Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 4, No. 2, Hlm , Desember 2012

dokumen-dokumen yang mirip
PERKEMBANGAN AWAL LARVA KERAPU KERTANG (Epinephelus lanceolatus)

EFISIENSI PENGGUNAAN PLANKTON UNTUK PEMBENIHAN KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) PADA HATCHERI SKALA RUMAH TANGGA

BUDIDAYA IKAN KAKAP MERAH Lutjanus sebae. CULTURE OF EMPEROR SNAPPER Lutjanus sebae

USAHA PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN KERAPU SUNU, Plectropomus leopardus DI INDONESIA

BEBERAPA ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI IKAN KERAPU RAJA SUNU (Plectropoma laevis)

KE DUA (F-2) DALAM MENUNJANG TEKNOLOGI PEMBENIHAN IKAN KERAPU

PERKEMBANGAN EMBRIO IKAN TUNA SIRIP KUNING (Thunnus albacares)

POLA PEMANGSAAN DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN KUWE (Gnathanodon speciosus) BERDASARKAN JENIS PAKAN AWAL YANG DIBERIKAN

PRODUKSI MASAL LARVA IKAN KERAPU PASIR (Epinephelus Corallicola) DENGAN UKURAN BAK BERBEDA

Produksi Masal Larva Ikan Kerapu Pasir (Epinephelus Corallicola) dengan Ukuran Bak Berbeda

PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN KUE (Gnathanodon Speciosus Forsskal) DENGAN PEMBERIAN JENIS PAKAN BERBEDA

PERKEMBANGAN EMBRIO DAN RASIO PENETASAN TELUR IKAN KERAPU RAJA SUNU (Plectropoma laevis) PADA SUHU MEDIA BERBEDA

TEKNIK PEMELIHARAAN LARVA UNTUK PENINGKATAN MUTU BENIH KERAPU PADA PRODUKSI MASSAL SECARA TERKONTROL

Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic)

PENDEDERAN BENIH KERAPU SEBAGAI USAHA UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT PESISIR

Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) VIII (1): ISSN: PENGARUH PERBEDAAN JENIS PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN POPULASI Brachionus plicatilis

PENDEDERAN IKAN BERONANG (Siganus guttatus) DENGAN UKURAN TUBUH BENIH YANG BERBEDA

APLIKASI PAKAN BUATAN PADA PEMELIHARAAN LARVA IKAN KERAPU MACAN, Epinephelus fuscoguttatus

LAJU PENGOSONGAN LAMBUNG PADA LARVA DAN BENIH IKAN KLON (Amphiprion ocellaris)

PRODUKSI INDUK JANTAN FUNGSIONAL IKAN KERAPU SUNU (Plectropomus leopardus)

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

PENGARUH INTENSITAS CAHAYA TERHADAP PEMANGSAAN LARVA IKAN CLOWN (Amphiprion ocellaris) PADA AWAL PEMELIHARAAN

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK)

PEMELIHARAAN LARVA KERAPU RAJA SUNU (Plectropomus laevis) DENGAN PERBEDAAN AWAL PEMBERIAN PAKAN BUATAN

Efektivitas Penggunaan Dosis Pufa Emulsion Dalam Pengayaan Pakan Terhadap Perkembangan Morfologi Larva Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis)

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4, Desember 2012: ISSN :

276 Jurnal Perikanan (J. FISH. Sci) X (2) : ISSN:

Teknik pembenihan ikan air laut Keberhasilan suatu pembenihan sangat ditentukan pada ketersedian induk yang cukup baik, jumlah, kualitas dan

Pengaruh Pemberian Dosis Pakan Otohime yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Kerapu Bebek di BPBILP Lamu Kabupaten Boalemo

PENGGUNAAN JENIS PAKAN BERBEDA PADA KULTUR ROTIFER (Brachionus rotundiformis)

Aquacultura Indonesiana (2004) 5(2): ISSN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN KERAPU KECAMATAN GEROKGAK, KABUPATEN BULELENG, BALI. Oleh: NI WAYAN NARITA SUGAMA A

Mangrove dan Pesisir Vol. III No. 3/

PERKEMBANGAN LARVA IKAN KERAPU BEBEK, Cromileptes altivelis, SAMPAI UMUR 50 HARI

TEKNOLOGI PEMELIHARAAN LARVA KERAPU SUNU (Plectropomus leopardus) SECARA MASSAL

Peningkatan Produksi dan Kualitas Benih Kerapu dengan Program Hybridisasi

PEMBENIHAN IKAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscogutaftus) PEMELIHARAAN LARVA

Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) X (1): ISSN:

PENGARUH DOSIS PAKAN BERBEDA TERHADAP KUALITAS INDUK MANDARIN FISH (Synchiropus splendidus)

II. TINJAUAN PUSTAKA

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PEMBENIHAN IKAN KERAPU TIKUS (Cromileptes altivelis) DI HATCHERY BIDANG KEGIATAN PKM-AI. Disusun Oleh : Aulia Nugroho

PENENTUAN PEMBERIAN PAKAN DAN UKURAN BENIH SAAT TEBAR PADA PEMBESARAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DI KERAMBA JARING APUNG (KJA)

BABV KESIMPULAN DAN SARAN. Lapisan rninyak cumi pada pennukaan air memiliki peranan yang penting dalam

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 5, No. 2, Hlm , Desember 2013

PENGEMBANGAN DAN APLIKASI PAKAN BUATAN UNTUK BUDIDAYA IKAN KERAPU MACAN, Epinephelus fuscoguttatus DI KERAMBA JARING APUNG

PENDEDERAN KERAPU MACAN, Epinephelus fuscoguttatus, PADA HATCHERI SKALA RUMAH TANGGA

PEMBENIHAN IKAN KERAPU TIKUS (Cromileptes altivelis) DI BALAI PERIKANAN BUDIDAYA AIR PAYAU SITUBONDO

