Gambar 7. Tabel 1. Sub bagian di dalam FC

dokumen-dokumen yang mirip
Wireless LAN Arsitektur Basic Service Set Extended Service Set Tipe-tipe station Sublapisan MAC...

IEEE b 1.1 INTRODUCTION

INTERFERENSI BLUETOOTH TERHADAP THROUGHPUT WLAN IEEE B

BAB II LANDASAN TEORI

TEKNOLOGI JARINGAN TANPA KABEL (WIRELESS)

Terdapat 2 macam link : link fisik dan link logik (contoh: virtual path yang terdiri atas virtual channel)

BAB II WIRELESS LAN (IEEE ) Inovasi di dalam teknologi telekomunikasi berkembang dengan cepat dan

TK34304 KOMUNIKASI DATA

Jakson Petrus M.B., S.Kom

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007

BAB II DASAR TEORI. Bab ini menjelaskan sekilas mengenai IEEE secara umum, standar

IEEE g Sarah Setya Andini, TE Teguh Budi Rahardjo TE Eko Nugraha TE Jurusan Teknik Elektro FT UGM, Yogyakarta

KONSEP CELLULAR DENNY CHARTER, ST. Websites :

PERSYARATAN TEKNIS ALAT DAN PERANGKAT TELEKOMUNIKASI WIRELESS LOCAL AREA NETWORK

Standar NYOMAN SURYADIPTA, ST, CCNP NYOMAN SURYADIPTA.ST.CCNP COMPUTER SCIENCE FACULTY - NAROTAMA UNIVERSITY

Protokol pada Wireshark

Chapter 4 WLAN Access. Rendra Tjipta Towidjojo.

Dukungan yang diberikan

WIRELESS LAN. Mata kuliah Jaringan Komputer Iskandar Ikbal, S.T., M.Kom

Kuliah 5 Pemrosesan Sinyal Untuk Komunikasi Digital

Instalasi dan Troubleshooting Jaringan Wireless

Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS)

BAB II DASAR TEORI. Pada bab ini dijelaskan mengenai buffering, teknologi IEEE , standar

BAB II WIRELESS PERSONAL AREA NETWORK (WPAN)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. WLAN dengan teknologi Infra red (IR) dan Hewlett-packard (HP) menguji WLAN

BAB II LANDASAN TEORI. objek yang terdeteksi. Pada mulanya radar digunakan sebagai salah satu alat

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG

JARINGAN KOMPUTER S1SI AMIKOM YOGYAKARTA

MODUL SISTEM JARINGAN KOMPUTER MODUL 3 MEDIA KOMUNIKASI

HASIL SIMULASI DAN ANALISIS

William Stallings Data and Computer Communications 7 th Edition. Chapter 17 Wireless LANs

ANALISIS PERBANDINGAN TEKNOLOGI SPREAD SPECTRUM FHSS DAN DSSS PADA SISTEM CDMA

ABSTRAK. Laporan Tugas Akhir. Universitas Kristen Maranatha

TUGAS AKHIR. ANALISIS PACKET DELAY VoIP (Voice over Internet Protocol ) PADA JARINGAN AD-HOC WIRELESS LAN ( IEEE )

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Tabel PS/NS untuk Up dan Down Counter 3 bit. 23

BAB II DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori Teknologi Radio Over Fiber

Bluetooth. Pertemuan III

SEKILAS WIRELESS LAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. perang ataupun sebagai bagian dari sistem navigasi pada kapal [1].

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Komunikasi Data 2.2 Infrastruktur Jaringan Telekomunikasi

Modulasi Digital. Dr. Risanuri Hidayat

Wireless Network. Konsep Dasar Jaringan Nirkabel. Muhammad Riza Hilmi, ST.

