ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA TERAPI ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS EFEKTIFITAS BIAYA ANTARA OBAT ANGIOTENSIN CONVERTING ENZYME

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA TERAPI ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA PENGGUNAAN ANTIHIPERTENSI KOMBINASI DUA OBAT PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian non eksperimental dan

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan metode cross sectional. Pengambilan data dari

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA (COST EFF ECTIVENESS ANALYSIS) PADA PASIEN GASTRITIS KRONIK RAWAT INAP DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Analisis Efektivitas-Biaya Kombinasi Antihipertensi Oral Pasien Hipertensi Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang Periode 2007

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan

olahraga secara teratur, diet pada pasien obesitas, menjaga pola makan, berhenti merokok dan mengurangi asupan garam (Tedjasukmana, 2012).

Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi Farmasi Nasional Surakarta Abstrak

darah. Kerusakan glomerulus menyebabkan protein (albumin) dapat melewati glomerulus sehingga ditemukan dalam urin yang disebut mikroalbuminuria (Ritz

KAJIAN PENGOBATAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS KARANG ASAM SAMARINDA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol.1 No.2 Mei 2014

BAB III METODE PENELITIAN

INTISARI. Endah Dwi Janiarti; Erna Prihandiwati; Anna Apriyanti

Kata Kunci: Kesesuaian dan ketidaksesuaian, Resep, Obat Antihipertensi

POLA PENGOBATAN HIPERTENSI PADA PASIEN LANSIA DI PUSKESMAS WINDUSARI, KABUPATEN MAGELANG KABUPATEN MAGELANG

INTISARI POLA PENGOBATAN ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYAPADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN RSUD BRIGJEND H. HASAN BASRY KANDANGAN PERIODE

DAFTAR ISI RINGKASAN... SUMMARY... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN...

EVALUASI DOSIS PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP RS X TAHUN 2010 DAN 2011 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS EFEKTIFITAS BIAYA PENGGUNAAN ANTIHIPERTENSI KOMBINASI DUA OBAT PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT X TAHUN 2012

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN BPJS DI RSUD KRT SETJONEGORO WONOSOBO

Analisis Penggunaan Obat Antihipertensi di Poliklinik Rawat Jalan Rumah Sakit PMI Bogor: Perbandingan Cost Effectiveness dan Kualitas Hidup Pasien

Stara I pada K

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTI-HIPERTENSI PADA RESEP PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI INSTALASI FARMASI UNIT RAWAT JALAN RSUD

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 90 mmhg.penyakit hipertensi telah menjadi masalah utama dalam masyarakat

I. PENDAHULUAN. dilakukan rata-rata dua kali atau lebih dalam waktu dua kali kontrol (Chobanian,

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI DENGAN KOMPLIKASI DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2009

EVALUASI PENATALAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIS DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit

Diajukan oleh RA Oetari

EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI-JUNI 2014

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD

STUDI PENGGUNAAN ANGIOTENSIN RESEPTOR BLOKER (ARB) pada PASIEN STROKE ISKEMIK RAWAT INAP di RSU. Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konseptual

Yeni Dwi Haryanti, et al, Analisis Pengaruh Biaya Obat terhadap Kepatuhan Kontrol Pasien... Fakultas Farmasi Universitas Jember 2

BAB 1 PENDAHULUAN. urutan kedua pada usia diatas 60 tahun dan urutan kelima pada usia 15-59

POLA REGIMENTASI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL DI INSTALASI RAWAT INAP RUMKITAL Dr. RAMELAN SURABAYA MILHA NINDYA SASMITA

TINGKAT KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT X PADA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Gagal jantung adalah tahap akhir dari seluruh penyakit jantung dan

BAB I PENDAHULUAN. seluruh pembuluh dimana akan membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejak beberapa dekade belakangan ini para ilmuan dibidang kesehatan

Online Jurnal of Natural Science Vol 5(1) : ISSN: Maret 2016

INTISARI. Puskesmas 9 NopemberBanjarmasin. 1 Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin 2

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

Tugas Akhir. Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan. memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi. Oleh: Lusiana Rizqi M DIPLOMA 3 FARMASI

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Karakteristik Pasien Hipertensi di Bangsal Rawat Inap SMF Penyakit Dalam RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2013

RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PROLANIS DI PUSKESMAS KARANGPANDAN KABUPATEN KARANGANYAR. Tugas Akhir

HUBUNGAN BIAYA OBAT TERHADAP BIAYA RIIL PADA PASIEN RAWAT INAP JAMKESMAS DIABETES MELITUS DENGAN PENYAKIT PENYERTA DI RSUD ULIN BANJARMASIN TAHUN 2013

PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT GINJAL KRONIS DI BANGSAL PENYAKIT DALAM RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG.

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

GAMBARAN PENGOBATAN DAN ANALISIS BIAYA TERAPI PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. sehingga meningkatkan risiko PKV seperti pembesaran ventrikel kiri, infark

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

NASKAH PUBLIKASI ELIT RIZAL FALAH K Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penyakit jantung dan pembuluh darah telah menduduki peringkat pertama sebagai

POLA PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KUDUS TAHUN 2012 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA ANTIDIABETIK ORAL PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 RAWAT JALAN PESERTA BPJS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN

STUDI PENGGUNAAN CALCIUM CHANNEL BLOCKER pada PASIEN STROKE ISKEMIK RAWAT INAP di RSU. Dr SAIFUL ANWAR MALANG

BAB III METODE PENELITIAN. cross-sectional dan menggunakan pendekatan retrospektif, yaitu penelitian yang

Jurnal Farmasi Indonesia, November 2015, hal Vol. 12 No. 2

72 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

INTISARI. Kata Kunci : Hipertensi, Pelayanan Komunikasi, Informasi Dan Edukasi.

