TINJAUAN PUSTAKA. Tumbuhan karamunting (Rhodomyrtus tomentosa Wight.) adalah tumbuhan liar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika dari hewan teripang (Martoyo dkk, 2006) adalah sebagai berikut:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sabrang sudah dibudidayakan sebagai salah satu tanaman obat (Galingging, 2009).

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

pohon yang tingginya bisa mencapai 5-15 m, daun berbentuk bulat memanjang, daun berbagi-bagi, ujung daunnya meruncing, mempunyai toreh, dalamnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teripang merupakan hewan berkulit duri (Echinodermata). Namun tidak

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal.

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA

Beberapa keuntungan dari kromatografi planar ini :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. serta negara-negara di kawasan Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia dan

BAB 3 METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sistematika tumbuhan, morfologi tumbuhan, kandungan senyawa kimia serta

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan.

Kelompok 2: Kromatografi Kolom

KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS)

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT. ANALISIS Etil p-metoksi sinamat DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar

Kromatografi tambahan. Imam S

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1.

Lampiran 1. Surat Identifikasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi-Bogor.

BABm METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Serbuk Simplisia Pengumpulan Bahan Determinasi Tanaman

KROMATOGRAFI. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

Lampiran 1. Gambar tumbuhan gambas (Luffa cutangula L. Roxb.)

BAB I PENDAHULUAN. kuat dilaboratorium kimia. Metode kromatografi, karena pemanfaatannya

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

Penentuan struktur senyawa organik

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk.

PEMISAHAN ZAT WARNA SECARA KROMATORAFI. A. Tujuan Memisahkan zat-zat warna yang terdapat pada suatu tumbuhan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Persentase inhibisi = K ( S1 K

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian ini telah berhasil diisolasi senyawa flavonoid murni dari kayu akar

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan rhodamin

Metoda-Metoda Ekstraksi

Percobaan 4 KROMATOGRAFI KOLOM & KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS. Isolasi Kurkumin dari Kunyit (Curcuma longa L)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kering, dengan hasil sebagai berikut: Table 2. Hasil Uji Pendahuluan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia

LEMBAR PENGESAHAN. Jurnal yang berjudul Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dalam Daun Tembelekan. Oleh Darmawati M. Nurung NIM:

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Simplisia 3.4 Karakterisasi Simplisia

III. BAHAN DAN METODA

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA. Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK. Waktu 150 menit. Kementerian Pendidikan Nasional

LAPORAN TETAP KIMIA ANALITIK INSTRUMEN

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK (KI2051) PERCOBAAN 03 PEMISAHAN SENYAWA ORGANIK: EKSTRAKSI DAN ISOLASI KAFEIN DARI DAUN TEH SERTA UJI ALKALOID

Bab III Metodologi Penelitian

DESTILASI SECARA UMUM

METODE EKSTRAKSI Ekstrak Ekstraksi 1. Maserasi Keunggulan

PERCOBAAN 04 KROMATOGRAFI KOLOM DAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS : ISOLASI KURKUMIN DARI KUNYIT (Curcuma longa L.) DAN PEMISAHAN ZAT (KI- 2051)

PERCOBAAN X KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis

BABV Kromatografi Kolom (Column Chromatography)

Titik Leleh dan Titik Didih

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

SENYAWA KIMIA BAHAN ALAM TERPENOID. Oleh: Ramadani

EKSTRAKSI Ekstraksi padat-cair Ekstraksi cair-cair Ekstraksi yang berkesinambungan Ekstraksi bertahap Maserasi metode ekstraksi padat-cair bertahap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dari daerah Soreang dan Sumedang. Tempat penelitian menggunakan

Lampiran 1. Identifikasi Tumbuhan

HASIL DAN PEMBAHASAN. (a) (b) Gambar 4 Twin trough chamber (a) dan flat bottom chamber (b)

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempercantik wajah. Kosmetik yang berbahaya mengandung komposisi dari

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Tanaman Uji Serangga Uji Uji Proksimat

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

4. Hasil dan Pembahasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman patah tulang merupakan salah satu dari 8000 tumbuhan yang

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan Bawang Sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr).