PERTUMBUHAN CALON INDUK IKAN BERONANG Siganus guttatus TURUNAN PERTAMA (F-1) DENGAN BOBOT BADAN YANG BERBEDA

OPTIMASI DOSIS DAN FREKUENSI PAKAN DALAM PRODUKSI ROTIFER (Brachionus rotundiformis)

KULTUR ROTIFER DENGAN BEBERAPA JENIS PAKAN DAN KOMBINASINYA

Relation between broodstock number and spawning frequency and egg production of humpback grouper (Cromileptes altivelis) ABSTRAK

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2009, hlm 1 14 ISSN

PEMELIHARAAN INDUK IKAN CAPUNGAN BANGGAI (Pterapogon kauderni) DENGAN KEPADATAN YANG BERBEDA

MANAJEMEN PAKAN INDUK KERAPU MACAN, Epinephelus fuscoguttatus UNTUK PENINGKATAN PEMIJAHAN DAN KUALITAS TELUR

Anak Agung Alit. Keyword: Break even point, B/C ratio, Gnathanodon specious forsskal, and profit.

Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Negeri Gorontalo

APLIKASI PAKAN BUATAN UNTUK PEMIJAHAN INDUK IKAN MANDARIN (Synchiropus splendidus)

KERAGAAN REPRODUKSI IKAN KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) DARI ALAM (F-0), INDUK GENERASI PERTAMA (F-1), DAN INDUK GENERASI KE DUA (F-2)

PENGELOLAAN AIR PADA PEMELIHARAAN LARVA IKAN KERAPU SUNU (Plectropomus leopardus)

BAB III BAHAN DAN METODE

M.A. Suprayudi, E. Mursitorini dan D. Jusadi

PERGANTIAN PAKAN TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN PANJANG LARVA IKAN SEPAT COLISA (Trichogaster lalius)

STUDI TENTANG LAJU RESPIRASI BIOTA PERAIRAN

BUDIDAYA ANEMONE LAUT (Stichodactyla gigantean) UNTUK PENINGKATAN PRODUKSI MASSAL DENGAN METODA FRAGMENTASI

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SURVIVAL RATE BENIH IKAN MANDARIN (Synchiropus splendidus)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat.

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.66/MEN/2011 TENTANG

PERKEMBANGAN AKTIVITAS ENZIM PENCERNAAN LARVA IKAN KERAPU RAJA SUNU (Plectropomus laevis)

I. PENDAHULUAN. cukup tinggi, contohnya pada pembenihan ikan Kerapu Macan (Epinephelus

PEMELIHARAAN LARVA IKAN HIAS BALONG PADANG (Premnas biaculeatus) DENGAN PENGKAYAAN PAKAN ALAMI

Efisiensi Pemberian Pakan Artemia pada Produksi Massal Benih Ikan Golden Trevally, Gnathanodon Speciosus (Forsskall)

PERFORMANSI KEMATANGAN GONAD DAN PEMIJAHAN INDUK IKAN KERAPU BEBEK HASIL PERKAWINAN SILANG ANTARA F-2 DAN F-0.

PRODUKSI IKAN NEON TETRA Paracheirodon innesi UKURAN L PADA PADAT TEBAR 20, 40 DAN 60 EKOR/LITER DALAM SISTEM RESIRKULASI

PENGARUH KADAR PROTEIN DAN RASIO PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus)

Konferensi Akuakultur Indonesia 2013

Tingkat pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan bawal air tawar (Collosoma sp.) dengan laju debit air berbeda pada sistem resirkulasi

HUBUNGAN PANJANG-BOBOT, PERTUMBUHAN, DAN FAKTOR KONDISI IKAN KAKAP MERAH, Lutjanus argentimaculatus DARI HASIL BUDIDAYA

UJI PERBANDINGAN PAKAN PELLET DAN CUMI-CUMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN KERAPU MACAN (Efinephelus fuscoguttatus)

PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH IKAN BAWAL LAUT, Trachinotus blocii (LACEPEDE) PADA PENGGELONDONGAN DALAM HAPA DI TAMBAK

PERKEMBANGAN ORGAN DALAM LARVA KERAPU BEBEK, Cromileptes altivelis

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan

MENGENAL LEBIH DEKAT KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) HASIL BUDIDAYA

I. PENDAHULUAN. Pakan utama bagi larva ikan yaitu pakan alami. Pakan alami, seperti

Ikan kakap putih (Lates calcarifer, Bloch 1790) Bagian 1: Induk

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

ABSTRACT. Keywords: Graphium agamemnon, Graphium doson, Mechelia champaca, Annona muricata, life cycle, food consumption.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODE PENELITIAN. Materi Penelitian

ABSTRAK. Kata kunci: Brachionus plicatilis, Nannochloropsis sp., salinitas, nitrogen, stres lingkungan

ORGANOGENESIS DAN PERKEMBANGAN AWAL IKAN Corydoras panda. Organogenesis and Development of Corydoras panda in Early Stage

TEKNIK PENDEDERAN BENIH IKAN KERAPU SUNU, Plectropomus

EVALUASI PEMIJAHAN DAN KUALITAS TELUR INDUK IKAN GOLDEN TREVALLY, Gnathanodon speciosus (Forsskall) HASIL BUDIDAYA (F1) DAN ASAL ALAM (F0)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2012 di Laboratorium

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PENDEDERAN BENIH IKAN KERAPU SUNU, Plectrpomus leopardus. Anak Agung Alit

VIABILITAS ROTIFER Brachionus rotundiformis STRAIN MERAS PADA SUHU DAN SALINITAS BERBEDA

Pengaruh Fluktuasi Suhu Air Terhadap Daya Tetas Telur dan Kelulushidupan Larva Gurami (Osphronemus goramy)

PENGARUH SALINITAS DAN NITROGEN TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN TOTAL Nannochloropsis sp. ABSTRAK

Ikan patin jambal (Pangasius djambal) Bagian 1: Induk kelas induk pokok (Parent stock)

