Reaksi Biomolekular Kompleks Dibalik Simple Healthy life style sebagai Upaya Preventif dan Rehabilitatif pada Obesitas

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan salah satu faktor utama penyebab pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Obesitas telah menjadi masalah kesehatan, sosial. dan ekonomi pada berbagai kelompok usia di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu masalah gizi yang paling umum di Amerika merupakan faktor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penderita DM di dunia diperkirakan berjumlah > 150 juta dan dalam 25

BAB I PENDAHULUAN. jenuh dan kurangnya aktivitas fisik menyebabkan terjadinya dislipidemia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia mengalami permasalahan gizi ganda yaitu perpaduan antara gizi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB I PENDAHULUAN. atau berlebih yang dapat mengganggu kesehatan. Dahulu obesitas identik dengan

PENGARUH INJEKSI LEPTIN JANGKA PENDEK TERHADAP KADAR ADIPONEKTIN DALAM SERUM Rattus norvegicus STRAIN WISTAR YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

BAB I PENDAHULUAN. lemak tubuh karena ambilan makanan yang berlebih (Subardja, 2004).

I. PENDAHULUAN. dan skeletal, akibat penimbunan lemak tubuh yang berlebihan (Dorlan, 2012). disebabkan karena kurangnya aktivitas fisik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada wanita, komposisi lemak tubuh setelah menopause mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Definisi: keadaan yang terjadi apabila perbandingan kuantitas jaringan lemak

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sindroma metabolik merupakan kumpulan kelainan metabolik komplek

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 2 berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor resiko yang tidak dapat diubah dan

GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA PETUGAS AVIATION SECURITY BANDARA JUWATA TARAKAN DENGAN INDEKS MASSA TUBUH kg/m 2

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan atau obesitas selalu berhubungan dengan kesakitan dan

ABSTRAK Pengaruh Obesitas Terhadap Siklus Menstruasi pada Wanita Usia Dewasa Muda

BAB 1 PENDAHULUAN. berlebihnya asupan nutrisi dibandingkan dengan kebutuhan tubuh sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Fase remaja merupakan fase dimana fisik seseorang terus tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara mengingat beban biaya serta morbiditas dan mortalitas yang

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan kesehatan terutama beban ganda masalah gizi (double burden

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di seluruh dunia oleh World Health Organization (WHO) dengan

BAB I PENDAHULUAN. setiap proses kehidupan manusia agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai

BAB I PENDAHULUAN. tetapi kurang serat (Suyono dalam Andriyani, 2010). Ketidakseimbangan antara

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok penyakit-penyakit non infeksi yang sekarang terjadi di negara-negara maju

BAB I PENDAHULUAN. pilihan bagi masyarakat moderen karena lebih praktis dan bergengsi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. sentral, dislipidemia, dan hipertensi (Alberti et al., 2006; Kassi et al., 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Menurut data

BAB I PENDAHULUAN. utama morbiditas dan mortalitas ibu dan janin. The World Health

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tingkat kejadiannya terus meningkat di banyak negara di dunia (Lopez et

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

B A B I PENDAHULUAN. meningkat. Di Amerika Serikat angka kejadian SM telah mencapai 39%. SM

BAB I PENDAHULUAN. metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik. adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan (Sugondo, 2009).

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB 1 PENDAHULUAN. kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja dan atau sekresi insulin. (Awad,

BAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas merupakan pembahasan yang sensitif bagi remaja, semua remaja

BAB I PENDAHULUAN. obesitas di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Saat ini diperkirakan

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Obesitas telah menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia. Prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Akne vulgaris (jerawat) merupakan penyakit. peradangan kronis pada unit pilosebaseus yang sering

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk menyebut suatu kondisi akumulasi lemak pada hati tanpa adanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-20, mulai bermunculan restoran-restoran fast food.