INTISARI GAMBARAN KUALITAS HIDUP DAN KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN

ANALISIS POLA PENGOBATAN PASIEN GAGAL JANTUNG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA PERIODE TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI TENTANG OBAT GOLONGAN ACE INHIBITOR DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM PELAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI DI RSUP PROF DR

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Yogyakarta tahun Sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 65

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya

E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini antara lain: 1. Ng et al (2014) dengan judul Cost of illness

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN PESERTA ASKES DAN DAMPAKNYA PADA BIAYA

STUDI PENGGUNAAN KOMBINASI ASPIRIN- CLOPIDOGREL DENGAN ASPIRIN TUNGGAL DAN CLOPIDOGREL TUNGGAL TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC-7)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagai persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Diajukan Oleh DITA KHOERUN NISA FAKULTAS FARMASI

Gambaran Jenis dan Biaya Obat pada Pasien Rawat Inap dengan. Sindroma Koroner Akut di Rumah Sakit Umum Pusat. Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2011

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA TERAPI ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI Oleh: DEVI AMBARRINI WAHYUNINGTIYAS K100110011 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2015

2

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA TERAPI ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DI RSUD Dr. MOEWARDI TAHUN 2014 COST-EFFECTIVENESS ANALYSIS OF INPATIENT HYPERTENSION THERAPY AT RSUD Dr. MOEWARDI IN 2014 Devi Ambarrini Wahyuningtiyas*, Suharsono, dan Arifah Sri Wahyuni Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta Jalan A. Yani Tromol Pos 1, Pabelan Kartasura, Surakarta, Jawa Tengah 57162 ABSTRAK Hipertensi merupakan faktor risiko utama untuk penyakit jantung seperti infark miokard, stroke, gagal jantung dan kematian. Pembiayaan kesehatan di Indonesia semakin meningkat. Perlu dilakukan analisis efektivitas biaya agar dapat membantu dalam pengambilan keputusan pemilihan obat yang efektif secara manfaat dan biaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui biaya medik langsung dan menganalisis obat antihipertensi yang cost-effective bagi pasien hipertensi rawat inap di RSUD Dr.Moewardi tahun 2014. Penelitian ini merupakan jenis penelitian non-eksperimental dengan rancangan deskriptif. Data yang diambil merupakan data retrospektif yang dilakukan di RSUD Dr. Moewardi berdasarkan data rekam medis. Data yang diambil untuk analisis efektifitas biaya adalah data efektifitas terapi antihipertensi dan biaya medik langsung. Hasil penelitian menunjukkan, biaya medik langsung terkecil dikeluarkan oleh pasien yang menggunakan kombinasi ACEI-Diuretik pada ruang perawatan kelas III dengan biaya medik langsung sebesar Rp903.481,62. Biaya medik langsung terbesar dikeluarkan oleh pasien yang menggunakan kombinasi ARB-Diuretik pada ruang perawatan VIP dengan biaya medik langsung sebesar Rp6.896.247,00. Terapi antihipertensi yang paling cost effective berdasar ACER adalah kombinasi golongan ACEI-BB yang digunakan oleh pasien di ruang perawatan kelas III dengan nilai ACER sebesar Rp10.180,36. Terapi antihipertensi yang cost-effective berdasarkan ICER untuk tiap ruang perawatan adalah, ACEI-BB untuk ruang perawatan kelas III, CCB-BB untuk pasien di ruang perawatan kelas II, CCB-Diuretik untuk pasien di ruang perawatan VIP, dan ACEI-Diuretik untuk pasien di ruang perawatan intensif Kata kunci : Hipertensi, pasien rawat inap, analisis efektivitas biaya ABSTRACT Hypertension is a major risk factor for heart disease such as myocardial infarction, stroke, heart failure and death. Health financing in Indonesia has increased. Cost-effectiveness analysis is needed to assist in decision these medicines are effective in benefits and costs. This study aims to determine the direct medical costs and analyze cost-effective of antihypertensive drug for hypertensive patients hospitalized in the Hospital Dr.Moewardi Surakarta in 2014. This research is non-experimental research with descriptive design. The data taken is retrospective data carried out in the Hospital Dr. Moewardi based medical records. Data were taken for analysis of cost-effectiveness is data antihypertensive therapy effectiveness and direct medical costs. The results showed, the smallest direct medical costs incurred by patients using a combination of ACEI-Diuretics on inpatient unit class III with direct medical costs of Rp903.481,62. The largest direct medical costs incurred by patients using ARB-diuretic combination on the VIP ward with direct 3