Wireless Fundamentals

PERCOBAAN VI Komunikasi Data SISTEM KOMUNIKASI BLUETOOTH

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan kebutuhan manusia untuk dapat berkomunikasi di segala tempat,

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR : 09/DIRJEN/2004 T E N T A N G PERSYARATAN TEKNIS BLUETOOTH

Sistem Telekomunikasi

OFDM : Orthogonal Frequency Division Multiplexing

LAPORAN PRAKTIKUM IV Sistem Jaringan - 3 Wereless LAN (WLAN)

TEKNIK TRANSMISI SINYAL

Wireless Network. Konsep Dasar Jaringan Nirkabel. Muhammad Riza Hilmi, ST.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi dari penelitian ini diskemakan dalam bentuk flowchart seperti tampak

WIRELESS NETWORK. Pertemuan VI. Pengertian Wireless Network. Klasifikasi Wireless Network

BAB III INTERFERENSI RADIO FM DAN SISTEM INTERMEDIATE DATA RATE (IDR)

William Stallings Data and Computer Communications 7 th Edition. Bab 9 Spektrum Yang di/tersebar

Makalah Media Unguided Mata Kuliah Komunikasi Data

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Hasil Perhitungan Link Budget

BAB III PERANCANGAN SISTEM DAN SIMULASI

Faktor terpenting dalam jaringan komputer adalah transfer data antar dua komputer di tempat yang berbeda.

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA

Implementasi dan Evaluasi Kinerja Multi Input Single Output Orthogonal Frequency Division Multiplexing (MISO OFDM) Menggunakan WARP

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Proses Komunikasi. Sumber Transmitter Saluran Receiver

METODE AKSES. Pertemuan IV. 1. Ethernet CSMA/CD

SEJARAH WIFI ENI NURKAYATI. Abstrak. Pendahuluan.

PENGERTIAN JARINGAN ETHERNET Disusun Oleh : RENGGA INGRIDIANTO NIM I PUTU TIRTA TAMARA PUTRA NIM

TEKNIK PENGKODEAN SINYAL

Analisa Performansi WLAN Menggunakan Opnet

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan kebutuhan manusia untuk dapat berkomunikasi di segala tempat,

SISTEM KOMUNIKASI CDMA Rr. Rizka Kartika Dewanti, TE Tito Maulana, TE Ashif Aminulloh, TE Jurusan Teknik Elektro FT UGM, Yogyakarta

Pengertian Access Point Apa Fungsi Access Point?

JARINGAN KOMPUTER. Data Link Layer. Zaid Romegar Mair, S.T., M.Cs

Lapisan ini merupakan lapisan yang akan melakukan transmisi data antara perangkat-perangkat jaringan yang saling berdekatan di dalam sebuah wide area

Modulasi adalah proses modifikasi sinyal carrier terhadap sinyal input Sinyal informasi (suara, gambar, data), agar dapat dikirim ke tempat lain, siny

PERSYARATAN TEKNIS ALAT DAN PERANGKAT PERANGKAT

BAB II DASAR TEORI. Dasar teori yang mendukung untuk tugas akhir ini adalah teori tentang device atau

Jurnal JARTEL (ISSN (print): ISSN (online): ) Vol: 3, Nomor: 2, November 2016

I. PENDAHULUAN. kebutuhan informasi suara, data (multimedia), dan video. Pada layanan

Code Division multiple Access (CDMA)

2.2.1 ARSITEKTUR WIRELESS LAN INTERFERENSI JANGKAUAN DESAIN WIRELESS LAN KEAMANAN WIRELESS LAN...

PERBANDINGAN FHSS dan DSSS (Teknologi Spread Spectrum) Abas Ali Pangera STMIK AMIKOM Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bab II Landasan teori

ANALISIS PENERAPAN TEKNOLOGI PACKET HOP PADA SISTEM KOMUNIKASI DATA WIRELESS

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS INDONESIA

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... SURAT PERINTAH MAGANG... SURAT KETERANGAN SELESAI MAGANG... INTISARI... ABSTRACT...

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Tujuan

BAB II DASAR TEORI. menggunakan media gelombang mikro, serat optik, hingga ke model wireless.

