BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh pengelasan..., RR. Reni Indraswari, FT UI, 2010.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

PENGARUH HEAT TREATMENT

Ir. Hari Subiyanto, MSc

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II DASAR TEORI Tinjauan Pustaka

Dimas Hardjo Subowo NRP

BAB II KERANGKA TEORI

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK-MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

Prosiding SNATIF Ke -4 Tahun 2017 ISBN:

PENGARUH JENIS PROSES PENGELASAN TERHADAP KETAHANAN KOROSI SS316L

UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH PENGELASAN METODA SMAW & GTAW TERHADAP PERILAKU KOROSI AUSTENITIC STAINLESS STEEL 316L TESIS

I. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya.

Pengaruh Jenis Elektroda Pada Pengelasan Dengan SMAW Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Pada Baja Profil IWF

Jurnal Sains & Teknologi KOROSI PADA LASAN BAJA ANTIKARAT AISI 316 L. Sumaryono

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

BAB I PENDAHULUAN. adalah sebagai media atau alat pemotongan (Yustinus Edward, 2005). Kelebihan

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK- MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

BAB IV DATA DAN ANALISA

Kata Kunci: Pengelasan Berbeda, GMAW, Variasi Arus, Struktur Mikro

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2 (2017) ISSN: ( Print)

BAB II PENGELASAN SECARA UMUM. Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan

Analisa Sifat Mekanik Hasil Pengelasan GMAW Baja SS400 Studi Kasus di PT INKA Madiun

ANALISA PERBANDINGAN LAJU KOROSI MATERIAL STAINLESS STEEL SS 316 DENGAN CARBON STEEL A 516 TERHADAP PENGARUH AMONIAK

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Available online at Website

PENGARUH ARUS PENGELASAN LAS TIG TERHADAP KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIS STAINLESS STEEL TYPE 304 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TUGAS AKHIR. PENGARUH JENIS ELEKTRODA PADA HASIL PENGELASAN PELAT BAJA St 32 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIKNYA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang kaya akan energi panas bumi.

proses welding ( pengelasan )

ANALISIS KERUSAKAN PADA LINE PIPE (ELBOW) PIPA PENYALUR INJEKSI DI LINGKUNGAN GEOTHERMAL

PENGARUH ARUS, KANDUNGAN SULFUR, DAN GAS PELINDUNG TERHADAP MORFOLOGI LASAN PADA PENGELASAN GTAW DENGAN BUSUR DIAM.

PENGARUH PERLAKUAN ANIL TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA SAMBUNGAN LAS PIPA BAJA Z 2201

BAB I PENDAHULUAN. atau non ferrous dengan memanaskan sampai suhu pengalasan, dengan atau tanpa menggunakan logam pengisi ( filler metal ).

BAB I PENDAHULUAN. memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam menjadi satu akibat panas las, dengan atau tanpa. pengaruh tekanan, dan dengan atau tanpa logam pengisi.

Analisis Perbandingan Laju Korosi Pelat ASTM A36 antara Pengelasan di Udara Terbuka dan Pengelasan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat

Oleh Wahyu Ade Saputra ( ) Dosen Pembimbing 1. Ir. Achmad Zubaydi, M.Eng., Ph.D 2. Ir. Soeweify, M.Eng

PENGARUH VARIASI SUHU PREHEAT TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL SA 516 GRADE 70 YANG DISAMBUNG DENGAN METODE PENGELASAN SMAW

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus

BAB I PENDAHULUAN. proses pengelasan. Pada proses pengelasan terdapat berbagai jenis

WELDABILITY, WELDING METALLURGY, WELDING CHEMISTRY

I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak

BAB 1 PROSES PENGELASAN

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya perubahan metalurgi yaitu pada struktur mikro, sehingga. ketahanan terhadap laju korosi dari hasil pengelasan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENGARUH SUHU NORMALIZING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PENGELASAN BAJA PLAT KAPAL. Sutrisna*)

DUPLEX STAINLESS STEEL

STUDI PENGARUH MASUKAN PANAS PENGELASAN GTAW TERHADAP BENTUK HASIL LASAN DAN STRUKTUR MIKRO SS 316L

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PREHEAT TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIK LAS LOGAM TAK SEJENIS BAJA TAHAN KARAT AUSTENITIK AISI 304 DAN BAJA KARBON A36