PENGGUNAAN PENGKAYAAN PAKAN ALAMI DENGAN EKSTRAK TELUR CUMI-CUMI (Loligo sp) TERHADAP KUANTITAS DAN KUALITAS ROTIFER Brachionus plicatilis O.F.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelautan dan Perikanan Provinsi Gorontalo, yang melaksanakan tugas operasional

Transkripsi:

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 4, No. 2, Hlm. 217-228, Desember 2012 POLA PERTUMBUHAN LARVA IKAN KERAPU RAJA SUNU (Plectropoma laevis LACEPÈDE, 1801) DAN TINGKAT KONSUMSINYA TERHADAP ZOOPLANKTON ROTIFER (Brachionus rotundiformis) THE GROWTH PATTERN OF BLACKSADDLED CORALGROUPER LARVAE (Plectropoma laevis LACEPÈDE, 1801) AND THEIR CONSUMPTION RATE TO ZOOPLANKTON ROTIFER (Brachionus rotundiformis) Regina Melianawati, Ni Wayan Widya Astuti, dan Bejo Slamet Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut, BalitbangKP-KKP, Gondol Email: regina_melnawati@yahoo.com ABSTRACT Blacksaddled coralgrouper Plectropoma laevis has been started to conserve to prevent from over exploitation. The study purposes were to determine the growth pattern during larvae to juvenile stage of Blacksaddled coralgrouper and their consumption rate to zooplankton rotifers Brachionus rotundiformis. Domesticated broodstocks have been rearing in 100,000 l concrete tanks. The eggs from spawning broodstocks were hatched and the larvae have been kept to juvenile. Larvae rearing was done in 6,000 l concrete tanks. During the rearing period, larvae were fed with zooplankton rotifer, artemia and artificial food. Parameters measured were eggs and oil globule diameter, larval total length, length of larval dorsal fin and ventral fin, the number of zooplankton that consumed by larvae and water temperature. Microscopic method was used to measure the parameters. The result showed that eggs and oil globule diameter ranged in 800-850 µm and 168-200 µm, respectively. Total length of newly hatched larvae was 2.53±0.13 mm. The growth pattern of total length from larva to juvenile stage was exponential, while the growth pattern of dorsal fin and ventral fin length was linear. Larvae grew very fast after 35 days old. The pattern of larval consumption rate to zooplankton rotifers was linear. Time period from larvae to juvenile stage was 45-55 days on water temperature 27-29 o C. Keywords: growth, consumption rate, rotifers, larvae, Blacksaddled coralgrouper ABSTRAK Usaha budidaya ikan kerapu raja sunu Plectropoma laevis mulai dilakukan untuk melestarikan keberadaannya yang sudah mulai langka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pertumbuhan larva ikan kerapu raja sunu hingga menjadi benih serta tingkat konsumsinya terhadap zooplankton rotifer Brachionus rotundiformis. Induk didomestikasi pada tangki beton bervolume 100.000 l. Telur hasil pemijahan induk ditetaskan menjadi larva dan selanjutnya larva dipelihara hingga menjadi benih. Pemeliharaan larva dilakukan pada bak beton bervolume 6.000 l. Selama pemeliharaan, larva diberi pakan berupa B. rotundiformis, Artemia dan pakan buatan. Parameter yang diamati meliputi diameter telur dan butir minyaknya, panjang total larva, panjang duri sirip punggung dan duri sirip perut larva serta jumlah zooplankton yang dikonsumsi larva dan suhu air media. Pengukuran setiap parameter tersebut dilakukan secara mikroskopis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa telur ikan kerapu raja sunu yang digunakan dalam penelitian ini berdiameter 800-850 µm, sedangkan diameter butir minyaknya 168-200 µm. Larva yang baru menetas berukuran panjang total 2,53±0,13 mm. Pola pertumbuhan panjang total larva hingga menjadi benih adalah eksponensial, sedangkan pola pertumbuhan duri sirip punggung dan duri sirip perutnya adalah linear. Larva mengalami pertumbuhan yang sangat cepat setelah berumur 35 hari. Tingkat konsumsi larva terhadap zooplankton rotifer juga menunjukkan pola linear. Pertumbuhan larva hingga menjadi benih berlangsung selama 45-55 hari pada suhu air 27-29 o C. Kata kunci: pertumbuhan, tingkat konsumsi, rotifer, larva, kerapu raja sunu Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia dan Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, FPIK-IPB 217

