Asas Tunggal Partai Politik

dokumen-dokumen yang mirip
Asas Tunggal Partai Politik

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)

BAB I PENDAHULUAN. langsung oleh rakyat. Pemilihan umum adalah proses. partisipasi masyarakat sebanyak-banyaknya dan dilaksanakan

Pemilu 2009, Menjanjikan tetapi Mencemaskan

Disampaikan oleh : Prof. WILA CHANDRA WILA SUPRIADI Anggota Nomor : AA - 320

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

BAB I PENDAHULUAN. politiknya bekerja secara efektif. Prabowo Effect atau ketokohan mantan

KPK juga hampir KO di Era SBY

SURVEI NASIONAL PEMILIH MUDA: EVALUASI PEMERINTAHAN, CITRA DAN PILIHAN PARPOL DI KALANGAN PEMILIH MUDA JELANG PEMILU 2014

DAFTAR ISI. Halaman Daftar isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... v

Pimpinan dan anggota pansus serta hadirin yang kami hormati,

PARTAI POLITIK DAN KEBANGSAAN INDONESIA. Dr. H. Kadri, M.Si

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI

PILKADA OLEH DPRD DINILAI PUBLIK SEBAGAI PENGHIANATAN PARTAI

KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN HADIRI PERTEMUAN PIMPINAN LEMBAGA NEGARA

2015 STRATEGI PARTAI ISLAM D ALAM PANGGUNG PEMILIHAN PRESID EN DI INDONESIA TAHUN

ADVOKASI UNTUK PEMBAHASAN RUU PEMILU

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

RAKYAT REPUBLIK INDONESI

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan, kedaulatan berada pada tangan rakyat. Demokrasi yang kuat,

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI

Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Politik

Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI

I. PENDAHULUAN. basis agama Islam di Indonesia Perolehan suara PKS pada pemilu tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap

SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

2014 PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA

I. PENDAHULUAN. sebuah tujuan bersama dan cita-cita bersama yang telah disepakati oleh

Pelajaran dari Kasus Pansus Bank Century

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014 NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PENGELOLAAN PARTAI POLITIK MENUJU PARTAI POLITIK YANG MODERN DAN PROFESIONAL. Muryanto Amin 1

Kartu Pemantauan Legislasi Harian

Kajian Pelaporan Awal Dana Kampanye Partai Politik Pemilu 2014: KPU Perlu Tegas Atas Buruk Laporan Dana Kampanye Partai Politik

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena

FUNGSI LEGISLASI DPR PASCA AMANDEMEN UUD Sunarto 1

PERTAMA: UNDANG-UNDANG TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD, DAN DPRD

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)

Perempuan dan Pembangunan Berkelanjutan

: DR. H. Happy Bone Zulkarnaen, MS.

SAMBUTAN KETUA DPR RI PADA ACARA PENGUCAPAN SUMPAH ANGGOTA DPR RI PENGGANTI ANTAR WAKTU. Kamis, 29 Desember 2011

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

Mantan Dubes RI untuk Amerika Serikat Dino Patti Djalal mengaku terhina andai calon presiden Indonesia wajib mendapatkan restu dari Amerika Serikat.

Hari/Tanggal : Senin/22 Oktober 2012 : Pukul WIB s.d Selesai

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

Koalisi Masyarakat Sipil Antikorupsi dan Reformasi Hukum

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

Dibacakan oleh: Dr. Ir. Hj. Andi Yuliani Paris, M.Sc. Nomor Anggota : A-183 FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka,

USULAN ASOSIASI ILMU POLITIK INDONESIA (AIPI) TERHADAP RUU PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 1

Peningkatan Keterwakilan Perempuan dalam Politik pada Pemilu Legislatif Nurul Arifin

HARAPAN & ANCAMAN JOKOWI - JK

REKAPITULASI HASIL VERIFIKASI FAKTUAL PARTAI POLITIK TINGKAT PROVINSI PROVINSI...

