BAB 5 KESENJANGAN KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PENUNJANG KEGIATAN PARIWISATA

dokumen-dokumen yang mirip
GAMBAR 6.1 KOMPOSISI PENGUNJUNG YANG DATANG DAN TERDAPAT DI KOTA BANDUNG

BAB 4 TOLERANSI PENGUNJUNG DAN WISATAWAN TERHADAP KEMACETAN LALU LINTAS DI KOTA BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. yang murah untuk mencari oleh oleh dan menjadi tujuan utama bagi pengunjung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah maka akan bertambah pula taraf hidup masyarakat di daerah tersebut. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Surakarta (Solo) ini, tentunya berusaha untuk memenuhi kebutuhan - kebutuhan di

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan jumlah penduduknya. Pesatnya pertumbuhan penduduk ini

TUGAS AKHIR. Oleh: RICO CANDRA L2D

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

3.1 Karakteristik Pusat Perbelanjaan Paris Van Java

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISIS PENERAPAN PEDESTRIAN MALL DI JALAN IMAM BONJOL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Studi Pemindahan Lokasi Parkir dari On-street parking menjadi Off-street parking (Studi Kasus Jalan Dhoho Kediri)

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil pembahasan dari penelitian bab sebelumnya dapat ditarik

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat, di samping berbagai indikator sosial ekonomi lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata muncul sebagi salah satu sektor yang cukup menjanjikan dalam

BAB I PENDAHULUAN. tetapi memiliki peran penting dalam sistem transportasi setiap kota karena

BAB I PENDAHULUAN. tinggi yang mengakibatkan kepadatan penduduk yang tinggi. Hal ini berdampak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir ini, kota Bandung sudah menjadi kota

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Studi Pemindahan Lokasi Parkir dari On-street Parking Menjadi Offstreet. (Studi Kasus Jalan Dhoho Kediri)

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan perekonomian dan jumlah penduduk di suatu daerah. fasilitas transportasi yang cukup memadai untuk membantu kelancaran

BAB VI. KESIMPULAN dan SARAN. pariwisata Gunung Kidul karena sudah tersedianya angkutan umum wisata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan ditunjukan dengan adanya peningkatan jumlah pemakaian

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Transportasi di Indonesia mengalami perkembangan sangat pesat pada saat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ARAHAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN ALUN-ALUN LOR KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi yang semakin membuka peluang pengusaha untuk turut

BAB I PENDAHULUAN. Parkir merupakan salah satu unsur sarana yang tidak dapat dipisahkan dari

PENGARUH KEMACETAN LALU LINTAS TERHADAP PERKEMBANGAN KEPARIWISATAAN KOTA BANDUNG

LAMPIRAN A KUISIONER

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan perkotaan yang manusiawi merupakan lingkungan perkotaan yang ramah

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi (2005) Evaluasi adalah

BAB 3 STRATEGI DASAR MANAJEMEN LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi dan mobilitas penduduk menjadi dua hal yang tidak dapat

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Persentasi Jumlah Kendaraan Bermotor di DKI Jakarta Tahun Bus 8% Gambar 1. Pembagian Moda (Dinas Perhubungan DKI Jakarta, 2004)

BAB I PENDAHULUAN. perhatian perencanaan pembangunan, terutama di negara sedang berkembang, dan

BAB I PENDAHULUAN. kendaraan yang memenuhi persyaratan kelayakan. Lalu lintas memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi bertambah banyaknya kebutuhan akan sarana dan prasarana

PENENTUAN PRIORITAS PENYEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PASAR BATIK SETONO SEBAGAI OBJEK WISATA BELANJA DI KOTA PEKALONGAN TUGAS AKHIR

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. kepemilikan kendaraan (demand), belum tersedianya fasilitas transportasi yang

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III

BAB 4 ANALISIS SISTEM TRANSPORTASI JALAN CIHAMPELAS

BAB I PENDAHULUAN. pergerakan manusia dan barang. Pergerakan penduduk dalam memenuhi kebutuhannya terjadi

BAB I PENDAHULUAN. penting, mengingat bahwa fasilitas ruang parkir merupakan bagian dari sistem

BAB III METODOLOGI 3.1 PENDEKATAN MASALAH

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i ABSTRACT... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR...

Studi Kemacetan Lalu Lintas Di Pusat Kota Ratahan ABSTRAK

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

KAJIAN KINERJA JALAN ARTERI PRIMER DI SIMPUL JALAN TOL JATINGALEH KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Penggal Ruas Jalan Setia Budi)

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Pariwisata juga merupakan suatu komponen dari pola

BAB I PENDAHULUAN. dan rasa aman kepada pengguna jasa angkutan umum di dalam melakukan

FAKTOR-FAKTOR PENDORONG TERJADINYA KEMACETAN LALU LINTAS DI JALAN ARTERI PRIMER KAWASAN PASAR UNGARAN KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

POTENSI LOKASI PUSAT PERDAGANGAN SANDANG DI KOTA SOLO (Studi Kasus: Pasar Klewer, Beteng Trade Center dan Pusat Grosir Solo) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan suatu kebutuhan bagi pemilik kendaraan dan menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan

BAB 5 KESIMPULAN STUDI DAN ARAHAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi daerah yang memiliki daya tarik tersendiri yang mampu menarik minat

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinisikan sebagai

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kesiapan Kebijakan dalam Mendukung Terwujudnya Konsep Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT)

TUGAS AKHIR. Oleh : BENI ANGGID LAKSONO L2D

BAB 3 GAMBARAN UMUM PARIWISATA KOTA BANDUNG

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB 3 GAMBARAN UMUM KAWASAN JALAN CIHAMPELAS

EVALUASI RUTE TRAYEK ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) BERDASARKAN PERSEBARAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN SRAGEN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Yogyakarta terletak di Propinsi D. I. Yogyakrta mempunyai lokasi yang

BAB I PENDAHULUAN LAPORAN TUGAS AKHIR I - 1. D4 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung

Transkripsi:

BAB 5 KESENJANGAN KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PENUNJANG KEGIATAN PARIWISATA Pada bab ini akan lebih dibahas mengenai sarana prasarana penunjang kegiatan pariwisata. Permasalahan sarana prasarana yang dimaksud adalah mengenai kesenjangan antara sarana prasarana penunjang kegiatan pariwisata yang terdapat di Kota Bandung, dengan kebutuhan pengunjung yang datang ke Kota Bandung. 5.1 Kebutuhan Sarana Prasarana Pengunjung Kota Bandung Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, keberlangsungan kegiatan pariwisata berkaitan erat dengan ketersediaan sarana prasarana penunjang. Ketersediaan berbagai sarana prasarana pendukung secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi perkembangan kegiatan pariwisata. Salah satu sarana prasarana yang paling mempengaruhi perkembangan kegiatan pariwisata di suatu daerah adalah sarana prasarana yang berhubungan dengan sektor transportasi seperti ketersediaan jalan raya dan lahan parkir. Berdasarkan berbagai sumber yang terkait dengan pariwisata, sarana prasarana yang berhubungan dengan kegiatan pariwisata dapat dilihat pada TABEL V-1 berikut ini.