Komunikasi dan Jaringan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

METODE PENGUJIAN ALAT DAN/ATAU PERANGKAT TELEKOMUNIKASI WIRELESS LOCAL AREA NETWORK

STUDI PERANCANGAN SISTEM RoF-OFDM POLARISASI TIDAK SEIMBANG MENGGUNAKAN MODULASI QPSK DAN QAM

LAMPIRAN PEDOMAN PENGGUNAAN ALAT

DIKTAT MATA KULIAH KOMUNIKASI DATA BAB V DETEKSI DAN KOREKSI KESALAHAN

BAB II CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (CDMA) CDMA merupakan singkatan dari Code Division Multiple Access yaitu teknik

BAB II TEORI PENUNJANG

JARINGAN KOMPUTER NIRKABEL AD HOC MODE WLAN

1.2 Tujuan Penelitian 1. Penelitian ini bertujuan untuk merancang bangun sirkit sebagai pembangkit gelombang sinus synthesizer berbasis mikrokontroler

PERBANDINGAN TEKNIK MODULASI DSSS DAN FHSS PADA SISTEM JARINGAN WIRELESS LAN

STUDI PROTOKOL NIRKABEL ZIGBEE IEEE

PENGARUH PERFORMANSI AKIBAT INTERFERENSI PADA SISTEM BLUETOOTH DAN WLAN B

Transkripsi:

Gambar 7. Bagian Tabel 1. Sub bagian di dalam FC Keterangan Versi Saat ini = 0 Type Type informasi: manajemen (00), control (01), data (10) Subtype Sub-subtipe dari masing-masing tipe (lihat Tabel 2) To DS Akan didefinisikan kemudian From DS Akan didefinisikan kemudian More Flag Jika di-set = 1, maksudnya masih ada fragmen lanjutan Retry Jika di-set =1, maksudnya frame ditransmisikan lagi Pwr mgt Jika di-set =1, maksudnya bahwa station dalam mode manajemen daya More data Jika di-set =1, maksudnya station akan mengirim data selanjutnya WEP Wired Equivalent Privacy (mengimplementasikan enkripsi) Rsvd Reserved D. Bagian ini secara umum (kecuali pada kontrol) mendefinisikan pemesanan durasi waktu yang dibutuhkan selama transmisi, yang akan berkaitan dengan setting nilai pada NAV. Pada frame kontrol, bagian ini menyatakan ID frame. Addresses. Ada empat alamat yang didefinisikan, masing-masing sepanjang empat byte. Maksud dari masing-masing alamat tersebut tergantung pada nilai To DS dan From DS. Sequence Control. Bagian mendefinisikan nomor urutan frame untuk digunakan di dalam pengiriman frame. Frame Body. Bagian ini, sepanjang antara 0 sampai dengan 2312 byte, kandungan informasinya bergantung pada tipe dan subtipe yang didefinisikan di bagian FC. FCS. Sepanjang 4 byte dan berisi deteksi error CRC-32. 2. 5. Tipe-tipe Frame. Pada IEEE 802.11 didefinisikan ada kategori frame: frame manajemen, frame kontrol, dan frame data. 9

Frame untuk manajemen. Digunakan untuk inisialisasi (awal-awal) komunikasi antara station dan akses point. Frame untuk kontrol. Digunakan untuk meminta akses kanal dan mengirim frame tanda terima (acknowledgement). Gambar 8 memperlihatkan formasi dari frame untuk kontrol ini. Gambar 8. Untuk frame-frame pengendalian dengan nilai 01, nilai-nilai subtype dan maksudnya dapat dilihat di tabel 2. Frame untuk data. Digunakan untuk membawa data dan informasi pada kontrol. Tabel 2 Nilai-nilai pada frame kontrol Subtipe Keterangan 1011 Permintaan untuk mengirim (Request To Send = RTS) 1100 Diijin mengirim (Clear To Send = CTS) 1101 Tanda Terima (Acknowledgement = ACK) 3. Mekanisme Pengalamatan Mekanisme pengalamatan 802.11 mendefinisikan 4 kasus yang dinyatakan pada nilai pada FC (lihat gambar 7, tabel 1), To DS dan from DS. Masing-masing kombinasi 0 dan 1 pada subbagian tersebut menyebabkan empat kombinasi keadaan. Keadaan ini memberi interpretasi yang berbeda pada ke empat alamat (address 1 sampai address 4, lih gambar 7) pada frame MAC, sebagaimana terlihat di tabel 3. Tabel 3. Alamat-alamat To DS From DS Alamat 1 Alamat 2 Alamat 3 Alamat 4 0 0 Tujuan Asal BSS ID N/A 0 1 Tujuan Kirim ke AP Asal N/A 1 0 Terima AP Asal Tujuan N/A 1 1 Terima AP Kirim ke AP Tujuan Asal Alamat 1 selalu alamat dari piranti selanjutnya. Alamat 2 selalu alamat piranti sebelumnya. Alamat 3 adalah alamat tujuan station akhir jika tidak didefinisikan oleh alamat 1. Alamat 4 adalah alamat station (asal) pertama jika nilainya tak sama dengan di alamat 2. 10

Kasus 1, ToDS FromDS = 00. Hal ini berarti bahwa frame tidak menuju ke jaringan distribusi (DS, distribution system = jaringan kabel) dan bukan pula berasal dari jaringan kabel. Frame ini berjalan dari satu station dalam satu BSS menuju ke station lain tanpa melalui jaringan kabel. ACK akan dikirim ke station asal. Pengalamatan seperti ini dijelaskan seperti terlihat pada gambar 9. Kasus 2, ToDS FromDS = 01. Frame berasal dari jaringan distribusi, yaitu berasal dari AP dan menuju ke sebuah station tujuan. ACK akan dikirim balik ke AP. Terlihat kasus ini seperti gambar 9b. Alamat 3 berisi alamat asal pertama (dari BSS yang berbeda). Kasus 3, ToDS FromDS = 10. Frame menuju jaringan distribusi, yaitu berasal dari sebuah station di dalam jaringan wireless menuju AP. ACK akan dikirim balik ke station asal. Terlihat seperti gambar 9c. Alamat 3 berisi alamat tujuan akhir (pada BSS yang berbeda). Kasus 4, ToDS FromDS = 11. Pada kasus ini jaringan distribusi adalah juga wireless. Frame berjalan dari satu AP ke AP yang lain di dalam jaringan distribusi yang wireless. Dalam hal jaringan distribusi adalah jaringan kabel, alamat tak perlu didefinisikan, karena format frame jaringan kabel telah mendefinisikannya (mis. Ethernet). Dalam hal jaringan distribusi adalah jaringan wireless juga, maka perlu 4 alamat untuk mendefinisikan pengirim asal, tujuan akhir, dan ke dua alamat AP dari masing-masing BSS. Gambar 9d menjelaskan keadaan ini. Gambar 9. 3. 1. Hidden Station Problem Gambar 10 memperlihatkan contoh mengenai permasalahan station tersembunyi (hidden station problem). Station B mempunyai jangkauan transmisi bulat telur di sebelah kiri, setiap station di dalam kawasan tersebut dapat mendengar sinyal yang dipancarkan oleh 11

station B. Station C mempunyai jangkauan transmisi bulat telur di sebelah kanan, sehingga station-station di kawasan itu dapat mendengar sinyal yang dipancarkan oleh C. Station C terletak di luar jangkauan B, demikian juga, station B terletak di luar jangkauan C. Station A, yang terletak di dalam jangkauan baik B dan C, dapat mendengar sinyalsinyal yang dipancarkan keduanya, B atau C. Gambar 10. Anggap bahwa B mengirim data ke A. Pada saat proses pengiriman masih berlangsung, C juga mengirim data ke A. Dalam hal ini C berada di luar jangkauan B dan kiriman data dari B tak akan menjangkau C. Dari sini C mengira medium bebas/sepi. Station C mengirim data ke A, menyebabkan tabrakan data di station A, karena menerima kiriman data dari dua pihak, B dan C. Dalam kasus ini, station B dan C tak saling melihat (tersembunyi) satu sama lain dengan keberadaan A. Station-station yang tersembunyi semacam ini dapat mengurangi kapasitas jaringan karena adanya kemungkinan tabrakan data seperti kasus di atas. Penyelesaian dari hidden station problem di atas adalah dengan penggunaan frame handshake (RTS dan CTS) seperti telah didiskusikan di depan. Gambar 11 menjelaskan bahwa pesan RTS dari B menuju A, bukan C. Oleh karena baik B dan C dapat dijangkau oleh A, pesan CTS dari A ke B yang berisi keterangan data dari B, diterima juga oleh C. Dari sini C tahu bahwa ada sebuah station yang tak dilihatnya sedang berkomunikasi dengan A. Maka C akan menunggu sampai durasi waktu yg disebut di CTS itu berlalu, untuk kemudian memulai berkomunikasi dengan A. Frame CTS pada handshake CSMA/CA dapat mencegah tabrakan data dari sebuah station tersembunyi (hidden station). Gambar 11. 12