medical costs of Rp6.896.247,00. The most cost effective antihypertensive therapy based on ACER is a combination of ACEI-BB used by patients in the inpatient unit class III with a value of ACER Rp10.180,36. The most cost-effective antihypertensive therapy by ICER for each inpatient unit is, ACEI-BB for inpatient room class III, CCB-BB to patients in the inpatient unit Class II, CCB-diuretics for patients in the VIP ward, and ACEI-diuretics for patients in intensive care Keywords: Hypertension, inpatients, cost-effectiveness analysis PENDAHULUAN Hipertensi merupakan faktor risiko utama untuk penyakit jantung seperti infark miokard, stroke, gagal jantung dan kematian. Menurut JNC-VII, hampir satu milyar orang menderita hipertensi di dunia. Tiga juta orang meninggal tiap tahun karena hipertensi (Chobanian et al., 2003). Hipertensi juga menyumbang 4,4% beban penyakit secara global dan prevalensinya sama antar negara maju dan negara berkembang (Wisløff et al., 2012). Angka kejadian hipertensi di Indonesia cenderung meningkat. Pada tahun 2001 8,3% penduduk menderita hipertensi kemudian pada tahun 2004 27,5% penduduk Indonesia menderita hipertensi (Rahajeng, 2009). Prevalensi hipertensi bervariasi menurut umur, ras, pendidikan, dan banyak variabel lain. Hipertensi arteri yang berkepanjangan dapat merusak pembuluh darah di dalam ginjal, jantung, dan otak, serta dapat mengakibatkan peningkatan insiden gagal ginjal, penyakit koroner, gagal jantung dan stroke (Katzung, 2001). Seseorang dikatakan hipertensi ditandai dengan tekanan darah 140/90 mmhg. Pengobatan hipertensi bertujuan mendapatkan target tekanan darah dalam rentang yang normal, yaitu 140/90 mmhg pada berbagai kondisi pasien. Khusus pasien hipertensi dengan diabetes mellitus dan penyakit ginjal, tekanan yang dicapai adalah 130/80 mmhg (Chobanian et al., 2003). Pembiayaan kesehatan di Indonesia semakin meningkat, hal ini terjadi akibat penerapan teknologi, banyaknya pasien yang tidak diimbangi jumlah tenaga kesehatan, pembayaran tunai langsung pada tenaga kesehatan, semakin banyaknya penyakit kronik dan degeneratif serta adanya inflasi. Peningkatan biaya tersebut dapat mengancam akses dan mutu pelayanan kesehatan oleh karena itu perlu dicari solusi untuk mengatasi masalah pembiayaan kesehatan (Andayani, 2013). Harga dari obat antihipertensi sangat bervariasi, sehingga harga obat menjadi salah satu faktor penting dalam pengambilan keputusan untuk mempertimbangkan penggunaan obat bagi pasien. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis efektivitas biaya agar dapat membantu dalam pengambilan keputusan pemilihan obat yang efektif secara manfaat dan biaya (Wisløff et al., 2012) 4

METODOLOGI PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian non-eksperimental dengan rancangan deskriptif. Data yang diambil merupakan data retrospektif yang dilakukan di RSUD Dr. Moewardi berdasarkan data rekam medik. Data yang diambil untuk analisis efektifitas biaya adalah data efektifitas terapi antihipertensi dan biaya medik langsung. Batasan Definisi Operasional 1. Obat antihipertensi adalah obat yang digunakan untuk menurunkan tekanan darah. 2. Analisis efektifitas biaya adalah perbandingan efektifitas biaya dibandingkan dengan biaya medik langsung pada pasien. 3. Biaya medik langsung ( Direct Medical Cost) meliputi biaya rawat inap (terdiri atas biaya rekam medik, biaya pelayanan ruangan, biaya tindakan medis, biaya alat kesehatan, konsultasi dokter, visite dokter), biaya laboratorium, biaya obat antihipertensi dan biaya obat nonhipertensi. 4. Target terapi antihipertensi sesuai dengan target terapi yang ada di JNC VII yaitu 140/90 mmhg untuk hipertensi tanpa komplikasi dan 130/80 mmhg untuk hipertensi dengan komplikasi diabetes mellitus atau kelainan ginjal (Chobanian et al., 2003) 5. Perubahan tekanan darah adalah nilai tekanan darah yang diukur oleh dokter pada saat awal terapi antihipertensi hingga akhir perawatan rawat inap (pasien pulang) 6. Efektivitas adalah tercapainya penurunan tekanan darah setelah mengkonsumsi obat antihipertensi yang diukur dengan persentase pasien yang mencapai target terapi. Alat dan Bahan 15 Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar pengumpulan data, data rincian biaya rawat inap pasien, dan data rincian harga obat pasien yang didapatkan dari bagian Pengelolaan Pendapatan RSUD Dr. Moewardi. Bahan penelitian ini berasal dari rekam medik pasien, data rincian biaya rawat inap pasien, dan data rincian harga obat pasien. 5

Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah pasien rawat inap yang terdiagnosa hipertensi di RSUD Dr. Moewardi pada tahun 2014 yang mendapatkan terapi antihipertensi kombinasi selama masa rawat inap dengan obat antihipertensi yang sama. Pengambilan data dengan non-random sampling dengan teknik purposive sampling. Populasi dan sampel harus memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut : 1) Pasien hipertensi yang menjalani rawat inap dengan usia 18 tahun. 2) Pasien rawat inap umum dengan biaya mandiri. 3) Pasien menggunakan obat antihipertensi kombinasi yang sama selama masa rawat inap dengan pertimbangan untuk mengukur biaya dan efektivitas dari obat antihipertensi yang digunakan oleh pasien. 4) Diagnosa utama pasien adalah hipertensi dengan atau tanpa penyakit penyerta. Penyakit penyerta pasien yaitu Diabetes Melitus, Chronic Kidney Disease, penyakit kardiovaskuler (angina, stroke, acute miokard infark, gagal jantung) asma, dan hepatomegali.. Jalannya Penelitian Penelitian dilakukan di RSUD Dr. Moewardi. Tahap tahap penelitian sebagai berikut : 1. Pengumpulan sampel dilihat dari daftar pasien hipertensi rawat inap umum yang ada di instalasi Rekam Medik, kemudian dicatat nomor rekam medik untuk mendapatkan rekam medik pasien. 2. Pencatatan data rekam medik meliputi identitas pasien, diagnosa,obat antihipertensi yang digunakan, tekanan darah pasien, ruang perawatan serta lama perawatan pasien dirumah sakit. 3. Data biaya medik langsung dicatat dari rincian biaya rawat inap dan rincian harga obat yang didapat dari bagian Pengelolan Pendapatan. 4. Menghitung biaya medik langsung yang dan menganalisis data efektivitas obat. 5. Melakukan analisis efektivitas biaya dengan membandingkan biaya medik langsung dan efektivitas obat. Analisis efektifitas biaya dilakukan dengan metode ACER dan ICER 6

Teknik Analisis Analisis data dilakukan dengan teknik observasi dengan mengumpulkan data-data yang dibutuhkan untuk penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan mengambil data dari instalasi rekam medik dan bidang pengelolaan Pendapatan menggunakan lembar pengumpulan data. Data yang dicatat pada lembar pengumpulan data meliputi nomor rekam medis, identitas pasien (usia, jenis kelamin, tanggal masuk dan keluar rumah sakit, riwayat penyakit, diagnosa dan pola pengobatan), tes laboratorium yang dilakukan, perincian biaya pengobatan dan perawatan (berdasarkan harga dan tarif yang berlaku pada tahun 2014) meliputi biaya rawat inap (terdiri atas biaya rekam medis, biaya pelayanan ruangan, biaya tindakan medis, biaya alat kesehatan, konsultasi dokter, visite dokter) dan biaya laboratorium. Setelah data-data terkumpul, dilakukan penghitungan biaya medik langsung pada tiap-tiap pasien, kemudian data biaya medik tersebut dijumlah per-golongan terapi dan dirata-rata. Data biaya medik langsung tersebut dapat digunakan untuk menghitung Average Cost-Effectiveness Ratio (ACER) sebagaimana pada rumus perhitungan 1. = (1) Biaya pada ACER merupakan rata-rata biaya medik langsung dari tiap obat yang dikelompokkan berdasar ruang perawatan, sedangkan efektivitas terapi adalah tercapainya penurunan tekanan darah setelah mengkonsumsi obat antihipertensi yang diukur dengan persentase pasien yang mencapai target terapi hipertensi ( 140/90 mmhg untuk hipertensi tanpa komplikasi dan 130/80 mmhg untuk hipertensi dengan komplikasi diabetes mellitus atau kelainan ginjal) dari populasi pasien yang menggunakan obat. Hasil dari CEA dapat disimpulkan dengan Incremental Cost-Effectiveness Ratio (ICER) sebagaimana pada rumus perhitungan 2. Jika hasil perhitungan ICER menunjukkan hasil negatif atau semakin kecil, maka suatu alternatif obat dianggap lebih efektif dan lebih murah, sehingga dapat dijadikan rekomendasi pilihan terapi (Andayani, 2013). = =... (2) (Thompson, 2011) 7

HASIL DAN PEMBAHASAN Angka Kejadian Hipertensi Angka kejadian penyakit hipertensi rawat inap di RSUD Dr. Moewardi pada tahun 2014 adalah 1950 pasien, baik pasien umum maupun BPJS. Diambil 45 pasien umum yang memenuhi kriteria inklusi. Demografi Pasien Hipertensi Berdasarkan data yang diperoleh, pasien dikelompokkan berdasarkan usia, jenis kelamin derajat penyakit, diagnosis hipertensi, dan diagnosis penyakit penyerta. Distribusi pasien hipertensi yang dirawat inap di RSUD Dr. Moewardi pada tahun 2014 terdapat pada tabel 5. Tabel 5 Distribusi pasien hipertensi berdasarkan usia, jenis kelamin, derajat penyakit, lama rawat inap, diagnosa penyakit, dan penyekit penyerta pada pasien hipertensi rawat inap di RSUD Dr. Moewardi tahun 2014. Keterangan Jumlah Persentase (%) Usia 18-45 46-65 > 65 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Derajat Penyakit Hipertensi tipe1 Hipertensi tipe 2 Lama Rawat Inap 1-5 hari 6-10 hari 11-15 hari > 15 hari Ruang Perawatan Kelas III ( Mawar,Melati,Tulip) Kelas II ( Anggrek) Ruang VIP Ruang Perawatan Intensif Diagnosis Hipertensi Dengan Penyakit Penyerta Tanpa Penyakit Penyerta Penyakit Penyerta Diabetes Mellitus Penyakit Kardiovaskular Chronic Kidney Disease Stroke Vertigo Asma Hepatomegali 8 27 10 27 18 13 32 17 20 5 3 23 7 4 11 38 7 16 12 4 2 2 1 1 17,78% 60,00% 22,22% 60% 40% 28,89% 71,11% 37,78% 44,44% 11,11% 6,67% 51,11% 15,56% 8,89% 24,44% 84,44% 15,56% 39,42% 31,71% 12,60% 4,48% 4,48% 2,83% 4,48% Berdasarkan tabel 5, hipertensi banyak terjadi pada pasien laki-laki. Kelompok usia yang paling banyak menderita hipertensi adalah 46-65 tahun (60,00%) kemudian lebih dari 65 tahun 8