I. PENDAHULUAN. Setelah memasuki masa reformasi, partai politik telah menjadi instrumen

Pemilu 2014, Partai Islam Bakal 'Keok'

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

TAHAPAN PILPRES 2014 DALAM MEWUJUDKAN BUDAYA DEMOKRASI

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian

Demokrat Peduli, Serap Aspirasi, dan Beri Solusi Untuk Kesejahteraan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. dimana adanya pemberian kebebasan seluas-luasnya. untuk berpendapat dan membuat kelompok. Pesatnya

Selanjutnya perkenankanlah kami, Fraksi Partai GOLKAR DPR RI, menyampaikan pendapat akhir fraksi atas RUU tentang Partai Politik.

PENGANTAR MUSYAWARAH FRAKSI PARTAI GOLONGAN KARYA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TERHADAP

SEJARAH PEMILU DI INDONESIA. Muchamad Ali Safa at

BAB I PENDAHULUAN. relatif independen dan juga disertai dengan kebebasan pers. Keadaan ini

: Dra. Hani Yuliasih, M.Si/Kabag.Set Komisi II DPR RI

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

publik pada sektor beras karena tidak memiliki sumber-sumber kekuatan yang cukup memadai untuk melawan kekuatan oligarki politik lama.

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU PILKADA KOMISI II DPR RI

BAB I PENDAHULUAN. tak terkecuali sektor ekonomi. Berbagai sektor dalam perekonomian ini

Korupsi di parlemen bentuknya banyak mulai dari budgeting hingga legislasi itu sendiri.

Setelah Pesta Usai. Kubu Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono lebih memilih menyerahkan masalah DPT ini pada KPU untuk diambil langkah penyelesaiannya.

BAB II KAJIAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Peran. Peran merupakan aspek yang dinamis dalam kedudukan (status)

Analisis Isi Media Judul: Pemberian Dana Saksi Pemilu 2014 Oleh Negara Periode: 01/01/1970 Tanggal terbit: 29/01/2014

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Ulangan Akhir Semester (UAS) Semester 1 Tahun Pelajaran

I. PENDAHULUAN. memilih sebuah partai politik karena dianggap sebagai representasi dari agama

LAPORAN SINGKAT =============================================================

Merosotnya Leadership SBY di Mata Publik. Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Juni 2011

LAPORAN SINGKAT RAPAT PANJA KOMISI III DPR-RI DENGAN PEMERINTAH DALAM RANGKA PEMBAHASAN DIM RUU TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat sebagai bentuk konkret dari konsep

BAB I PENDAHULUAN. melaluinya masyarakat dapat menyalurkan, menitipkan mandat dan harapan.

PROSPEK KABINET DAN KOALISI PARPOL

MAKIN SURAMNYA PARTAI & CAPRES ISLAM DI PEMILU Lingkaran Survei Indonesia Oktober 2012

PP 33/1999, PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG PEMILIHAN UMUM. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Konflik internal yang terjadi pada Partai Golongan Karya ( GOLKAR) bukan

Efek Jokowi: Peringatan Penting dari Survei Eksperimental

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) PEMERINTAH ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

BAB V PENUTUP. Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan terkait dengan fokus

Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Paripurna, di Kantor Presiden, tanggal 1 April 2014 Selasa, 01 April 2014

Publik Menilai SBY Sebagai Aktor Utama Kemunduran Demokrasi Jika Pilkada oleh DPRD

Transkripsi:

Asas Tunggal Partai Politik Asas tunggal Pancasila bagi partai politik (parpol) kembali diperdebatkan. Ada fraksi yang ingin dicantumkan secara eksplisit. Tapi ada yang berpendapat cukup implisit dan bahkan dihapuskan saja dari RUU tentang Parpol. Wacana penerapan asas tunggal Pancasila bagi partai politik (parpol) kembali mengemuka. Persoalan ini mencuat terkait pembahasan RUU Parpol oleh Pansus RUU Politik DPR bersama Menteri Dalam Negeri di gedung DPR. Khususnya yang menyangkut asas dan ciri parpol dalam RUU yang merupakan inisiatif pemerintah. Dalam RUU itu pemerintah tetap mengacu pada UU No.31/2002 tentang Parpol yang hingga kini masih berlaku. Yakni, asas parpol tidak boleh bertentangan dengan Pancasila dan UUD 45. Sebelumnya, soal ini sudah masuk dalam daftar inventarisasi masalah (DIM). Tiga partai besar, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Golkar (PG) dan Partai Demokrat (PD) memandang perlu dalam UU Parpol nantinya secara tegas disebutkan asas Parpol adalah Pancasila dan UUD 45. Berbagai argumen pun dilontarkan untuk memperkuat usulan tersebut. Sekretaris F-PDIP Ganjar Pranowo menyatakan partainya ingin merevitalisasi ideologi Pancasila karena bangsa ini belum selesai. Bhinneka Tunggal Ika belum diterima sepenuhnya. PDIP berpendapat, karena dasar negara adalah Pancasila, maka diharapkan dasar semua parpol juga sama, yakni Pancasila. Idealnya, asas partai in line dengan dasar negara, yakni Pancasila, tegas Ganjar yang juga Ketua Pansus RUU Politik. Politisi Golkar Idrus Marham berpendapat, seyogyanya parpol menyepakati Pancasila sebagai dasar perjuangan politik. Alasan paling rasional adalah karena kemampuan Pancasila sebagai alat pemersatu bangsa. Dengan kemampuan itu Pancasila bisa mencegah terjadinya sektarianisme partai. Fakta-fakta sosial menunjukkan gangguan-gangguan yang mengancam NKRI, salah satunya dipicu oleh paham sektarianisme, jelasnya. Cendekiawan Muslim Dawam Rahardjo, bahkan menyatakan, sebaiknya agama tidak dijadikan asas partai. Agama ya agama, jangan diotak-atik menjadi asas partai, tegasnya seperti dikutip Investor Daily (20/9). Menurutnya, yang namanya asas partai itu harus lintas agama. Jika asasnya hanya dari salah satu agama, maka tidak bisa bersifat lintas agama. Senada dengan itu, Sekjen Indonesian Conference on Region and Peace (ICRP) organisasi dialog lintas agama Siti Musdah Mulia berpendapat, seyogyanya asas parpol mengacu kepada ideologi negara. Jika mengacu pada agama tertentu dikhawatirkan akan terjadi eksklusivitas partai. Toh ideologi negara, yakni Pancasila mewakili semua agama. Ia tidak terikat pada salah satu agama, ujarnya. Di pihak lain, sejumlah parpol dan pengamat politik menolak diterapkannya Pancasila sebagai asas partai. Sekjen DPP PPP, Irgan Chaerul Mahfiz, menilai, adanya usulan kembali mengunakan Pancasila sebagai satu-satunya asas parpol dalam UU Parpol menunjukkan bahwa amanat reformasi kembali memperoleh tantangan.