TABEL V-1 SARANA PRASARANA PENDUKUNG KEGIATAN PARIWISATA Jenis Sarana Prasarana Hotel/penginapan Restoran/rumah makan Pusat perbelanjaan Agen dan Biro perjalanan wisata Moda transportasi Jalan Raya Lahan parkir Zebra Cross Trotoar Jasa perbankan Penunjunk Jalan/Signage Information Center Sumber : Hasil Analisis 2008 Dari tabel diatas dapat dilihat berbagai sarana prasarana yang terkait dengan kegiatan pariwisata. Untuk ketersediaan beberapa sarana prasarana seperti jalan raya dan lokasi parkir, berdasarkan data yang telah diolah oleh penulis, terjadi penurunan dalam hal panjang jalan dan jumlah lokasi parkir, baik itu lokasi on street parking, gedung parkir, maupun pelataran parkir. Penambahan jumlah panjang jalan yang terjadi di Kota Bandung antara tahun 2003 dan 2004 dirasa dapat mendukung perkembangan kegiatan pariwisata di Kota Bandung, karena jalan raya merupakan salah satu prasarana utama yang dapat mendukung perkembangan kegiatan pariwisata. Penambahan jumlah panjang jalan tersebut akan dapat mempermudah pengunjung yang datang ke Kota Bandung. Penambahan jumlah panjang jalan tersebut juga menjadi tanggapan terhadap tingginya daya tarik Kota Bandung sebagai salah satu kota tujuan wisata bagi pengunjung yang berasal dari luar Kota Bandung maupun yang berasal dari Kota Bandung sendiri. Banyaknya jumlah pengunjung yang datang ke Kota Bandung dengan menggunakan mobil pribadi, membuat pemerintah Kota Bandung membuat kebijakan untuk menambah jumlah panjang jalan untuk mengimbangi jumlah kendaraan yang ada di Kota Bandung, baik itu kendaraan penduduk Kota Bandung, maupun kendaraan pengunjung yang datang ke Kota Bandung. Seiring

dengan perkembangannya, jumlah kendaraan yang masuk ke Kota Bandung juga semakin banyak. Namun pada kenyataannya hal tersebut tidak didukung oleh penambahan jumlah panjang jalan, walaupun penambahan panjang jalan bukan merupakan penyelesaian masalah kemacetan lalu lintas yang terjadi di Kota Bandung mengingat keterbatasan akan ketersediaan lahan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Litbang Kompas, kondisi lalu lintas yang terjadi di Kota Bandung saat ini semakin semerawut apabila dibandingkan dengan kondisi beberapa tahun lalu. Hal tersebut semakin menunjukkan bahwa Kota Bandung sudah mulai kehilangan daya dukung terhadap kepariwisataan Kota Bandung. Permasalahan kemacetan lalu lintas yang kerap kali terjadi di Kota Bandung khususnya pada waktu weekends berdasarkan RTRW Kota Bandung tahun 2003-2013 dan berdasarkan hasil obserasi disebabkan oleh terbatasnya sarana parkir di berbagai kawasan wisata. Keberadaan prasarana parkir yang terdapat di Kota Bandung khususnya di berbagai kawasan wisata dirasa belum dapat menampung seluruh kendaraan yang datang ke berbagai kawasan wisata di Kota Bandung. Hal tersebut dapat dilihat dari kemacetan lalu lintas yang selalu terjadi pada waktu weekends di berbagai kawasan wisata di Kota Bandung. Banyaknya kendaraan pengunjung yang masuk ke Kota Bandung apabila tidak didukung oleh ketersediaan prasarana parkir akan dapat menyebabkan kemacetan lalu lintas. Kemacetan lalu lintas dapat terjadi akibat kapasitas jalan yang telah melampaui batasnya. Oleh karena itu, ketersediaan prasarana parkir dirasa penting dalam menunjang kegiatan pariwisata di Kota Bandung. Lokasi parkir yang dimaksud adalah lokasi parkir di pinggir jalan (on street parking), gedung parkir umum, dan pelataran parkir. Berkurangnya lokasi parkir di Kota Bandung dapat mempengaruhi lalu lintas di Kota Bandung, khususnya di kawasan wisata yang menjadi kawasan pemusatan kegiatan pangunjung. Kebutuhan akan sarana prasarana penunjang kegiatan pariwisata akan berbeda di setiap lokasi wisata. Hal tersebut berhubungan dengan karakteristik pengunjung yang datang ke tiap kawasan wisata. Karakteristik pengunjung dan kunjungan yang datang ke kawasan wisata akan mempengaruhi kebutuhan sarana prasarana di kawasan wisata tersebut. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan sebelumnya,

maka sarana prasarana dasar yang dibutuhkan dan dirasa dapat mendukung perkembangan kegiatan pariwisata antara lain: Jalan Raya Prasarana Parkir Moda Transportasi Zebra Cross Trotoar Jasa Perbankan Penunjuk Jalan/Signage Information Center Dari berbagai sarana prasarana diatas, pada penelitian ini akan lebih difokuskan kepada ketersediaan prasarana parkir. Berdasarkan komposisi asal daerah asal kedatangan, karakteristik pengunjung yang datang ke kawasan wisata belanja Riau dan Cihampelas didominasi oleh pengunjung yang berasal dari Jakarta. Selain itu, melihat dari jenis moda transportasi yang digunakan, pengunjung yang datang ke kawasan wisata belanja Riau dan Cihampelas lebih banyak yang menggunakan mobil pribadi selama berada di Kota Bandung, walaupun penggunaan moda transportasi umum juga cukup tinggi mengingat banyak pengunjung yang mengunjungi Kota Bandung dengan menggunakan jasa trael dan kemudian berganti moda transportasi menjadi angkutan kota selama berada di Kota Bandung. Hal tersebut menunjukkan bahwa pesatnya perkembangan jasa transportasi trael dapat membuat pengunjung untuk datang ke Kota Bandung tanpa menggunakan kendaraan pribadi. Untuk pengunjung di kawasan Alun-alun dan Kebon Binatang, karena sebagian besar pengunjung berasal dari daerah sekitar Kota Bandung, maka pengunjung banyak yang menggunakan kendaraan pribadi dan kendaraan umum baik untuk menuju Kota Bandung maupun selama berada di Kota Bandung. Melihat komposisi penggunaan moda transportasi yang hampir sama antara pengunjung di kawasan wisata Alun-alun dengan Kebon Binatang, maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi perubahan jenis moda transportasi yang berarti antara moda transportasi untuk datang ke Kota Bandung dan selama berada di Kota Bandung. Perbedaan