(22,22%) dan paling sedikit pada kelompok usia 18-45 tahun (17,78%). Hal ini dapat dikarenakan angka kejadian hipertensi meningkat pada pada kelompok umur diatas 40 tahun, karena dengan bertambahnya umur tekanan darah semakin meningkat akibat pengapuran dinding pembuluh yang menyebabkan elastisitas dinding pembuluh bertambah (Rahardja & Tjay, 2002). Derajat hipertensi pasien menunjukkan 13 dari 45 pasien menderita hipertensi tipe 1 (28,89%) dan 32 pasien menderita hipertensi tipe 2 (71,11%). Sebanyak 20 pasien menjalani rawat inap 6-10 hari (44,44%), 17 pasien menjalani rawat inap 1-5 hari (37,78%), 5 pasien menjalani rawat inap 11-15 hari (11,11%), dan 3 pasien menjalani rawat inap lebih dari 15 hari (6,67%). Dilihat dari distribusi ruang perawatan pasien sebanyak 23 pasien (51,11%) dirawat di ruang kelas III (Mawar, Melati dan Tulip), 7 pasien (15,56%) dirawat di ruang kelas II (Anggrek), 4 pasien (8,89%) dirawat di ruang VIP (Paviliun Cendana) dan sebanyak 11 pasien (24,44%) menjalani perawatan di ruang perawatan intensif (Aster). Tabel 5 juga menunjukkan diagnosis hipertensi. Dari keseluruhan pasien, 38 orang (84,44%) menderita hipertensi dengan penyakit penyerta dan 7 orang (6,67%) mengalam i hipertensi tanpa penyakit penyerta. Penyakit penyerta paling banyak pada pasien hipertensi adalah diabetes mellitus sebanyak 16 pasien 19 (39,42%), kemudian disusul penyakit kardiovaskular sebanyak 12 pasien (31,71%), Chronic Kidney Disease 4 pasien (12,60% ). Penyakit stroke, vertigo dan hepatomegali masing-masing 2 pasien (4,48%). Penyakit dengan persentase paling kecil adalah asma dengan 1 pasien (2,83%). Banyak pasien yang menderita penyakit penyerta diabetes mellitus, karena diabetes mellitus merupakan salah satu penyebab hipertensi (Dipiro et al., 2008). Selain itu semakin tinggi tekanan darah, semakin tinggi pula faktor untuk mencetuskan penyakit kardiovaskuler, stroke, dan gagal ginjal (Chobanian et al., 2003) Gambaran Penggunaan Obat Antihipertensi Gambaran pengobatan yang dijalani di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi tahun 2014 dengan diagnosa hipertensi dapat dilihat pada tabel 6. Obat yang paling banyak digunakan adalah captopril yang diresepkan pada 32 pasien (71,12%). Banyak pasien yang menerima resep captopril karena, obat-obatan golongan ACEI utamanya captopril merupakan antihipertensi untuk penanganan hipertensi pada penderita diabetes mellitus, gagal ginjal, infark miokard dan stroke (Dipiro et al., 2008). 9

Tabel 6. Persentase Gambaran obat Antihipertensi pada pengobatan Hipertensi Pasien Rawat Inap di RSUD Dr. Moewardi tahun 2014. Golongan Obat Jenis Obat Jumlah Persentase (N=45) ACEI Captopril 32 71,12% Ramipril 4 8,89% Lisinopril 2 4,44% Diuretik Furosemid 15 33,33% CCB Amlodipin 25 55,56% Nifedipin 1 2,22% Beta Blocker Bisoprolol 10 22,22% ARB Valsartan 2 4,44% Candesartan 1 2,22% Kombinasi obat yang paling banyak digunakan adalah kombinasi ACEI dan CCB yang diresepkan pada 22 pasien (48,89%), kemudian ACEI- Diuretik yang diresepkan pada 10 pasien (22,22%) dan ACEI-BB yang diresepkan pada 6 pasien (13,33%). Kombinasi ACEI -CCB memang bukan pilihan utama pada pengobaan hipertensi, namun kombinasi ACEI-CCB cukup efektif dalam menurunkan tekanan darah dibandingkan dengan kombinasi ACEI-Diuretik (Jamerson & Arbor, 2003). Pemilihan obat dalam pengobatan hipertensi tidak semuanya termasuk pengobatan yang rasional. Salah satu contohnya penggunaa Beta-blocker pada pasien diabetes mellitus yang dapat menghambat penyerapan insulin dan memperburuk kontrol glikemik (McGill, 2009). Keseluruhan pasien menerima terapi kombinasi, karena sebagian besar pasien memiliki penyakit penyerta. Tabel 7 memuat distribusi pasien dengan kombinasi golongan obat Tabel 7. Persentase distribusi pasien berdasarkan kombinasi golongan obat di RSUD Dr. Moewardi tahun Analisis Efektivitas Biaya Biaya Medik Langsung 2014 Kombinasi Golongan Jumlah Pasien Persentase (N=45%) ACEI CCB 22 48,89% ACEI Diuretik 10 22,22% ACEI BB 6 13,33% CCB BB 4 8,89% ARB-Diuretik 3 6,67% Perhitungan biaya medik langsung pada pasien hipertensi yang menjalani rawat inap di RSUD Dr. Moewardi pada tahun 2014. Terdapat empat komponen biaya yang ada dalam tabel 8 yaitu biaya rawat inap, biaya laboratorium, harga obat hipertensi dan harga obat lain yang digunakan pasien. 10

