PROFIL DAN ANALISA USAHA TERNAK KERBAU DI DESA DANGDANG KECAMATAN CISAUK KABUPATEN TANGERANG

dokumen-dokumen yang mirip
PEMELIHARAAN TERNAK KERBAU DALAM SISTEM USAHATANI TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA DI KECAMATAN CIEMAS, KABUPATEN SUKABUMI

Profil dan Analisis Usaha Sapi Perah di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali

PROFIL DAN PROFITABILITAS USAHA SAPI PERAH DI DESA JELOK, KECAMATAN CEPOGO KABUPATEN BOYOLALI

Intisari. Kajian Analisis Usaha Ternak Kambing di Desa Lubangsampang Kec. Butuh Kabupaten Purworejo. Zulfanita

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

ANALISIS PENDAPATAN USAHA TERNAK DOMBA TRADISIONAL DI KABUPATEN SUKABUMI

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

KAJIAN ANALISIS USAHA TERNAK KAMBING DI DESA LUBANGSAMPANG KECAMATAN PITURUH KABUPATEN PURWOREJO. Zulfanita

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI

EFISIENSI PENGGUNAAN MODAL USAHA PEMELIHARAAN KERBAU DI TINGKAT PETERNAK DI KABUPATEN BOGOR

ANALISIS FINANSIAL USAHA TERNAK DOMBA JANTAN MENJELANG HARI RAYA IDUL ADHA

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK

PENDAHULUAN. Latar Belakang

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN

PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan

I. PENDAHULUAN. Undang No 22 tahun 1999 tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi

SISTEM PEMELIHARAAN TERNAK KERBAU DI PROPINSI JAMBI

TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI HIJAUAN PAKAN TERNAK DI DESA MARENU, TAPANULI SELATAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

ANALISIS NILAI TAMBAH LIMBAH JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI SULAWESI SELATAN ABSTRAK

KAJIAN PERSEPSI DAN ADOPSI PETERNAK SAPI TERHADAP TEKNOLOGI BUDIDAYA SAPI UNGGUL DI KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

PERAN SERTA TERNAK SEBAGAI KOMPONEN USAHATANI PADI UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

KAJIAN POTENSI LIMBAH TANAMAN PANGAN SEBAGAI SUMBER PAKAN ALTERNATIF TERNAK KERBAU MOA DI KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT (MTB)

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan peternakan di Indonesia lebih ditujukan guna

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

PENDAPATAN USAHA TERNAK KERBAU DI KECAMATAN GUNUNG SINDUR KABUPATEN BOGOR

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

LAPORAN AKHIR. Edi Basuno Ikin Sadikin Dewa Ketut Sadra Swastika

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

HASIL DAN PEMBAHASAN. berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten Indramayu. Batas-batas wialayah

ANALISIS USAHATANI TERNAK KELINCI PADA POLA PEMELIHARAAN PETERNAK SKALA MENENGAH DAN KECIL DI KALIMANTAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

POTENSI KING GRASS SEBAGAI PAKAN TERNAK DAN TANAMAN PENGUAT TERAS DI DESA TOBU, KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN

PEMBAHASAN. I. Keadaan Umum Wilayah Penelitian. Secara Geografis Kabupaten Soppeng terletak antara 4 o 06 o LS dan 4 o 32 o

PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PADA KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI PROVINSI JAMBI

HASIL DAN PEMBAHASAN. profil Desa Sukanegara, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang tahun 2016.

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

STRATEGI USAHA PENGEMBANGAN PETERNAKAN YANG BERKESINAMBUNGAN

Nomor : Nama pewancara : Tanggal : KUESIONER PETERNAK SAPI BALI DI DESA PA RAPPUNGANTA KABUPATEN TAKALAR, SULAWESEI SELATAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

Analisis Usahatani Beberapa Varietas Unggul Baru Jagung Komposit di Sulawesi Utara