BAB I PENDAHULUAN. tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Masalah gizi, tidak terlepas

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan adanya pubertas

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat kadar kolesterol darah sangat sulit dikendalikan dan dapat menimbulkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. akibat dari disregulasi dalam sistem keseimbangan energi

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif sensitivitas sel terhadap insulin, akan memicu munculnya penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. perempuan ideal adalah model kurus dan langsing, obesitas dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak yang abnormal atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindroma metabolik adalah sekumpulan gejala akibat resistensi insulin

BAB 1 PENDAHULUAN. pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, pustul, nodus dan kista dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

ABSTRAK OBESITAS SEBAGAI SALAH SATU FAKTOR RISIKO DIABETES MELITUS TIPE 2

BAB I PENDAHULUAN. lebih memilih makanan instan yang biasa dikenal dengan istilah fast food. Gaya

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas telah menjadi masalah kesehatan yang serius di seluruh dunia,

PENDAHULUAN. Secara alamiah seluruh komponen tubuh setelah mencapai usia dewasa tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ABSTRAK PERAN LEPTIN DALAM OBESITAS (STUDI PUSTAKA)

BAB I PENDAHULUAN. pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari masa anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. Psoriasis merupakan penyakit kulit yang penyebabnya sampai saat ini masih belum

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. saja akan tetapi sudah menjadi permasalahan bagi kalangan anak - anak

EFEK METABOLIK TELMISARTAN PADA PASIEN DIABETES-HIPERTENSI. Augusta L.Arifin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tanda gangguan metabolisme lipid (dislipidemia). Konsekuensi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

NUTRITION, EXERCISE AND HEALTHY

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

Transkripsi:

Reaksi Biomolekular Kompleks Dibalik Simple Healthy life style sebagai Upaya Preventif dan Rehabilitatif pada Obesitas Firman Adi Prasetyo * Mahasiswa Semester VI Fakultas Kedokteran UNS Solo A. PENDAHULUAN Lifestyle merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya obesitas atau kegemukkan. Upaya preventif (pencegahan) dan rehabilitatif (pemulihan) pada obesitas dapat dilakukan dengan penerapan simple healthy lifestyle. Gaya hidup sederhana dan murah ini ternyata mampu mencegah dan memulihkan terjadinya obesitas. Fenomena ini ditunjukkan oleh adanya reaksi biomolekuler kompleks yang terjadi. Obesitas sudah menjadi permasalahan serius di negara berkembang khususnya Indonesia. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan prevalensi obesitas di Indonesia pada penduduk usia > 15 tahun adalah 10,3 % (laki-laki 13,9 % dan perempuan 23,8%), sedangkan pada anak-anak usia 6-14 tahun pada laki-laki 9,5 % dan perempuan 6,4 % (Depkes, 2009). Permasalahan ini tidak hanya berdasarkan data epidemologis saja melainkan pada dampak sistemik yang diakibatkan oleh adanya obesitas Dampak ini muncul akibat adanya metabolic syndrome (Waki et. al, 2007; Handschin C, 2009; Tigos C., et. al, 2008). Patogenesis Obesitas berkembang pesat sejak tahun 1950 ditemukan mutasi gen leptin sebagai faktor kausatif. Penelitian ini terus berlanjut pada keterlibatan molekul adiponectin dan sitokin pro inflamasi dalam menjelaskan mekanisme terjadinya obesitas dan implikasinya (Waki et. al, 2007; Srivastava et. al, 2007). Paradigma kesehatan kini mulai bergeser dari upaya kuratif menuju upaya preventif dan rehabilitatif. Penanganan Obesitas sudah selayaknya dilaksanakan secara komprehensif. Aspek preventif dan rehabilitatif yang cukup mudah dan murah ini tidak boleh disepelehkan. Kedua aspek ini dapat 1