Pertumbuhan Larva Ikan Kerapu Raja Sunu (Plectropoma laevis I. PENDAHULUAN Ikan kerapu raja sunu (Plectropoma laevis Lacepède, 1801) merupakan jenis ikan laut bernilai ekonomis penting karena merupakan komoditas ekspor yang bernilai tinggi. Namun demikian, populasi ikan ini di alam sudah semakin langka (Anonim, 2012). Oleh karenanya kegiatan pembenihan terhadap ikan kerapu raja sunu ini merupakan langkah yang strategis dalam upaya pemenuhan kebutuhan pasar dan diversifikasi usaha budidaya ikan kerapu secara umum. Pembenihan tersebut telah diawali dengan kegiatan penelitian yang dilakukan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut (BBPPBL) sejak tahun 2010 yang lalu (Syafputri, 2012). Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa induk kerapu raja sunu yang telah didomestikasi dalam bak pemeliharaan di BBPPBL memiliki laju pertumbuhan harian sebesar 0,61% (Slamet dan Suwirya, 2010). Disamping itu diketahui pula bahwa ukuran minimal kedewasaan bagi induk betina dicapai pada ukuran panjang total 56,7 cm atau pada berat tubuh 2.350 gram dan bagi induk jantan pada 76 cm atau 6.500 gram (Slamet et al., 2010a). Pemijahan induk terjadi sepanjang tahun, namun puncaknya pada bulan Mei-Agustus (Slamet dan Suwirya, 2010). Dalam sebulan, pemijahan dapat terjadi sebanyak 4-9 kali, dengan total jumlah telur yang dihasilkan berkisar 50.000 hingga 5.500.000 butir/waktu pemijahan/bulan (Slamet et al., 2010b). Keberhasilan pemijahan induk akan diikuti pula dengan pemeliharaan larva hingga menjadi benih. Stadia larva merupakan bagian yang penting karena merupakan penentu keberhasilan dalam suatu kegiatan pembenihan. Pada stadia ini larva akan mengalami pergantian sumber pakan, yaitu dari pakan endogen ke pakan eksogen. Pakan endogen merupakan pakan yang berasal dari tubuh larva itu sendiri dan dibawa sejak larva masih dalam bentuk embrio dalam telur hingga menetas. Pakan tersebut berupa kuning telur dan butir minyak. Sebaliknya, pakan eksogen merupakan pakan yang berasal dari luar tubuh larva. Pakan eksogen awal umumnya adalah pakan alami yang merupakan zooplankton. Jenis zooplankton yang umum digunakan sebagai pakan awal dalam pembenihan ikan kerapu secara umum adalah rotifer Brahcionus rotundiformis, karena memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi, mudah dikembangbiakkan, gerakannya relatif lambat sehingga mudah dikonsumsi oleh larva, mudah dicerna dan berukuran relatif kecil (Lubzens et al., 1989; Okauchi et al., 1990; Tamaru et al., 1991). Ukuran rotifer pada bagian loricanya berkisar 100-200 µm (Tridjoko et al., 1999). Kesesuaian jenis, ukuran dan ketersediaan pakan eksogen dengan morfologis larva sangat menentukan tingkat konsumsi pakan eksogen tersebut oleh larva. Keberhasilan larva mengkonsumsi pakan eksogen pada awal pemangsaannya akan sangat mendukung keberhasilan hidupnya dalam waktu selanjutnya. Kegagalan dan keterlambatan larva untuk memulai aktivitas makan dan rendahnya tingkat konsumsi larva terhadap pakannya dapat menyebabkan tingkat mortalitas yang tinggi. Sebaliknya, keberhasilan larva dalam hal tersebut akan berdampak positif terhadap pertumbuhannya. Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan ukuran, baik panjang maupun berat, yang dicapai dalam suatu periode waktu tertentu dihubungkan dengan ukuran pada awal periode waktu tersebut (Effendie, 1997). Pertumbuhan hanya akan terjadi apabila larva mengkonsumsi pakan yang diberikan kepadanya. Pertumbuhan larva dapat 218 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt42

Melianawati et al. dilihat dari panjang totalnya. Disamping itu, sebagai larva dari famili Serranidae, ikan kerapu raja sunu memiliki ciri yang spesifik yaitu adanya duri sirip punggung dan perut yang nampak tumbuh memanjang dan kemudian akan memendek (Fukuhara dan Fushimi, 1988). Oleh karenanya ukuran duri sirip tersebut juga dapat dijadikan indikator pertumbuhan bagi larva ikan kerapu raja sunu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pertumbuhan ikan kerapu raja sunu pada stadia larva hingga benih serta tingkat konsumsi larva tersebut terhadap zooplankton rotifer sebagai pakannya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar kajian biologis dalam menerapkan pola pemeliharaan dan pemberian pakan yang efektif dan efisien dalam pemeliharaan larva ikan kerapu raja sunu. II. METODE PENELITIAN 2.1. Telur Telur yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari hasil pemijahan induk kerapu raja sunu dari alam yang sudah terdomestikasi dan dipelihara secara terkontrol dalam bak pemeliharaan di BBPPBL. Telur terkumpul dalam bak penampungan telur (egg collector). Selanjutnya telur dipindahkan ke dalam bak inkubator telur yang terbuat dari bahan fiberglass bervolume 200 liter. Di dalam inkubator tersebut, telur diseleksi antara yang fertil dan yang infertil. Hanya telur fertil yang selanjutnya digunakan untuk penelitian dan akan ditetaskan menjadi larva. 2.2. Larva Larva kerapu raja sunu dipelihara di dalam ruang hatchery semi outdoor, menggunakan dua buah bak beton berbentuk persegi panjang yang masingmasing berkapasitas 6.000 L. Disebut hatchery semi outdoor karena ruang tersebut merupakan sebuah bangunan permanent yang dikelilingi dengan terpal berwarna coklat sebagai bagian dinding pada sisi-sisinya. Hatchery tersebut mendapatkan pencahayaan secara alami karena sebagian atapnya terdiri dari fiberglass transparan sehingga memungkinkan sinar matahari untuk masuk kedalamnya. Untuk mereduksi dan menyamaratakan intensitas sinar matahari pada setiap bagian dalam ruangan hatchery tersebut, maka digunakan terpal plastik yang dibentangkan sekitar 3 meter di atas bak pemeliharaan larva. Pada setiap bak pemeliharaan dilengkapi dengan sistem aerasi sebagai sumber pasok oksigen terlarut bagi larva. Dalam satu bak pemeliharaan terdapat sembilan hingga sepuluh titik aerasi. Kecepatan aerasi diatur sesuai dengan perkembangan biologis larva. Pada awal pemeliharaan, aerasi diatur dengan kecepatan rendah sampai sedang. Penambahan oksigen murni dapat dilakukan untuk menjaga kesinambungan pasok oksigen selama pemeliharaan larva berlangsung (Astuti et al., 2011). Pada hari pemeliharaan kedua, kedalam media pemeliharaan larva ditambahkan fitoplankton jenis Nannochloropsis ocullata. Selanjutnya pada hari kedua sore diberikan pula zooplankton rotifer Brachionus rotundiformis sebagai pakan awal bagi larva. Disamping rotifer, diberikan pula artemia dan rebon pada saat larva telah berumur lebih dari duapuluh hari. Pakan buatan komersial berupa mikro pellet juga diberikan bagi larva dengan jumlah dan ukuran partikel pakan yang disesuaikan dengan pertumbuhan larva itu sendiri. Pemberian pakan buatan dapat mulai dilakukan pada larva umur 8 hari, mengacu pada pemeliharaan larva kerapu sunu (Melianawati et al., 2011). Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 4, No. 2, Desember 2012 219