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Agustus April 2013, bertempat di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan ketinggian m m di atas permukaan laut. Susunan daun

BAB III METODOLOGI. Metodologi penelitian ini meliputi penyiapan dan pengolahan sampel, uji

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Uraian Tumbuhan Tumbuhan karamunting (Rhodomyrtus tomentosa Wight.) adalah tumbuhan liar pada tempat yang mendapat sinar matahari cukup, seperti di lereng gunung, semak belukar, lapangan yang tidak terlalu gersang. Ciri-ciri tumbuhan ini termasuk dalam kelompok perdu, daun tunggal, permukaan daun berambut bila diraba terasa kasar, pangkal daun membulat, tepi daun rata, ujung daun meruncing. Bunga termasuk bunga majemuk berwarna ungu kemerah-merahan, buahnya dapat dimakan, mempunyai biji berukuran kecil. (Anonim 1, 2007) Sistematika tumbuhan Kingdom Divisi : Plantae : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas Bangsa Suku Marga Jenis : Dicotyledoneae : Myrtales : Myrtaceae : Rhodomyrtus : Rhodomyrtus tomentosa Wight. (Anonim 2, 2007)

2.2.Uraian kimia 2.2.1. Triterpenoid Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C-30 asiklik, yaitu skualena, senyawa ini tidak berwarna, berbentuk kristal, bertitik leleh tinggi dan bersifat optis aktif (Harborne,1987). Menurut Harborne (1987) senyawa triterpenoid dapat dibagi menjadi empat golongan,yaitu: triterpen sebenarnya, saponin, steroid, dan glikosida jantung. 2.2.2 Triterpen sebenarnya Berdasarkan jumlah cincin yang terdapat dalam struktur molekulnya triterpen sebenarnya dapat dibagi atas: 1. Triterpen asiklik yaitu triterpen yang tidak mempunyai cincin tertutup, misalnya skualena. 2. Triterpen trisiklik adalah triterpen yang mempunyai tiga cincin tertutup pada struktur molekulnya, misalnya: ambrein. 3. Triterpen tetrasiklik adalah triterpen yang mempunyai empat cincin tertutup pada struktur molekulnya, misalnya:lanosterol. 4. Triterpen pentasiklik adalah triterpen yang mempunyai lima cincin tertutup pada struktur molekulnya, misalnya α-amirin. 2.2.3 Steroid Steroid adalah suatu golongan senyawa triterpenoid yang mengandung inti siklopentana perhidrofenantren yaitu dari tiga cincin sikloheksana dan sebuah cincin

siklopentana. Dahulu sering digunakan sebagai hormon kelamin, asam empedu, dll. Tetapi pada tahun-tahun terakhir ini makin banyak senyawa steroid yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan.tiga senyawa yang biasa disebut fitosterol terdapat pada hampir setiap tumbuhan tinggi yaitu: sitosterol, stigmasterol, dan kampesterol.(harborne, 1987; Robinson, 1995) Menurut asalnya senyawa steroid dibagi atas: 1. Zoosterol, yaitu steroid yang berasal dari hewan misalnya kolesterol. 2. Fitosterol, yaitu steroid yang berasal dari tumbuhan misalnya sitosterol dan stigmasterol 3. Mycosterol, yaitu steroid yang berasal dari fungi misalnya ergosterol 4. Marinesterol, yaitu steroid yang berasal dari organisme laut misalnya spongesterol. Berdasarkan jumlah atom karbonnya, steroid terbagi atas: 1. Steroid dengan jumlah atom karbon 27, misalnya zimasterol 2. Steroid dengan jumlah atom karbon 28, misalnya ergosterol 3. Steroida dengan jumlah atom karbon 29, misalnya stigmasterol 2.3.Ekstraksi Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Cara ekstraksi yang tepat tergantung pada bahan tumbuhan yang diekstraksi dan jenis senyawa yang diisolasi (Ditjen POM, 2000; Gritter, 1991). Sebelum ekstraksi dilakukan biasanya bahan-bahan

dikeringkan lebih dahulu kemudian dihaluskan pada derajat kehalusan tertentu (Harborne, 1987) Beberapa metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut (Ditjen POM, 2000) yaitu: A.Cara Dingin 1. Maserasi Maserasi adalah proses penyarian simplisia menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur kamar. Keuntungan ekstraksi dengan cara maserasi adalah pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana, sedangkan kerugiannya yakni cara pengerjaannya lama, membutuhkan pelarut yang banyak dan penyarian kurang sempurna. 2.Perkolasi Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur kamar. Proses perkolasi terdiri dari tahap pengembangan bahan, tahap perendaman antara, tahap perkolasi sebenarnya(penampungan ekstrak) secara terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat). Untuk menentukan akhir dari pada perkolasi dapat dilakukan pemeriksaan zat secara kualitatif pada perkolat akhir. B.Cara Panas 1.Refluks Refluks adalah ekstraksi pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

