Hubungan Antara Status Gizi dengan Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar

dokumen-dokumen yang mirip
GIZI KESEHATAN MASYARAKAT. Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 JATEN KARANGANYAR

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

1 Universitas Indonesia

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDAPATAN KELUARGA DAN POLA ASUH DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA BONGKUDAI KECAMATAN MODAYAG BARAT Rolavensi Djola*

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan.kualitas sumber. daya manusia (SDM) memainkan peran penting dalam pembangunan

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

I. PENDAHULUAN. keberadaanya. Sejak tahun 1970 para pembuat kebijakan pembangunan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu

BAB II LANDASAN TEORI

GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN CV. SINAR MATAHARI SEJAHTERA DI KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MURID KELAS III SDN 32 BEURAWE BANDA ACEH TAHUN 2012

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. anak menjadi lemah dan cepat lelah serta berakibat meningkatnya angka absensi serta

BAB III METODE PENELITIAN

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan

BAB I PENDAHULUAN. 2004, didapatkan bahwa prevalensi karies di Indonesia mencapai 85%-99%.3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Respati, Kesehatan, Vol. 2, No. 1, April 2012: 1 5 1

GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DAN BURUK DI KELURAHAN LANDASAN ULIN TENGAH KECAMATAN LIANG ANGGANG KOTA BANJARBARU

BAB I PENDAHULUAN. laut Indonesia diperkirakan sebesar 5.8 juta km 2 dengan garis pantai terpanjang

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA ANAK KELAS V SDN 01 KADILANGGON WEDI KLATEN. Endang Wahyuningsih ABSTRAK

BAB III KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh

Pola Konsumsi Omega 3 Dari Makanan Berbahan Ikan Pada Ibu Hamil di Kota Tarakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. umum pada tingkat setinggi mungkin (Almatsier, 2002). mempengaruhi status gizi diantaranya adalah faktor langsung: konsumsi

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI MALALAYANG KECAMATAN MALALAYANG. Nonce Nova Legi

ISSN Vol 2, Oktober 2012

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM

BAB I PENDAHULUAN. Survei Antar Sensus BPS 2005 jumlah remaja di Indonesia adalah 41 juta jiwa,

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: RUDI SETIAWAN J

BAB I PENDAHULUAN. sebelum berangkat melakukan aktivitas sehari-hari (Utter dkk, 2007).

KEBIASAAN MINUM TABLET FE SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN 2016

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DIII KEBIDANAN TINGKAT I POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK UMUR 1 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKUAN BARU KOTA JAMBITAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11

BAB IV METODE PENELITIAN. kalsium, frekuensi konsumsi sumber kalsium anak, frekuensi konsumsi

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN ZAT GIZI MIKRO DAN MORBIDITAS TERHADAP STATUS GIZI SISWA SISWI DI SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode cross sectional, dimana data yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI KOTA SIBOLGA TAHUN 2014

PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR BAYI MELALUI STIMULASI IBU DI KELURAHAN KEMAYORAN SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kecerdasan terutama pada anak-anak (Arisman, 2004). Gangguan

MENGENAL PARAMETER PENILAIAN PERTUMBUHAN FISIK PADA ANAK Oleh: dr. Kartika Ratna Pertiwi, M. Biomed. Sc

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN STUNTING

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI KORELASIONAL ANTARA STATUS GIZI DENGAN PRESTASI AKADEMIK PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI CILAMPENI I KABUPATEN BANDUNG

BAB II T1NJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDAPATAN DAN PENGELUARAN PANGAN-NON PANGAN KELUARGA DENGAN STATUS GIZI ANAK PRASEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI

BAB I PENDAHULUAN. usia dini sangat berdampak pada kehidupan anak di masa mendatang. Mengingat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang sejak. pembuahan sampai mencapai dewasa muda. Pada masa tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

DAFTAR PUSTAKA. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Jakarta.

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah anak antara 6-14 tahun, merupakan siklus hidup manusia

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. kurang, gizi baik, dan gizi lebih (William, 2010).

