BAB I PENDAHULUAN. Novel Nijūshi No Hitomi ( 二二二二二 ) merupakan karya seorang penulis

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. yang dibagi menjadi dua aliansi militer, yaitu sekutu dan poros 1. Perang ini

BAB I PENDAHULUAN. Pembayaran-pembayaran tanpa batas atas hutang ini disebut gimu. Gimu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sarana yang digunankan manusia untuk berinteraksi

1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME

BAB I PENDAHULUAN. Jepang sangat terkenal sebagai negara yang maju, walaupun Jepang

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh masyarakat (Damono, 2002: 1). Selain dimanfaatkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

BAB I ANALISIS CERITA NOVEL NIJUSHI NO HITOMI KARYA SAKAETSUBOI DILIHAT DARI SEGI PRAGMATIK

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini. Penelitian-penelitian tersebut, antara

BAB I PENDAHULUAN kali peperangan di seluruh dunia. Kemudian sejak abad 19, manusia mulai

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra

LAMPIRAN. Dr. Takashi Nagai sedang menulis manuskrip di atas tempat tidur. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. dalam sastra kita dapat menemukan gambaran hidup dan rangkaian sejarah yang

RIWAYAT HIDUP PENGARANG. Tsuboi sakae lahir pada tanggal 5 Agustus 1900 (tahun 33 Meiji) di

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).

BAB I PENDAHULUAN. sastra tadi harus dapat dikomunikasikan kepada orang lain, karena dapat saja

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra diciptakan oleh sastrawan. Pikiran, perasaan, kreativitas, serta

BAB I PENDAHULUAN. indah setelah diberi arti oleh pembaca (Teeuw, 1984 : 91)

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra pada hakikatnya memberikan banyak pengajaran, terutama dalam

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universita Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. bahasa siswa, karena siswa tidak hanya belajar menulis, membaca,

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Usaha pendudukan yang dilakukan Pemerintahan Militer Jepang untuk menguasai

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, Kota Sibolga juga memiliki kapalkapal

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Wellek dan Warren (1977:109) dalam bukunya Teori Kesusastraan berpendapat

BAB I PENDAHULUAN. dengan apa yang ingin diutarakan pengarang. Hal-hal tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. menyajikan dunia lain yang bersifat imajinatif. Ruang lingkup sastra yang begitu luas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam

1. PENDAHULUAN. 1 Occupation of Japan : Policy and Progress (New York: Greenwood Prees,1969), hlm 38.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Faktor kondisi geografis, sumber daya manusia, dan sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. Cerpen yang berjudul Saigo No Ikku ( 最後の一句 ) karya Mori Oogai,

STRATEGI DAN PERANAN KURIBAYASHI TADAMICHI PADA PERANG IWOJIMA DALAM NOVEL CHIRUZO KANASHIKI KARYA KAKEHASHI KUMIKO (Melalui Pendekatan Mimesis)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. rekaman kaset, televise, electronic games. Radio telah beradaptasi dengan perubahan dunia,

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tidak terlepas dari kehidupan masyarakat karena dalam karya

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak

BAB I PENDAHULUAN. Pada tanggal 16 April 1988 film Grave of the Fireflies mulai beredar di

PENGANTAR ILMU SEJARAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya di takdirkan untuk menjadi seorang pemimpin atau leader, terutama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara Jepang banyak menghasilkan berbagai macam karya. Baik berupa

I. PENDAHULUAN. Nenden Lilis Aisiyah (cerpenis dan pengajar di Jurusan Pendidikan Bahasa dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. Metode keilmuan adalah suatu cara dalam memperoleh pengetahuan yang berupa

BAB I PENDAHULUAN. karena kekalahannya dalam Perang Dunia II. Jendral Douglas MacArthur yang

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Pendudukan Jepang di Indonesia. Dalam usahanya membangun suatu imperium di Asia, Jepang telah

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dan masyarakat Jepang merupakan hal yang cukup menarik

BAB I PASUKAN KAMIKAZE DALAM SEJARAH MILITER JEPANG PADA PERANG DUNIA II

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pengarang untuk memperkenalkan kebudayaan suatu daerah tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu bentuk hasil pemikiran dan pekerjaan seni yang kreatif

Pendekatan-Pendekatan dalam Karya Sastra

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sebagai hasil seni,

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa (Soemardjo, 1997:3). Demikian juga menurut Luxemburg (1992:23) sastra dapat dipandang

BAB I PENDAHULUAN. sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat adalah novel. Menurut Esten (1993:

BAB 2 LANDASAN TEORI. 12 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur.

BAB I PENDAHULUAN. pengarang (Noor, 2007:13). Selain itu, Noor juga mengatakan bahwa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mencurahkan isi hati dan pikirannya. Dalam sebuah karya sastra

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN. mengalami berbagai peristiwa yang sarat dengan nilai-nilai moral yang

BAB I PENDAHULUAN. diungkapkan dalam karya sastra yang lazim bermediumkan bahasa (Ali. Imron, 2009:1). Karya sastra merupakan kreativitas manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Seni bahasa tersebut berupa kata-kata yang indah yang terwujud dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Hari-hari di Rainnesthood..., Adhe Mila Herdiyanti, FIB UI, Universitas Indonesia

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Berdasarkan pustaka yang telah dikumpulkandari penelitiansebelumnya,

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

5. Materi sejarah berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup.

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

SMP kelas 9 - SEJARAH BAB 1. Perang Dunia IIlatihan soal 1.2

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan saat ini adalah lemahnya para pendidik dalam menggali

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yulianti, 2015

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Novel Nijūshi No Hitomi ( 二二二二二 ) merupakan karya seorang penulis cerita anak-anak sekaligus penulis novel wanita terkenal dari negara Jepang yang bernama Tsuboi Sakae, diusianya yang ke 53 tahun. Tsuboi Sakae dilahirkan pada tahun 1900 di pulau Shodo dan meninggal dunia pada tahun 1967 diusianya yang ke 67 tahun karena penyakit jantung dan asma. Karya-karyanya yang terkenal dan mendapatkan penghargaan selain novel Nijūshi No Hitomi adalah Sakamichi ( 二二 ), Haha No Nai Ko To Ko No Nai Haha To ( 二二二二二二二二二二二二 ). Novel Nijūshi No Hitomi berlatar belakang sekitar tahun 1928 hingga tahun 1946. menceritakan tentang seorang ibu guru muda yang baru saja lulus sekolah bernama Hisako Ōishi yang datang dan ditugaskan mengajar di sebuah desa di laut pedalaman yang bernama desa Misaki, serta hubungan yang sudah dibangun antara ibu guru Ōishi dan kedua belas muridnya (24 bola mata yang merupakan judul dari novel) yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Kedua belas muridnya tumbuh menjadi besar dan pergi ke sekolah lanjutan, dimana ibu guru Ōishi itu berada. Perang berkecamuk di desa Misaki dan semua anak lelaki harus ikut berperang sama seperti yang dilakukan suami ibu guru Ōishi, sedangkan ibu guru Ōishi berhenti mengajar karena dituduh sebagai seorang komunis dan ibu guru Ōishi sendiri tidak setuju dengan adanya peperangan. Peperangan mengakibatkan ibu guru Ōishi kehilangan orang-orang yang 1

2 disayanginya. Setelah peperangan berakhir ibu guru Ōishi kembali mengajar di sekolah desa di desa Misaki. Latar waktu yang diceritakan dalam novel Nijūshi No Hitomi adalah masa perang dunia kedua yang sedang melanda Jepang. Perang dunia kedua berlangsung di Jepang dari tahun 1941 yang diawali dengan penyerangan Jepang kepada pasukan sekutu di Pearl Harbour dan beberapa kota lainnya diseluruh Pasifik dan memperluas kekuasaannya sampai ke perbatasan India di barat dan New Guinea di selatan. Pada tahun 1942 sekutu menang atas wilayah yang diduduki oleh Jepang tanpa sepengetahuan Jepang. Pada tahun 1944 serangan udara terhadap Jepang dimulai. Pada musim semi tahun 1945 kekuatan Amerika Serikat menyerang Jepang, pada tanggal 27 juli 1945 kekuatan sekutu yang bersatu dalam Deklarasi Postdam meminta Jepang untuk menyerah tanpa syarat atau penghancuran terhadap Jepang akan berlanjut. Namun militer Jepang tidak mempertimbangkan untuk menyerah, meskipun dua kota yaitu Nagasaki dan Hiroshima sudah dijatuhi bom atom pada tanggal 6 dan 9 Agustus ditahun yang sama. Namun akhirnya Kaisar Showa memutuskan untuk menyerah tanpa syarat pada tanggal 14 Agustus 1945. Novel Nijūshi No Hitomi juga menceritakan tentang kondisi masyarakat Jepang pada saat perang dunia kedua terjadi yang diwakili oleh masyarakat pulau Shodo, sedangkan latar waktu cerita yang dibuat oleh pengarang dalam novel Nijūshi No Hitomi adalah sekitar tahun 1928 sampai tahun 1946. Berdasarkan hal ini penulis berasumsi bahwa peperangan yang diceritakan dalam novel Nijūshi No Hitomi adalah Perang Dunia Kedua (1941-1945).

3 Melihat adanya hubungan antara cerita dalam novel Nijūshi No Hitomi dengan sejarah Perang Dunia Kedua yang pernah berlangsung di Jepang pada tahun 1941 hingga tahun 1945, maka penulis mencoba untuk melakukan penelitian karya sastra yang berbentuk novel dengan judul Nijūshi No Hitomi karya Tsuboi Sakae melalui pendekatan mimesis dengan judul: Perang Dunia Kedua Yang Tercermin Dalam Novel Nijūshi No Hitomi Karya Tsuboi Sakae. 1.2 Pembatasan Masalah Penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam cerita novel Nijūshi No Hitomi adalah unsur latar waktu dan latar tempat serta kondisi sosial masyarakat Jepang yang ada dalam novel Nijūshi No Hitomi yang berkaitan dengan Perang Dunia Kedua. Yang diteliti dalam skripsi ini adalah Perang Dunia Kedua yang tercermin dalam novel Nijūshi No Hitomi. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian dalam skripsi ini adalah membuktikan bahwa novel Nijūshi No Hitomi dibuat berdasarkan sejarah perang dunia kedua yang berlangsung di tahun 1941-1945 yang pernah terjadi di Jepang khususnya di pulau Shōdo.

4 1.4 Metode Penelitian dan Pendekatan Metode penelitian yang digunakan penulis adalah Studi Literatur, yaitu upaya melakukan kajian terhadap sejumlah buku bacaan yang dianggap relevan dengan materi atau judul skripsi yang ditulis. Penulis bermaksud meneliti sebuah karya sastra yang berbentuk novel berjudul Nijūshi No Hitomi dengan Pendekatan Mimesis. Pendekatan Mimesis adalah pendekatan yang mengkaitkan karya sastra dengan kehidupan nyata yang sebenarnya. Jan Van Luxemburg dalam buku Pengantar Ilmu Sastra dan diterjemahkan oleh Dick Hartoko mengungkapkan: Semenjak orang mempelajari sastra secara kritis timbul pertanyaan, sejauh mana sastra mencerminkan kenyataan. Sering dikatakan, bahwa sastra memang mencerminkan kenyataan sering juga dituntut dari sastra agar mencerminkan kenyataan. Kedua pendapat ini disebut penafsiran mimetic mengenai sastra. (Dick Hartoko, 1989; 15) Teori Mimesis dalam Karya Sastra pada prinsipnya beranggapan bahwa Karya Sastra merupakan pencerminan kenyataan kehidupan. Sejauh mana sastra mencerminkan kenyataan sering dipertanyakan sejak manusia mempelajari sastra. Banyak juga yang berpendapat bahwa sastra mencerminkan kenyataan dan sastra sering dituntut agar mencerminkan kenyataan, dan teori yang menghubungkan karya sastra dan kenyataan adalah Teori Mimesis. Mimesis berasal dari bahasa Yunani yaitu Mimetio yang memiliki arti perwujudan atau peniruan. Mimesis pertama kali dipergunakan dalam teori-teori

5 tentang seni yang diutarakan oleh Plato (428-348 SM) dan muridnya Aristoteles (384-322 SM). Plato beranggapan bahwa seni hanyalah merupakan peniruan, peneladanan atau pencerminan dari kenyataan oleh sebab itu kurang berarti, yang harus dicapai bukanlah yang seperti lahirnya yang tampak pada kita melainkan ide yang ada dibaliknya. (Dick Hartoko, 1989; 18). Seorang pelukis yang membuat lukisan sebuah meja hanyalah usaha yang sia-sia, karena tidak ada wujud dari hasil usahanya yang dapat dirasakan oleh panca indera yang dimiliki oleh manusia. Sehingga hasil dari usahanya (melukis meja) tidak dapat bermanfaat bagi orang lain. Berikutnya Plato mengemukakan bahwa yang harus dicapai bukanlah yang seperti lahirnya yang tampak pada kita melainkan ide yang ada dibaliknya. Itulah sebabnya, menurut Plato sastra semakin jauh dari ide yang hakiki. Sebagai contohnya sebuah meja yang dibuat secara tiga dimensi oleh tukang harus dapat memenuhi maksud dan tujuan dari pembuatan meja, baik dari segi manfaat ataupun fungsi, dengan kata lain pembuatan meja dapat bermanfaat bagi siapapun. Sedangkan meja dalam lukisan hanya dapat bermanfaat bagi si pembuat lukisan meja itu sendiri, karena yang mengerti maksud dan tujuan pembuatan lukisan meja itu hanyalah si pelukis. Plato (Sardjono, 2001; 54) juga berpendapat seni hanyalah meniru dan membayangkan hal yang tampak; jadi berdiri dibawah kenyataan. Pada dasarnya teori Mimesis dalam dunia sastra menganggap bahwa karya sastra merupakan pencerminan realitas kehidupan. Apakah kenyataan itu merupakan dunia ide, dunia universal, atau dunia yang khas tidak menjadi suatu masalah.

6 Berdasarkan pengertian tersebut penulis berasumsi bahwa karya sastra yang dihasilkan memiliki kaitan yang erat dengan kenyataan-kenyataan yang ada dan pernah ada di dalam kehidupan. Suatu karya sastra banyak dihasilkan berdasarkan peristiwa lampau yang pernah terjadi. Karya sastra merupakan bagian dari fakta karena karya sastra merupakan salah satu hasil cipta, rasa dan karya manusia pada suatu zaman yang membawa semangat zamannya. Masa lampau, masa sekarang, dan masa depan merupakan rangkaian yang saling berkaitan dan saling mendukung yang pernah ada atau pernah terjadi dan tidak pernah putus. Menurut Atar Semi dalam buku Metode Penelitian Sastra (1993; 64) rangkaian yang berkesinambungan ini sangat berpengaruh terhadap penciptaan suatu karya sastra karena pembuat karya sastra merupakan bagian dari suatu zaman, sehingga karya sastra baik secara langsung maupun tidak langsung memuat latar belakang sosial, pandangan hidup, pengalaman atau falsafah yang dimiliki oleh pengarang yang membuat suatu karya sastra. Aristoteles (384-322 SM) yang merupakan murid dari Plato membawa pengertian tentang mimesis dari Plato. yakni seni melukiskan kenyataan, tetapi karena pendapat Aristoteles tentang kenyataan menyimpang dari pengertian Plato, maka teori mimesis yang dikemukakan oleh Aristoteles juga berbeda dari teori mimesis yang dikemukakan oleh Plato. mimesis tidak semata-mata menjiplak kenyataan. melainkan merupakan sebuah proses kreatif; penyair, sambil bertitik pangkal pada kenyataan, menciptakan sesuatu yang baru. Dengan bermimesis penyair menciptakan kembali kenyataan adapun bahannya ialah barang-barang seperti adanya, atau barang-barang seperti pernah ada, atau seperti kita bayangkan, atau seperti ada

7 menurut pendapat orang, atau seperti seharusnya ada (yaitu fakta dari masa kini atau masa silam, keyakinan, cita-cita) (Dick Hartoko, 1989; 17). Aristoteles mengatakan bahwa karya seni adalah kenyataan artistik dalam suatu proses kreatif. Bagi Aristoteles mimesis tidak semata-mata menjiplak kenyataan, tetapi juga menciptakan hal-hal yang baru karena kenyataan juga tergantung pada sikap seseorang dalam memandang kenyataan, sehingga karya sastra bukan merupakan jiplakan atas kenyataan tetapi suatu ungkapan, penciptaan dari kreativitas pengarang. Dengan bermimesis penyair menciptakan kembali kenyataan. Contoh pernyataan Aristoteles ini adalah pada saat terjadi peristiwa sejarah Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G 30 S/PKI). Seorang penulis novel dapat menciptakan sebuah kisah kehidupan di dalam novel yang dibuatnya dengan latar waktu terjadinya G 30 S/PKI. Barang-barang yang digunakan di dalam novel adalah barang-barang yang ada di zaman pemberontakan itu dan sampai sekarang masih dapat dibuktikan keberadaannya, misalnya lokasi lubang buaya, monumen kekejaman PKI yang bernama Monumen Kresek karena berlokasi di daerah yang bernama Kresek di kota Madiun Jawa Timur. Pada zaman G 30 S/PKI barang-barang seperti bendera PKI dan lambang-lambang organisasi dalam tubuh partai ini tentu saja pernah ada, tetapi benda-benda itu saat ini sudah tidak ada karena sudah dimusnahkan pada saat pembasmian partai ini. Penulis membayangkan barang-barang atau peristiwa yang ada saat itu walaupun bayangan penulis itu tidak sepenuhnya benar, contoh pada saat partai ini

8 berkampanye atau melakukan propaganda mengenai partainya tentu saja mereka menyebarkan kertas-kertas brosur atau menempelkan pamflet dan yang pasti ada orang-orang yang terlibat dalam gerakan ini. Penulis novel juga memasukkan pernyataan dari saksi sejarah yang masih hidup sebagai bahan pendukung pembuatan novelnya. Terdapat pula barang-barang yang dapat dijadikan bukti yang dahulu ada tetapi saat ini tidak diketahui keberadaannya namun tidak dapat dikatakan hilang, seperti: buku-buku ajaran komunis. Oleh sebab itu Aristoteles memiliki pandangan tersendiri. Aristoteles lebih memandang tinggi suatu karya sastra daripada sekedar penulisan sejarah. Aristoteles lebih memandang tinggi suatu karya sastra dibandingkan dengan penulisan sejarah karena di dalam sejarah ditampilkan sebuah peristiwa penting hanya satu kali terjadi dan merupakan fakta. Sedangkan di dalam sastra, melalui sebuah peristiwa konkrit diungkapkan suatu pemandangan yang umum dan luas. (Dick Hartoko, 1989; 17). Contoh dari kutipan diatas adalah Peristiwa Gerakan 30 S/PKI, hanya terjadi satu kali di Indonesia dan tidak terulang sampai hari ini. Satu fakta peristiwa sejarah ini oleh para sastrawan yang ada di Indonesia dapat dibuat berbagai karya sastra baik novel, puisi, drama maupun film. Karya sastra ini diolah berulang-ulang atau terus menerus diperbaharui dari masa ke masa. Dengan kata lain, dari satu fakta peristiwa sejarah yang terjadi dapat dibuat berbagai karya sastra yang dapat dibahas atau diteliti dari sisi yang berbeda-beda. Bagi Aristoteles yang terpenting dalam karya seni adalah sejauh mana sebuah karya seni mampu memperlihatkan kenyataan baru yang dapat

9 memperluas cakrawala manusia tentang kenyataan hidupnya sehari-hari. Hal inilah yang membuat Aristoteles menilai karya sastra lebih tinggi daripada hanya sekedar penulisan sejarah. Berdasarkan pengertian tersebut penulis bermaksud untuk meneliti novel Nijūshi No Hitomi melalui pendekatan mimesis menurut pandangan Aristoteles, karena novel Nijūshi No Hitomi dibuat berdasarkan keadaan dan kondisi sosial masyarakat Jepang pada saat perang dunia kedua terjadi. Peristiwa yang ada dalam cerita merupakan percerminan keadaan yang sesungguhnya dari keadaan perang dunia kedua yang terjadi pada tahun 1941-1945 di Jepang, meskipun dalam cerita tempat kejadian berada di daerah terpencil yang ada di suatu pulau di Jepang. 1.5 Organisasi Penulisan Penulisan skripsi ini terbagi menjadi empat bab adalah sebagai berikut: bab I, Pendahuluan berisi mengenai karya sastra berbentuk novel berjudul Nijūshi No Hitomi yang dibuat oleh Tsuboi Sakae. Masalah dibatasi pada Perang Dunia Kedua yang tercermin dalam novel Nijūshi No Hitomi. Penelitian bertujuan untuk membuktikan bahwa novel dibuat berdasarkan sejarah perang dunia kedua yang berlangsung di tahun 1941-1945 yang pernah terjadi di Jepang khususnya di pulau Shodo. Metode penelitian yang digunakan adalah studi literatur dan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan Mimesis, serta organisasi penulisan. Bab II, berisi Gambaran Umum Perang Dunia Kedua Di Jepang berisi tentang gambaran secara umum perang dunia kedua di Jepang; gambaran pulau

10 Shodo dan keadaan umum sosial masyarakat di pulau Shodo pada masa perang dunia kedua. Bab III, mimesis Perang Dunia Kedua Yang Tercermin Dalam Novel Nijūshi No Hitomi Karya Tsuboi Sakae, berisi hubungan mimesis dengan cerita dalam novel Nijūshi No Hitomi, latar dalam Novel Nijūshi No Hitomi yang terbagi dua, yaitu latar waktu dan latar tempat, perang dunia kedua yang tercermin dalam novel Nijūshi No Hitomi dan keadaan sosial masyarakat pulau Shodo pada waktu perang dunia kedua yang tercermin dalam novel Nijūshi No Hitomi. Bab IV, kesimpulan Novel Nijūshi No Hitomi benar-benar dibuat berdasarkan sejarah perang dunia kedua yang berlangsung ditahun 1941-1945 yang pernah terjadi di pulau Shodo negara Jepang.