Pertumbuhan Larva Ikan Kerapu Raja Sunu (Plectropoma laevis 2.3. Rancangan Penelitian Penelitian dilaksanakan di BBPPBL Bali. Penelitian dilaksanakan dengan melakukan pengamatan secara berkesinambungan terhadap perkembangan yang terjadi secara alami pada larva selama periode waktu tertentu. Pemeliharaan dilakukan hingga larva mengalami metamorfosis menjadi benih. 2.4. Parameter Pengamatan Parameter yang diamati selama penelitian ini meliputi ukuran diameter telur dan butir minyak, ukuran panjang total dan panjang duri sirip larva serta jumlah zooplankton rotifer yang dikonsumsi larva. Untuk mengetahui jumlah zooplankton yang dikonsumsi larva maka dilakukan pembedahan pada saluran pencernaan larva. Suhu air dalam media pemeliharaan larva juga diukur karena suhu merupakan parameter yang berpengaruh bagi kehidupan larva. Pengukuran diameter dan butir minyak dilakukan pada 50 butir sampel telur yang diambil secara acak dari populasi telur yang digunakan. Sedangkan pengukuran larva dan penghitungan jumlah zooplankton dalam pencernaan larva dilakukan pada sepuluh ekor larva yang diambil secara acak dari populasi larva pada setiap waktu pengambilan sampel. Pengambilan sampel larva dilakukan secara periodik, yaitu pada larva umur 1, 3, 5, 8, 10, 13, 16, 20, 25, 30, 35, 40 dan 45 hari. Waktu pengambilan sampel tersebut didasarkan pada waktu terjadinya perubahan morfologis selama periode larva hingga benih. Sampel larva yang diambil, ditempatkan pada single concave object glass, kemudian dilakukan pengukuran panjang total larva dan duri siripnya apabila sudah tumbuh, setelah itu baru dilakukan pembedahan pada saluran pencernaannya untuk dihitung jumlah zooplankton rotifer yang terdapat di dalamnya. Pengamatan parameter ini dilakukan di Laboratorium biologi BBPPBL. Pengukuran sampel telur dan larva dilakukan dengan mikroskop stereoskopis Olympus yang dilengkapi dengan micrometer, sedangkan penghitungan jumlah zooplankton dalam pencernaan larva dilakukan dengan mikroskop binokuler. Hasil pengukuran selanjutnya disajikan dalam bentuk gambar dan data dianalisis secara kualitatif. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa telur kerapu raja sunu yang digunakan dalam penelitian ini berdiameter 800-850 µm, namun hampir sebagian besar berdiameter 833 µm (Gambar 1). Ukuran diameter telur ini hampir sama dengan diameter telur kerapu bebek Cromileptes altivelis dan telur kerapu sunu Plectropomus leopardus yang masing-masing berdiameter 800-900 µm (Sugama et al., 2001) dan 700-900 µm (Melianawati et al., 2012a). Ukuran diameter telur merupakan hal yang penting dalam kegiatan budidaya karena terdapat korelasi antara ukuran telur dengan volume pakan endogen, panjang dan berat tubuh larva serta kelangsungan hidupnya (Gisbert et al., 2000). Telur kerapu raja sunu memiliki satu buah butir minyak. Ukuran diameter butir minyak tersebut 168-200 µm (Gambar 2). Ukuran diameter ini lebih relatif lebih besar bila dibandingkan diameter butir minyak telur kerapu sunu yang rata-rata berkisar 179-180 µm (Melianawati et al., 2012a), namun relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan pada telur kerapu bebek dari induk turunan kedua yang rata-rata berkisar 180-230 µm (Melianawati et al., 2012b). Butir minyak merupakan salah satu pakan endogen yang dimikili oleh larva pada saat menetas. Hasil 220 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt42

Diameter telur (µm) Melianawati et al. pengamatan terhadap penyerapan butir minyak pada larva ikan kakap merah Lutjanus sebae (Imanto dan Melianawati, 2003) dan larva ikan napoleon Cheilinus undulatus (Imanto et al., 2003) menunjukkan bahwa butir minyak tersebut tidak terkait langsung dengan pertumbuhan larva tetapi lebih banyak digunakan untuk aktivitas pergerakan larva. Dalam hal ini, ukuran butir minyak yang lebih besar diduga akan berpengaruh positif bagi larva terutama pada masa peralihan sumber pakan dari pakan endogen ke pakan eksogen. Dengan memiliki butir minyak yang lebih besar maka larva memiliki sumber energi yang lebih banyak sehingga memungkinkan larva memiliki kemampuan jelajah yang lebih luas dalam mencari pakan eksogennya. Keberhasilan larva dalam mengkonsumsi pakan eksogen di awal aktivitas makannya akan berpengaruh terhadap kelangsungan hidupnya. Larva kerapu raja sunu yang baru menetas berukuran panjang total 2,53±0,13 mm (Gambar 3). Bila dibandingkan dengan panjang total larva kerapu jenis lain, ukuran larva kerapu raja sunu ini tergolong besar karena larva kerapu bebek yang baru menetas panjang totalnya1,74 mm (Tridjoko et al., 1996), larva kerapu batik, Epinephelus microdon 1,52±0,15 mm (Slamet dan Tridjoko, 1997), larva kerapu macan, E. fuscogutattus 1,34±0,053 mm (Kohno et al., 1990) dan pada larva kerapu sunu 1,58 ± 0,04 mm (Melianawati et al., 2012a). Ukuran larva kerapu raja sunu tersebut hampir sama dengan panjang total larva kakap merah Lutjanus sebae yang berkisar 2,44-2,64 mm (Melianawati dan Aryati, 2012) dan lebih besar dibandingkan larva kakap merah L.argentimaculatus yang berukuran 2,17 mm (Imanto et al., 2001a). Dari Gambar 3 terlihat pula bahwa larva mengalami pertumbuhan panjang total mulai dari umur 1 hingga 45 hari. Pertumbuhan yang terjadi ini mengindikasikan bahwa larva dapat mengkonsumsi jenis pakan eksogen yang diberikannya. 860 850 840 830 820 810 800 790 Sampel telur Gambar 1. Diameter telur kerapu raja sunu yang digunakan dalam penelitian ini (n=50). Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 4, No. 2, Desember 2012 221