3. 2. Exposed Station Problem. Terjadi ketika sebuah station tampak seolah-olah sedang berkomunikasi di sebuah area, padahal ia berkomunikasi kepada station yang berada di area yang lain. Pertimbangkan pada kondisi yang berlawanan dengan kondisi di atas. Ketika sebuah station tercegah untuk berkomunikasi walau kanal dalam kondisi kosong. Tampak seperti dalam gambar 12, station A mengirim data ke B. Pada saat yang sama station C mengirim data ke D tanpa saling berinterferensi dengan komunikasi antara A dan B. Tetapi C tercegah untuk berkomunikasi oleh A, yaitu C mendengar A mengirim data sehingga C tidak jadi mengirim data. Dengan kata lain, C sebenarnya menyia-nyiakan kanal yang sedang kosong ke D. Gambar 12. Area yang menyebabkan Exposed Station Problem Kasus seperti ini tak dapat diatasi dengan pesan RTS dan CTS. Ketika station C mendengar RTS dari A, tapi ia tak mendengar CTS dari B. Karena tak mendengar jawaban CTS dari B, C kemudian mengirim RTS ke D, yaitu bahwa C ingin mengirim data ke D. Station A dan D mendengar RTS dari A, tetapi A karena dalam kondisi/status mengirim data, maka A tak mengetahuinya. Station D merespons dengan CTS ke C. Ketika pada saat yang sama A sedang mengirim data (ke B), data itu terdengar juga oleh C. Terjadilah tabrakan data di C, sehingga C tak mendengar adanya CTS dari D. Dengan demikian C tak jadi mengirim data ke D. Kemacetan ini akan terus berlangsung sampai A berhenti mengirim data. Gambar 13 menerangkan hal ini. Inilah yang dinamakan dengan Exposed Station Problem. Gambar 13. Handshaking pada exposed station problem. 4. Lapisan Fisik Pada Wireless LAN Terangkum enam spesifikasi, sebagaimana terlihat di Tabel 4. 13

Tabel 4. Lapisan Fisik Pada Wireless LAN IEEE Teknologi Band Modulasi Mbps FHSS 2.4 GHz FSK 1 dan 2 802.11 DSSS 2.4 GHz PSK 1 dan 2 - Infra red PPM 1 dan 2 802.11a OFDM 5.725 GHz PSK/QAM 6 sd 54 802.11b DSSS 2.4 GHz PSK 5.5 dan 11 802.11g OFDM 2.4 GHz Different 22 dan 54 Teknologi wireless ini beroperasi pada frekuensi band industrial science medical (ISM) yang mendefinisikan un-licensed frekuensi di dalam tiga kawasan band, yaitu 902-928 MHz, 2.400-2.4835 GHz, dan 5.725-5.850 GHz sebagaimana terlihat pada Gambar 14. Gambar 14. 4. 1. IEEE 802.11 FHSS IEEE 802.11 FHSS menggunakan metode frequency hopping spread spectrum (FHSS) dan beroperasi pada band frekuensi ISM 2.4 GHz. Band frekuensi ini dibagi menjadi 79 sub-band masing-masing 1 MHz (dan beberapa band penjaga). Sebuah pembangkit angka pseudorandom menentukan urutan hopping. Teknik modulasi di dalam spesifikasi ini memakai salah satu dari FSK dua-level atau FSK empat-level dengan 1 atau 2 bit/baud, yang mana hasil kecepatan datanya adalah 1 atau 2 Mbps, seperti dapat dilihat pada gambar 15. Gambar 15. IEEE 802.11 FHSS 4. 2. IEEE 802.11 DSSS IEEE 802.11 DSSS menggunakan metode direct sequence spread spectrum (DSSS) dan juga beroperasi pada band frekuensi ISM 2.4 GHz. Teknik modulasi di dalam spesifikasi 14

