Oleh : Griyo Mandraguna I Ketut Westra Anak Agung Sri Indrawati Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Udayana

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN YURIDIS KEDUDUKAN KOMISARIS DALAM MELAKUKAN KEPENGURUSAN PERSEROAN TERBATAS

PERBANDINGAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

KEDUDUKAN HUKUM DIREKSI TERHADAP PENGELOLAAN PERSEROAN TERBATAS YANG BELUM BERSTATUS BADAN HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan business judgment..., Kanya Candrika K, FH UI, , TLN No. 4756, Pasal 1 angka 1.

TANGGUNG JAWAB DIREKSI TERHADAP KERUGIAN PT BERDASARKAN DOKTRIN BUSINESS JUDGEMENT RULE

TANGGUNG JAWAB PERBUATAN DIREKSI YANG DILAKUKAN ATAS NAMA PERSEROAN TERBATAS YANG BELUM MEMPEROLEH STATUS BADAN HUKUM

BAB II PENGATURAN DIREKSI MENURUT KETENTUAN UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS. perseroan yang paling tinggi, serta yang berhak dan berwenang untuk

KEPEMILIKAN SAHAM MAYORITAS OLEH DIREKTUR UTAMA

BAB I PENDAHULUAN. dan harta kekayaan para pendiri atau pemegang sahamnya. 3. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Direksi mempunyai tugas dan wewenang ganda yaitu melakukan pengurusan dan menjalankan perwakilan perseroan Direksi yang mengurus dan mewakili

EKSISTENSI DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS. Oleh : Raffles, S.H., M.H.

TANGGUNG JAWAB DIREKSI BERDASARKAN PRINSIP FIDUCIARY DUTIES DALAM PERSEROAN TERBATAS

TANGGUNG JAWAB ANGGOTA DEWAN KOMISARIS DALAM PERSEROAN ATAS KELALAIAN MELAKSANAKAN TUGAS PENGAWASAN

BAB III PENERAPAN ASAS PIERCING THE CORPORATE VEIL DALAM TANGGUNG JAWAB DIREKSI PADA SEBUAH PERSEROAN TERBATAS DAN DAMPAK PENERAPANNYA

TANGGUNG JAWAB DIREKSI TERHADAP AKTIVITAS PERSEROAN TERBATAS YANG BELUM BERSTATUS BADAN HUKUM

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 Website :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Doktrin piercing the corporate veil ditransplantasi ke dalam sistem hukum

BAB II ASPEK HUKUM MENGENAI PERSEROAN TERBATAS DAN PENERAPAN ASAS PIERCING THE CORPORATE VEIL ATAS TANGGUNG JAWAB DIREKSI

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. BUMN sebagai salah satu badan hukum publik yang bergerak di sektor

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak terelakkan lagi, dimana Indonesia berada di tengah dan dalam kancah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan: 1. Batasan Kewenangan dan Intervensi yang Dimiliki Komisaris

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 dapat diartikan. dalam undang-undang serta peraturan pelaksanaannya.

BAB I PENDAHULUAN. Grafindo Persada, Jakarta, 2000 hal 1. Universitas Sumatera Utara

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENERAPAN ASAS PIERCING THE CORPORATE VEIL ATAS TANGGUNG JAWAB DIREKSI PADA SEBUAH PERSEROAN TERBATAS MENURUT

BAB I P E N D A H U L U A N

SAHAM SEBAGAI OBJEK PEWARISAN DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

ABSTRAK. Kata Kunci: Limited Liability, Piercing the Corporate Veil, Pemegang saham, Perseroan Terbatas. ABSTRACT

Oleh : Puspaningrum 9

STATUS BADAN HUKUM PERSEROAN AKIBAT DARI PEMBUBARAN PERSEROAN

I. PENDAHULUAN. kemampuan dan keahlian masing-masing serta cara yang berbeda-beda dalam

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Tanggung Jawab Direksi Terhadap Kerugian Yang Diderita Perseroan

TANGGUNG JAWAB DIREKSI DALAM PERSEROAN TERBATAS BERDASARKAN PRINSIP FIDUCIARY RELATIONSHIP

Oleh Ni Nyoman Ismayani I Ketut Westra Anak Agung Sri Indrawati Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

PERANAN, KEWENANGAN DAN KEDUDUKAN DEWAN KOMISARIS DALAM PERSEROAN TERBATAS SANGANA TIMOR LUMBAN SIANTAR ABSTRACT

B A B II TINJAUAN PUSTAKA. Secara khusus badan usaha Perseroan Terbatas diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Dasar Hukum dan Pengertian Perseroan Terbatas (PT) a. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

TANGGUNG JAWAB DIREKSI PERSEROAN TERHADAP PERSEROAN YANG DINYATAKAN PAILIT. Angga Pramodya Pradhana Dosen Fakultas Hukum Universitas Merdeka Madiun

ANALISIS HUKUM PENERAPAN DOKTRIN PIERCING THE CORPORATE VEIL PADA PERSEROAN TERBATAS

perubahan Anggaran Dasar.

Oleh: Ayu Dyah Paramitha I Ketut Westra Ni Putu Purwanti. Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana

Lex Privatum, Vol. IV/No. 5/Juni/2016. Kata kunci: Tanggungjawab, Direksi, Kepailitan, Perseroan Terbatas

WEWENANG DIREKSI DAN AKIBAT HUKUMNYA BAGI PERSEROAN TERBATAS

TANGGUNG JAWAB DIREKSI DALAM KEPAILITAN PERSEROAN TERBATAS

BAB II HUBUNGAN HUKUM INDUK PERUSAHAAN DENGAN ANAK PERUSAHAAN. A. Status Badan Induk perusahaan dan Anak Perusahaan

BATALNYA PENGIKATAN PERJANJIAN JUAL BELI TANAH DAN BANGUNAN KARENA PERBUATAN MELAWAN HUKUM YANG DILAKUKAN OLEH PT. SRIKANDI

BAB I PENDAHULUAN. selalu memperoleh sesuatu yang lebih menguntungkan dari sebelumnya.

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia

TANGGUNG JAWAB DIREKSI DALAM PENERAPAN PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE. Hj. MUSKIBAH, SH. M.Hum.

IMPLEMENTASI PENYERAHAN DATA DOKUMEN NASABAH TERHADAP PEDAGANG VALUTA ASING BUKAN BANK (STUDI KASUS: P.T. RASYA JAYA SEJAHTERA)

BAB I PENDAHULUAN. separate entity dan limited liability yang dikenal di dalam Perseroan Terbatas.

PERTANGGUNGJAWABAN DIREKSI KARENA KELALAIAN ATAU KESALAHANNYA YANG MENGAKIBATKAN PERSEROAN PAILIT

BAB II PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM PRIVAT. Dari kata Perseroan Terbatas dapat diartikan bahwa, kata Perseroan

BAB I PENDAHULUAN. Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan

Lex Privatum, Vol. IV/No. 4/Apr/2016

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.../20...

BAB I PENDAHULUAN. bertumbuh pesat. Menurut Peneliti terbukti dengan sangat banyaknya

BAB V PENUTUP. penelitian yang dilakukan beserta dengan pembahasan yang telah diuraikan, dapat

MERGER PERSEROAN TERBATAS DITINJAU DARI HUKUM PERSAINGAN USAHA

SYARAT-SYARAT SAHNYA PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS (PT) DI INDONESIA 1 Oleh : Nicky Yitro Mario Rambing 2

PERANAN PEMEGANG SAHAM PADA SAAT TERJADI LIKUIDASI BANK DILIHAT DARI UNDANG UNDANG PERBANKAN

TANGGUNG JAWAB DIREKSI DALAM KEPAILITAN PERSEROAN TERBATAS BERDASARKAN UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS

PEDOMAN DAN KODE ETIK DIREKSI PT TRIKOMSEL OKE Tbk.

BAB I PENDAHULUAN. struktur yang memberi ciri pada sistem, maka dapat bertahan sebagai kesatuan. 1

BAB II PEMBUBARAN DAN TANGGUNGJAWAB LIKUDIATOR

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG DIREKSI PERSEROAN TERBATAS

BAB II BATASAN KRITERIA DIREKSI PERSEROAN TERBATAS DALAM MELAKSANAKAN DUTY OF LOYALTY DAN DUTY OF CARE BERDASARKAN UNDANG UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya disebut Perseroan ) adalah badan hukum yang merupakan

Definisi Perseroan Terbatas menurut Pasal 1 angka 1 UUPT adalah sebagai

TANGGUNG JAWAB HOLDING COMPANY (INDUK PERUSAHAAN) TERHADAPANAK PERUSAHAAN DALAM LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

SUATU PERSEROAN TERBATAS MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN Oleh : Jonas Lukas 2

KEWIRAUSAHAAN, ETIKA. Perseroan Terbatas. Dr. Achmad Jamil M.Si. Modul ke: 15Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Magister Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan negara merupakan salah satu asas pokok. pembentukan pemerintah Negara Kesatuan Republik

INDIKASI TINDAK PIDANA KORPORASI DI WILAYAH HUKUM POLDA BALI (STUDI KASUS PENYIDIKAN PT. BALICON)

PENERAPAN PRINSIP KEADILAN DALAM GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PEMENUHAN HAK-HAK PEMEGANG SAHAM MINORITAS DIAN APRILLIANI / D

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Tanggungjawab terbatas..., Ronald U.P. Sagala, FH UI, 2010.

PERSETUJUAN ATAS PERUBAHAN MASA JABATAN DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS SEBAGAIMANA TERTUANG DALAM PASAL 14 DAN PASAL 17 ANGGARAN DASAR PERSEROAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33/POJK.04/2014 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK

Lex Privatum, Vol. IV/No. 7/Ags/2016

BAB II PENGATURAN TENTANG PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TANGGUNG JAWAB PERSEROAN TERBATAS TERHADAP KERUGIAN PIHAK KETIGA

PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG SAHAM MINORITAS PERSEROAN TERBATAS DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

STIE DEWANTARA Subyek Hukum Bisnis

Lex Privatum, Vol. IV/No. 5/Juni/2016

PENGATURAN PENILAIAN DAN EVALUASI KUALITAS PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PADA BADAN USAHA MILIK NEGARA

e) Hak Menghadiri RUPS... 55

PERTANGGUNGJAWABAN PT

Eksistensi RUPS sebagai Organ Perseroan Terkait Dengan Pasal 91 Undang-Undang Perseroan Terbatas. Oleh: Pahlefi 1

UNIVERSITAS INDONESIA

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 5/Mei/2016

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON

PT. Indo-Rama Synthetics Tbk ( Perseroan ) Pedoman Dewan Komisaris

PERTANGGUNGJAWABAN PERDATA DARI DIREKSI DAN PEMEGANG SAHAM BANK TERLIKUIDASI YANG BERBADAN HUKUM PERSEROAN TERBATAS

BAB II KEDUDUKAN PENGURUS PERSEROAN MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 40 TAHUN A. Ketentuan Umum tentang Perseroan Terbatas

KEPAILITAN PERUSAHAAN INDUK TERHADAP PERUSAHAAN ANAK DALAM GRUP

Analisis pemahaman..., Kristanto, FH UI, BAB 1 PENDAHULUAN

PEDOMAN DAN KODE ETIK DEWAN KOMISARIS PT TRIKOMSEL OKE Tbk.

KEKUATAN HUKUM AKTA NOTARIS BERKENAAN DENGAN PENANDATANGANAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM (RUPS) PERSEROAN TERBATAS MELALUI MEDIA TELEKONFERENSI

Transkripsi:

PELANGGARAN TERHADAP PRINSIP-PRINSIP BADAN HUKUM DI PT. SARI AMERTA UTAMA DENPASAR SUATU KAJIAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO. 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS Oleh : Griyo Mandraguna I Ketut Westra Anak Agung Sri Indrawati Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Pelanggaran terhadap prinsip badan hukum sesuai dengan Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2007 permasalahan yang timbul akibat terjadinya pelanggaran prinsip badan hukum dengan menggunakan metode penelitian yuridis empiris di PT. Sari Amerta Utama Denpasar. Badan hukum yang melakukan pelanggaran prinsip-prinsip badan hukum bertanggung jawab secara pribadi atas segala kerugian perseroan yang berlaku baik kepada pemegang saham, direksi ataupun dewan komisaris, serta dapat pula bertanggung jawab secara tanggung renteng dalam hal kerugian perseroan akibat pelanggaran tersebut, dilakukan oleh lebih atau satu orang anggota direksi, anggota dewan komisaris ataupun pemegang saham. Kata Kunci : Pelanggaran,Prinsip,Badan hukum ABSTRACT Violation of the principle of legal entities in accordance with Act No. 40 of 2007 Issues arising from violations of the principle of legal entity using other research methods juridical emperis in the company of Sari Amerta Utama Denpasar. Legal entities violated the principle of individual responsibility for any loss liability that applies both to shareholder, directors or the board of commissioners, and can also be renteng liable in case of loss due to breach the company, carried out by more and one member of the board of directors, board member or shareholder. Keywords: Violation of Principles,legal entity I. PENDAHULUAN Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang 1

ini serta peraturan pelaksananya. Dengan adanya ketentuan mengenai Perseroan Terbatas merupakan badan hukum, berarti semua Perseroan Terbatas harus berstatus sebagai badan hukum dan memenuhi serta melaksanakan prinsip-prinsip yang terkandung dalam badan hukum. Pelanggaran akan ketentuan seperti yang dimaksud dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (UUPT) akan membawa dampak yang merugikan baik secara yuridis maupun sosiologis, bagi perkembangan perseroan tersebut serta para pelaku usaha dan masyarakat lainnya. 1 Tujuan dari penulisan ini, yaitu untuk mengetahui tindakan dari organ PT. Sari Amerta Utama Denpasar yang bagaimanakah yang dapat dikatakan melanggar prinsip-prinsip badan hukum. II. ISI MAKALAH 2.1. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah jenis penelitian hukum empiris dengan melakukan penelitian di PT. Sari Amerta Utama Denpasar. Maka dari itu penelitian ini merupakan penelitian ilmu hukum dengan pendekatan empiris yang berarti sebelum melakukan penelitian lapangan, Sebelumnya telah melakukan penelitian kepustakaan terhadap gejala maupun atas fakta-fakta hukum yang ada sebagai data primer. Untuk mendukung dan melengkapi aspek empiris, juga dilakukan penelitian kepustakaan untuk memperoleh data sekunder. 2.2. HASIL DAN PEMBAHASAN 2.2.1.Tindakan Pemegang Saham Yang Melanggar Prinsip-Prinsip Badan Hukum Pasal 1 ayat (4) UUPT menyebutkan pemegang saham/rapat umum pemegang saham (yang selanjutnya disebut RUPS) adalah organ peseroan yang memiliki kewenangan yang tidak diberikan kepada direksi atau dewan komisaris dalam batas yang ditentukan oleh undang-undang ini dan /anggaran dasar. 2 Namun realitas di lapangan yang ditemui dalam penelitian di PT. Sari Amerta Utama Denpasar, pemegang saham 1 Rudhi Prasetya I, Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas, Disertai dengan Ulasan Menurut Undang-Undang Nomor I Tahun 1995, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, Hal. 1 2 Ali, Chidir, 1999, Badan Hukum, Alumni, Bandung. Hal. 19 2

mayoritas PT. Sari Amerta Utama Denpasar sekaligus menduduki jabatan sebagai direksi (hasil wawancara dengan Bapak I Putu Sudiartana, Pemegang Saham Mayoritas sekaligus direksi di PT. Sari Amerta Utama Denpasar), hal ini memberikan celah kepada pemegang saham mayoritas yang menjabat sebagai direksi untuk mengendalikan operasional/kepengurusan, yang menyebabkan kerugian PT. Sari Amerta Utama Denpasar.Hal ini jelas melanggar pasal 1 angka 4 UUPT, maka pemegang saham (RUPS/Rapat Umum Pemegang Saham) PT. Sari Amerta Utama Denpasar harus bertanggung jawab secara pribadi sesuai dengan pasal 3 ayat (2) UUPT atas kerugian PT. Sari Amerta Utama Denpasar. 2.2.2.Tindakan Direksi Yang Melanggar Prinsip-Prinsip Badan Hukum. Pasal 97 ayat (2) UUPT menyebutkan bahwa, pengurusan perseroan wajib dilaksanakan oleh setiap anggota direksi dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha perseroan. Salah satu prinsip yang terkandung dalam pasal 97 ayat (2) UUPT adalah prinsip fiduciary duty, yang dimaksud dengan fiduciary duty adalah tugas yang dijalankan oleh direksi dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab untuk kepentingan orang atau pihak lain. Dalam hal konteks ini khusus bertindak untuk dan atas nama perseroan dalam menjalankan tugas kepengurusannya.terkandung beberapa hal penting dalam prinsip fiduciary duty, yang salah satunya yaitu: 3 Prinsip untuk tidak mengambil keuntungan pribadi atas opportunity yang sebenarnya milik atau diperuntukan bagi perseroan (no secret profile rule-doctrine of corpotare opportunity).direksi tidak boleh mendapatkan keuntungan pribadi karena jabatannya pada perseroan. Namun realitas dilapangan yang ditemui pada saat penelitian di PT. Sari Amerta Utama Denpasar, terjadi pemanfaatan aset perseroan untuk kepentingan pribadi tanpa hubungan hukum yang jelas, misalnya pemakaian kendaraan kantor diluar jam kantor untuk mengantar jemput anak dan istri bukan untuk urusan kantor (hasil wawancara dengan Bapak I Putu Sudiartana, pemegang saham mayoritas dan direktur PT Sari 3 Gunawan Widjaya, Tanggung Jawab Direksi I Atas Kepailitan Perseroan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, Hal. 23 3

Amerta Utama Denpasar).Hal ini jelas merugikan aset PT. Sari Amerta Utama Denpasar yang digunakan untuk kepentingan pribadi, yang tidak ada kepentingannya dengan PT. Sari Amerta Utama Denpasar. Hal tersebut jelas melanggar ketentuan pasal 97 ayat (2) UUPT yang dengan tegas menyatakan direksi dengan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha perseroan. Dengan demikian sesuai pasal 97 ayat (3) UUPT direksi PT. Sari Amerta Utama Denpasar bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian perseroan. 2.2.3.Tindakan Dewan Komisaris Yang Melanggar Prinsip-Prinsip Badan Hukum Dalam pasal 118 ayat (1) UUPT menyebutkan ditetapkan dalam anggaran dasar perseroan terbatas atau keputusan RUPS dapat ditentukan dewan komisaris dapat melakukan tindakan pengurusan dalam keadaan tertentu dan dalam jangka waktu tertentu, oleh karenanya berlaku semua ketentuan yang berlaku bagi direksi dalam keadaan tertentu dan jangka waktu tertentu/ sementara. Namun realitas dilapangan pada saat penelitian di PT. Sari Amerta Utama Denpasar ternyata dewan komisaris sekaligus juga yang bersangkutan dalam kesehariannya (secara permanen/ tetap) menjabat sebagai staff bidang accounting di PT. Sari Amerta Utama Denpasar (berdasarkan hasil wawancara I Putu Sudiartana pemegang saham mayoritas dan direktur PT Sari Amerta Utama Denpasar), sehingga dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) yang terjadi adalah komisaris yang mengesahkan hasil kerjanya sendiri sebagai staff accounting. Hal ini jelas merugikan, karena tidak optimalnya fungsi pengawasan yang seharusnya dilakukan oleh dewan komisaris dan hal ini bertentangan dengan pasal 118 ayat (1) UUPT, dengan demikian dewan komisaris PT. Sari Amerta Utama Denpasar harus bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian PT. Sari Amerta Utama sesuai dengan pasal 114 ayat (3) UUPT. III. KESIMPULAN Tindakan dari organ PT. Sari Amerta Utama Denpasar yang melanggar prinsip-prinsip badan hukum adalah : - pemegang saham mayoritas PT. Sari Amerta Utama Denpasar sekaligus menduduki jabatan sebagai direksi ; 4

- Direksi PT. Sari Amerta Utama Denpasar memanfaatkan aset perseroan untuk kepentingan pribadi tanpa hubungan hukum yang jelas ; dan - Dewan komisaris sekaligus juga yang bersangkutan dalam kesehariannya menjabat sebagai staff bidang accounting di PT. Sari Amerta Utama Denpasar ; DAFTAR PUSTAKA Ali, Chidir,1999, Badan Hukum, Alumni, Bandung. Gunawan, Widjaja,2003, Tanggung Jawab Direksi I Atas Kepailitan Perseroan, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Rudhi, Prasetya I, 2001, Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas, Disertai dengan Ulasan Menurut Undang-Undang Nomor I Tahun 1995, Citra Aditya Bakti, Bandung. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106,Tambahan Lembaran Negara Nomor 4756). 5