Panjang Total Larva (mm) Diameter butir minyak telur (µm) Pertumbuhan Larva Ikan Kerapu Raja Sunu (Plectropoma laevis 210 200 190 180 170 160 Sampel telur Gambar 2. Diameter butir minyak pada telur kerapu raja sunu yang digunakan dalam penelitian ini (n=50). 16 14 12 10 8 6 4 2 0 Panjang total larva Expon. (Panjang total larva) y = 1.9382e 0.1442x R² = 0.9813 1 3 5 8 10 13 16 20 25 30 35 40 45 Umur Larva (hari) Gambar 3. Panjang total larva kerapu raja sunu. Pola pertumbuhan panjang total larva kerapu raja sunu mulai umur 1 hingga 45 hari adalah eksponensial. Dari Gambar 3 tersebut terlihat bahwa larva mengalami pertumbuhan panjang total yang cukup pesat setelah berumur 35 hari. Ukuran panjang total larva yang berumur 35 hari adalah 8,83±1,16 mm, sedangkan yang berumur 45 hari adalah 14,67±0,27 mm. Pertumbuhan yang pesat ini terkait dengan terjadinya proses metamorfosis, yang semula masih dalam bentuk larva kemudian menjadi bentuk benih atau ikan muda. Benih yang baru terbentuk berukuran jauh lebih besar daripada larva. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya pertumbuhan yang pesat tersebut. Pola pertumbuhan panjang total yang bersifat eksponensial ini juga terjadi pada larva kerapu sunu (Melianawati et al., 2012a) 222 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt42

Panjang Duri Sirip Punggung Larva (mm) Melianawati et al. dan larva kerapu bebek (Melianawati et al., 2012b). Seperti halnya pada jenis kerapu lain, larva kerapu raja sunu juga memiliki duri sirip pada punggung dan perutnya. Kedua duri sirip tersebut mulai tumbuh pada larva umur 5 hari (Gambar 4 dan Gambar 5). Hal ini sama dengan duri sirip pada larva kerapu sunu yang juga mulai tumbuh pada larva umur 5-6 hari (Melianawati dan Suwirya, 2010; Suwirya dan Giri, 2010). Duri sirip tersebut akan tumbuh memanjang. Pada larva kerapu raja sunu umur 45 hari, panjang duri sirip punggung dan perutnya, masing-masing adalah 6,27±0,13 mm dan 6,00±0,27 mm. Dalam penelitian ini tidak diketahui secara pasti waktu mereduksinya duri sirip tersebut. Namun apabila larva telah mengalami metamorfosis secara sempurna menjadi bentuk benih, maka duri sirip tersebut sudah tidak dijumpai lagi. Pola pertumbuhan panjang duri sirip tersebut adalah linear hingga larva berumur 45 hari, yang berarti bahwa ukuran panjang duri sirip semakin bertambah dengan semakin bertambahnya umur larva. Panjang duri sirip punggung dan duri sirip perut relatif hampir sama. Pola pertumbuhan duri sirip pada larva kerapu raja sunu ini berbeda dengan pada larva kerapu sunu yang polanya logaritmik (Melianawati et al., 2012a). Larva kerapu raja sunu mulai mengkonsumsi pakan eksogen yang diberikan, yaitu zooplankton rotifer B. rotundiformis, mulai umur 3 hari (Gambar 6). Jumlah rotifer yang dikonsumsinya pada umur tersebut belum banyak. Hal ini dapat disebabkan karena ukuran larva yang masih kecil sehingga belum banyak memerlukan pakan atau dapat juga disebabkan karena larva masih dalam masa adaptasi dalam proses peralihan sumber pakan, dari pakan endogen ke pakan eksogen. 7 6 5 4 3 2 1 0-1 -2 Panjang duri sirip punggung larva Linear (Panjang duri sirip punggung larva) y = 0.6721x - 2.2355 R² = 0.98 1 3 5 8 10 13 16 20 25 30 35 40 45 Umur Larva (hari) Gambar 4. Panjang duri sirip punggung larva kerapu raja sunu. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 4, No. 2, Desember 2012 223

Jumlah zooplankton rotifer dalam Pencernaan Larva (individu) Panjang Duri Sirip Perut Larva (mm) Pertumbuhan Larva Ikan Kerapu Raja Sunu (Plectropoma laevis 7 6 5 4 3 2 1 0-1 -2 Panjang duri sirip perut larva Linear (Panjang duri sirip perut larva) y = 0.5846x - 1.835 R² = 0.9688 1 3 5 8 10 13 16 20 25 30 35 40 45 Umur Larva (hari) Gambar 5. Panjang duri sirip perut larva kerapu raja sunu. 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0-10 -20 Rotifer Telur rotifer Linear (Rotifer) Linear (Telur rotifer) y = 1.8393x - 7.0243 R² = 0.82 y = 8.7357x - 14.683 R² = 0.954 1 3 5 8 10 13 16 20 Umur Larva (hari) Gambar 6. Jumlah zooplankton rotifer dalam pencernaan larva kerapu raja sunu. Namun demikian, jumlah rotifer yang dikonsumsi oleh larva menunjukkan peningkatan dengan semakin meningkatnya umur larva. Larva umur 5, 10 dan 20 hari, masing-masing mengkonsumsi rotifer sebanyak 10,80±5,12; 28,70±12,54 dan 57,40±29,00 ind./larva. Jumlah tersebut hampir sama dengan jumlah yang dikonsumsi oleh larva kerapu macan yang mengkonsumsi rotifer sebanyak 12,3; 26,6 dan 48,0 ind./larva, masing-masing pada larva umur 5, 10 dan 15 hari (Melianawati et al., 2010). Pada larva kerapu lumpur E. coioides dan larva kerapu sunu, umur 4 dan 10 hari, jumlah rotifer terbanyak yang terdapat dalam pencernaan larva, masingmasing adalah 9,5 dan 50,7 ind./larva (Imanto et al., 2001b) serta 8,20±4,02 dan 31,89±10,06 ind./larva (Melianawati et al., 2006). Hal ini menunjukkan bahwa jumlah rotifer yang dikonsumsi oleh larva kerapu raja sunu hampir sama dengan jumlah yang dikonsumsi oleh larva kerapu jenis lain. Dengan demikian nampak bahwa zooplankton rotifer merupakan 224 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt42