ini adalah PSK pada 1 Mbaud/s. Sistem ini memungkinkan 1 atau 2 bit/baud (BPSK atau QPSK), yang mana akan menghasilkan kecepat dua-level atau FSK empat-level dengan 1 atau 2 bit/baud, yang mana hasil kecepatan datanya adalah 1 atau 2 Mbps, seperti terlihat pada gambar 16. Gambar 16. 4. 3. IEEE 802.11 Infrared IEEE 802.11 Infrared menggunakan cahaya infra merah dalam rentang 800 sd 950 nm. Teknik modulasi memakai pulse position modulation (PPM). Untuk kecepatan data 1 Mbps, rentetan 4-bit dipetakan ke dalam rentetan 16-bit yang mana hanya satu bit diset ke 1 dan sisanya adalah 0. Untuk kecepatan data 2 Mbps, rentetan 2-bit dipetakan ke dalam rentetan 4-bit yang mana hanya satu bit diset ke 1 dan sisanya adalah 0. Urutan bit yang telah dipetakan ini kemudian dikonversi ke isyarat cahaya, yaitu adanya cahaya menunjukkan angka 1, dan tidak adanya cahaya merefleksikan angka 0. Lihat gambar 17. Gambar 17. 4. 4. IEEE 802.11a OFDM IEEE 802.11a OFDM menggunakan metode orthogonal frequency division multiplexing (OFDM) untuk pembangkitan sinyal pada band frekuensi ISM 5 GHz. Prinsip kerja OFDM mirip dengan FDM dengan satu perbedaan, yaitu semua subband terpakai oleh sebuah sumber pada waktu-waktu tertentu. Band frekuensi dibagi menjadi 52 subband, dengan 48 subband untuk mengirim data dan 4 subband untuk informasi control. Prinsip ini mirip dengan ADSL. Pembagian band frekuensi menjadi subband-subband akan mengurangi interferensi luar. JIka pemakaian subband-subband itu secara acak, maka keamanan data juga akan meningkat. OFDM menggunakan modulasi PSK dan QAM. Kecepatan data adalah 18 Mbps (PSK) dan 54 Mbps (QAM). 15

4. 5. IEEE 802.11b DSSS IEEE 802.11b DSSS menggunakan metode high rate direct sequence spread spectrum (HR-DSSS) pada band frekuensi ISM 2.4 GHz. Prinsip kerja HR-DSSS mirip dengan DSSS kecuali pada metode encode-nya, yang dinamakan dengan complementary cose keying (CCK). CCK meng-encode 4 atau 8 bit menjadi satu simbol CCK. Agar supaya kompatibel dengan DSSS, HR-DSSS mendefinisikan empat kecepatan data: 1, 2, 5.5, dan 11 Mbps. Dua yang pertama teknik modulasi yang sama dengan DSSS konvensional. Versi 5.5 Mbps menggunakan BPSK dan mengirimnya pada 1.375 Mbaud/s dengan encoding 4-bit CCK. Versi 11 Mbps memakai QPSK dan mengirimnya di 1.375 Mbaud/s dengan encoding 8-bit CCK. Gambar 18 memperlihatkan teknik modulasi standar ini. Gambar 18. skema lapisan fisik 802.11b 4. 6. IEEE 802.11g IEEE 802.11g adalah spesifikasi baru yang mendefinisikan koreksi error maju (forward error correction) dan OFDM yang menggunakan band frekuensi ISM 2.4 GHz. Penggunaan teknik modulasi ini dapat mencapai kecepatan data 22 atau 54 Mbps. Standard ini kompatibel dengan 802.11b, tetapi teknik modulasinya adalah OFDM. Referensi: 1. Forouzan Behrouz A., Data Communications and Networking, McGraw-Hill, 2007. 16