Tabel 8. Rekapitulasi biaya medik langsung selama rawat inap di RSUD Dr. Moewardi tahun 2014. Ruangan Kombinasi Gol Obat Komponen Biaya (Rp) Biaya Rawat Inap Kelas III ACEI-CCB 615.836 ± 301.796,41 ACEI-Diuretik 483.218,75 ± 406.713,80 ACEI-BB 368.250 ± 17.250 Biaya Laboratorium 446.825,92 ± 242.170,24 426.995,25 ± 311.608,88 558.500 ± 558.500 Harga Obat Antihipertensi Harga Obat Lain 8.287,38 ± 183.964,23 ± 6.069,05 189.225,44 20.655 ± 81.617,87 ± 13.149,33 47.002,76 7.808 ± 3.168 78.478 ± 69.786 Total Biaya 1.254.961,23 ± 524.407,30 903.481,62 ± 801.622,00 1.018.036 ± 88.295,99 Kelas II ACEI-CCB 1.002.368 ± 744.233 ± 10.227 ± 9.969 108.080 ± 1.864.909,167 ± 997.756,55 522.793 517.611 48.311 CCB-BB 1.440.000± 0 311.500 ± 0 9.280 ± 0 68.864 ± 0 1. 829.644 ± 0 Ruang VIP ACEI-CCB 2.247.000 ± 0 453.000 ± 0 2920 ± 0 67.000 ± 0 2.769.920 ± 0 CCB-Diuretik 2.234.583 ± 934.708 ± 202.092 ± 130.488 619.193 ± 6.896.247 ± 4.836.737 1.615.953 793.963 470.582 Ruang ACEI-CCB 1.446.750 ± 983.500 ± 31.804 ± 21.070 161.266 ± 2.623.320,5 ± 769.248,5 Perawatan 570.750 139.750 37.678 Intensif ACEI-Diuretik 1.358.000 ± 0 596.000 ± 0 21.165 ± 0 123.543 ± 1.358.000 ± 0 29.567 ACEI-BB 1.209.740 ± 579.655 ± 14.182 ± 8.685,46 113.942 ± 2.113.089 ± 489.431,24 405.218 279.478 36.943,45 CCB-BB 1.292.750 ± 0 743.000 ± 0 17.400 ± 0 133.354 ± 2.186.504 ± 31.830,00 30.670 Biaya rawat inap meliputi biaya rekam medis, biaya pelayanan kamar, biaya tindakan medis, biaya alat kesehatan, konsultasi dokter, dan biaya visite dokter baik dokter umum maupun spesialis. Biaya laboratorium merupakan biaya yang digunakan untuk tes laboratorium. Harga obat hipertensi merupakan biaya yang dikeluarkan pasien untuk obat antihipertensi, sedangkan harga obat lain merupakan biaya yang dikeluarkan pasien untuk obat selain obat antihipertensi Dilihat dari tabel 8, biaya medik langsung terkecil adalah kombinasi ACEI Diuretik pada pasien yang dirawat di Kelas III yaitu Rp903.481,62. Biaya medik yang paling besar harus dikeluarkan oleh pasien yang menggunakan kombinasi antihipertensi ARB-Diuretik yang dirawat di ruangan Cendana yaitu sebesar Rp6.896.247, selain obat antihipertensi yang digunakan cukup mahal seluruh pasien yang yang menggunakan ARB-Diuretik dirawat diruang VIP, sehingga membutuhkan biaya medik langsung yang jauh lebih besar dibandingkan dengan pasien yang ada di ruangan lainnya. Efektivitas Terapi Efektivitas terapi antihipertensi yang digunakan oleh pasien hipertensi rawat inap dilihat dari penurunan tekanan darah pasien pada awal pasien masuk rumah sakit dan saat pasien diperbolehkan pulang dari rumah sakit. 11