Ir Naryono 1, Farid Rakhman 2

BAB I PENDAHULUAN. ragam, oleh sebab itu manusia dituntut untuk semakin kreatif dan produktif dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seperti diketahui bahwa, di dalam baja karbon terdapat ferrite, pearlite, dan

Volume 13 No.1 Maret 2012 ISSN :

C. RUANG LINGKUP Adapun rung lingkup dari penulisan praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Kerja las 2. Workshop produksi dan perancangan

BAB I PENDAHULUAN. mekanik, listrik, kimia dan konstruksi, dan bahkan kehidupan sehari-hari dapat

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia konstruksi, pengelasan sering digunakan untuk perbaikan dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. waktu pengelasan dan pengaruh penambahan filler serbuk pada

KARAKTERISTIK SAMBUNGAN LAS BAJA TAHAN KARAT CALON WADAH LlMBAH AKTIVITAS TINGGI

NASKAH PUBLIKASI STUDI METALOGRAFI PENGARUH ARUS DAN HOLDING TIME PADA PENGELASAN SPOT WELDING MATERIAL STAINLESS STEEL

EFFECT OF POST HEAT TEMPERATURE TO HARDNESS AND MACROSTRUCTURE IN WELDED STELL ST 37

Penelitian Kekuatan Sambungan Las pada Plat untuk Dek Kapal Berbahan Plat Baja terhadap Sifat Fisis dan Mekanis dengan Metode Pengelasan MIG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyambungan batang-batang terutama pada bahan besi tuang

DAFTAR ISI Error! Bookmark not defined.

KERANGKA KONSEP PENELITIAN PENGARUH NITROCARBURIZING TERHADAP LAJU KOROSI, KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PADA MATERIAL DUPLEX STAINLESS STEEL

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Data

DASAR TEKNOLOGI PENGELASAN

Analisa Hasil Lasan Stud Welding Pada Baja AISI 304 dan Baja XW 42 Terhadap Kekuatan Tarik dan Kekerasan

PENGARUH PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN DAN MIKRO STRUKTUR PADA PIPA HEAT EXCHANGER

BAB I PENDAHULUAN. adalah karena sifat-sifat dari logam jenis ini yang bervariasi, yaitu bahwa

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan efisiensi penggunaan BBM. Penggantian bahan pada. sehingga dapat menurunkan konsumsi penggunaan BBM.

PENGARUH KUAT ARUS LISTRIK DAN JENIS KAMPUH LAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTURMAKRO PADA PENGELASAN STAINLESS STEEL AISI 304

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Persentasi Tugas Akhir

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang sangat penting dalam rekayasa serta reparasi

ANALISA LAJU KOROSI PENGARUH POST WELD HEAT TREATMENT TERHADAP UMUR PIPA PADA PIPA API 5L GRADE B

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. panas yang dihasilkan dari tahanan arus listrik. Spot welding banyak

BAB 2 LANDASAN TEORI

Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang *

PENGARUH HASIL PENGELASAN GTAW DAN SMAW PADA PELAT BAJA SA 516 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL

BAB 3 METODE PENELITIAN

SKRIPSI / TUGAS AKHIR

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan. selain digunakan untuk memproduksi suatu alat, pengelasan

RANGKUMAN LAS TIG DAN MIG GUNA MEMENUHI TUGAS TEORI PENGELASAN

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print)

Las busur listrik atau las listrik : Proses penyambungan logam dengan menggunakan tegangan listrik sebagai sumber panas.