PEMANFAATAN KULIT KAKAO SEBAGAI PAKAN TERNAK KAMBING PE DI PERKEBUNAN RAKYAT PROPINSI LAMPUNG

MINAT PETERNAK UNTUK MENGEMBANGKAN TERNAK SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Studi Kasus : Kecamatan Sungai Bahar Kabupaten Muaro Jambi)

diperoleh melalui sistem pendataan pengunjung. dilihat pada tabel

DUKUNGAN TEKNOLOGI PENYEDIAAN PRODUK PANGAN PETERNAKAN BERMUTU, AMAN DAN HALAL

KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PEMELIHARAAN KERBAU DI DESA LENGKONG KULON, BANTEN

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik

Ayam Ras Pedaging , Itik ,06 12 Entok ,58 13 Angsa ,33 14 Puyuh ,54 15 Kelinci 5.

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai

AGRIBISNIS KAMBING - DOMBA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013

MANAJEMEN PEMELIHARAAN DOMBA PETERNAK DOMBA DI KAWASAN PERKEBUNAN TEBU PG JATITUJUH MAJALENGKA

I. PENDAHULUAN. Pembangunan peternakan dari tahun ke tahun semakin pesat dengan

Lampiran 1. Peta Kabupaten Pati

I. PENDAHULUAN. sedikit berbukit. Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah yang sebagian

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KAMBING-DOMBA. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu :

PEMANFAATAN LIMBAH PERKEBUNAN DALAM SISTEM INTEGRASI TERNAK UNTUK MEMACU KETAHANAN PAKAN DI PROVINSI ACEH PENDAHULUAN

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

PENDAHULUAN. begitu ekonomi riil Indonesia belum benar-benar pulih, kemudian terjadi lagi

DAYA DUKUNG HIJAUAN PAKAN DALAM KONSERVASI SAPI PUTIH TARO I W. Suarna dan I M. Sara Wijana. SEMINAR NASIONAL LINGKUNGAN Bogor, 9 Desember 2016

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP)

I. PENDAHULUAN. Permintaan dunia terhadap pangan hewani (daging, telur dan susu serta produk

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

I. PENDAHULUAN. yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi.

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa melaksanakan produksi, perdagangan dan distribusi produk

KAJIAN TINGKAT INTEGRASI PADI-SAPI PERAH DI NGANTANG KABUPATEN MALANG

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

Transkripsi:

PROFIL DAN ANALISA USAHA TERNAK KERBAU DI DESA DANGDANG KECAMATAN CISAUK KABUPATEN TANGERANG S. RUSDIANA Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Jl. Raya Pajajara,n Kav.E 59, Bogor ABSTRAK Usaha ternak kerbau merupakan komponen penting dalam usahatani penduduk pedesaan karena pemeliharaan ternak kerbau dapat membantu pendapatan rakyat di pedesaan dengan pemanfaatan sumberdaya alam yang tersedia di sekitarnya. Studi mengenai profil dan analisa kelayakan usaha ternak kerbau dapat memberikan gambaran usaha yang saat ini dijalankan oleh peternak dan informasi bagi pengambil kebijakan dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan produktivitas usaha ternak kerbau agar dapat lebih berperan dalam ekonomi rumah tangga peternak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil usaha ternak kerbau yang dijalankan oleh peternak kerbau di Desa Dangdang Kecamatan Cisauk, Kabupaten Tangerang dan analisa kelayakan usaha yang dilakukan oleh peternak sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Penelitian dilaksanakan dengan metoda survei dengan menggunakan kuesioner dan wawancara terhadap 35 responden peternak kerbau di Desa Dangdang, Kecamatan Cisauk, Kabupaten Tangerang. Data sekunder dan data primer yang terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif serta analisis ekonomi B/C rasio dan analisis pendapatan. Data jumlah ternak dianalisa dengan analisa ragam berdasarkan umur, pendidikan, pekerjaan dan pengalaman beternak dengan PROC GLM (General Linier Model) dari program SAS Ver 9,0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Desa Dangdang memiliki potensi sebagai daerah usaha ternak kerbau karena mempunyai daya dukung lahan yang potensial sebagai sumber hijauan pakan. Jumlah pemilikan kerbau oleh peternak berdasarkan umur, pendidikan, pekerjaan dan pengalaman beternak tidak berbeda, namun terlihat ada kecenderungan bahwa semakin tua, semakin rendah pendidikan dan semakin berpengalaman dalam beternak, jumlah pemilikan kerbau semakin meningkat. Responden dengan pekerjaan berdagang dan buruh bangunan cenderung mempunyai jumlah pemilikan kerbau lebih sedikit. Sementara itu yang mempunyai pekerjaan petani dan buruh tani cenderung mempunyai kerbau lebih banyak. Dari pemeliharaan kerbau, peternak mendapatkan keuntungan Rp.2.700.000/tahun atau Rp.225.000/bulan dengan nilai B/C rasio 3,4, yang menunjukkan bahwa usaha ternak kerbau tersebut cukup layak untuk terus dijalankan. Kata kunci: Usaha ternak kerbau, profil, analisis ekonomi PENDAHULUAN Populasi ternak kerbau di Indonesia tercatat sekitar 2,2 juta ekor yang tersebar hampir di seluruh propinsi kecuali hanya sedikit di Sulawesi Utara dan Gorontalo. Lebih dari 51% populasi kerbau berada di Pulau Sumatera dan sekitar 22% berada di Pulau Jawa. Di Pulau Jawa populasi terbanyak terletak di Propinsi Jawa Barat (170.568 ekor) menyusul Banten yang populasi kerbaunya sekitar 144.944 ekor (DITJEN PETERNAKAN, 2008). Kabupaten Tangerang sebagai bagian dari Jawa Barat memiliki populasi kerbau sebanyak 17.507 ekor pada tahun 2007 (DINAS PETERNAKAN KABUPATEN TANGERANG, 2007). Sebagian besar (70 persen) Sistem pemeliharaan kerbau masih diusahakan oleh petani kecil (peternakan rakyat) yang berada di wilayah pedesaan dengan keterbatasan penguasaan sumberdaya (lahan, pendapatan, inovasi dan teknologi). Keadaan demikian menunjukkan bahwa pola usaha ternak kerbau belum merupakan usaha komersial, yakni merupakan usaha sampingan yang ditandai dengan skala usaha relatif kecil dan tatalaksana pemeliharaan seadanya. Usaha ternak kerbau merupakan komponen penting dalam usahatani penduduk pedesaan karena dapat membantu pendapatan rakyat di pedesaan dengan pemanfaatan sumberdaya alam yang tersedia di sekitarnya (KUSNADI, 2004; KUSNADI et al., 2005). Ternak kerbau adalah salah satu komoditas yang berfungsi sebagai sumber protein hewani bagi 91