Tabel 9. Persentase efektivitas terapi antihipertensi pasien rawat inap di RSUD Dr. Moewardi tahun 2014. Ruangan Kombinasi Golongan Obat Jumlah Pasien Jumlah Pasien Yang Mencapai Target Tekanan Darah Efektifitas (%) Kelas III ACEI-CCB 13 11 84,62% ACEI-Diuretik 8 6 75% ACEI-BB 2 2 100% Kelas II ACEI-CCB 6 5 83,33% CCB-BB 1 1 100% Ruang VIP ACEI-CCB 1 0 0% CCB-Diuretik 3 2 66,67% Ruang Perawatan ACEI-CCB 2 2 100% Intensif ACEI-Diuretik 2 2 100% ACEI-BB 5 4 80% CCB-BB 2 2 100% Persentase efektivitas terapi dihitung berdasarkan jumlah pasien yang mencapai target penurunan tekanan darah dibandingkan dengan keseluruhan jumlah pasien yang dikelompokkan berdasarkan ruang perawatan dan kombinasi golongan obat yang digunakan sebagaimana dapat dilihat pada tabel 9. Penggunaan kombinasi obat ACEI-Diuretik pada pasien yang dirawat di ruang VIP menunjukkan efektivitas 0%, karena dari satu pasien yang dirawat diruangan tersebut tidak menunnjukkan penurunan tekanan darah. Kombinasi CCB-Diuretik pada pasien yang menjalani rawat inap di ruang VIP juga menunjukkan efektivitas yang kecil yaitu 66,67%. Perhitungan Efektivitas Biaya Berdasarkan ACER Penilaian analisis efektivitas biaya menggunakan metode ACER bertujuan untuk membandingkan total biaya suatu program atau alternatif pengobatan dibagi dengan keluaran klinis untuk menghasilkan perbandingan yang mewakili biaya tiap hasil klinis yang spesifik dan independen dari pembanding. Berikut ini adalah perhitungan ACER pada beberapa kombinasi obat antihipertensi di RSUD Dr. Moewardi tahun 2014. Nilai ACER paling tinggi ditunjukkan oleh kombinasi obat ARB-Diuretik pada pasien yang dirawat diruangan VIP sebesar Rp103.438,54. Nilai ACER yang paling rendah adalah kombinasi obat ACEI-BB pada pasien yang dirawat diruangan kelas III yaitu sebesar Rp10.180,36. Kombinasi ACEI-CCB pada pasien yang dirawat diruangan Cendana menunjukkan nilai 0% sehingga tidak dapat dianalisis 12

Tabel 10. Perhitungan ACER kombinasi obat antihipertensi di RSUD Dr. Moewardi tahun 2014 Ruangan Kombinasi Golongan Obat Total Biaya ( C ) Efektifitas (E) ACER ( C/E) Kelas III ACEI-CCB 1.254.961,23 84,62% 14.830,55 ACEI-Diuretik 903.481,62 75% 12.046,42 ACEI-BB 1.018.036 100% 10.180,36 Kelas II ACEI-CCB 1.864.909,167 83,33% 22.379,80 CCB-BB 1.829.644 100% 18.966,44 Ruang VIP ACEI-CCB 2.769. 0% 0 CCB-Diuretik 6.896.247 66,67% 103.438,54 Ruang ACEI-CCB 2.623.320,5 100% 26.233,20 Perawatan ACEI-Diuretik 1.358.000 100% 13.580 Intensif ACEI-BB 2.113.089 80% 26.413,62 CCB-BB 2.186.504 100% 21.865,04 Maksud dari angka-angka dalam ACER adalah setiap peningkatan 1% efektivitas dibutuhkan biaya sebesar ACER. Misalkan pada kombinasi ACEI-Diuretik pasien ruangan kelas III, berarti setiap peningkatan 1% efektivitas dari kombinasi tersebut membutuhkan biaya sebesar Rp12.046,42. Dalam ACER semakin kecil nilai ACER maka obat tersebut semakin costeffective, sehingga dapat disimpulkan bahwa kombinasi obat ACEI-BB ruangan kelas III adalah obat yang paling cost-effective untuk terapi antihipertensi pada pasien rawat inap. Perhitungan Efektivitas Biaya Berdasarkan ICER Rasio perbedaan biaya dari 2 alternatif terapi dengan perbedaan efektivitas antara 2 alternatif merupakan definisi dari ICER. Meskipun analisis dengan ACER telah memberikan informasi yang bermanfaat, ciri khas dari analisis efektivitas biaya adalah analisis dengan menggunakan ICER (Andayani, 2013). Perhitungan analisis efektivitas biaya menggunakan ICER dilakukan untuk memberikan beberapa pilihan alternatif yang dapat diterapkan. Pemilihan alternatif jenis perawatan dapat disesuaikan dengan pertimbangan dana atau tersedia tidaknya jenis alternatif tersebut. Analisis efektivitas biaya dengan menggunakan metode ICER dapat diketahui besarnya biaya tambahan untuk setiap perubahan satu unit efektivitas biaya. Selain itu, untuk mempermudah pengambilan kesimpulan alternatif mana yang memberikan efektivitas biaya terbaik (Depkes RI, 2013). Perhitungan pada tabel 11 menunjukkan analisis ICER untuk tiap ruangan perawatan yang kemudian dikelompokkan menjadi per golongan obat yang digunakan pada tiap ruangan tersebut. Hasil dari perhitungan ICER tersebut dapat memberikan rekomendasi alternatif terapi yang dapat digunakan pada pasien hipertensi yang dirawat di tiap ruangan perawatan. 13