VARIASI ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT MEKANIK MIKRO SAMBUNGAN LAS BAJA TAHAN KARAT AISI 304

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Baja tahan karat Austenitic stainless steel (seri 300) merupakan kelompok material teknik yang sangat penting yang telah digunakan luas dalam berbagai lingkungan industri, khususnya baja tahan karat austenitic stainless steel 316L [24], contohnya dalam aplikasi pembangkit tenaga, industri kimia, elektronik, termal, nuklir dan kertas, dan banyak produk kimia, seperti peralatan dapur dan automobile. Selain itu, baja tahan karat tersebut juga digunakan untuk aplikasi purity dan sanitary dalam industri farmasi, dairy, water heat treatment dan pengolahan makanan. Hal ini dikarenakan baja tahan karat jenis ini memiliki sifatsifat non-magnetik, sifat mekanik yang baik, mudah difabrikasi dengan mampu las (weldability) yang baik, mudah dibersihkan dan mempunyai ketahanan korosi yang lebih baik dari pada baja tahan karat martensitik dan baja tahan karat feritik, sehingga pemakaiannya lebih banyak pada lingkungan korosi berat. Ketahanan korosi baja tahan karat ini sangat baik disebabkan oleh adanya ketebalan lapisan pelindung pasif yang terdiri dari Cr 2 O 3. Namun, baja ini mempunyai kepekaan terhadap beberapa korosi, diantaranya adalah korosi pitting (sumuran). Selain itu baja tahan karat ini juga mempunyai temperatur sensitization (500 800 0 C) sesuai dengan beberapa kondisi, diantaranya adalah pada saat operasi pengelasan (weld decay/endapan lasan yang muncul di daerah HAZ). Dalam sektor industri, dibutuhkan proses penggunaan baja tahan karat seperti manufacturing engineering (teknik pembuatan) khususnya di bidang pemesinan (machining) atau pabrikasi (fabrication). Salah satu kegiatan pemesinan yang sangat banyak dilakukan adalah proses pengelasan. Pengelasan dari austenitic stainless steel 316L dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode, diantaranya Shielded Metal Arc Welding (SMAW)

dan Gas Tungsten Arc Welding (GTAW). Pengelasan pada baja menghasilkan perubahan struktur mikro pada logam lasan dan HAZ relatif dibandingkan dengan logam dasarnya. Perubahan tersebut merupakan suatu perubahan dalam keseimbangan fasa yang diinginkan, pembentukan unsur intermetalik, pertumbuhan butir, segregasi paduan dan elemen pengotor, dan reaksi lainnya. Pada umumnya, hal-hal tersebut akan mendorong terjadinya perubahan sifat-sifat khususnya sifat korosi baik di daerah logam lasan maupun Heat Affected Zone (HAZ). Dalam lingkungan dan kondisi tertentu, meskipun termasuk dalam kelompok baja tahan korosi, austenitic stainless steel rentan terhadap kerusakan akibat korosi, seperti pitting corrosion. Suatu proses yang telah dirancang untuk 25 tahun operasi dapat 15 tahun sudah harus diganti, shutdown beroperasi, dan akibat lainnya karena kegagalan material, salah satunya korosi. Dalam kondisi operasi, korosi dapat menyebabkan pelarutan lapisan permukaan pada material konstruksi, meningkatkan kekasaran dan porositas permukaan, dan distribusi tidak merata pada elemen paduan. Korosi dapat mengakibatkan kebocoran-kebocoran pada instalasi di berbagai industri sehingga sangat merugikan. Kegagalan korosi yang terjadi pada logam lasan antara lain dapat disebabkan oleh pemilihan base metal dan filler metal yang dapat menimbulkan oksidasi permukaan, penggunaan gas back shielding/purging dan juga adanya pengaruh laju pendinginan atau transfer panas karena perbedaan ketebalan material. Selain itu, faktor metalurgi akibat pengelasan juga dapat mempengaruhi sifat korosi seperti adanya precipitations of secondary phases dan fenomena sensitisasi. Baja tahan karat austenitik memiliki ketahanan oksidasi yang baik, bahkan pada temperatur tinggi, sehingga sering disebut heat-resisting alloys. Ketahanan terhadap oksidasi temperatur tinggi merupakan fungsi utama dari kadar kromium, dan beberapa paduan kromium yang tinggi (25-30%) dapat digunakan pada temperatur sampai 1000 0 C. Selama proses pengelasan, dihasilkan oksida-oksida temperatur tinggi