masyarakat, sebagai tabungan, tambahan penghasilan, sebagai tenaga kerja dan kotorannya bisa dijadikan pupuk sekaligus memberikan sumber keuntungan/pendapatan bagi petani. (DEVENDRA, 1993). Namun demikian, sampai saat ini usaha ternak kerbau di pedesaan belum banyak mempertimbangkan aspek keuntungan, pemeliharaan kerbau belum diupayakan oleh peternak agar dapat berproduksi secara optimal. Kabupaten Tangerang merupakan wilayah pendukung ibukota Jakarta dan berpotensi sebagai wilayah pensuplai komoditas ternak bagi ibukota Jakarta. Daya dukung lahan yang dimiliki masih memungkinkan bagi pengembangan usaha ternak baik ruminansia maupun non ruminansia. Ketersediaan hijauan baik rumput atau berbagai limbah pertanian dan industri sebagai pakan masih cukup tersedia bagi ternak ruminansia. Jarak yang tidak terlalu jauh dari Jakarta serta daya dukung lahan yang dimiliki Kabupaten Tangerang merupakan kelebihan yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan usaha ternak ruminansia, khususnya kerbau. Studi mengenai profil dan analisa kelayakan usaha ternak kerbau dapat memberikan gambaran usaha ternak kerbau yang saat ini dijalankan oleh peternak dan informasi bagi pengambil kebijakan dalam memperbaiki dan meningkatkan produktivitas ternak kerbau agar dapat lebih berperan dalam ekonomi rumah tangga peternak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil usaha ternak kerbau yang dijalankan oleh peternak kerbau di Desa Dangdang, Kecamatan Cisauk, Kabupaten Tangerang dan analisa kelayakan usaha ternak kerbau yang dilakukan oleh peternak sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan keluarga. MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan dengan metoda survai menggunakan kuesioner untuk mewawancarai 35 responden peternak kerbau di Desa Dangdang, Kecamatan Cisauk, Kabupaten Tangerang. Penentuan desa lokasi penelitian ditetapkan sesuai dengan informasi Dinas Peternakan setempat. Populasi kerbau terbanyak terdapat di Kecamatan Cisauk. Karakteristik lokasi penelitian mewakili daerah lahan pertanian sawah dan sisa lahan kosong perkebunan karet dan perkebunan kelapa. Data sekunder dan data primer yang terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif serta analisis ekonomi B/C rasio dan analisis pendapatan (BOEDIONO, 1983; GITTINGER, 1986). Data jumlah ternak dianalisa dengan analisa ragam berdasarkan umur, pendidikan, pekerjaan dan pengalaman beternak dengan PROC GLM (General Linier Model) dari program SAS Ver 9,0 (SAS, 1988). HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum dan Daya Dukung Lahan Pertanian Kabupaten Tangerang terdiri dari 36 Kecamatan yang dibagi atas 251 Desa dan 77 kelurahan. Sebagian besar Kabupaten Tangerang merupakan dataran rendah. Kabupaten Tangerang mempunyai luas wilayah + 1.110 km 2 dengan jumlah penduduk + 3.212.000 jiwa (DINAS PETERNAKAN KABUPATEN TANGERANG, 2007). Sampai saat ini Kabupaten Tangerang memiliki lahan pertanian seluas 89.240 ha yang terdiri dari lahan sawah seluas 40.740 ha dan lahan kering seluas 22.464 ha. Pada lahan sawah tersebut pada musim hujan (MH) dapat ditanam seluas 39.891 ha, sedangkan pada musim kemarau (MK) ditanam seluas 31.110 ha, sehingga dalam satu tahun rata-rata dapat ditanami seluas 70.891 ha dan sisanya lahan kosong dan lahan perkebunan. Desa Dangdang memiliki luas lahan pertanian 411 ha. Lahan pertanian dan lahan kosong perkebunan merupakan lahan terbesar di Desa Dangdang, menyusul kebun campuran dan lahan sawah. Keadaan ini menggambarkan bahwa daerah ini memiliki prospek pengembangan usahatani ternak, tanaman pangan, sayuran dan palawija. Sebagian besar penduduk mempunyai mata pencaharian 92