komposisi pengunjung juga terjadi dalam hal lama kunjungan. Pengunjung yang datang ke kawasan wisata belanja Riau dan Cihampelas didominasi oleh wisatawan, sedangkan pengunjung yang datang ke kawasan wisata Alun-alun dan Kebon Binatang didominasi oleh para day trippers. Perbedaan karakteristik seperti yang telah dijelaskan diatas dapat menyebabkan perbedaan kebutuhan sarana prasarana antara kawasan wisata, baik itu kawasan wisata belanja Riau, Cihampelas, Alun-alun dan Kebon Binatang. Apabila dihubungkan dengan karakteristik pengunjung yang datang ke kawasan wisata belanja Riau dan Cihampelas, maka prasarana parkir dirasa menjadi prasarana yang paling penting dalam mendukung perkembangan pariwisata di kawasan ini. Hal tersebut disebabkan karena sebagian besar pengunjung yang datang ke kawasan wisata belanja Riau dan Cihampelas menggunakan mobil pribadi maupun bus rombongan selama berwisata di kawasan ini maupun selama berada di Kota Bandung. Apabila dihubungkan dengan karakteristik pengunjung yang datang ke kawasan wisata Alun-alun dan Kebon Binatang, maka ketersediaan moda transportasi umum dirasa menjadi sarana yang paling penting dalam mendukung perkembangan pariwisata di kawasan ini. Hal tersebut disebabkan karena sebagian besar pengunjung yang datang ke kawasan wisata Alun-alun dan Kebon Binatang menggunakan jasa angkutan kota dan ada yang menggunakan bus rombongan. Saat ini, ketersediaan prasarana parkir di kawasan wisata belanja Riau dan Cihampelas masih dirasa kurang karena keterbatasan akan ketersediaan prasarana parkir dan kapasitas parkir masih seringkali menjadi penyebab kemacetan lalu lintas yang terjadi di kawasan ini. Ketersediaan prasarana parkir di kawasan Kebon Binatang juga masih dapat disebut kurang karena masih sering terjadi kemacetan lalu lintas pada akhir minggu akibat dari tingginya tingkat on street parking dan hambatan lain yang berhubungan dengan parkir. Masih terbatasnya ketersediaan prasarana parkir menyebabkan masih tingginya olume kendaraan yang berada di jalan, baik pengunjung yang hanya ingin melewati jalan di kawasan tersebut atau oleh pengunjung yang sedang mencari parkir. Karakteristik pengunjung yang datang secara rombongan dengan menggunakan bus juga masih menjadi salah satu penyebab utama kemacetan lalu

lintas yang terjadi di Kota Bandung. Belum adanya prasarana parkir yang memadai, khususnya untuk bus rombongan, seringkali membuat bus rombongan parkir di pinggir jalan atau di tempat parkir yang bukan untuk bus. Hal tersebut menyebabkan terganggunya lalu lintas di kawasan ini karena berkurangnya kapasitas jalan dan terhambatnya laju lalu lintas akibat bus yang sedang mencari parkir atau bus yang sedang kesulitan parkir. Tingginya penggunaan moda transportasi umum di kawasan Alun-alun dan Kebon Binatang memang menjelaskan bahwa prasarana parkir bukan merupakan fasilitas pendukung utama, namun pada kenyataannya, prasarana parkir yang terdapat di kawasan ini belum dapat menampung kendaraan pengunjung, sehingga seringkali menyebabkan kemacetan. Penggunaan moda transportasi umum di kawasan ini lebih memerlukan sarana prasarana yang langsung berkaitan dengan moda transportasi umum seperti ketersediaan halte bus dan ketersediaan sarana angkutan umum. Ketersediaan prasarana halte bus di kawasan Alun-alun dapat membantu pengunjung yang menggunakan moda transportasi umum ketika berwisata di kawasan Alun-alun. Untuk ketersediaan prasarana halte bus di kawasan Kebon Binatang, sampai saat ini belum terdapat sarana hatle bus yang bisa digunakan pengunjung untuk tempat atau lokasi naik turun angkutan kota. Hal tersebut menyebabkan berbagai permasalahan seperti kemacetan lalu lintas karena pangunjung seringkali memberhenetikan angkutan kota di sembarang tempat, sehingga selalu menyebabkan hambatan yang mengakibatkan kemacetan lalu lintas. Selain karena belum tersedianya prasarana halte bus, terbatasnya ketersediaan prasarana parkir juga menyebabkan banyak mobil yang memarkirkan kendaraan baik mobil pribadi maupun bus di pinggir jalan, sehingga seringkali juga menyebabkan kemacetan lalu lintas. Untuk ketersediaan fasilitas pejalan kaki, kawasan Alun-alun dan Kebon Binatang telah memiliki prasarana trotoar dan zebra cross. Khusus untuk kawasan Kebon Binatang, prasarana trotoar yang terdapat hanya di salah satu sisi jalan juga seringkali menyebabkan kemacetan. Hal tersebut karena posisi trotoar yang berada di bagian lain dari jalan tempat pengunjung memarkirkan kendaraannya,

sehingga pengunjung tetap saja berjalan di badan jalan. Hal tersebut yang seringkali menyebabkan kemacetan lalu lintas di kawasan Kebon Binatang. Pengunjung yang datang ke kawasan wisata belanja Riau dan Cihampelas tidak semuanya yang menggunakan kendaraan pribadi. Pengunjung yang datang dari Kota Bandung juga banyak yang memanfaatkan jasa transportasi umum, yaitu jasa angkutan kota. Oleh karena itu, ketersediaan sarana transportasi umum yang memadai sangat diperlukan guna melayani kebutuhan pengunjung yang tidak menggunakan kendaraan pribadi. Karakteristik kegiatan wisata di kawasan wisata belanja Riau maupun Cihampelas merupakan kawasan wisata yang terdiri dari berbagai objek wisata belanja yang terletak dalam satu kawasan yang berdekatan. Karakteristik pengunjung yang bersedia untuk berjalan kaki dalam berpindah objek wisata di kawasan ini juga membutuhkan berbagai sarana prasarana penunjuang. Sarana dan prasarana yang dimaksud adalah ketersediaan prasarana untuk pejalan kaki seperti trotoar dan zebra cross/fasilitas penyeberangan. Prasarana tersebut sangat dibutuhkan untuk mempermudah pergerakan pengunjung dalam berpindah objek wisata sehingga tidak mengganggu lalu lintas. Sebagai objek wisata yang berada dalam satu kawasan, maka ketersediaan prasarana parkir umum di kawasan wisata belanja Riau dan Cihampelas maupun kawasan wisata lain yang menjadi pemusatan kendaraan pengunjung menjadi sangat penting dibutuhkan guna menampung kendaraan-kendaraan tersebut sehingga kemacetan lalu lintas dapat dihindari. Selain itu, moda transportasi umum menjadi salah satu sarana yang sangat guna mendukung perkembangan pariwisata Kota Bandung. Transportasi umum yang dimaksud bukan hanya angkutan kota, melainkan dapat berupa moda transportasi lain yang dapat mengangkut pengunjung dari lokasi parkir ke objek wisata yang terdapat di kawasan tersebut. Sebagai kawasan wisata belanja, di kawasan wisata belanja Riau dan Cihampelas tentunya akan terjadi banyak kegiatan ekonomi seperti jual beli dan sebagainya. Oleh karena itu, ketersediaan jasa perbankan seperti bank dan ATM sangat diperlukan guna mempermudah pengunjung dalam berwisata di kawasan ini. Perbedaan jenis kegiatan wisata antara kawasan wisata belanja Riau dan