dilakukan secara sederhana oleh masyarakat umum yaitu penerapan simple healthy lifestyle. Gaya hidup sederhana ini mencakup dua hal yakni aktifitas fisik dan pola makan yang sehat. B. OBESITAS Obesitas terjadi apabila energi input lebih besar dari output sehingga kelebihan energi ini tersimpan sebagai lemak tubuh. Body Mass Index (BMI) merupakan cara yang umum dipakai untuk menilai adanya obesitas secara klinis. World Health Organization (WHO) tahun 2000 memberikan batasan obesitas sebesar > 23 kg/ m 2 bagi Penduduk Asia Pasifik. Studi Biomolekuler menyatakan bahwa obesitas terjadi oleh adanya reaksi inflamasi (peradangan) pada adiposit (sel lemak). Reaksi ini melibatkan sitokin atau dikenal lebih khusus dengan nama adipokines. Adipokines terdiri dari adiponectin, IL-1β, IL-6, IL-8, TNFα, TGFβ dan PAF- 1. Selain itu faktor hormonal yang tidak kalah penting adalah hormone leptin (Srivastava et. al, 2007). 1. Leptin Leptin berkaitan erat dengan regulasi penyimpanan energi dan fertilitas. Leptin berperan dalam penghambatan steroyl CoA desaturase 1 (SCD-1) di hati. Leptin juga mampu meningkatkan oksidasi asam lemak pada otot dan hati melalui aktifasi 5 -AMP-activated protein kinase (AMPK) yang berhubungan langsung pada system saraf pusat (Waki et. al, 2007). 2. Adiponectin Molekul ini merupakan protein yang disekresi oleh adiposit untuk mengatur keseimbangan glukosa, lipid dan keseimbangan energy. Adiponectin berkurang pada obesitas. Thiazolidinedione (TZD) yang bekerja agonis dengan peroxisome proliferator activated receptor γ (PPARγ) meningkat bersama adiponectin. PPARγ ini berperan pada penurunan berat badan, Selain itu aktifitas PPARα juga ditingkatkan oleh adiponectin (Srivastava et. al, 2007). Studi genetik menunjukkan bahwa adiponectin terletak pada lokus 3q27. Adiponectin juga berfungsi 2

meningkatkan AMPK, penghambat molekul pro inflamasi TNFα (Waki et. al, 2007). 3. Molekul Pro Inflamasi a. TNF α TNFα disekresi di jaringan lemak dan meningkat pada obesitas. Molekul ini berhubungan dengan obesitas yang disertai resistensi insulin. Molekul ini mampu menghambat fosforilasi serin dan berdampak pada peningkatan asam lemak bebas serta supresi adiponektin (Waki et. al, 2007). b. IKKβ dan JNK IKKβ mengaktifasi jalur NfkB (Nuclear factor kappa B) C. SIMPLE HEALTHY LIFE STYLE Simple Healthy Life Style merupakan salah satu alternatif dalam upaya preventif dan rehabilitatif. Gaya hidup ini terbagi dalam aktifitas fisik dan pola makan yang sehat. Tsigos (2008) menyatakan bahwa High energy density diet, low physical activity and adoption of a sedentary lifestyle are considered as important risk factors for the development of obesity. Srivastava (2007) berpendapat bahwa secara umum obesitas muncul sebagai akibat interaksi antara faktor genetik dengan intake kalori berlebih dan penurunan aktifitas fisik. Maka simple healthy lifestyle lebih berfokus pada pola makan dan aktifitas fisik. Kedua aspek tersebut merupakan cara sederhana namun memiliki pengaruh yang besar dalam upaya preventif dan rehabilitatif obesitas Hal ini terlihat melalui berbagai mekanisme biomolekuler yang kompleks. 1. Aktifitas Fisik Tsigos (2008) menyarankan berbagai macam aktifitas fisik yang bisa dilakukan antara lain mengurangi sedentary behavior (misalnya, menonton TV secara berlebihan dan terlalu lama bekerja di depan computer), meningkatkan aktifitas sehari-hari (misalnya, berjalan atau bersepeda dan menggunakan tangga daripada elevator). 3