yang berasal dari filler di seluruh permukaan daerah lasan dan daerah yang berdekatan dengan HAZ. Ketebalan dan komposisi kimia oksida ini bergantung pada temperatur, waktu dan lingkungan pengelasan (gas pelindung inert) yang berbeda dari oksida alami. Variasi oksidasi akan menghasilkan tingkat penurunan kadar kromium pada logam lasan. Perilaku ini akan menyebabkan kecenderungan untuk terjadinya korosi lokal seperti korosi sumuran (pitting corrosion). Ketahanan korosi bergantung pada keseragaman kehalusan permukaan teroksidasi yang bebas dari partikel-partikel asing dan ketidakteraturan. Depositdeposit beravariasi tergantung pada tingkat kekasaran dan spatter pengelasan yang dapat dikurangi dengan melaui proses penggerindaan. Selain itu, dengan pemilihan welding consumable yang tepat, flux yang tepat, dan pembersihan permukaan lasan dapat meningkatkan ketahanan korosi.untuk menghilangkan oksida-oksida diperlukan suatu perlakuan seperti grinding yang juga dapat menghilangkan lapisan oksida permukaan. Pitting terjadi 1-3 mm dari garis fusi, dalam base metal daripada HAZ temperatur tinggi. Sehingga perlu dilakukan pengontrolan heat-tint, dan efek dari sisa oksida pengelasan terhadap ketahanan pitting. Von Moltke et al. menghubungkan kehilangan kromium dalam heat tint pada temperatur tertinggi dengan penguapan kromium oksida, Cr 2 O 3. Serangan pitting secara normal terlokalisasi beberapa milimeter dari garis fusi dimana fraksi Cr/(Cr+Fe) memiliki nilai terendah pada oksida yang ada. Von Moltke et al. menyimpulkan bahwa oksida pengelasan yang kaya akan besi adalah sangat merusak, dimana material dengan oksida yang kaya akan kromium lebih tahan terhadap serangan korosi. Disimpulkan bahwa oksida yang kaya akan besi berperan sebagai ion membran selektif yang mengabsorb klorida, tetapi mencegahnya dari pembebasan difusi. Ketahanan meningkat dengan permukaan yang semakin halus. Oksida pengelasan menyebabkan beberapa kegagalan pada baja seperti serangan lokal pitting pada sisi root, yang diawali oleh pembersihan setelah pengelasan (postweld cleaning) yang tidak tepat. Hal ini merupakan kasus khusus untuk produk-

produk tubular yang dilas dimana pickling dapat dimulai pada permukaan luar, tetapi backing gas harus digunakan pada sisi root untuk menekan pembentukan oksida [32]. Oleh karena itu, pencegahan oksidasi lebih baik dilakukan yaitu dengan melakukan gas back purging yang dilakukan pada metoda pengelasan GTAW, untuk melindungi bagian root-pass pada daerah sambungan dari oksidasi selama pengelasan. Hal ini telah didukung oleh penelitian sebelumnya yang menjelaskan tentang beberapa tingkat oksidasi lasan selama pengelasan dan metoda untuk mengontrol laju oksidasi dengan gas back-purging serta penggunaannya di dalam pipa [20 & 28]. Dalam penelitian-penelitian sebelumya telah dilakukan berbagai studi tentang perilaku oksidasi pada metoda-metoda pengelasan tertentu pada jenis material yang berbeda. Salah satu penelitian sebelumnya yang telah menjadi petunjuk adanya hubungan antara oksidasi dengan korosi adalah penelitian yang dilakukan oleh salah satu mahasiswa fisika yang mengatakan bahwa kemungkinan adanya reaksi gabungan yaitu proses oksidasi suhu tinggi sewaktu di PWHT yang lebih mempercepat sensitisasi sewaktu dikorosikan pada metoda SMAW [27]. Selain itu penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sumaryono mengatakan bahwa baja tahan karat austenit tipe 316 banyak digunakan untuk pembuatan bejana tekan, tangki, pipa dan lain-lain yang memerlukan penyambungan dengan pengelasan [27]. Akibat panas pengelasan tersebut baja tahan karat tersebut mudah mengalami sensitisasi, dimana ketahanan korosi baja menurun. Hal ini disebabkan karena pada daerah sambungan las khususnya di daerah pengaruh panas (HAZ) terbentuk karbida krom. Dalam penelitian ini telah dipelajari pengaruh proses pengelasan terhadap terjadinya sensitisasi. Proses pengelasan dilakukan dengan menggunakan teknik las busur listrik elektroda terbungkus (SMAW). Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju korosi dalam bentuk sensitisasi meningkat setelah benda uji mendapatkan perlakuan. Dalam hal ini, perlu kiranya ditinjau hubungan antara oksidasi dan korosi,