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA

METODE PENELITIAN. cross sectional, dimana variabel bebas yaitu perilaku makan pagi (sarapan)

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Pertumbuhan manusia merupakan proses dimana manusia. meningkatkan ukuran dan perkembangan kedewasaan dan

HUBUNGAN LINGKAR KEPALA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 1-24 BULAN DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PERTIWI MAKASSAR

HUBUNGAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK KELAS V SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU AL AZHAR KEDIRI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 11 BANDA ACEH TAHUN 2013

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

BAB I PENDAHULUAN. (Suharno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Status pendidikan dan ekonomi sebuah negara berkaitan erat dengan

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN SARAPAN PAGI DAN KEBIASAAN JAJAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR DI SDN BANYUANYAR III SURAKARTA

(jenis kelamin), faktor lingkungan (jumlah anggota keluarga), faktor sosial ekonomi

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. melalui perbaikan perilaku masyarakat dalam pemberian makanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan anak balita ini rawan gizi dan rawan kesehatan antara lain : sehingga perhatian ibu sudah berkurang.

Transkripsi:

Hubungan Antara Status Gizi dengan Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar Waode sitti asfiah udu *Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat/Kedokteran Komunitas FK UHO ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar pada siswa Sekolah Dasar. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Cross sectional dengan cara observasional analitik. Subyek penelitian ini adalah 37 siswa SDN Serayu, 38 siswa SD Netral C, dan 18 siswa SD Taman Siswa di Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengambil data primer berupa ukuran berat badan dan tinggi badan yang digunakan untuk menetapkan status gizi, sedangkan data sekunder berupa prestasi belajar yang ditentukan berdasarkan nilai raport. Untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar digunakan uji statistik Chi-square. Berdasarkan pengukuran status gizi dari sampel SDN Serayu diperoleh hasil 33 anak (89,19%) berstatus gizi baik,, 3 anak (8,11%) berstatus gizi kurang dan 1 anak (2,7%) berstatus gizi buruk. Hasil pengukuran indeks prestasi diperoleh 16 anak (43,24%) dengan indeks prestasi baik, 16 anak (43,24%) indeks prestasi sedang dan 5 anak (13,52%) indeks prestasi kurang. Pengukuran status gizi dari sampel SD Netral C diperoleh hasil 29 anak (76,32%) berstatus gizi baik, 9 anak (23,68%) berstatus gizi kurang dan tidak ada anak dengan status gizi buruk. Hasil pengukuran indeks prestasi diperoleh 27 anak (71,05%) dengan indeks prestasi baik, 11 anak (28,95%) indeks prestasi sedang dan tidak ada anak dengan indeks prestasi kurang. Pengukuran status gizi dari sampel SD Taman Siswa diperoleh hasil 12 anak (66,67%) berstatus gizi baik, 6 anak (33,33%) berstatus gizi kurang dan tidak ada anak dengan status gizi buruk. Hasil pengukuran indeks prestasi sampel diperoleh 9 anak (50%) dengan indeks prestasi baik, 9 anak (50%) indeks prestasi sedang dan tidak ada anak dengan indeks prestasi kurang. Dari hasil analisis chi square disimpulkan bahwa ada hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar siswa (p<0,05). Kata kunci : siswa, status gizi, prestasi belajar PENDAHULUAN Data sejumlah provinsi di Indonesia menunjukkan masalah gizi kurang pada anak sekolah masih memperihatinkan. Kasus gizi buruk (marasmus, kwashiorkor dan marasmik kwashiorkor) yang telah lama sulit dijumpai, pada tahun 1998 merebak di berbagai provinsi. Keadaan ini menunjukkan bahwa masih banyak anak diusia dini yang mengalami kesulitan dan hambatan dalam kelangsungan hidup serta proses tumbuh kembangnya (Muljati et al., 2002). Beberapa peneliti membuktikan bahwa peran gizi terhadap perkembangan mental, perkembangan jasmani, produktivitas dan intelektual cukup kuat (Berg, 1986). Lebih dari 20 tahun terakhir berbagai penelitian juga mengungkapkan korelasi positif antara gizi, terutama pada masa pertumbuhan serta perkembangan fungsi otak. Ini berlaku sejak anak masih berbentuk janin dalam rahim ibu. Pada janin terjadi pertumbuhan otak secara proliferatif (jumlah sel bertambah), artinya terjadi pembelahan sel yang sangat pesat. Kalau pada masa itu asupan gizi pada ibunya kurang, asupan gizi pada janin juga kurang. Akibatnya jumlah sel otak menurun, terutama cerebrum dan cerebellum, diikuti dengan penurunan jumlah protein, glikosida, lipid, dan enzim. Fungsi neurotransmiternya pun menjadi tidak normal. Kemampuan abstraktif, verbal, dan mengingat mereka lebih rendah daripada anak yang mendapatkan gizi baik (Suhardjo, 1992). Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh 36

mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990). Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar anak. Secara garis besar dibagi menjadi faktor endogen atau internal, yaitu semua faktor yang berada di dalam diri anak tersebut dan faktor eksogen atau eksternal, yaitu semua faktor yang berada di luar diri anak. Faktor endogen dibagi menjadi faktor fisik dan psikis, sedangkan faktor eksogen terdiri dari faktor keluarga, sekolah, masyarakat atau lingkungan sekitarnya (Syah, 2004). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji seberapa jauh hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar. METODE Populasi penelitian adalah siswa Sekolah Dasar di Yogyakarta. Subyek penelitian adalah siswa SDN Serayu Yogyakarta, siswa SD Netral C Yogyakarta, siswa SD Taman Siswa Yogyakarta terdiri dari siswa kelas IV di masing-masing sekolah. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Data primer berupa ukuran tinggi badan dan berat badan, dipakai untuk menetapkan status gizi sedangkan data sekunder berupa indeks prestasi (nilai rapor). Alat ukur yang digunakan dalam mengukur Berat Badan (BB) adalah timbangan pijak yang memiliki kepekaan 0,1 kg yang ditera sebelum dioperasikan. Untuk Tinggi Badan (TB) digunakan alat ukur mikrotoise dengan ketelitian 0,1 cm yang ditera sebelum dioperasikan. Ukuran yang dipakai untuk menentukan status gizi anak berdasarkan Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB), yang telah disesuaikan dengan menggunakan WHO-NCHS (National Center For Health Statistics) yang disesuaikan dengan anak Indonesia, yaitu persentil 50 = 100%, dengan kriteria Status gizi baik bila : > 90% Status gizi kurang bila: 81%-90%. Status gizi buruk bila: < 80% Sedangkan untuk menentukan indeks prestasi berdasarkan nilai rapor dalam satu tahun ajaran terakhir, dengan kriteria sebagai berikut : Baik bila rata-rata : 7,00. Sedang bila rata-rata: 6,00 - <7,00 Kurang bila rata-rata: < 6,00 Untuk menentukan hubungan antara status gizi dengan indeks prestasi digunakan uji statistik Chi-Square. HASIL DAN PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian pada siswa di beberapa Sekolah Dasar di Yogyakarta yaitu siswa SDN Serayu Yogyakarta, siswa SD Netral C Yogyakarta, dan siswa SD Taman Siswa Yogyakarta terdiri dari siswa kelas IV di masing-masing sekolah berjumlah 93 anak yang terdiri atas 47 anak perempuan dan 46 anak laki-laki. Hasil pengukuran status gizi berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 1, 2 dan 3. Berdasarkan pengukuran status gizi menurut jenis kelamin diperoleh bahwa frekuensi anak perempuan yang mempunyai status gizi baik lebih besar daripada anak laki-laki, hal tersebut disebabkan oleh karena pertumbuhan terjadi lebih cepat pada anak perempuan dan lebih lambat pada anak laki-laki (Latief et al., 2002). Menurut Pudjiadi (2003) bahwa growth spurt pada anak perempuan sudah dimulai pada umur antara 10 dan 12 tahun, sedangkan pada anak lakilaki baru pada umur 12 sampai 14 tahun, hingga pada periode tertentu tinggi badan anak perempuan melebihi tinggi badan anak laki-laki. Pada usia 9, 10, 13 dan 14 tahun anak perempuan cenderung lebih tinggi daripada anak 37