Cihampelas dengan kegiatan belanja di kawasan Alun-alun dan Kebon Binatang juge menyebabkan perbedaan kebutuhan akan sarana prasarana pendukung kegiatan pariwisata. Sebagai kawasan rekreasi yang cukup terjangkau dari segi pengeluaran biaya, kawasan ini dinilai tidak terlalu memerlukan berbagai jasa perbankan sebagai salah satu kebutuhan. Hal tersebut disebabkan oleh jenis kegiatan wisata yang biasa dilakukan pengunjung yang bukan belanja, melainkan hanya datang ke kawasan ini hanya untuk berekreasi saja. Berbeda dengan kawasan Kebon Binatang, kawasan Alun-alun dinilai lebih memerlukan jasa perbankan seperti ketersediaan bank dan ATM karena kawasan Alun-alun juga berperan sebagai salah satu kawasan wisata belanja, khususnya oleh pengunjung yang berasal dari Kota Bandung dan daerah sekitar Kota Bandung. Sistem lalu lintas yang diterapkan di Kota Bandung seringkali membuat pengunjung yang datang ke Kota Bandung atau ke kawasan wisata belanja Riau dan Cihampelas bingung. Hal tersebut disebabkan oleh banyaknya jalan satu arah yang ditetapkan di Kota Bandung sehingga seringkali membingungkan pengunjung selama pengunjung berwisata di Kota Bandung. Sistem lalu lintas satu arah memang dirasa dapat membantu mengurangi kemacetan lalu lintas karena menambah kapasitas jalan tersebut. Namun di lain hal penerapan jalan satu arah membuat jarak tempuh semakin jauh, sehingga seringkali membingungkan pengunjung yang datang ke Kota Bandung. Oleh karena itu, penunjuk jalan atau signage dirasa menjadi salah satu sarana yang sangat penting bagi pengunjung yang datang ke kawasan wisata belanja Riau dan Cihampelas guna mendukung perkembangan pariwisata di Kota Bandung. Perkembangan kegiatan pariwisata yang terjadi di kawasan ini khusunya dan di Kota Bandung pada umumnya menciptakan makin banyaknya objek wisata atau lokasi yang dapat dikunjungi oleh pengunjung. Keragaman objek wisata yang terdapat di kawasan wisata belanja Riau dan Cihampelas, serta keragaman objek wisata di Kota Bandung sering belum diketahui sepenuhnya oleh pengunjung yang datang ke Kota Bandung, sehingga pengunjung hanya mengunjungi objek wisata yang itu-itu saja. Hal tersebut dapat menyebabkan banyak pengunjung yang merasa objek wisata di kawasan wisata belanja Riau dan Cihampelas

maupun objek wisata yang terdapat di Kota Bandung menjadi monoton. Perasaan monoton tersebut ditakutkan dapat mempengaruhi kunjungan pengunjung yang datang ke kawasan wisata belanja Riau dan Cihampelas maupun pengunjung yang datang ke Kota Bandung. Oleh karena itu, untuk mempermudah pengunjung dalam memilih objek wisata yang akan dikunjungi, maka ketersediaan pusat informasi juga diperlukan untuk mendukung perkembangan pariwisata di kawasan wisata belanja Riau dan Cihampelas, maupun perkembangan pariwisata di Kota Bandung. Saat ini, media informasi tentang pariwisata Kota Bandung dapat diakses melalui berbagai sumber seperti intenet dan media cetak. Salam satu media informasi pariwisata yang terdapat di Kota Bandung adalah media informasi big screen di kawasan Dago. Namun hal tersebut belum dapat dimanfaatkan dengan baik karena lebih banyak menampilkan iklan daripada pariwisata Kota Bandung itu sendiri. Oleh karena itu, untuk mempermudah pengunjung dalam memilih objek wisata yang akan dikunjungi, maka ketersediaan pusat informasi juga diperlukan untuk mendukung perkembangan pariwisata di Kota Bandung. Berdasarkan hasil pengolahan data kuesioner, pengunjung memiliki pendapat lain mengenai kebutuhan sarana prasarana penunjang kegiatan pariwisata. Berdasarkan hasil pengolahan data, selain memerlukan sarana prasarana yang disebutkan diatas, juga membutuhkan berbagai sarana prsarana lain seperti sarana kebersihan, taman/peneduh, serta keberadaan moda transportasi wisata. Kebutuhan akan sarana kebersihan muncul dari kurangnya ketersediaan sarana kebersihan seperti tempat sampah sehingga banyak sampah yang berserakan di pinggir jalan dan dapat mengurangi keindahan kawasan wisata di kota Bandung serta dapat mengurangi kenyamanan pengunjung ketika berwisata di kawasan wisata. Untuk kebutuhan akan taman atau tempat peneduh, banyak pengunjung yang merasa kurang nyaman ketika berwisata di kawasan wisata belanja Riau karena di kawasan wisata belanja Riau dirasa gersang dan kurang hijau. Kurangnya keberadaan taman atau peneduh khususnya di tepi jalan membuat pengunjung yang datang ke kawasan ini merasa kurang nyaman saat berpindah objek wisata. Sarana prasarana berikutnya yang pengunjung butuhkan

adalah moda transportasi umum yang dapat mengantarkan pengunjung untuk berkeliling di kawasan wisata di Kota Bandung seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Moda transportasi yang dimaksud terkait dengan tersedianya prasarana parkir. Dengan adanya prasarana parkir yang memadai atau dengan adanya pusat prasarana parkir/parking center, pengunjung dapat memarkirkan kendaraan mereka di prasarana parkir tersebut dan kemudian bisa memanfaatkan jasa moda transportasi umum yang dapat digunakan untuk mengunjungi objek wisata yang terdapat di kawasan ini. Hal tersebut dimaksudkan agar mengurangi olume kendaraan pribadi yang melewati kawasan wisata belanja ini, sehingga kemacetan lalu lintas dapat dikurangi dan menambah kenyamanan pengunjung. Untuk keberadaan PKL, tidak tertibnya PKL juga dirasa dapat mengurangi kenyamanan pengunjung dan turut berperan sebagai salah satu penyebab kemacetan lalu lntas di Kota Bandung. Oleh karena itu, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, pengunjung banyak yang merasa memerlukan relokasi dan penertiban PKL sehingga pengunjung dapat kembali merasa nyaman ketika berwisata di Kota Bandung. Kebutuhan sarana prasarana berdasarkan persepsi pengunjung di kawasan wisata di Kota Bandung dapat dilihat pada daftar berikut ini. Jalan Raya Prasarana parkir Moda Transportasi Zebra Cross Trotoar Jasa Perbankan Penunjuk Jalan/Signage Information Center Sarana Kebersihan Taman/Peneduh Kendaraan Wisata