pengaruh oksidasi dalam pengelasan terhadap sifat korosi serta pemilihan proses metoda pengelasan yang efektif dan efisien dalam Austenitic Stainless Steel 316L dalam kaitannya dengan ketahanan terhadap korosi. Gambar 1.1. Pitting Corrosion Pipa Boiler & Cooling Water [22] 1.2. Tujuan Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk : 1. Mencari hubungan oksidasi permukaan akibat pengelasan pada austenitic stainless steel 316L dan pengaruhnya terhadap perilaku korosi dengan memvariasikan metoda pengelasan, jenis filler, gas pelindung dan ketebalan material. 2. Mengetahui jenis-jenis oksida pengelasan. 3. Mencari metoda proses pengelasan yang efektif dan efisien dengan tetap mempertahankan sifat ketahanan korosi yang baik. 4. Mengetahui hubungan oksidasi permukaan dengan proses sensitisasi dan pembentukan precipitations of secondary phases serta pengaruhnya terhadap perilaku korosi.

1.3. Perumusan Masalah Proses pengelasan merupakan suatu proses dengan temperatur tinggi yang dapat mempengaruhi bentuk struktur mikro, sifat mekanik dan juga perilaku korosi. Hasil pengelasan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah filler, metoda pengelasan, ketebalan material dan gas pelindung. Faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan terjadinya proses oksidasi permukaan terutama yang terjadi pada daerah lasan dan HAZ. Masalah yang dihadapi dalam pengelasan austenitik SS 316 L bahwa material ini sangat reaktif terhadap atmosfir (oksigen) dan unsur karbon, pada rentang suhu antara 600 850 0 C, akan dapat membentuk senyawa khrom karbida karena adanya fenomena sensitisasi. Bertitik tolak dari uraian di atas, dapat dirumuskan permasalahan yang dihadapi adalah apakah diperlukan perlakuan pembersihan setelah pengelasan untuk menghilangkan oksidasi permukaan dan diharapkan dapat dirumuskan metoda pengelasan yang lebih baik untuk mengurangi korosi khususnya korosi pitting. 1.4. Pembatasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada kegiatan mencari hubungan oksidasi permukaan yang terjadi dalam pengelasan baja austenitic SS 316 L dan pengaruhnya terhadap perilaku korosi dengan memvariasikan metoda proses pengelasan, ketebalan material dan filler dengan beberapa batasan-batasan. Bertitik tolak dari latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana perlakuan yang diterapkan agar dapat mempertahankan ketahanan korosi dengan pemilihan metoda yang tepat pada material austenitic stainless steel 316L tersebut. Adapun batasan-batasan lain yang berkenaan dengan penelitian ini adalah : 1. Material logam induk yang digunakan : Pelat baja tahan karat dengan tipe austenitic stainless steel 316L yang memiliki ketebalan 1,5 mm dan 3 mm

2. Proses pengelasan yang digunakan: Shielded Metal Arc Welding (SMAW) Gas Tungsten Arc Welding (GTAW), dengan variasi filler dan penggunaan gas back purging 3. Kawat las yang digunakan : SMAW : Spesifikasi AWS A5.4 E316L-16 (18Cr-13Ni) diameter 2 mm GTAW : Spesifikasi AWS A5.9 ER316L, diameter 1,6 mm Filler TGX : TGX 316L (R316LT1-5), diameter 2,2 mm 4. Gas Pelindung (shielding gas) yang digunakan : 100% argon (Ar) 5. Pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan : Pengamatan Visual Pengamatan struktur mikro : Mikroskop optik secara makro dan mikro Distribusi kekerasan pada daerah logam induk, HAZ dan logam las Pengamatan fraktografi : SEM Pengamatan unsur : EDS Pengukuran kedalaman pitting : Surface Roughness Meter Penghitungan fasa : Software Picsara