Tabel.1. Jumlah ternak menurut jenisnya di Kecamatan Cisauk (ekor) Desa/ Kelurahan Lokasi Kecamatan Cisauk Ruminansia besar/kecil Kerbau Sapi Kambing Domba Ayam buras Ayam pedaging Unggas Ayam petelur Ciater 98 43 75 65 876 60 65 Rawabuntu - - 1.123-12.987 2.987 40 651 Serpong - 15 32 98 - - 27 Dangdang 175 54 543 - - - Suradita 72 54 1.211 398 13.986 5.786 400 543 Kranggan - - 1.098 432 8.765 16.955 20 408 Muncul 7 80 43 32 1.098 8.764-231 Setu - - 324-121 6.322 - - Babakan 55 43 76 43 6.687 80 - - Kademangan 8 15 1.213 43 986 - - 89 Cibogo 12 10 43 76 127 - - - Cisauk 10 16 65 54 1.457 2.430 - - Sampora 20 25 325 32 2.243 7.340 32 43 Pangasing 4 9 242-43 45.850-319 Gunungsirih - 54 198 327 2.765 432.765 4.400 - Pabuaran 25 543 3.243 239 16.879 654.890 15.564 1.985 Sukamulya 18 65 432 16 1.064 1.560-15.228 Jumlah 504 1.026 9.563 1.789 70.728 753.024 20.456 19.589 Sumber: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN TANGERANG (2007) sebagai buruh tani, pedagang, bangunan, pegawai negeri, swasta dan petani. Usaha ternak merupakan usaha yang banyak digeluti penduduk, dengan jenis ternak yang diusahakan adalah kerbau, sapi, kambing, domba, ayam buras, ayam ras dan itik (DINAS PETERNAKAN KABUPATEN TANGERANG, 2007). Jumlah ternak untuk setiap desa di Kecamatan Cisauk terlihat seperti pada Tabel 1. Karakteristik Peternak Kerbau Tabel 2 memperlihatkan karakteristik responden peternak berdasarkan umur, pendidikan, pengalaman beternak dan pekerjaan. Pada Tabel 2 tersebut nampak bahwa umur sebagian besar peternak masih produktif untuk melakukan pemeliharaan ternak kerbau (45,3%). Dilihat dari tingkat pendidikannya juga cukup tinggi yaitu sebesar Tabel. 2 Karakteristik peternak dan kepemilikan ternak kerbau Itik 42,9% berpendidikan SMA, peternak yang tidak tamat sekolah dasar hanya 5 persen. Sebagian besar petani ternak mempunyai pekerjaan utama sebagai petani (42,9%), buruh tani (28,6%) dan pegawai negeri/pensiunan (8,6%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa jumlah kepemilikan kerbau peternak berdasarkan umur, pendidikan, pekerjaan dan pengalaman beternak tidak berbeda nyata (p > 0,05), akan tetapi terdapat beberapa kecenderungan yang menarik. Terlihat ada kecenderungan bahwa semakin tua, semakin rendah pendidikan dan semakin berpengalaman dalam beternak, diiringi oleh peningkatan jumlah kepemilikan kerbau. Peternak yang berusia muda dan berpendidikan lebih tinggi kemungkinan mempunyai kegiatan/aktivitas 93

Karakteristik Jumlah responden Persen Kepemilikan ternak (ekor) Umur (tahun) 20-35 8 22,9 2,1 36-45 16 45,7 2,3 > 46 11 31,4 3,0 Pendidikan formal Tamat SD 12 34,3 2,8 Tamat SMP 15 42,9 2,2 Tamat SMA 5 14,3 2,1 Tidak sekolah 2 5,7 3,5 Pekerjaan utama Petani 15 42,9 2,6 Buruh tani 10 28,6 2,6 Pegawai negeri/pensiun 3 8,6 2,3 Dagang 3 8,6 2,0 Bangunan/lainnya 4 11,4 1,8 Pengalaman beternak: 1-5 tahun 7 20,0 1,9 6-10 tahun 12 34,3 2,4 > 10 tahun 16 45,7 2,7 lain sebagai sumber nafkah keluarga sehingga usaha ternak kerbau hanya ditempatkan sebagai usaha sampingan. Namun dengan semakin meningkatnya usia peternak, alokasi waktu untuk beternak menjadi lebih banyak dan pemilikan cenderung bertambah. Kecenderungan peternak dengan pendidikan lebih rendah mempunyai kerbau lebih banyak juga menunjukkan bahwa ketergantungan sumber nafkah pada kerbau menjadi semakin tinggi. Peternak dengan pengalaman beternak lebih lama juga cenderung memiliki kerbau lebih banyak. Suatu hal yang wajar mengingat pengalaman memberikan kepercayaan diri yang tinggi kepada peternak untuk berusaha ternak. Jenis pekerjaan juga memberikan kecenderungan peningkatan atau penurunan pemilikan ternak kerbau. Responden dengan pekerjaan berdagang dan buruh bangunan cenderung mempunyai jumlah kepemilikan kerbau lebih sedikit. Sementara itu responden yang mempunyau pekerjaan petani dan buruh tani cenderung mempunyai kerbau paling banyak. Pekerjaan petani dan buruh tani lebih Tabel. 3. Rataan jumlah ternak kerbau di lokasi penelitian dekat atau sejenis dengan beternak sehingga tidak mengherankan, petani dan buruh tani mempunyai kerbau labih banyak. Rataan jumlah pemeliharaan dan umur ternak kerbau yang dipeliara peternak di Desa Dangdang adalah 2,4 ekor dimana paling banyak dipelihara betina dewasa dan jantan muda (Tabel 3). Dari struktur populasi ternak kerbau yang dipelihara di lokasi pengamatan nampak bahwa proposi induk (>24,2%) yang dipelihara menempati tertinggi dan keadaan ini menggambarkan bahwa usaha pemeliharaan ternak kerbau di Desa Dangdang merupakan usaha budi daya ternak kerbau untuk produksi anak dan pendapatan diperoleh hasil pembesaran anak. Sistem Pemeliharaan Kerbau Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa jarak kandang dari rumah peternak tidak begitu jauh, sekitar 5 10 m dari rumah. Sistem pemeliharaan hampir 99% 94