laki-laki karena pengaruh perkembangan awal remajanya, anak laki-laki akan memulai tahap remajanya setahun lebih lambat daripada anak perempuan (Harlock, 2005). Adanya perbedaan jaringan lemak pada laki-laki dan perempuan serta perbedaan tebal lipatan kulit antara anak perempuan dan laki-laki, dimana perempuan lebih tebal dari laki-laki (Nelson, 1999). Hal tersebut diatas akan mempengaruhi berat badan dan tinggi badan pada anak perempuan dan anak laki-laki sehingga mempengaruhi juga status gizinya, dimana pada penelitian ini perbandingan berat badan dan tinggi badan (BB/TB) digunakan sebagai ukuran untuk menilai status gizi anak. Tabel 4. Distribusi frekuensi indeks prestasi siswa SDN Serayu Yogyakarta menurut jenis kelamin Indeks Prestasi Perempuan Baik 10 52,63 6 33,33 Sedang 9 47,37 7 38,89 Kurang 0 0 5 27,78 Jumlah 19 100,0 18 100,0 Tabel 5. Distribusi frekuensi indeks prestasi siswa SD Netral C Yogyakarta menurut jenis kelamin Indeks Prestasi Perempuan Baik 14 73,68 13 68,42 Sedang 5 26,32 6 31,58 Kurang 0 0 0 0 Jumlah 19 100,0 19 100,0 Tabel 6. Distribusi frekuensi indeks prestasi siswa SD Taman Siswa Jetis Yogyakarta menurut jenis kelamin Indeks Prestasi Perempuan Baik 4 44,44 5 55,56 Sedang 5 55,56 4 44,44 Kurang 0 0 0 0 Jumlah 9 100,0 9 100,0 Hasil pengukuran indeks prestasi siswa dapat terlihat pada tabel 4,5 dan 6. Hasil pengukuran indeks prestasi menurut jenis kelamin diperoleh hasil bahwa frekuensi anak perempuan dengan indeks prestasi baik lebih besar bila dibandingkan dengan anak laki-laki baik di Sekolah Dasar Negeri Serayu maupun Sekolah Dasar Netral C Yogyakarta (tabel 4 dan 5). Hal ini terjadi karena pada usia sekolah (6-12 tahun) sifat khusus yang biasanya tercapai adalah adanya rasa mempunyai tanggung jawab, dimana anak mulai meninggalkan dunia fantasi yang berlebihan. Mereka mulai memasuki dunia nyata dan menunaikan tugas umum dan sosialnya dengan bertanggung jawab. Anak lakilaki cenderung lebih suka pada kehudupan yang sifatnya tidak mendukung belajar, sehingga dapat mempengaruhi indeks prestasinya (Maramis, 1980). Dari hasil pengukuran status gizi siswa menurut indeks prestasi dan jenis kelamin, diperoleh hasil bahwa anak perempuan dengan status gizi baik dengan indeks prestasi baik lebih banyak apabila dibandingkan dengan anak laki-laki (tabel 7, 8, dan 9). Banyak faktor yang mempengaruhi indeks prestasi belajar selain faktor gizi diantaranya yaitu faktor-faktor internal meliputi: kecerdasan, bakat, minat, motivasi panca indera, kondisi fisik umum, sedangkan faktor eksternal meliputi: kondisi tempat belajar, sarana dan perlengkapan belajar, materi pelajaran, kondisi lingkungan belajar dapat mengganggu atau mendukung dalam belajar (Azwar, 2002). Hasil penelitian indeks prestasi menurut status gizi dan jenis kelamin di Sekolah Dasar Serayu, Sekolah Dasar Netral C Yogyakarta, Sekolah Dasar Taman Siswa Jetis Yogyakarta menunjukkan frekuensi siswa Sekolah Dasar dengan status gizi baik dan indeks prestasi baik lebih 38