Melianawati et al. pakan eksogen awal yang tepat bagi larva kerapu raja sunu. Hasil penghitungan jumlah rotifer yang dikonsumsi oleh larva tersebut, dapat pula mengindikasikan jumlah rotifer yang harus diberikan bagi larva, sesuai dengan tingkatan umur larva. Pemberian pakan dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan larva merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan budidaya karena larva tidak dapat memperoleh sumber pakan lain selain dari yang diberikan ke dalam media pemeliharaannya. Pemberian pakan dengan jumlah yang tidak sesuai dengan kebutuhan larva akan berdampak terhadap terjadinya mortalitas. Pola konsumsi larva kerapu raja sunu terhadap rotifer adalah linear. Disamping mengkonsumsi rotifer, di dalam pencernaan larva terdapat pula telur rotifer. Telur rotifer tersebut mungkin dikonsumsi bersamaan dengan rotifernya karena telur tersebut umumnya melekat atau dibawa oleh rotifer betina. Tingkat konsumsi larva terhadap rotifer yang semakin meningkat ini mengindikasikan pula bahwa larva dapat memanfaatkan rotifer sebagai pakannya. Dengan metode pemeliharaan seperti yang dilakukan dalam penelitian ini, larva kerapu raja sunu dapat mencapai stadia benih. Pertumbuhan larva hingga menjadi benih berlangsung selama 45-55 hari pada suhu air 27-29 o C. Hasil ini menunjukkan bahwa budidaya kerapu raja sunu dapat dilakukan dengan menggunakan telur yang berdiameter 800-850 µm dan zooplankton rotifer sebagai pakan eksogen awalnya. Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar kajian biologis dalam budidaya kerapu raja sunu. Pola pertumbuhan larva dan pola tingkat konsumsi larva merupakan indikator biologis yang mengindikasikan peningkatan kebutuhan larva terhadap zooplankton rotifer. Oleh karenanya, penyediaan zooplankton rotifer dalam jumlah seperti yang dibutuhkan oleh larva merupakan suatu hal yang harus dapat dipenuhi untuk menunjang keberhasilan budidayanya. IV. KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa telur ikan kerapu raja sunu yang digunakan dalam penelitian ini berdiameter 800-850 µm, sedangkan diameter butir minyaknya 168-200 µm. Larva yang baru menetas berukuran panjang total 2,53±0,13 mm. Pola pertumbuhan panjang total larva kerapu raja sunu hingga menjadi benih adalah eksponensial, sedangkan pola pertumbuhan duri sirip punggung dan duri sirip perutnya adalah linear. Larva mengalami pertumbuhan yang sangat cepat setelah berumur 35 hari karena sudah mengalami metamorfosis dari larva menjadi benih atau ikan muda. Tingkat konsumsi larva kerapu raja sunu terhadap zooplankton rotifer menunjukkan pola linear. Pertumbuhan larva hingga menjadi benih berlangsung selama 45-55 hari pada suhu air 27-29 o C. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2012. Kerapu raja sunu sudah langka. www.sainsindonesia.co.id. Diakses tanggal 12 September 2012. Astuti, N.W.W., R. Melianawati, R. Andamari. 2011. Pengamatan oksigen terlarut pada media pemeliharaan larva kerapu sunu Plectropomus leopardus. Makalah dipresentasikan dalam Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. Denpasar, Juli 2011. 9hlm. Effendie, M.I. 1997. Biologi perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta. 163hlm. Fukuhara, O., and T. Fushimi. 1988. Fin differentiation and squamation of artificial reared grouper Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 4, No. 2, Desember 2012 225