5.2 Kesenjangan Kebutuhan Sarana Prasarana di Kota Bandung Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, keberlangsungan kegiatan pariwisata berkaitan ereat dengan ketersediaan sarana prasarana penunjang. Ketersediaan berbagai sarana prasarana pendukung secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi perkembangan kegiatan pariwisata. Oleh karena itu, pada subbab ini akan dijelaskan menganai kesenjangan antara kebutuhan sarana prasarana berdasarkan persepsi pengunjung dengan ketersediaan sarana prasarana yang terdapat di Kota Bandung. Kesenjangan antara kebutuhan dengan ketersediaan sarana prasarana dapat juga dilihat dari tingkat kepuasan pengunjung terhadap ketersediaan sarana prasarana penunjung kegiatan pariwisata di Kota Bandung. Berikut ini pada TABEL V-2 dapat dilihat mengenai tingkat kepuasan pengunjung terhadap ketersediaan sarana prasarana penunjung kegiatan pariwisata di Kota Bandung. TABEL V-2 TINGKAT KEPUASAN PENGUNJUNG TERHADAP SARANA PRASARANA PENUNJANG KEGIATAN PARIWISATA DI KOTA BANDUNG Tingkat Kepuasan Jalan Raya Lahan Parkir Moda Transportasi Zebra Cross Trotoar Jasa Perbankan Penunjuk Jalan Pusat Informasi 1 (Sangat Kecewa) 3.02% 2.01% 1.01% 4.02% 3.52% 0.00% 0.00% 3.52% 2 1.01% 4.02% 2.01% 4.02% 4.52% 0.50% 1.01% 6.03% 3 4.52% 4.52% 5.53% 6.03% 4.02% 0.50% 4.02% 4.52% 4 9.05% 12.56% 4.52% 10.05% 9.05% 1.01% 8.54% 10.55% 5 16.58% 20.60% 22.61% 22.11 % 19.10% 9.55% 11.06% 17.09% 6 19.60% 14.07% 21.61% 22.11 % 18.09% 13.07% 21.11% 22.61% 7 24.62% 22.61% 21.11% 18.59% 22.11% 30.65% 30.15% 19.10% 8 15.58% 17.09% 17.59% 11.06% 14.57% 33.67% 18.59% 12.06% 9 5.53% 2.01% 2.01% 1.01% 2.51% 6.03% 2.01% 1.01% 10 (Sangat Puas) 0.50% 0.50% 2.01% 1.01% 1.51% 4.52% 3.52% 3.52% Sumber : Hasil Analisis 2008 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa secara umum, tingkat kepuasan pengunjung terhadap sarana prsarana penunjang kegiatan pariwisata di Kota Bandung berada pada kisaran angka 7. Hal tersebut dapat menunjukkan bahwa secara umum, pengunjung yang datang ke Kota Bandung telah merasa puas

dengan ketersediaan dan kualitas sarana prasarana penunjang pariwisata yang terdapat di Kota Bandung. Untuk lebih jelasnya mengenai angka rata-rata kepuasan pengunjung terhadap sarana prasarana penunjang kegiatan pariwisata di Kota Bandung dapat dilihat pada TABEL V-3 berikut ini. TABEL V-3 NILAI RATA-RATA, NILAI TENGAH DAN MODUS DARI KEPUASAN PENGUNJUNG TERHADAP SARANA PRASARANA PENUNJANG KEGIATAN PARIWISATA DI KOTA BANDUNG Jalan Raya Fasilitas Parkir Moda Transportasi Zebra Cross Trotoar Jasa Perbankan Penunjuk Jalan/ Signage Pusat Informasi Mean 6.07 5.79 6.09 5.51 5.80 7.20 6.43 5.67 Median 6 6 6 6 6 7 7 6 Mode 7 7 5 5 7 8 7 6 Sumber : Hasil Analisis 2008 Dari tabel diatas dapat dilihat perbandingan antara nilai rata-rata dengan nilai modus dari kepuasan pengunjung. Tabel tersebut menjelaskan bahwa sebagian besar pengunjung merasa cukup puas terhadap sarana prasarana penunjang kegiatan pariwisata. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai modus dari kepuasan pengunjung yang lebih besar dari nilai rata-rata kepuasan pengunjung terhadap sarana prasarana penunjang kegiatan pariwisata di Kota Bandung. Nilai modus yang lebih rendah dari nilai rata-rata terdapat pada jenis sarana prasarana zebra cross. Hal tersebut menjelaskan bahwa pengunjung belum secara optimal merasakan manfaat zebra cross ataupun pengunjung banyak yang menyeberang jalan tidak di zebra cross, sehingga pengunjung tersebut tentu saja tidak merasakan manfaat dari ketersediaan zebra cross. Sesuai dengan analisis mengenai kebutuhan sarana prasarana berdasarkan karakteristik pengunjung yang telah dilakukan. Sarana prasarana penunjang kegiatan pariwisata yang juga merupakan sarana prasarana perkotaan tidak hanya digunakan oleh pengunjung yang berasal dari luar Kota Bandung, melainkan juga digunakan oleh pengunjung yang berasal dari Kota Bandung sendiri. Oleh karena itu, pada penelitian kali ini juga akan dilihat bagaimana tingkat kepuasan penduduk Kota Bandung terhadap sarana

prasarana penunjang pariwisata di Kota Bandung. Tingkat kepuasan penduduk Kota Bandung terhadap berbagai sarana prasarana penunjang pariwisata di Kota Bandung dapat dilihat pada TABEL V-4 berikut ini. TABEL V-4 TINGKAT KEPUASAN PENDUDUK KOTA BANDUNG TERHADAP SARANA PRASARANA PENUNJANG KEGIATAN PARIWISATA DI KOTA BANDUNG Tingkat Kepuasan Jalan Raya Lahan Parkir Moda Transportasi Zebra Cross Trotoar Jasa Perbankan Penunjuk Jalan Pusat Informasi 1 (Sangat Kecewa) 0.99% 1.98% 1.98% 1.98% 1.98% 0.00% 0.99% 1.98% 2 0.99% 3.96% 0.99% 6.93% 5.94% 0.00% 1.98% 12.87% 3 7.92% 8.91% 3.96% 10.89% 7.92% 0.99% 4.95% 10.89% 4 12.87% 12.87% 7.92% 5.94% 11.88% 0.99% 3.96% 6.93% 5 14.85% 22.77% 20.79% 25.74% 16.83% 7.92% 13.86% 12.87% 6 21.78% 13.86% 22.77% 20.79% 21.78% 17.82% 18.81% 15.84% 7 18.81% 19.80% 13.86% 17.82% 17.82% 28.71% 26.73% 25.74% 8 13.86% 10.89% 19.80% 8.91% 13.86% 29.70% 19.80% 5.94% 9 5.94% 2.97% 4.95% 0.00% 0.00% 8.91% 6.93% 3.96% 10 (Sangat Puas) 1.98% 1.98% 2.97% 0.99% 1.98% 4.95% 1.98% 2.97% Sumber : Hasil Analisis 2008 Dari tabel diatas dapat dilihat mengenai tingkat kepuasan wisatawan lokal terhadap berbagai sarana prasarana penunjang kegiatan pariwisata. Secara umum, dapat dilihat bahwa tingkat kepuasan masyarakat lokal terhadap sarana prasarana penunjang pariwisata di Kota Bandung berkisar di angka rata-rata, yaitu sekitar 6 dan 7. Hal tersebut menjelaskan bahwa menurut masyarakat Kota Bandung, tidak semua sarana prasarana penduduk yang ada telah sesuai dengan yang mereka harapkan. Seperti tingkat kepuasan pengunjung luar Kota Bandung, tingkat kepuasan terhadap zebra cross berada dibawah nilai rata-rata tingkat kepuasan terhadap zebra cross. Tingkat kepuasan tertinggi adalah pada jenis sarana prasarana jasa perbankan. Untuk lebih jelasnya mengenai angka rata-rata kepuasan penduduk Kota Bandung terhadap sarana prasarana penunjang kegiatan pariwisata di Kota Bandung dapat dilihat pada TABEL V-5 berikut ini.

TABEL V-5 NILAI RATA-RATA, NILAI TENGAH DAN MODUS DARI KEPUASAN PENDUDUK KOTA BANDUNG TERHADAP SARANA PRASARANA PENUNJANG KEGIATAN PARIWISATA DI KOTA BANDUNG Jalan Raya Fasilitas Parkir Moda Transportasi Zebra Cross Trotoar Jasa Perbankan Penunjuk Jalan/Signage Pusat Informasi Mean 5.99 5.57 6.18 5.32 5.55 7.22 6.46 5.41 Median 6 5 6 5 6 7 7 6 Mode 6 5 6 5 6 8 7 7 Sumber : Hasil Analisis 2008 Dari tabel diatas dapat dilihat perbandingan antara nilai rata-rata dengan nilai modus dari kepuasan pengunjung. Tabel tersebut menjelaskan bahwa tidak semua penduduk merasa puas terhadap sarana prasarana penunjang kegiatan pariwisata. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai modus dari kepuasan pengunjung yang lebih besar dan lebih kecil dari nilai rata-rata kepuasan pengunjung terhadap sarana prasarana penunjang kegiatan pariwisata di Kota Bandung. Nilai modus yang lebih rendah dari nilai rata-rata terdapat pada jenis sarana prasarana jalan raya, fasilitas parkir, moda transportasi umum, dan zebra cross. Hal tersebut menjelaskan bahwa pengunjung belum secara optimal merasakan manfaat sarana prasarana diatas. Ketersediaan sarana prasarana di kawasan wisata yang terdapat di Kota Bandung masih terdapat beberapa kesenjangan apabila dihubungakan dengan kebutuhan yang diperlukan di kawasan wisata. Kesenjangan yang dimaksud adalah ketidaksesuaian antara ketersediaan dengan kebutuhan akan sarana prasarana penunjang kegiatan pariwisata. Kesenjangan antara kebutuhan dengan ketersediaan sarana prasarana di kawasan wisata belanja Riau berdasarkan hasil obserasi, data sekunder dan berdasarkan hasil wawancara kuesioner dengan pengunjung dapat dilihat pada TABEL V-6 berikut ini.

TABEL V-6 KESENJANGAN KETERSEDIAAN SARANA PRASARANA DI KAWASAN RIAU Kebutuhan Sarana dan Prasarana Hotel/penginapan Ketersediaan Sarana dan Prasarana Keterangan Campuran antara hotel berbintang dengan hotel melati Restoran/rumah makan Campuran antara restoran dan rumah makan Pusat perbelanjaan Didominasi oleh keberadaan Factory Outlet Agen dan Biro perjalanan wisata - Moda transportasi Dilalui oleh beberapa rute angkutan kota Jalan Raya Lahan parkir Belum tersedia lahan parkir yang mencukupi, sehingga masih banyak on street parking Zebra Cross Trotoar Masih banyak titik yang ditempati oleh PKL Jasa perbankan Terdapat beberapa Bank dan ATM Penunjunk Jalan/Signage Pusat Informasi - Sumber : Hasil Analisis 2008 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa terdapat beberapa kesenjangan dalam ketersediaan sarana prasarana penunjang kegiatan pariwisata di kawasan Riau. Berdasarkan literatur terkait, biro perjalanan wisata dan pusat informasi (information center) merupakan beberapa sarana prasarana penunjang kegiatan pariwisata yang cukup penting. Namun dalam penyediaannya, pihak pemerintah Kota Bandung belum terlalu memperhatikan ketersediaan sarana prasarana tersebut, sehingga kegiatan pariwisata di kawasan Riau belum optimal, sedangkan ketersediaan sarana prasarana tersebut dimaksudkan untuk mempermudah pengunjung dalam melakukan kegiatan wisata di Kota Bandung. Hat tersebut dapat dilihat dari seringnya terjadi kemacetan lalu lintas akibat berkurangnya kapasitas jalan di kawasan ini. Berkurangnya kapasitas jalan akibat terdapatnya on street parking maupun hambatan-hambatan lain seperti antrian parkir yang kemudian seringkali menyebabkan kemacetan lalu lintas. Berdasarkan hasil obserasi, ketersediaan lahan parkir di kawasan ini kurang dapat menampung jumlah kendaraan yang datang khususnya pada waktu akhir pekan. Berdasarkan hasil obesrasi, pemusatan keramaian kendaraan dan pengunjung di kawasan ini berada di sekitar Factory Outlet Heritage, Cascade dan Stamp. Ketersediaan

prasarana parkir yang berupa parkir gedung atau parkir basement hanya terdapat di Cascade dan Stamp. Kesenjangan antara kebutuhan dengan ketersediaan sarana prasarana di kawasan wisata belanja Cihampelas berdasarkan hasil obserasi, data sekunder dan berdasarkan hasil wawancara kuesioner dengan pengunjung dapat dilihat pada TABEL V-7 berikut ini. TABEL V-7 KESENJANGAN KETERSEDIAAN SARANA PRASARANA DI KAWASAN CIHAMPELAS Kebutuhan Sarana dan Prasarana Hotel/penginapan Restoran/rumah makan Pusat perbelanjaan Agen dan Biro perjalanan wisata Moda transportasi Jalan Raya Ketersediaan Sarana dan Prasarana Keterangan Campuran antara hotel berbintang dengan hotel melati Campuran antara restoran dan rumah makan Terdapat pusat perbelanjaan Ciwalk dan Premier, lalu FO dan toko oleh-oleh Lebih ke perjalanan wisata keluar Kota Bandung Dilalui oleh beberapa rute angkutan kota dan terdapat jasa trael Lahan parkir Terdapat gedung parkir umum di pusat perbelanjaan Zebra Cross Bukan pada tempat-tempat keramaian Trotoar Hanya di satu sisi jalan dan dipenuhi oleh PKL Jasa perbankan Penunjunk Jalan/Signage Pusat Informasi - Sumber : Hasil Analisis 2008 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa kawasan wisata belanja Cihampelas belum memiliki pusat informasi (information center). Hal tersebut tentunya dapat merugikan Kota Bandung karena kurangnya daya jual pariwisata Kota Bandung bagi pengunjung dari luar Kota Bandung maupun pengunjung dari Kota Bandung sendiri. Untuk ketersediaan prasarana parkir, ketersediaan fasilitas gedung parkir hanya terdapat di pusat perbelanjaan Cihampelas Walk dan Premier. Hal yang menjadi perhatian adalah belum disediakannya sarana parkir khusus bus, mengingat pengunjung yang datang ke kawasan ini banyak yang datang secara rombongan dan menggunakan bus. Hal tersebut menyebabkan berkurangnya kapasitas parkir untuk mobil pribadi dan menghambat laju lalu

lintas. Ketersediaan sarana prasarana di kawasan Alun-alun dan Kebon Binatang masih terdapat beberapa kesenjangan apabila dihubungakan dengan kebutuhan yang diperlukan di kawasan wisata. Kesenjangan yang dimaksud adalah ketidaksesuaian antara ketersediaan dengan kebutuhan akan sarana prasarana penunjang kegiatan pariwisata. Kesenjangan antara kebutuhan dengan ketersediaan sarana prasarana di kawasan Alun-alun berdasarkan hasil obserasi, data sekunder dan berdasarkan hasil wawancara kuesioner dengan pengunjung dapat dilihat pada TABEL V-8 berikut ini. TABEL V-8 KESENJANGAN KETERSEDIAAN SARANA PRASARANA DI KAWASAN ALUN-ALUN Kebutuhan Sarana dan Prasarana Hotel/penginapan Restoran/rumah makan Pusat perbelanjaan Ketersediaan Sarana dan Prasarana Agen dan Biro perjalanan wisata - Keterangan Tidak difokuskan untuk pengunjung yang mengunjungi kawasan Alun-alun Terdapat pusat perbelanjaan Kings dan Pasar Baru Moda transportasi Dilalui oleh beberapa trayek angkutan kota dan bus kota Jalan Raya Lahan parkir Terdapat pelataran parkir umum, namun banyak juga yang on street parking Zebra Cross Belum terdapat di setiap titik ramai Trotoar Jasa perbankan Penunjunk Jalan/Signage Pusat Informasi - Halte Sumber : Hasil Analisis 2008 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa terdapat beberapa kesenjangan dalam ketersediaan sarana prasarana penunjang kegiatan pariwisata di kawasan Alunalun. Berdasarkan literatur terkait, biro perjalanan wisata dan pusat informasi (information center) merupakan beberapa sarana prasarana penunjang kegiatan pariwisata yang cukup penting. Namun dalam penyediaannya, pihak pemerintah Kota Bandung belum terlalu memperhatikan ketersediaan sarana prasarana tersebut, sehingga kegiatan pariwisata di kawasan Alun-alun belum optimal,

sedangkan ketersediaan sarana prasarana tersebut dimaksudkan untuk mempermudah pengunjung dalam melakukan kegiatan wisata di Kota Bandung. Berbeda dengan pengunjung di kawasan wisata belanja Riau dan Cihampelas yang didominasi oleh pengunjung yang menggunakan mobil pribadi, sarana halte/tempat pemberhentian menjadi sangat diperlukan di kawasan Alun-alun dan Kebon Binatang. Hal tersebut dikarenakan tingkat penggunaan moda transportasi angkutan kota yang tinggi oleh pengunjung di kawasan ini. Kesenjangan antara kebutuhan dengan ketersediaan sarana prasarana di kawasan wisata belanja Kebon Binatang berdasarkan hasil obserasi, data sekunder dan berdasarkan hasil wawancara kuesioner dengan pengunjung dapat dilihat pada TABEL V-9 berikut ini. TABEL V-9 KESENJANGAN KETERSEDIAAN SARANA PRASARANA DI KAWASAN KEBON BINATANG Kebutuhan Sarana dan Ketersediaan Sarana Prasarana dan Prasarana Keterangan Hotel/penginapan - Restoran/rumah makan Terdapat berbagai rumah makan (PKL) yang juga membuat kemacetan lalu lintas Pusat perbelanjaan - Agen dan Biro perjalanan wisata - Moda transportasi Dilalui oleh beberapa angkutan kota Jalan Raya Kapasitas jalan berkurang karena on street parking dan pejalan kaki Lahan parkir Kapasitas kurang sehingga benyak on sreet parking Zebra Cross Belum optimal dan hanya di pintu masuk Kebon Binatang Trotoar Hanya di satu sisi jalan, banyak yang masih berjalan di badan jalan Jasa perbankan - Penunjunk Jalan/Signage Pusat Informasi - Halte - Sumber : Hasil Analisis 2008 Tidak terdapat halte sehingga banyak angkutan kota yang 'ngetem' Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa kawasan wisata belanja Cihampelas belum memiliki pusat informasi (information center). Berbeda dengan kawasan wisata belanja Riau, Cihampelas dan Alun-alun, di kawasan Kebon Binatang tidak terdapat pusat perbelanjaan melainkan hanya merupakan

objek wisata Kebon Binatang dan tidak berbentuk suatu kawasan khusus wisata seperti di kawasan wisata lainnya. Di sekitar kawasan Kebon Binatang tidak terdapat hotel/penginapan, baik berbintang maupun yang kelas melati. Hal tersebut berhubungan dengan karakteristik pengunjung yang datang ke Kebon Binatang hampir semua yang meupakan day tripper dan berasal dari daerah di sekitar Kota Bandung. Seperti halnya kawasan Alun-alun, kawasan Kebon Binatang memerlukan sarana halte atau tempat pemberhentian angkutan kota menjadi salah satu sarana yang penting disamping kertersediaan prasarana parkir mengingat banyaknya pengunjung yang menggunakan jasa angkutan kota ketika berwisata ke Kebon Binatang. Sebagai objek wisata yang tergolong murah, katersediaan jasa perbankan dirasa tidak menjadi prioritas utama dalam penyediaan sarana prasarana penunjang kegiatan pariwisata untuk kawasan Kebon Binatang. Ketersediaan berbagai sarana dan prasarana yang dibutuhkan di setiap kawasan wisata dapat berbeda karena perbedaan karakteristik pengunjung maupun jenis kegiatan. Oleh karena itu pada penelitian kali ini penulis akan sedikit membahas mengenai urutan kebutuhan sarana dan prasarana penunjang kegiatan pariwisata. Urutan kebutuhan sarana prasarana penunjang kegiatan pariwisata berdasarkan persepsi pengunjung yang berasal dari luar Kota Bandung dapat dilihat pada TABELV-10 berikut ini.

TABEL V-10 URUTAN KEBUTUHAN SARANA PRASARANA PENUNJANG KEGIATAN PARIWISATA DI KOTA BANDUNG BERDASARKAN PERSEPSI PENGUNJUNG Sarana Prasarana Riau Cihampelas Alun-alun Kebon Binatang Kota Bandung 1 Jalan Raya Jalan Raya Jalan Raya Jalan Raya Jalan Raya 2 Moda Transportasi 3 Lahan Parkir Lahan Parkir Moda Transportasi Moda Transportasi Lahan Parkir Lahan Parkir Moda Transportasi Lahan Parkir Moda Transportasi 4 Zebra Cross Zebra Cross Trotoar Zebra Cross Zebra Cross 5 Trotoar Penunjuk Jalan Zebra Cross Trotoar Trotoar 6 Jasa Perbankan Jasa Perbankan Jasa Perbankan Jasa Perbankan Jasa Perbankan 7 Penunjuk Jalan Trotoar Penunjuk Jalan Penunjuk Jalan Penunjuk Jalan 8 Information Center Sumber : Hasil Analisis 2008 Information Center Information Center Information Center Information Center Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sarana prasarana yang paling penting bagi pengunjung yang berasal dari luar Kota Bandung adalah ketersediaan jalan raya, lahan parkir dan moda transportasi. Hal tersebut menandakan bahwa jalan raya memang merupakan prasarana yang paling dibutuhkan karena juga melayani kegiatan perkotaan lainnya. Dari tabel diatas juga dapat dilihat bahwa prasarana yang kedua terpenting adalah ketersediaan lahan parkir, mengingat sebagian besar pengunjung yang datang ke Kota Bandung menggunakan kendaraan paribadi dalam melakukan kegiatan di Kota Bandung. Terdapat sedikit perbedaan dalam pemilihan kepentingan dan urutan sarana prasarana penunjang kegiatan pariwisata di beberapa kawasan wisata Kota Bandung. Pengunjung yang datang ke kawasan Alun-alun yang sebagian besar menggunakan jasa angkutan kota lebih memerlukan sarana moda transportasi umum daripada lahan parkir. Pengunjung yang mengunjungi kawasan Riau juga membutuhkan sarana moda transportasi umum daripada lahan parkir. Hal tesebut menjelaskan bahwa jenis sarana prasarana dan kepentingan terhadap sarana prasarana tersebut dapat dipengaruhi oleh karakteristik pengunjung dan jenis kegiatan yang terdapat di kawasan tersebut. Hal lain yang mempengaruhi pemilihan kepentingan sarana prasarana adalah ketersediaan sarana prasarana di kawasan tersebut. Ketersediaan

prasarana parkir di kawasan Alun-alun dan Riau mungkin lebih banyak apabila dibandingkan dengan ketersediaan prasarana di kawasan Kebon Binatang dan Cihampelas, sehingga pengunjung di kawasan Kebon Binatang dan Cihampelas lebih membutuhkan ketersediaan lahan parkir. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh pengunjung, banyak yang merasa memerlukan keberadaan lahan parkir yang luas sehingga para pengunjung dapat lebih mudah mencari parkir dan tidak terkena kemacetan lalu lintas. Selain itu, banyak juga pengunjung yang mengharapkan jasa moda transportasi antar jemput dari lokasi parkir umum ke kawasan wisata atau objek wisata, sehingga kondisi di kawasan wisata menjadi lebih sepi dan dapat memberikan kenyamanan bagi pengunjung, khususnya pengunjung yang datang ke kawasan Riau. Selain akan memberikan kenyamanan bagi pengunjung, keberadaan moda transportasi antar jemput ini apabila dikemas dengan baik maka akan dapat meningkatkan daya tarik bagi pariwisata di Kota Bandung. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kebutuhan akan sarana prasarana dapat dipengaruhi oleh karakteristik pengunjung dan jenis kegiatan. Komposisi pengunjung yang berasal dari Kota Bandung dapat mempengaruhi kebutuhan akan sarana prasarana penunjang kegiatan pariwisata. Berikut ini dapat pada TABEL V-11 dapat dilihat mengenai kebutuhan urutan kebutuhan sarana prasarana berdasarkan tipe pengunjung dan kunjungan. TABEL V-11 URUTAN KEBUTUHAN SARANA PRASARANA PENUNJANG KEGIATAN PARIWISATA DI KOTA BANDUNG BERDASARKAN TIPE PENGUNJUNG DAN KUNJUNGAN Urutan Sarana dan Prasarana Day Tripper Wisatawan First Timers Repeaters 1 Jalan Raya Jalan Raya Jalan Raya Jalan Raya 2 Lahan Parkir Lahan Parkir Lahan Parkir Lahan Parkir 3 Moda Transportasi Moda Transportasi Moda Transportasi Trotoar 4 Zebra Cross Trotoar Zebra Cross Moda Transportasi 5 Trotoar Zebra Cross Trotoar Zebra Cross 6 Jasa Perbankan Jasa Perbankan Jasa Perbankan Jasa Perbankan 7 Penunjuk Jalan Penunjuk Jalan Penunjuk Jalan Penunjuk Jalan Information Information Information Information 8 Center Center Center Center Sumber : Hasil Analisis 2008

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa secara umum, urutan kebutuhan akan sarana dan prasarana tidak banyak berbeda, namun pada tipe pengunjung repeaters, ketersediaan prasarana trotoar dirasa lebih penting dari ketersediaan sarana moda transportasi umum. Hal tersebut dapat dikarenakan pengunjung repeaters seringkali menggunakan kendaraan paribadi selama berkegaiatan di Kota Bandung. Urutan kebutuhan sarana prasarana penunjang kegiatan pariwisata berdasarkan persepsi penduduk Kota Bandung dapat dilihat pada TABELV-12 berikut ini. TABEL V-12 URUTAN KEBUTUHAN SARANA PRASARANA PENUNJANG KEGIATAN PARIWISATA DI KOTA BANDUNG BERDASARKAN PERSEPSI PENDUDUK KOTA BANDUNG Urutan Sarana Prasarana Riau Cihampelas Alun-alun Kebon Binatang Kota Bandung 1 Jalan Raya Jalan Raya Jalan Raya Jalan Raya Jalan Raya Moda Transportasi Moda Transportasi 2 Lahan Parkir Lahan Parkir Lahan Parkir Moda Transportasi Moda Transportasi Moda Transportasi 3 Penunjuk Jalan Lahan Parkir 4 Trotoar Zebra Cross Trotoar Trotoar Trotoar 5 Penunjuk Jalan Lahan Parkir Penunjuk Jalan Zebra Cross Zebra Cross 6 Zebra Cross Jasa Perbankan Jasa Perbankan Jasa Perbankan Jasa Perbankan 7 Information Center Trotoar Zebra Cross Penunjuk Jalan Penunjuk Jalan 8 Jasa Perbankan Information Center Information Center Information Center Information Center Sumber : Hasil Analisis 2008 Dari tabel diatas dapat dilihat mengenai urutan kebutuhan sarana prasarana berdasarkan persepsi pengunjung yang berasal dari Kota Bandung. Seperti persepsi pengunjung yang berasal dari luar Kota Bandung, prasarana jalan raya merupakan jenis infrastruktur yang paling penting. Untuk sarana lainnya, terdapat sedikit perbedaan dalam urutan kepentingan sarana prasarana. Hal tesebut menjelaskan bahwa jenis sarana prasarana dan kepentingan terhadap sarana prasarana tersebut dapat dipengaruhi oleh karakteristik pengunjung dan jenis kegiatan yang terdapat di kawasan tersebut, mengingat bahwa karakteristik pengunjung dan kunjungan dapat berbeda antara kawasan wisata yang satu dengan yang lainnya. Berdasarkan TABEL V-10 dan TABEL V-12 dapat

diketahui bahwa jalan raya, lahan parkir dan moda transportasi merupakan sarana prasarana yang paling diperlukan oleh pengunjung, maupun penduduk Kota Bandung.