Uraian Rata-rata Umur/ekor Lokasi Desa Dangdang (n=35) Jumlah/ekor Rataan/ekor Persen Jantan dewasa 8,5 14 0,4 16,3 Betina dewasa 5,4 24 0.7 28,2 Jantan muda 1,1 12 0,7 14,1 Betina muda 1,2 14 0,4 16,4 Jantan anak 0,6 10 0,3 11,8 Betina anak 0,6 11 0,3 12,9 Jumlah - 85 2,4 100 digembalakan dengan cara mengandangkan ternak pada malam hari dan digembalakan pada siang hari di sawah-sawah atau diikat pindah di kebun atau di areal lahan penggembalaan yang terbuka yang ditumbuhi dengan berbagai jenis rerumputan seperti leguminose, rumput gajah, rumput raja, rumpai raket, rumput kawat, alang-alang, dan sisa limbah hasil pertanian. Hijauan merupakan pakan utama untuk ternak ruminansia. Ketersediaan hijauan sangat tergantung pada alam terutama pada pemeliharaan ternak yang dilakukan secara tradisional. Umumnya peternak menambahkan rumput alam yang dipotong dan diberikan dalam kandang di sore hari. Ternak yang dipelihara secara ikat pindah selama siang hari, biasanya pada malam harinya masih diberi tambahan berupa rumput potong kira-kira 20-25 kg/ekor. Sedangkan bagi ternak kerbau yang dikandangkan terus menerus diberikan hijauan dua kali lebih banyak. Ternak kerbau dipelihara oleh peternak di Desa Dangdang berumur 1-15 tahun. Setelah induk kerbau tua dan tidak produktif lagi biasanya dipotong untuk tujuan konsumsi, tidak jarang setelah beranak lebih dari 4-8 kali. Namun kerbau jantan banyak dijual pada umur yang masih relatif muda untuk dikonsumsi. Tabel 4. Analisis ekonomi usaha ternak kerbau Kriteria Volume Harga satuan (Rp) Jumlah (Rp) Modal investasi: - Pembelian induk 1 ekor 5.550.000 5.550.000 - Pembelian jantan 1 ekor 6.550.000 6.550.000 - Kandang 1 unit 1.500.000 1.500.000 Biaya Produksi: 13.600.000 - Tenaga kerja/bulan 1 orang 1.200.000 1.200.000 - Penyusutan kandang 1 tahun 300.000 300.000 Total Biaya Produksi: 1.500.000 Penjualan ternak muda 1 ekor 4.500.000 4.500.000 Keuntungan/tahun 3.000.000 Keuntungan bersih/bulan 225.000 B/C ratio 2,0 Keterangan: Sumber data 2007: Induk kerbau dan jantan dibeli kondisi siap kawin dengan harga Rp 5.550.000/ekor dan Rp 6.550.000/ekor dipelihara selama 1-8 tahun, menghasilkan keturunan 6 kali setelah itu dijual dengan harga Rp.6.250.000/ekor, untuk ternak jantan Rp 7.150.000lebih cepat dijual. 95