besar daripada siswa Sekolah Dasar dengan status gizi kurang dan indeks prestasi baik (tabel 7, 8, 9). Tabel 7. Distribusi frekuensi status gizi siswa SDN Serayu Yogyakarta menurut indeks prestasi dan jenis kelamin Perempuan Statu Gizi Indeks Prestasi Baik Sedang Kurang Baik 6 7 3 Kurang 0 0 2 Jumlah 6 7 5 Baik 10 7 0 Kurang 0 1 0 Buruk 0 1 0 Jumlah 10 9 0 Tabel 8. Distribusi frekuensi status gizi siswa SD Netral C Yogyakarta menurut indeks prestasi dan jenis kelamin Status Indeks Prestasi Gizi Baik Sedang Kurang Baik 7 6 0 Kurang 6 0 0 Jumlah 13 6 0 Baik 11 5 0 Perempuan Kurang 3 0 0 Jumlah 14 5 0 Tabel 9. Distribusi frekuensi status gizi siswa SD Taman Siswa Jetis Yogyakarta menurut indeks prestasi dan jenis kelamin Status Indeks Prestasi Gizi Baik Sedang Kurang Baik 4 2 0 Kurang 1 2 0 Jumlah 5 4 0 Baik 4 2 0 Perempuan Kurang 0 3 0 Jumlah 4 5 0 Uji analisis statistik dengan Chi square menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan indeks prestasi pada siswa Sekolah Dasar Negeri Serayu Yogyakarta, siswa Sekolah Dasar Netral C Yogyakarta, dan siswa Sekolah Dasar Taman Siswa Yogyakarta. Hal ini sesuai dengan teori bahwa kelompok anak dengan gizi kurang mempunyai perilaku yang tidak menunjang keberhasilan akademik, misalnya kurang perhatian di dalam kelas, daya ingat rendah, dan tidak ada motivasi. Anak yang menderita marasmus pada usia 1-2 tahun menunjukkan kemampuan akademis lebih rendah ketika diukur pada usia 5-11 tahun. (Khomsan, 2003). Menurut Harlock (2005) apabila kekurangan gizi terjadi pada tahuntahun pertama kehidupan anak akan mempengaruhi sel-sel otak, sehingga kemampuan anak untuk menangkap hal-hal yang memerlukan kecerdasan menjadi kurang berkembang. Apabila kekurangan gizi terjadi pada usia-usia selanjutnya, maka kemampuan anak untuk belajar akan terganggu.adanya hubungan positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi dimana apabila jasmaninya sehat banyak prestasi yang diperoleh (Yusuf, 2004). Menurut Haditono keadaan gizi merupakan salah satu faktor penting yang berperan dalam menentukan keberhasilan belajar dimana apabila keadaan gizi dapat dicapai pada tingkat yang lebih tinggi maka secara fisik anak lebih mampu untuk menggunakan kapasitas otaknya lebih baik (Haditono et al,.2001). Anak yang menderita Kekurangan Energi Protein (KEP) dalam jangka panjang pada usia muda mempengaruhi sistem saraf pusat, terutama kecerdasan mereka (Pudjiadi, 2003). Jaringan otak anak yang tumbuh normal akan mencapai 80 90% jumlah sel otak orang dewasa pada umur 3-4 tahun sehingga apabila terjadi defisiensi gizi dapat menimbulkan hambatan pada pertumbuhan sel-sel otak, yang akan bersifat permanent sehingga akan 39

menghasilkan seorang dewasa yang kapasitas intelektualnya lebih rendah dari yang seharusnya dapat dicapai (Sediaoetama, 2000). SIMPULAN Dalam penelitian ini dapat disimpulakan bahwa siswa yang berstatus gizi baik menurut BB/TB mempunyai indeks prestasi yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang berstatus gizi kurang. Hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar siswa ialah semakin baik status gizi responden akan semakin baik prestasi belajarnya. DAFTAR PUSTAKA Azwar, S. 2002, Pengantar Psikologi Intelegensi, Pustaka Pelajar Offset, Yogyakarta. Berg, A. 1986, Peran Gizi Dalam Pembangunan Nasional, Rajawali, Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990, Kamus Besar bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta. Haditono, S. R., Monks, F. J., Knoers, A. M. P., 2001, Psikologi Perkembangan, Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Harlock, E. B., 2005, Perkembangan anak, Jilid I, Erlangga, Jakarta. Khomsan, A., 2003, Pangan Dan Gizi Untuk Kesehatan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Latief, A., Tulus, P. S., Ghazali, M. V., Pudjiadi, A., Napitupulu, P. M., 2002, Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Infomedika, Jakarta. Maramis, W. F., 1980, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga Universitas Press, Surabaya. Muljati, S., Budiman, B., 2002, Pola Pengeluaran per-bulan pada rumah tangga yang memiliki balita gizi kurang dan dampaknya terhadap konsumsi gizi, Jurnal Kedokteran Yarsi 10 (3) : 26-32. Nelson, 1999, Ilmu Kesehatan Anak, Vol. I, EGC, Jakarta. Pudjiadi, S., 2003, Ilmu Gizi Klinis Pada Anak, Gaya Baru, Jakarta. Sediaoetama, A. D., 2000, Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi, Edisi I, Dian Rakyat, Jakarta Timur. Suhardjo, 1992, Pemberian Makanan Pada Bayi Dan Anak, Kanisius, Yogyakarta. Syah, M., 2004, Psikologi Pendidikan dalam Suatu Pendekatan Baru, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. Yusuf, S., 2004, Psikologi Perkembangan Anak dan Dewasa, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. 40