Tabel 11. Hasil perhitungan ICER kombinasi obat antihipertensi di RSUD Dr. Moewardi tahun 2014 Ruangan Kombinasi Golongan Obat Total Biaya ( C ) Efektifitas (E) ΔC ΔE ICER (ΔC/ΔE) Kelas III ACEI-Diuretik 903.481,62 75% 903.481,62 75% 12.046,42 ACEI-CCB 1.254.961,23 84,62% 351.479,61 9,62% 36.536,34 ACEI-BB 1.018.036 100% - 236.925,23 15,38% - 15.404,76 Kelas II ACEI-CCB 1.864.909,167 83,33% 1.846.909,167 83,83% 22.379,80 CCB-BB 1.896.644,00 100% 31.734,83 16,7% 1.900,29 Ruang VIP ACEI-CCB 2.769. 0% 2.769.920 0 0 CCB-Diuretik 6.896.247 66,67% 4.126.327 66.67 61.891,8 Ruang ACEI-BB 2.113.089 80% 2.113.089 80% 26.413,62 Perawatan ACEI-Diuretik 1.358.000 100% -755.089 20% -37.754,45 Intensif ACEI-BB 2.186.504 100% 828.504 0 0 ACEI-CCB 2.623.320,5 100% 436.816,5 0 0 Kombinasi golongan obat yang paling Cost-effective untuk pasien pada ruang perawatan kelas III adalah kombinasi ACEI-BB karena kombinasi tersebut menunjukkan hasil negatif yaitu -15.404,76. Hasil ICER kombinasi ACEI-BB tersebut lebih kecil dari pembandingnya yaitu ACEI-CCB dan ACEI-Diuretik. Pasien yang dirawat di ruang perawatan kelas II direkomendasikan menggunakan kombinasi CCB-BB karena kombinasi golongan tersebeut paling Cost-effective. Pasien di ruang perawatan intensif direkomendasikan menggunakan ACEI- Diuretik. Hasil perhitungan ICER kombinasi obat ACEI-Diuretik menunjukkan hasil negatif yaitu -37.754,45 dan lebih kecil dari ketiga pembandingnya. Hasil analisis ICER dari ACEI-CCB pada pasien yang dirawat di ruang VIP menunjukkan nilai 0, namun efektivitas dari obat tersebut 0 atau sama sekali tidak efektif sehingga tidak dapat dianalisis maka, pembandingnya yaitu kombinasi CCB-BB menjadi kombinasi obat yang Cost-effective untuk pasien yang dirawat di ruang VIP. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini bersifat retrospektif sehingga tidak bisa mengungkapkan kenyataan yang terjadi dilapangan secara lengkap. Oleh karena itu, dalam pembahasan peneliti hanya mampu melakukan asumsi-asumsi jika data yang diperoleh benar sesuai dengan kenyataan. Hasil yang didapatkan pada penelitian ini bersifat umum, karena pasien hipertensi tidak dikelompokkan berdasarkan diagnosa penyakit penyerta dan jenis obat 14

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Besar biaya medik langsung yang dikeluarkan pasien selama rawat inap di RSUD Dr. Moewardi tahun 2014 diketahui biaya medik terkecil dikeluarkan oleh pasien yang menggunakan kombinasi ACEI-Diuretik pada ruang perawatan kelas III dengan biaya medik langsung sebesar Rp903.481,62. Biaya medik langsung terbesar dikeluarkan oleh pasien yang menggunakan kombinasi ARB-Diuretik pada ruang perawatan VIP dengan biaya medik langsung sebesar Rp6.896.247,00. 2. Terapi antihipertensi yang paling cost effective berdasar ACER adalah kombinasi golongan ACEI-BB yang digunakan oleh pasien diruang perawatan kelas III dengan nilai ACER sebesar Rp10.180,36. Terapi antihipertensi yang cost-effective berdasarkan ICER untuk tiap ruang perawatan adalah, ACEI-BB untuk ruang perawatan kelas III, CCB-BB untuk pasien di ruang perawatan kelas II, CCB-Diuretik untuk pasien di ruang perawatan VIP, dan ACEI- Diuretik untuk pasien di ruang perawatan intensif. Saran Untuk kedepannya akan lebih baik jika penelitian analisis efektivitas biaya dilakukan lebih spesifik dengan mengelompokkan masing-masing jenis obat, ruang perawatan, dan jenis penyakit agar dapat mengetahui efektifitas biaya yang spesifik pada jenis obat, ruang perawatan dan jenis penyakit tertentu. DAFTAR PUSTAKA Andayani, T.M., 2013, Farmakoekonomi Prinsip dan Metodologi, Yogyakarta, Bursa Ilmu. Chobanian, A., Bakris, G. & Black, H., 2003, The Seventh Report of The Joint National Committee on : Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure, USA, Departement of Health and Human Service. Depkes RI, 2013, Pedoman Penerapan Kajian Farmakoekonomi, Jakarta, Kemenkes RI. Dipiro, J.T., Robert L, T. & Gary C, Y., 2008., Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach. In USA: The Mc. Graw Hill Company. Jamerson, K.A. & Arbor, A., 2003, The First Hypertension Trial Comparing the Effects of Two Fixed-Dose Combination Therapy Regimens on Cardiovascular Events : Avoiding 15

Cardiovascular Events Through Combination Therapy in Patients Living With Systolic Hypertension. The Journal of Clinical Hypertension, V(Iv), pp.29 35. Katzung, B.G., 2001, Farmakologi Dasar dan Klinik 3rd ed., Jakarta: Salemba Medika. McGill, J.B., 2009,Reexamining Misconceptions About Beta-blocker In Patients With Diabetes, Clinical Diabetes Journal, 27(1), pp.36 46. Rahajeng, E. & Tuminah, S., 2009, Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia, Majalah Kedokteran Indonesia, 59(12). Thompson, C.P., 2011. What is cost-effectiveness? Education for health, 24(3), p.573. Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22267352. Tjay, T.H. & Rahardja, K., 2002, Obat-obat Penting ( Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya) Edisi V., Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Wisløff, T., Selmer, R.M. & Halvorsen, S., 2012, Choice Of Generic Antihypertensive Drugs For The Primary Prevention Of Cardiovascular Disease A Cost-Effectiveness Analysis,p BMC cardiovascular disorders, 12(1), p.26. 16