Rataan kepemilikan ternak di Desa Dangdang adalah 1-2 ekor induk kerbau/kk ada juga yang memiliki kerbau hingga 4 ekor induk/kk. Pada umumnya kerbau tersebut adalah milik sendiri, disamping itu ada juga yang memelihara kerbau milik orang lain dengan sistem bagi hasil, apabila sudah beranak anaknya maka dibagi dua antara pemilik dan pemelihara. Analisis Usaha Ternak Kerbau Tabel 4 memperlihatkan hasil analisa ekonomi usaha ternak kerbau dengan jumlah pemeliharaan 2 ekor/kk. Berdasarkan informasi dari peternak, per tahun peternak memperoleh penerimaan sebesar Rp 4.500.000/tahun dari penjualan ternak muda. Diasumsikan mendapat keuntungan selama satu tahun sebesar Rp 3.000.000. Hasil analisa menunjukkan R/C rasio 2,0 yang artinya usaha pemeliharaan ternak kerbau bisa dipertahankan sebagai sumber pendapatan peternak di pedesaan. KESIMPULAN Desa Dangdang, Kecamatan Cisauk, Kabupaten Tangerang memiliki potensi sebagai daerah untuk usaha ternak kerbau karena mempunyai daya dukung lahan yang potensial sebagai sumber hijauan, disamping usaha tanaman pangan. Jumlah pemilikan kerbau oleh peternak berdasarkan umur, pendidikan, pekerjaan dan pengalaman beternak tidak berbeda, namun terlihat ada kecenderungan bahwa semakin tua, semakin rendah pendidikan dan semakin berpengalaman dalam beternak, jumlah kepemilikan kerbau semakin meningkat. Sementara itu, responden dengan pekerjaan berdagang dan buruh bangunan cenderung mempunyai jumlah pemilikan kerbau lebih sedikit sementara itu responden yang mempunyai pekerjaan petani dan buruh tani cenderung mempunyai kerbau paling banyak. Dari pemeliharaan kerbau, peternak mendapatkan keuntungan Rp 3.000.000/tahun atau Rp 225.000/bulan dengan nilai B/C rasio 3,4. Nilai B/C rasio tersebut menunjukkan bahwa usaha ternak kerbau tersebut cukup layak untuk dijalankan dan dipertahankan. DAFTAR PUSTAKA BOEDIONO. 1983. Ekonomi Mikro. BPFE. Jakarta. DEVENDRA, C. 1993. Ternak ruminansia di Asia. Dalam Woszika-Tomaszewska, I.M. Mastika, A. Djajanegara, S. Garniner dan T. R. Wiradarya (Eds.). Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. Sebelas Maret University Press. Surakarta. DINAS PETERNAKAN KABUPATEN TANGERANG. 2007. Disnak Peternakan Kabupaten Tangerang dalam Angka Sementara 2007. Tangerang. DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN. 2008. Statistik Peternakan 2008. Direktorat Jenderal Peternakan. Departemen Pertanian. Jakarta. GITTINGER, J.P. 1986. Analisis Ekonomi Proyek- Proyek Pertanian. Edisi Kedua. Universitas Indonesia. Jakarta. KUSNADI, U. 2004. Kontribusi ternak dalam meningkatkan pendapatan petani di lahan marginal Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten. J. Pembangunan Peternakan Tropis. Special Edition Oktober 2004. KUSNADI, U., D. A. KUSUMANINGRUM, R. S. G. SIANTURI dan E. TRIWULANNINGSIH. 2005. Fungsi dan peranan kerbau dalam sistem usahatani di Propinsi Banten. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 12-13 September 2005. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor. MANSYUR, NYIMAS, P. INDRANI dan I. SUSILOWATI. 2005. Peran leguminosa tanaman penutup pada sistem pertanian jagung untuk penyediaan hijauan pakan ternak. Bogor, 12-13 September 2005. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor.. SAS. 1988. SAS/STAT User s Guide Release 9.0 Edition. North Carolina : SAS Institute Inc., Cary. SUNARSO, WIDIYONO, SUMARSO, E. PANGESTU, F. WAHYONO DAN J. ACHMADI. 1989. Pemanfaatan Rumput Setaria spacelata sebagai Konservasi Tanah dan Manfaatnya Bagi Peningkatan Usaha Produksi Ternak Ruminansia. Laporan Penelitian DP3M Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Jakarta. 96