Bagi PPP dan sejumlah partai Islam lainnya, isu Islam dan Pancasila sudah selesai. Butir-butir dan substansi Pancasila sudah terakomodasi dan diadopsi sebagai mission statement dan dirumuskan dalam khitah perjuangannya. Pengamat politik LIPI, Fachry Ali menilai, keinginan menerapkan asas tunggal Pancasila merupakan bentuk ketakutan mereka terhadap kekuatan partai Islam. Gagasan ini jelas merupakan ketakutan munculnya partai-partai Islam. Makanya muncul dari PDIP dan Golkar, katanya seperti ditulis Suara Pembaruan (22/9). Kekuatan Islam saat ini memang sangat diperhitungkan oleh partai sekuler. Fachry menduga ada political game di parlemen atas hal itu. Dalam perdebatan di DPR yang berlangsung alot, sejumlah fraksi menghendaki asas Pancasila dicantuman eksplisit, tapi ada juga fraksi yang menginginkan implisit. Selain itu ada yang menyarankan dihapus agar tidak menimbulkan perdebatan berkepanjangan. Untung Wahono dari F-PKS mengusulkan agar pasal mengenai asas ini sebaiknya dihapus agar pembahasan tidak melebar. Dia mempertanyakan apakah dasar negara harus disamakan dengan asas partai. Perdebatan alot di rapat pansus yang dilanjutkan dengan lobi di luar gedung parlemen toh tidak membuahkan hasil yang final. Para pihak yang berbeda pendapat tetap dalam posisi masing-masing. Pansus kemudian menyepakati masalah asas dan ciri parpol ini dibahas dalam rapat Panitia Kerja (Panja) yang akan membahasnya secara lebih mendalam. Menteri Dalam Negeri Mardiyanto usai rapat Pansus di gedung DPR (27/9) mengaku sulit dalam menentukan sikap. Karena kalau pemerintah sampai membela salah satu pihak, maka akan dikesankan pemerintah telah melakukan intervensi. Belum tentu pihak lain mau menerima. Kita (pemerintah) nanti dianggap intervensi, tandasnya. SP (BI 48)

Jangan Sampai Polarisasi Pasca Pemilu Seperti Bangkok oleh Prof. Dr. Hikmahanto Juwana Jakarta (ANTARA News) - Hari-hari ini merupakan momen yang sangat menentukan bagi bangsa Indonesia. Kini para peserta Pemilihan Umum (Pemilu) legislatif seolah telah terbagi menjadi dua blok. Terjadinya dua blok ini tidak didasarkan pada pengusungan siapa yang akan menjadi presiden, yang kemudian dikenal dengan istilah Blok S, Blok M dan seterusnya. Munculnya polarisasi karena penyelenggaraan Pemilu 2009 oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Ada pun blok yang muncul adalah blok yang menganggap dalam Pemilu terjadi banyak permasalahan, bahkan kecurangan. Paling tidak ada tiga kategori permasalahan yaitu masalah Daftar Pemilih Tetap (DPT), masalah distribusi logistik serta kecurangan dan kesalahan administrasi. Dalam blok ini yang bertemu di kediaman mantan Presiden Megawati Soekarnoputri, ada yang mewakili partai, namun ada pula yang atas nama pribadi. Secara kepartaian, paling tidak ada tiga partai yang masuk 10 besar berdasarkan hasil quick count lembaga survei atau real count sementara KPU. Ketiga partai tersebut yang diwakili oleh para petingginya adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Gerindra dan Hanura. Disamping itu ada sejumlah partai yang tidak mendapat suara secara signifikan. Dalam konferensi pers, blok ini menyampaikan pernyataan sikap mereka di depan para wartawan. Pernyataan sikap ini intinya adalah Pemilu 2009 merupakan Pemilu terburuk sejak reformasi dan pelaksanaannya jauh dari sikap yang jujur, bermartabat, adil dan demokratis. Oleh karena itu, blok ini akan membawa ke proses hukum berbagai permasalahan yang ditemui dalam penyelenggaraan Pemilu. Sementara itu blok lain adalah blok yang meski mencatat berbagai permasalahan dalam pelaksanaan Pemilu namun menerima hasilnya. Ada paling tidak empat partai dari partai yang masuk 10 besar berdasarkan hasil quick count lembaga survei atau real count sementara KPU yang masuk dalam blok ini. Mereka adalah Partai Demokrat, Partai Golkar, Partai Keadilan Sejahtera dan Partai Kebangkitan Bangsa.

