahan dini juga menyebabkan resiko kematian ibu dan anak, karena organ biologis pada perempuan dibawah usia 20 tahun belum siap secara penuh untuk lahir. Bayi yang dilahirkannya jika tidak meninggal, bayi lahir prematur dan cacat. Menurut (Kolimann dalam Luthfiyati, 2008) menunjukan bahwa pernikahan dini di bawah 19 tahun banyak di tentukan karena perjodohan orang tua. Anak hampir tidak punya kewenangan dalam menentukan pasangannya. Hal ini dapat meningkatkan resiko kematian maternal, yang mencakup 4 terlalu yaitu terlalu muda untuk melahirkan terlalu tua, terlalu sering dan terlalu banyak melahirkan anak. Umur ibu yang kurang dari 20 tahun meningkatkan resiko lahirnya bayi Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) dapat juga beresiko terkena kanker leher rahim, karena pada usia remaja, sel-sel rahim belum matang sehingga pertumbuhan sel akan menyimpang dan tumbuh menjadi kanker (Anonim, 2012). Menurut Dadang (2005) banyak kasus perceraian merupakan dampak dari mudanya usia pasangan ketika memutuskan untuk menikah. Alasan perceraian tentu saja bukan hanya karena alasan pernikahan dini, melainkan alasan ekonomi dan lain sebagainya. Hal ini sama juga dikemukan oleh Suryadi bahwa pernikahana dini akan berdampak pada kualitas anak, keluarga, keharmonisan keluarga dan perceraian. 22

Karena pada usia tersebut, ego remaja masih tinggi, penyebabnya karena faktor budaya, ekonomi, pendidikan dan agama. (Maemunah, 2008). Penelitian (Imariar, 2010) membuktikan bahwa perkawinan pada usia dini memiliki relasi fungsi terhadap terjadinya perceraian. Masalah dalam keluarga baru, datang silih berganti seiring masa transisi yang begitu cepat. Penelitian (Hanum, 1997) telah menjadi penegas bahwa pernikahan dini bukanlah pilihan dari pasangan pengantin. Faktor pengkondisianlah yang menjadi saat menikahi perempuan di bawah umur (Maemunah, 2008). Hasil penelitian (Mayassaroh, 2012) menunjukkan bahwa faktor faktor yang menjadi frekuensi alasan remaja putri melakukan pernikahan dini adalah faktor pendidikan (13,5%), hamil sebelum menikah (24,3%), pemahaman agama (8,1%), ekonomi (37,8%), dan adat budaya (16,2%). Dari hasil penelitian Helvita tahun 2009 dari dari 21 kecamatan di Kota Medan terdapat bahwa terdapat 309 kasus orang yang menikah pada umur kurang dari 18 tahun, 64 kasus remaja yang menikah usia dini di kelurahan Medan Belawan Kelurahan Bagan Deli khususnya suku Melayu. Berdasarkan data dari Kantor Urusan Agama dari 5 Desa yang ada di Labuhan Deli, desa Pematang Johar merupakan desa dengan kasus tertinggi pernikahan dini selama bulan april tahun 2012 terdapat 120 kasus pernikahan dini ditemukan, sedangakan suku Banten 33 remaja, Mandailing 20 remaja, Aceh 20 remaja, Padang 6 remaja, 44 remaja yang usia dini yang menikah khususnya pada suku Jawa yang merupakan dominan di Desa Pematang johar kecamatan Labuhan Deli. 23

Dahlan (2012) menyatakan bahwa sebenarnya pernikahan di usia muda atau yang biasa disebut pernikahan dini dijaman kemajuan teknologi ini merupakan setback (mundur) kejaman lampau. Seharusnya pernikahan dini pada saat ini dihindari mengingat dampak negatif dari pernikahan tersebut yang tidak sedikit. Budaya Jawa mentradisi bentuk perjodohan oleh orangtuanya. Biasanya mereka berpegang mitos umum bila anak telah lepas masa menstruasi di usia 12 tahun, maka sudah waktunya untuk menikah (Dahlan, 2012). Seperti diungkapkan Suwandi, pegawai pencacat nikah di Tegaldowo Rembang Jawa Tengah, Adat orang Jawa kalau punya anak perempuan sudah ada yang ngelamar harus diterima, kalau tidak diterima bisa sampai lama tidak laku-laku, suku Jawa juga menganut kalo sudah menikah baiknya mereka tinggal pisah dengan orang tuanya atau mandiri karena dia sudah punya tanggungan sendiri. Yaitu istrinya. Selain itu dalam prinsip masyarakat Jawa bahwa yang penting kawin dulu, masalah rezki nanti belakangan. Karena sudah ada yang mengatur (Yang Maha Kuasa) (Anonim, 2010). Berdasarkan kondisi diatas maka peneliti merasa tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui determinan pernikahan dini pada suku Jawa di Desa Pematang Johar Kecamatan Labuhan Deli. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka yang menjadi perumusan masalah adalah apa determinan pernikahan dini pada suku Jawa di Desa Pematang Johar Kecamatan Labuhan Deli. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum 24

Untuk mengetahui determinan pernikahan dini pada suku Jawa di Desa Pematang Johar Kecamatan Labuhan Deli. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui Predisposing faktors yaitu umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, pendapatan orang tua, pengetahuan dan budaya Jawa yang memengaruhi pernikahan dini. 2. Untuk mengetahui Enabling factors yaitu media yang memengaruhi pernikahan dini pada suku Jawa. 3. Untuk mengatahui Reinforcing factors yaitu orang tua dan lingkungan keluarga yang memengaruhi pernikahan dini pada suku Jawa. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan refrensi dalam pengembangan keilmuan khususnya di Fakultas Kesehatan Masyarakat 2. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan dalam upaya penyuluhan kesehatan dimasa yang akan datang 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan pada instansi terkait ( KUA, DEPAG, DINKES, BkkbN) Sehingga dapat dilakukan program yang sesuai dalam Pencegahan dan mengatasi dampak dampak pernikahan dini. 25