Salah satu upaya preventif dan rehabilitatif pada obesitas adalah aktifitas fisik. Sedentary life style di era platinum cenderung menurunkan aktifitas fisik akibat kemajuan teknologi. Fenomena ini akan berdampak pada terjadinya obesitas. Booth (2002) dalam Handschin (2009) menyatakan bahwa : lack of adequate physical activity is linked to type 2 diabetes, obesity, cardiovascular diseases, certain cancers, neurodegeneration, musculoskeletal disorders and other pathologies, thereby increasing morbidity and mortality and reducing the quality of life as well as overall life expectancy. Mekanisme ini dapat dijelaskan melalui keterlibatan miokin. Molekul ini disekresi ketika tubuh melakukan kegiatan secara aktif. molekul ini mampu menstimuli produksi peroxisome receptor γ co activator 1α (PGC- 1α). Molekul ini mampu meningkatkan fungsi dan biogenesis mitokondria. Aktifitas fisik menstimuli motor neuron dan bersama dengan pengaruh AMPK mampu meningkatkan transkripsi PGC-1α. Fisiologis adiposit menunjukkan bahwa AMPK ditingkatkan oleh adanya hormon leptin. Dengan demikian, aktifitas fisik berperan sinergis dengan hormon leptin. 2. Pola Makan Beberapa pola makan sehat yang sederhana ditawarkan oleh Tsigos (2008) adalah mengurangi intake kalori makanan dan minuman, mengurangi porsi makan, menghindari snack diantara makan, jangan menunda makan pagi, dan menghindari makan pada malam hari. Makanan sangat berperan penting dalam patogenesis obesitas. Perubahan pola makan yang seringkali terjadi pada era platinum adalah kebiasaan makan fast food. Ismoko (2007) dalam Hastuti (2008) menyatakan bahwa banyak fast food yang mengandung kalori tinggi, kadar lemak, gula, dan sodium (Na) juga tinggi, tetapi rendah akan kandungan vitamin A, asam askorbat, kalsium, dan serat. Intake kalori berlebihan ini akan berakibat pada adanya obesitas. Diet asam lemak (linoleat dan linolenat) dan metabolitnya (endoperoksida) merupakan aktivator dari receptor PPARγ yang meregulasi diferensiasi adiposit dan kapasitas lipolitik. Enzim SCD 4

berperan dalam konversi asam lemak jenuh (asam palmitat dan asam stearat) menjadi asam lemak tak jenuh tunggal (MUFA = Mono Unsaturated Fatty Acid) yaitu masing-masing menjadi asam palmitoleat dan asam oleat. MUFA ini merupakan sinyal tranduksi terjadinya diferensiasi sel dan juga sebagai modulator gen seperti leptin, dan AMPK (Tsigos, 2008). D. KESIMPULAN 1. Obesitas sudah menjadi permasalahan serius di negara berkembang khususnya Indonesia. 2. Simple Healthy Life Style merupakan salah satu alternatif dalam upaya preventif dan rehabilitatif melalui mekanisme biomolekuler yang kompleks. 3. Simple Healthy Life Style lebih berfokus pada pola makan dan aktifitas fisik. REFERENSI Depkes. 2009. Obesitas dan Kurang Aktifitas Fisik Menyumbang 30% Kanker. Pusat Komunikasi Publik. Sekretariat Jendral Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Handschin C. 2009. PGC-1α in Muscle Link Metabolism to Inflamation. Proceedings of the Australian Physiological Society (2009) 40:11-16. Hastuti D. T. 2008. Faktor Resiko Konsumsi Frekuensi Fast Food terhadap Kejadian Kegemukkan pada Remaja di SMA Batik 1 Surakarta. SKRIPSI. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Muhamadiyah Surakarta. Srivastava., et. al. 2007. Pathophysiology and Genetics of Obesity. Indian Journal of Experimental Biology. Vol 45 November 2007 pp 929-936. Tsigos C., et. al. 2008. Management Obesity in Adults: European Clinical Practice Guidelines. The European Journal of Obesity Obesity Facts 2008;1:106 116 DOI: 10.1159/000126822 Waki H., Tontonoz P. 2007. Endocrine Function of Adipose Tissue. The Annual Review of Pathology: Mechanisms of Disease. Annu. Rev. Pathol. Mech. Dis. 2007. 2:31 56. 5