Suara dari blok ini paling tidak tertampung pada pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono usai memimpin rapat kabinet terbatas Selasa (13/4). Presiden meminta agar KPU bertanggung jawab atas segala kekisruhan yang terjadi dalam penyelenggaraan Pemilu dan bagi mereka yang tidak puas agar menggunakan saluran hukum yang tersedia. Menahan Diri Polarisasi dua blok pasca Pemilu harus diwaspadai oleh semua pihak, termasuk para tokoh politik dan pimpinan partai, pemerintah, penyelenggara Pemilu, bahkan para aparat penegak hukum. Bila tidak diwaspadai polarisasi dua blok di tingkat elit akan mendorong masyarakat untuk turut terbelah. Bangsa ini tentu sangat tidak mengharapkan apa yang terjadi di Bangkok dalam beberapa waktu terakhir ini. Di Bangkok, dunia menyaksikan berbagai peristiwa akibat terbelahnya masyarakat menjadi dua blok antara kaos merah dan kaos kuning. Kaos merah saat ini melakukan upaya untuk dapat menurunkan Perdana Menteri Abhisit Vejjajiva. Upaya ini dilakukan secara anarkis, menggunakan kekerasan dan melawan aparat. Tindakan kaos merah merupakan reaksi terhadap tindakan kaos kuning tahun lalu yang ditandai dengan penguasaan Bandar Udara Suvarnabhumi di Bangkok. Kaos kuning berhasil membuat Perdana Menteri ketika itu, Somchai Wongsawat tidak dapat menjalankan pemerintahan secara efektif. Kita bersyukur bahwa dalam pernyataan dua blok pasca Pemilu 2009 para elit politik baik yang menerima maupun cenderung menolak hasil Pemilu sama-sama mengedepankan penyelesaian melalui saluran hukum. Bangsa dan masyarakat Indonesia memang tidak seharusnya menerima beban sebagai akibat adanya polarisasi yang mengabaikan hukum. Bangsa ini sudah banyak mengalami penderitaan akibat polarisasi ditingkat elit yang diterjemahkan dengan penggunaan kekerasan. Disinilah pentingnya para elit politik dan pemerintahan untuk menahan diri menggunakan kekerasan dalam menindaklanjuti ketidakpuasan maupun responsnya. Mereka wajib untuk menghindari penggunaan kekerasaan dan upaya membawa negeri ini ke jurang kekacauan. Dalam menegakkan demokrasi, tidak ada ruang yang membenarkan penggunaan kekerasan meski yang diusungnya adalah benar. Hukum merupakan satu-satunya upaya dalam penyelesaian berbagai masalah. Dalam konteks inilah, aparat penegak hukum serta lembaga yang menjadi saluran hukum harus menunjukkan kesigapannya.

Kesigapan Kesigapan aparat penegak hukum berikut lembaga yang memiliki kompetensi untuk menyelesaikan hasil Pemilu tercermin dalam tiga hal. Pertama, netralitas dalam penanganan permasalahan Pemilu. Kedua, berani berbuat dan mengambil keputusan yang didasarkan pada argumentasi yang kuat. Terakhir, selalu melandaskan diri pada rel aturan dalam pelaksanaan tugasnya. Berdasarkan kesigapan tersebut, para aparat dan lembaga penegak hukum wajib menindaklanjuti setiap pengaduan dan permasalahan yang ada, sekecil apa pun. Semua pihak harus sadar bahwa aparat penegak hukum berikut lembaga yang menangani Pemilu memiliki peran penting dalam menyikapi polarisasi yang terjadi. Peran mereka dapat meredam polarisasi tapi di saat bersamaan, bila tidak sigap, justru menjadi pemicu penguatan polarisasi yang berujung pada anarkisme seperti di Bangkok. Oleh karena itu, demi rakyat semua menghendaki agar aparat dan lembaga yang terkait dengan Pemilu menjalankan tugasnya secara netral, profesional dan mendasarkan pada peraturan perundang-undangan. Rakyat pasti akan mendukung aparat dan lembaga hukum yang demikian.(*)