Pertumbuhan Larva Ikan Kerapu Raja Sunu (Plectropoma laevis Epinephelus akaara. Aquaculture, 69:379-386. Gisbert, E., P. Williot, F. Castello -Orvay. 2000. Influence of egg size on growth and survival of early stages of Siberian sturgeon (Acipenser baeri) under small scale hatchery conditions. Aquaculture, 183:83-94. Imanto, P.T., R. Melianawati, M. Suastika, dan J.H. Hutapea. 2001a. Pola pemangsaan larva ikan kakap merah (Lutjanus sp.) menunjang managemen pemeliharaan larva. Laporan teknis proyek inventarisasi dan evaluasi potensi sumberdaya kelautan. Gondol- Bali. Tahun Anggaran 2001. Hlm.:9-26. Tidak dipublikasi. Imanto, P.T., R. Melianawati, dan T. Setiadharma. 2001b. Pola pemangsaan larva kerapu lumpur (Epinephelus coioides). Dalam: Sudradjat et al. (eds.). Buku "teknologi budidaya laut dan pengembangan sea farming di Indonesia" Pusat Penelitian dan Pengembangan Eksplorasi Laut dan Perikanan-Japan International Cooperation Agency. Jakarta. Hlm.:175-182. Imanto, P.T. dan R. Melianawati. 2003. Perkembangan awal larva kakap merah Lutjanus sebae. J. Penelitian Perikanan Indonesia, 9(1):11-19. Imanto, P.T., R. Melianawati, dan B. Slamet. 2003. Pola penyerapan nutrisi endogen dan perkembangan morfologis pada stadia awal larva ikan napoleon (Cheilinus undulatus). J. Penelitian Perikanan Indonesia: 9(2):9-14. Kohno, H., S. Diani, P. Sunyoto, B. Slamet, and P.T. Imanto. 1990. Early development events associated with changeover of nutrient sources in the grouper, Epinephelus fuscoguttatus, larvae. Bull. Pen. Perikanan, 1(spesial edition):51-64. Lubzen, E., A. Tandler, and G. Minkoff. 1989. Rotifer as food in aquaculture. Hydrobiologia, 186(187): 399-400. Melianawati, R., R. Andamari, dan P.T. Imanto. 2006. Aktivitas makan harian larva ikan kerapu sunu (Plectropomus leopardus). Prosiding Seminar Nasional Tahunan III Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, Universitas Gadjah Mada. Hlm.:266-274. Melianawati, R. dan K. Suwirya. 2010. Pembenihan ikan kerapu sunu Plectropomus leopardus sebagai upaya mendukung kelestarian sumberdaya hayati laut. Makalah dipresentasikan dalam Konferensi Nasional VII Pengelolaan Sumberdaya Pesisir, Laut dan Pulau-Pulau Kecil. Ambon, 4-6 Agustus 2010. Melianawati, R., A. Priyono, dan P.T. Imanto. 2010. Aktivitas pemangsaan harian larva ikan kerapu Macan Epinephelus fuscogutattus Forskall 1775 terhadap zooplankton rotifer Brachionus rotundiformis. Prosiding Seminar Nasional Basic Science VII Volume I. Universitas Brawijaya, Malang. Hlm.:511-515. Melianawati, R., B. Slamet, K. Suwirya, R. Andamari, N.W.W. Astuti. 2011. Perbaikan teknik pemeliharaan larva ikan kerapu Sunu (Plectropomus leopardus) melalui pengelolaan pakan. Laporan Tahunan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut, Gondol, Tahun 2011. Hlm.:207-222. 226 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt42

Melianawati et al. Melianawati, R., N.W.W. Astuti, dan K. Suwirya. 2012a. Produksi benih kerapu sunu Plectropomus leopardus di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut. Makalah dipresentasikan dalam Forum Inovasi Teknologi Akuakultur, Makassar, 8-11 Juni 2012. 11hlm. Melianawati, R., N.W.W. Astuti, dan Tridjoko. 2012b (in press). Produksi juvenil dan pertumbuhan kerapu bebek (Cromileptes altivelis Valenciennes, 1828) hasil budidaya turunan ke 3. J. Riset Akuakultur. Melianawati, R. dan R.W. Aryati. 2012. Budidaya ikan kakap merah Lutjanus sebae. J. Ilmu dan Tekmologi Kelautan Tropis, 4(1):80-88. Okauchi, M., W. Zhou, and W. Zou. 1990. Difference in nutitive value of a microalga Nannochloropsis ocullata at various growth phases. Nippon Suisan Gakkaishi, 56:1293-1298. Slamet, B. dan Tridjoko. 1997. Pengamatan pemijahan alami, perkembangan embrio dan larva ikan kerapu batik, Epinephelus microdon dalam bak terkontrol. J. Penelitian Perikanan Indonesia, 3(4):40-50. Slamet, B., dan K. Suwirya. 2010. Pemeliharaan serta pengamatan pertumbuhan dan kematangan gonad ikan kerapu raja sunu (Plectropoma laevis) di bak pemeliharaan. Dalam: Lelana et al. (eds.). Prosiding Seminar Nasional Tahunan VII Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan Jilid I. GN-08. Hlm.:1-7. Slamet, B., K. Suwirya, A.L. Supii, and I. Setiadi. 2010a. Beberapa aspek biologi reproduksi ikan kerapu raja sunu (Plectropoma laevis). Dalam: Sudradjat et al. (eds.). Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur, Buku I. Hlm.:351-357. Slamet, B., K. Suwirya, I. Setiadi, R. Melianawati, and R. Andamari. 2010b. Observation on natural spawning of Black saddled coral grouper (Plectropoma leavis) in captivity. In: Sudaryono et al. (eds.). Proceeding International Conference of Aquaculture Indonesia 2010 and International Conference on Shrimp Aquaculture 2010. 1116-1120pp. Sugama, K., Tridjoko, B. Slamet, S. Ismi, E. Setiadi, dan S. Kawahara. 2001. Petunjuk teknis produksi benih ikan kerapu bebek, Cromileptes altivelis. Balai Riset Perikanan Laut Gondol. Hlm.:14-16. Suwirya, K., dan N.A. Giri. 2010. Usaha pengembangan budidaya ikan kerapu sunu, Plectropomus leopardus di Indonesia. Dalam: Sudradjat et al. (eds.). Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur, Buku I. Hlm.:307-314. Syafputri, E. 2012. Indonesia kembangkan benih kerapu rajasunu. www.antaranews.com. Diakses tanggal 28 Juli 2012. Tamaru, C.S., C.S. Lee, and H. Ako. 1991. Improving the larval rearing of striped mullet (Mugil cephalus) by manipulating quantity and quality of the rotifer, Brachionus plicatilis. In: W. Fulks and K.L. Main (eds.). Rotifers and microalgae culture systems. Proceedings of a U.S.-Asia Workshop. Hawaii. 89-103pp. Tridjoko, B. Slamet, D. Makatutu, dan K. Sugama. 1996. Pengamatan pemijahan dan perkembangan telur ikan kerapu bebek Cromileptes altivelis pada bak secara terkontrol. J. Penelitian Perikanan Indonesia, 2(2):55-62. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 4, No. 2, Desember 2012 227

Pertumbuhan Larva Ikan Kerapu Raja Sunu (Plectropoma laevis Tridjoko, B. Slamet, T. Aslianti, Wardoyo, S. Ismi, J.H. Hutapea, K.M. Setiawati, I. Rusdi, D. Makatutu, A. Prijono, T. Setiadharma, M. Hirokazu, and K. Shigeru. 1999. Research and development: the seed production technique of humpback grouper, Cromileptes altivelis. JICA and Gondol research station for coastal fisheries. 55p. 228 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt42