BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH IRIGASI WAY RAREM. 3.1 Kondisi Geografis dan Administratif Kabupaten Lampung Utara

dokumen-dokumen yang mirip
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung. Secara geografis, kabupaten ini terletak pada

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. maret Pada tahun 2008 tentang pembentukan Kabupaten Mesuji dan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 02 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI TENGAH,

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG KELEMBAGAAN PENGELOLAAN IRIGASI (KPI) DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

I. PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia memposisikan pembangunan pertanian sebagai basis utama

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, sehingga wajar apabila prioritas

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 4 SERI E

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Azwar Wahirudin, 2013

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 15 Tahun : 2012 Seri : E

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan yang berkelanjutan seperti yang dikehendaki oleh pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG IRIGASI

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Secara Geografis Propinsi Lampung terletak pada kedudukan Timur-Barat. Lereng-lereng yang curam atau terjal dengan kemiringan berkisar antara 25% dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA TASIKMALAYA,

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 30 /PRT/M/2007

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG PENGUATAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN IRIGASI KABUPATEN BIREUEN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI BARAT NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

Perencanaan Saluran Irigasi Primer di Desa Maroko Kabupaten Yahukimo Provinsi Papua

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi Ketersediaan dan Kebutuhan Air Daerah Irigasi Namu Sira-sira.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PRT/M/2015 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PIDIE QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN IRIGASI PARTISIPATIF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hasil pertanian. Jumlah penduduk Idonesia diprediksi akan menjadi 275 juta

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 56 TAHUN 2010 TENTANG

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 32 / PRT / M / 2007 TENTANG PEDOMAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PRT/M/2015 TENTANG KOMISI IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 22 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II DESKRIPSI DAERAH. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten dari lima

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara 7

BUPATI PESISIR SELATAN

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda. perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Lokasi Kabupaten Pidie. Gambar 1. Siklus Hidrologi (Sjarief R dan Robert J, 2005 )

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan melalui keberlanjutan sistem irigasi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dapat bermanfaat. Metode penelitian dilakukan guna menunjang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN IRIGASI PARTISIPATIF (PIP) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

BUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG POLA TANAM DAN RENCANA TATA TANAM PADA DAERAH IRIGASI TAHUN 2011/2012

2 c. bahwa guna memberikan dasar dan tuntunan dalam pembentukan kelembagaan pengelolaan irigasi sebagaimana dimaksud pada huruf a, diperlukan komisi i

I. PENDAHULUAN. menggalakkan pembangunan dalam berbagai bidang, baik bidang ekonomi,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGGAI NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 32 / PRT / M / 2007 TENTANG PEDOMAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI BUPATI LEBAK,

METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Studi dan Waktu Penelitian Lokasi Studi

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di bagian utara Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. mempergunakan pendekatan one river basin, one plan, and one integrated

I. PENDAHULUAN. Kedaulatan Pangan, Kemandirian Pangan, dan Ketahanan Pangan. tanaman khususnya padi (Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian, 2015).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada kegiatan industri yang rumit sekalipun. Di bidang pertanian air atau yang

ANALISIS PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN IRIGASI DI DAERAH IRIGASI LIMAU MANIS KOTA PADANG SUMATERA BARAT OLEH

QANUN ACEH NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG IRIGASI BISMILLAHIRAHMANIRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM

BAB II KERANGKA TEORITIS

II. TINJAUAN PUSTAKA

NO LD. 23 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG WEWENANG, TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB KELEMBAGAAN PENGELOLAAN IRIGASI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/PRT/M/2015 TENTANG PENGELOLAAN ASET IRIGASI

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. mencatat, mengumpulkan serta menyalin data-data yang diperlukan dari dinas atau instansi

Transkripsi:

BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH IRIGASI WAY RAREM 3.1 Kondisi Geografis dan Administratif Kabupaten Lampung Utara Kabupaten Lampung Utara merupakan salah satu dari 10 kabupaten/kota di Provinsi Lampung. Letak Geografis wilayah Lampung Utara terletak pada : 104 o 30 105 o 08 Bujur Timur dan 4 o 34 5 o 06 Lintang Selatan dengan luas wilayah administrasi 2.725,63 km 2 atau 272.563 ha atau sekitar 7,72 % dari total wilayah Provinsi Lampung dengan mata pencaharian pokok penduduknya sebagai petani. Secara administrasi Kabupaten Lampung Utara terbagi menjadi 16 kecamatan dan 203 desa/kelurahan definitif dan persiapan. Kabupaten Lampung Utara berbatasan dengan : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Way Kanan Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Lampung Tengah Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Tulang Bawang Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lampung Barat 3.2 Kondisi Fisik Kabupaten Lampung Utara a. Topografi Pada umumnya bentuk medan topografi Kabupaten Lampung Utara terbagi atas 2 bagian : Sebelah barat lebih kurang 7 % dari luas Lampung Utara merupakan rangkaian pegunungan bukit barisan yang terdiri dari lereng-lereng yang curam atau terjal dengan ketunggiannya bervariasi antara 450 1500 m dari permukaan laut yang umumnya ditutupi oleh vegetasi hutan primer/sekunder. 42

Sebelah timur lebih kurang 93 % dari luas Kabupaten Lampung Utara terbentang dataran yang sebagian besar tertutup vulkanis awan gelap dan terbentang sawah serta perkebunan dataran rendah. b. Iklim Iklim dan curah hujan di kabupaten Lampung Utara dipengaruhi oleh kondisi morfologi alam, sehingga temperatur dan kelembaban di daerah ini rendah rata-rata 30 o dan pada musim penghujan bertiup angin barat laut sedangkan pada musim ke marau bertiup angin musim tenggara yang kering. c. Geologi Pada bagian utara terdapat lapisan sedimen vulkanis dari celah (fisaves errution) yag mengalami pelipatan di zaman peistosin tuan yang menghasilkan lapisan minyak bumi di dalam 4 seri lapisan palembang (palembang bed). Lapisan ini terdapat di Kotabumi yang ditandai dengan singkapan endapan tulfa masam. Data tentang endapan mineral di Kabupaten Lampung Utara belum banyak ditemukan sehingga potensi endapan bahan tambang belum banyak diketahui. Dari literatur dan peta geologi dapat di inventarisir adanya bahan-bahan tambang (endapan mineral) diantaranya : minyak bumi terdapat pada lapisan palembang-bed, terakumulasi sebagai lanjutan dari endapan minyak bumi di daerah palembang yakni sebelah timur Kotabumi. d. Penggunaan Lahan Pola penggunaan lahan di Kabupaten Lampung Utara terdiri dari perumahan, pekarangan, sawah, tegalan, kebun campuran, perkebunan, kehutanan serta perairan tawar. Diamati dari penggunaan lahannya daerah ini memiliki karakteristik yang berorientasi pada kegiatan pertanian. Penggunaan lahan di Kabupaten Lampung Utara tahun 2005 dapat dilihat dalam tabel III-1. 43

Tabel III-1 Penggunaan lahan di Kabupaten Lampung Utara No. Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Perumahan dan Pekarangan Sawah Tegal / Kebun Ladang / Huma Hutan Rakyat Kolam, Tambak dan Rawa Tanah tidak diusahakan Hutan Negara Perkebunan, dll 19.269 15.583 23.459 44.200 10.003 2.957 1.802 40.106 115.184 7.07 5.72 8.61 16.22 3.67 1.08 0.66 14.71 42.26 J u m l a h 272.563 100.00 Sumber : Lampung Utara Dalam Angka, 2005 e. Hidrologi Kabupaten Lampung Utara terdapat potensi yang tinggi untuk perkembangan di sektor pertanian. Sebagian besar sungai-sungainya mengalir dari arah barat yang berbukit-bukit menuju ke arah timur yang landai, yang sangat potensial untuk pengembangan irigasi. Sungai-sungai yang dimaksud antara lain : Way Rarem dengan panjang lebih kurang 53 km Way Sesah 3.3 Kondisi Daerah Irigasi Way Rarem Kondisi Daerah Irigasi Way Rarem ditinjau dari : 1. Kondisi Ketersediaan air 2. Kondisi fisik Jaringan Irigasi 3. Kondisi Manajemen Pembagian Air 4. Kondisi Kelembagaan 5. Kondisi Sosial-Ekonomi-Budaya 44

3.3.1 Kondisi Ketersediaan Air Kondisi ketersediaan air Daerah Irigasi Way Rarem tergolong cukup kritis dengan kemampuan waduk menampung air sejumlah 72.4 juta m 3, daerah irigasi ini hanya mampu mengairi areal seluas 14.590 ha. Hal ini terjadi karena kerusakan lahan daerah aliran sungai way rarem yang terjadi oleh penebangan hutan-hutan lindung dan pengolahan pertanian yang tidak mengikuti kaidah-kaidah konservasi. 3.3.2 Kondisi Fisik Jaringan Irigasi a. Bangunan Utama Bangunan utama pada Daerah Irigasi Way Rarem adalah berupa bendungan yang dapat menahan air dalam tampungannya sebesar 72,4 juta m 3. Kapasitas tampungan tersebut tidak sepenuhnya dapat dimanfaatkan untuk memasok kebutuhan air irigasi, namun hanya sebesar 56,9 juta m 3 saja yang disebut dengan tampungan efektif. Sedangkan sisanya yang sebesar 15,5 juta m 3 adalah merupakan tampungan yang disediakan untuk menampung sedimen yang masuk kedalam waduk. Oleh karena itu umur waduk biasanya sangat ditentukan oleh berapa lama tampungan sedimen tersebut akan penuh. Secara umum kondisi bangunan utama ini masih cukup baik, hanya pintu di intake mengalami kebocoran sehingga pengukuran debit tidak/kurang akurat. Bendungan Way Rarem dapat dilihat pada gambar III.1. di bawah ini : 45

Gambar 3.1 Bendungan Way Rarem Sumber : Dokumentasi Studi b. Saluran Pembawa Panjang saluran pembawa D.I. Way Rarem pada jaringan utama secara keseluruhan adalah 220 km. Saluran pembawa pada jaringan utama adalah saluran yang berfungsi membawa air dari bangunan pengambilan/utama sampai ke petak sawah. Saluran ini dibagi menjadi saluran induk dan saluran sekunder. Saluran Induk sepanjang 63,5 km; sepanjang 34 km membawa air dari intake sampai Bangunan pengambilan pertama (BR.3) mempunyai kapasitas pengaliran debit 22.22 m 3 /detik. Selanjutnya kapasitas saluran makin ke hilir semakin berkurang dengan adanya pengambilan pada bangunan bagi/sadap. Dengan kapasitas saluran sekunder terkecil 0,28 m 3 /detik. Selanjutnya dari jaringan utama air didistribusikan secara proporsional oleh jaringan tersier yang mempunyai saluran pembawa sepanjang 387 km. Kondisi saluran pembawa tersebut di atas secara umum sudah sangat menurun fungsinya hal ini terutama akibat banyaknya endapan lumpur dan kebocoran di sepanjang saluran terutama pada bagian saluran yang belum di lining. Hal ini tentu sangat mempengaruhi efisiensi pemberian air irigasi. Gambar III.2 di bawah ini menunjukkan saluran dan bangunan bagi yang akan membagi air ke saluran tersier dan kuarter untuk mengairi petak sawah. 46

Gambar 3.2 Gambar Fisik Jaringan Irigasi Way Rarem Saluran Sekunder Sidomukti Bangunan Bagi/Sadap Saluran Tersier Saluran Kuarter c. Bangunan Bagi/Sadap Bangunan bagi di sepanjang saluran pembawa pada jaringan utama secara keseluruhan berjumlah 14 buah di sepanjang saluran induk dan 25 buah di sepanjang saluran sekunder. Sedangkan Bangunan Sadap ada sebanyak 23 buah di saluran induk dan 219 buah di sepanjang saluran sekunder. Beberapa bangunan bagi tampak sudah kurang optimal dipandang dari fungsinya, sebab banyak pintu air yang telah mengalami kebocoran. 47

d. Gorong-gorong Pembawa Di Saluran induk hanya ada 2 buah gorong pembawa. Kondisi bangunan ini masih cukup baik, dalam arti masih berfungsi sesuai dengan rencana. e. Bangunan Silang Terdapat bermacam jenis Bangunan Silang di sepanjang saluran pembawa pada jaringan utama. Jenis dan jumlah bangunan silang yang terdapat di D.I. Way Rarem adalah sebagai berikut : - Siphon : 20 buah - Jembatan : 179 buah - Gorong-gorong Pembuang : 44 buah - Saluran Silang : 2 buah Dari bangunan silang tersebut di atas kondisi yang paling parah adalah siphon, karena bangunannya tertutup ( sub surface ) sehingga adanya sedimen dan kebocoran sulit untuk dideteksi. 3.3.3 Kondisi Manajemen Pembagian Air Kondisi manajemen pembagian air di daerah irigasi Way Rarem cukup memprihatinkan. Pengaturan pintu air untuk intake memang dilaksanakan sesuai dengan rencana pemberian air per dua mingguan. Namun pengaturan di pintu-pintu sadap terlihat kurang berjalan. Hal ini dapat diketahui dari kondisi pintu-pintu air yang kurang terawat dan banyak yang macet dan juga masih terjadi pencurian air. Dengan kenyataan demikian dapat diperkirakan bahwa manajemen pembagian air di daerah irigasi ini belum berjalan sesuai dengan rencana. 3.3.4 Kondisi kelembagaan Secara administrasi daerah irigasi Way Rarem berada di antara dua wilayah Kabupaten yakni Kabupaten Lampung Utara dan Kabupaten 48

Tulang Bawang. Oleh karena itu daerah irigasi Way Rarem berada di bawah pengelolaan Dinas Pengairan Propinsi Lampung yang secara representatif dijalankan oleh Balai PSDA Way Mesuji-Tulang Bawang dan Proyek O&P Irigasi Way Rarem. Proyek O&P Irigasi Way Rarem langsung berada dibawah Dinas Pengairan Propinsi cq. Sub-Dinas Operasi dan Pemeliharaan yang dibiayai oleh Pemerintah Daerah Propinsi Lampung dengan sumber dana APBD, sedangkan Balai PSDA Way Mesuji-Tulang Bawang berada di bawah koordinasi Proyek Irigasi dan Rawa Andalan Lampung, yang dibiayai oleh pemerintah pusat dengan sumber dana APBN. A. Unit Pelaksana Teknis Daerah irigasi Way Rarem mempunyai organisasi pelaksana yang terdiri atas 5 UPT (Unit Pelaksana Teknis), yakni : 1. UPT. Pekurun 2. UPT. Sidomukti 3. UPT. Tata Karya 4. UPT. Daya Murni 5. UPT. Pulung Kencana. B. Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Di tingkat jaringan tersier, Operasi dan Pemeliharaannya diserahkan kepada organisasi Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A). Di tingkat lahan usaha tani masih ada lembaga lain yang terkait secara langsung dalam praktek bercocok tanam yakni dari Dinas Pertanian tanaman pangan. Lembaga ini mempunyai petugas penyuluh lapangan (PPL) yang langsung berinteraksi dengan petani, jadi aplikasi pola tanam dan jadwal pemberian air disosialisasikan melalui para PPL ini. 49

3.3.5 Kondisi Sosial-Budaya Sebagian besar penduduk merupakan transmigran asal Jawa dan Bali. Dengan demikian kondisi sosial-budaya masyarakat petani di daerah irigasi ini tidak terlalu asing dengan praktek kultur pertanian padi. Oleh karena itu sebagian masyarakat masih sering membawa praktek pertanian dari daerah asalnya, seperti misalnya : masyarakat yang berasal dari Jawa membawa kultur Pranoto Mongso, sedangkan masyarakat dari Bali membawa kultur pertanian Subak. Kedua kultur tersebut di atas merupakan praktek pertanian tradisional yang dipelajari turun temurun di daerah asal mereka. Hal itu tidak terlepas dari sistem budaya mereka yang dulunya dekat dengan alam. Kultur Pranoto Mongso pada prinsipnya merupakan pemahaman musim dalam kaitannya dengan cara bercocok tanam. Daerah irigasi Way Rarem merupakan daerah irigasi teknis yang dilengkapi dengan sarana tampungan berupa waduk buatan, tentu akan mempunyai kaidah tersendiri yang berbeda dengan irigasi non-teknis. Dengan demikian kultur Pranoto Mongso mempunyai potensi menimbulkan konflik di daerah irigasi Way Rarem. Sedangkan kultur Subak merupakan sistem pola tata air dengan prinsip keadilan. Dengan demikian kultur Subak ini justru sangat mendukung praktek pertanian irigasi teknis. 3.4 Program Pengelolaan Irigasi (Water Resources and Irrigation Sector Management Program) Water Resources and Irrigation Sector Management Program (WISMP) yaitu Program pengelolaan sektor irigasi dan sumber daya air yang merupakan Program Pengelolaan Irigasi Partisipatif. Pengelolaan Irigasi Partisipatif merupakan pelaksanaan irigasi berdasarkan partisipasi petani yang dimulai sejak ide pertama hingga keputusan akhir, pada kegiatan perencanaan, konstruksi, peningkatan, 50

operasi, pemeliharaan, dan rehabilitasi. Kepemilikan jaringan irigasi dan tanggung jawab atas berfungsinya sistim irigasi secara tepat, sebenarnya tetap berada pada Pemerintah. Berbagai permasalahan dan tantangan pembangunan yang dihadapi pemerintah saat ini seperti kualitas sumber daya manusia yang pada umumnya masih rendah mempengaruhi kemampuan dalam mengelola sumber daya air. Kondisi pelayanan dan penyediaan infrastruktur mengalami penurunan kuantitas dan kualitas yang akan mempengaruhi perbaikan kesejahteraan rakyat. Berdasarkan permasalahan dan tantangan tersebut di atas disusun program kegiatan WISMP dengan sasaran meningkatnya pelayanan kepada masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya air melalui penyelenggaraan otonomi daerah dan kepemerintahan daerah sesuai Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah dan Undang- Undang No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, serta penyempurnaan kebijakan tentang Irigasi. Program ini akan dilaksanakan dalam jangka waktu sepuluh tahun ( 2005-2015) dengan menyelenggarakan proses peningkatan kapasitas kelembagaan dinas di provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tengah dalam rangka mencapai penyempurnaan pengaturan dan perencanaan di sektor ini, serta untuk meningkatkan kemampuan manajemen dan keberlanjutan pendanaan dari instansi-instansi yang bersangkutan, serta peningkatan fisik prasarana dan sarana sumberdaya air dan irigasi. Program WISMP akan dilaksanakan dari tahun 2005 hingga 2015 dengan tigatahap APL (Adjustable Program Loan) Bank Dunia. Tahap I APL disebut WISMP I (2005 2009), tahap II APL disebut WISMP II (2010 2013) dan tahap III APL disebut WISMP III (2013 2015) 51

Tujuan Program WISMP Tahap I adalah untuk memulai proses peningkatan kemampuan pengelolaan jaringan irigasi partisipatif pada 13 propinsi dan 70 kabupaten meliputi : (i) Peningkatan kemampuan pengaturan untuk pengelolaan jaringan irigasi agar perkumpulan petani pemakai air berpartisipasi dalam pengelolaan irigasi sesuai dengan kemampuannya. (ii) Peningkatan kemampuan untuk memperbaiki kinerja pengelolaan dan lembaga pengelola sumber daya air. (iii) Mencapai keberlanjutan fiskal dalam pendanaan irigasi, dan (iv) Pengembangan kemampuan lokal yang berkelanjutan untuk peningkatan kemampuan yang berkesinambungan Program WISMP Tahap I dibagi menjadi 2 komponen utama yaitu: pengelolaan sektor sumber daya air wilayah sungai dan pengelolaan irigasi partisipatori. Kegiatan pengelolaan sektor wilayah sungai dilaksanakan oleh pemerintah pusat dan 12 pemerintah propinsi, sedangkan komponen pengelolaan irigasi partisipatori dilaksanakan terutama oleh pemerintah kabupaten salah satunya dilaksanakan di Kabupaten Lampung Utara di wilayah UPT Sidomukti Daerah Irigasi Way Rarem. Pelaksanaan program WISMP Tahap I di wilayah UPT Sidomukti Daerah Irigasi Way Rarem telah dimulai pada tahun 2006 yang terdiri dari : (i) Pelatihan Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi (ii) Revitalisasi / penyegaran kembali organisasi perkumpulan petani penakai air (P3A/GP3A) (iii) Penyuluhan dan penyebaran informasi (iv) Penyusunan Rencana Teknis yaitu : Penyusunan Rencana Tata Tanam Global Penyusunan Rencana Tata Tanam Detail Penyusunan rencana rehabilitasi dan up grading Penyusunan Angka Kebutuhan Nyata Pengelolaan Irigasi (AKNPI) Penyusunan Angka Kebutuhan Nyata Operasi & Pemeliharaan (AKNOP) 52

Pengembangan kapasitas yang dilakukan dalam program Water Resources and Irrigation Sector Management Program pada tahun 2006 di UPT Sidomukti adalah : (i) Penyegaran kembali/revitalisasi organisasi perkumpulan petani penakai air (P3A/GP3A). Revitalisasi ini merupakan usaha pemerintah untuk mewujudkan kelembagaan P3A dan GP3A yang mandiri dan otonom. Pemerintah memfasilitasi dan memberi peluang P3A/GP3A agar menjadi berstatus hukum dengan akte notaris dan memiliki rekening bank atas nama GP3A dan P3A sehingga dapat mewakili kepentingan seluruh anggotanya untuk berhubungan dengan pihak luar, menyalurkan aspirasi dalam memanfaatkan sumber daya air dan pengelolaan air irigasi dengan azaz kedaulatan dan kemandirian dalam bidang sosial ekonomi. (ii) Mengadakan Pelatihan Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Pelatihan ini merupakan pelatihan teknis irigasi. Pelatihan teknis irigasi diarahkan kepada peningkatan dan penguasaan keterampilan praktis di bidang keirigasian seperti : tata cara pemadatan tanah, pembacaan alat ukur debit yang sederhana, cara membagi air antar blok kuarter, cara penelusuran jaringan dan menghitung angka kebutuhan nyata pengelolaan irigasi serta menghitung angka kebutuhan nyata operasi & pemeliharaan. (iii) Penyuluhan dan Penyebaran Informasi Dalam kegiatan ini dijelaskan kegiatan pelaksanaan program WISMP di Daerah Irigasi Way Rarem yang mencakup UPT Sidomukti Tahun 2006 dan UPT Tata Karya Tahun 2007 yang masuk dalam wilayah Kabupaten Lampung Utara. UPT Sidomukti telah dilaksanakan revitalisasi organisasi GP3A/P3A yang telah berbadan hukum dan telah melakukan penghitungan anggaran biaya 53

bersama dengan koordinator program sebagai pelaksana program WISMP, dalam hal ini Dinas Pengairan untuk pengelolaan irigasi dan operasi pemeliharaan. Dalam kegiatan penyuluhan ini disampaikan bahwa pada tahun 2008 sampai 2009, pemerintah melalui kegiatan Program WISMP akan mengalokasikan dana sesuai dengan perhitungan biaya di atas. Dana tersebut diberikan dengan kontrak pekerjaan antara GP3A/P3A dengan pemerintah Organisasi Unit Pelaksana Teknis Sidomukti, memiliki 4 (empat) Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air yaitu GP3A Sasana Tani Boga, GP3A Tirto Mulyo, GP3A Karya Bakti Luhur, GP3A Tirta Mertani dan masing-masing GP3A membawahi beberapa P3A. Kewenangan pengelolaan irigasi untuk GP3A yaitu melaksanakan pengelolaan irigasi di jaringan tersier di wilayahnya. Ada pun P3A yang menjadi anggota GP3A Sasana Tani Boga adalah : 1. P3A Yekti Rahayu Desa Sido Mukti, Luas areal 134 Ha, jumlah anggota 165. 2. P3A Rejo Mulyo Desa Sido Mukti, Luas areal 123.5 Ha, jumlah anggota 128. 3. P3A Karya Tani Desa Sido Mukti, Luas areal 130 Ha, jumlah anggota 128 P3A yang menjadi anggota GP3A Tirto Mulyo adalah : 1. P3A Suka Mandiri Desa Sido Mukti, Luas areal 236 Ha, jumlah anggota P3A 141 Orang. 2. P3A Suka maju Desa Sido Mukti, Luas areal 275 Ha, jumlah anggota 198. 3. P3A Suka Makmur Desa Sido Mukti, Luas areal 280 Ha, jumlah anggota 84 P3A yang menjadi anggota GP3A Karya Bakti Luhur adalah : 1. P3A Karya Remaja Desa Semuli Jaya, Luas areal 315.24 Ha, jumlah anggota P3A 264 Orang 2. P3A Karya Tani Mukti Desa Semuli Raya, Luas areal 204.5 Ha, jumlah anggota P3A 142 Orang. 54

3. P3A Tunas Harapan Desa Gedung Nyapah, Luas areal 215.5 Ha, jumlah anggota P3A 115 Orang. P3A yang menjadi anggota GP3A Tirta Martani adalah : 1. P3A Sumber Arum Desa Peraduan Waras, Luas areal 143 Ha, jumlah anggota P3A 56 Orang 2. P3A Sido Makmur Desa Peraduan Waras, Luas areal 54 Ha, jumlah anggota P3A 64 Orang 3. P3A Sido Asih Desa Peraduan Waras, Luas areal 81Ha, jumlah anggota 99 Tanggungjawab dan kewenangan GP3A adalah : 1. Sebagai Koordinator kegiatan pengelolaan sistem irigasi partisipatif yang dilaksanakan P3A; 2. Sebagai Koordinator pengelolaan IPI (Iuran Pengelolaan Irigasi) yang dikumpulkan oleh P3A; 3. Membantu pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh P3A yang berada di wilayahnya; 4. Membimbing dan mengawasi para anggota P3A agar mematuhi semua peraturan yang ada hubungannya dengan pengelolaan irigasi. 55