2.Digesti Digesti adalah maserasi dengan pengadukan kontinu pada temperatur lebih tinggi dari temperatur ruangan (umumnya 25-30 0 C). 3.Sokletasi Sokletasi adalah ekstraksi mengunakan pelarut yang selalu baru, dengan menggunakan alat soxhlet sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik. 4.Infundasi Infundasi adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 90 0 C selama 15 menit. 5.Dekok Dekok adalah ekstraksi dengan pelarutb air pada temperatur 90 o C selama 30 menit. Penguapan ekstrak larutan dilakukan dengan penguap berpusing dengan pengurangan tekanan, yaitu rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak yang kental.(harborne, 1987) 2.4.Kromatografi Kromatografi adalah suatu metode pemisahan berdasarkan proses migrasi dari komponen-komponen senyawa di antara dua fase, yaitu fase diam dan fase gerak. Fase gerak membawa zat terlarut melalui media fase diam sehingga terpisah dari zat terlarut lainnya yang terelusi lebih awal atau paling akhir karena perbedaan afinitas antara masing-masing zat terlarut dengan fase diam (Hostettman, 1995)

2.4.1. PEMAKAIAN KROMATOGRAFI Kita melakukan kromatografi pada hakikatnya untuk menjawab tiga pertanyaan; senyawa apa yang ada? Berapa banyaknya? Bagaimana kita memperoleh komponen yang murni? Pemakaian Kualitatif (Senyawa apa yang ada?) Pemakaian kromatografi secara kualitatif mengungkapkan ada atau tidak adanya senyawa tertentu dalam cuplikan. Agar dapat terdeteksi dalam campuran, banyaknya senyawa itu harus memadai supaya dapat diukur. Kromatografi kualitatif memberi informasi mengenai kerumitan suatu campuran. Campuran di kromatografi pada berbagai kondisi dan bahkan dengan beberapa cara atau cara gabungan. Kromatografi kualitatif sering dipakai untuk menetapkan pola sidik jari campuran yang rumit, yang komponennya mungkin diketahui atau harga diketahui sebagian.ini dapat dilakukan pada campuran seperti ekstrak jaringan, urin, darah, bahan kimia kasar, atau obat. Cuplikan yang diperiksa dikromatografi dan hasilnya dibandingkan dengan pola normal. Dua keuntungan utama kromatografi sebagai metode kualitatif yaitu cuplikan senyawa yang dibutuhkan untuk analisis sangat sedikit dan biasanya waktu analisis pendek. Pemakaian Kuantitatif (Berapa banyak yang ada?) Kromatogarafi kuantitatif menunjukkan banyaknya masing-masing komponen campuran, nisbi terhadap komponen lain atau sebagai kuantitatif mutlak jika memakai standar (pembanding baku) dan kalibrasi yang sesuai.

Metode kuantitatif dipakai untuk penetapan kadar cuplikan secara rutin, umumnya sebagai bagian dari pengendalian mutu di industri dan terutama dalam pemantauan masalah lingkungan air dan udara. Pemakaian preparatif (Bagaimana kita memperolehnya?) Kromatografi preparatif dipakai untuk memperoleh komponen campuran dalam jumlah yang memadai (mg sampai g) dalam keadaan murni sehingga komponen itu dapat dicirikan lebih lengkap atau dipakai pada reaksi berikutnya.(gritter, 1991) 2.5. Kromatografi lapis tipis Kromatografi lapis tipis adalah kromatografi serapan, dimana sebagai fasa tetap (diam) berupa zat padat yang disebut adsorben (penyerap) dan fasa gerak adalah zat cair yang disebut larutan pengembang (Gritter, 1991) Penyerap untuk KLT ialah silika gel, alumina, kiselgur, dan selulosa. Penyerap biasanya mengandung pengikat atau mengandung zat tambahan lain. Silika gel Silika gel merupakan penyerap yang paling banyak dipakai dalam KLT. Senyawa netral yang mempunyai gugusan sampai tiga pasti dapat dipisahkan pada lapisan yang diaktifkan dengan memakai pelarut organik atau campuran pelarut yang normal. Karena sebagian besar silika gel bersifar sedikit asam, maka asam sering agak mudah dipisahkan, jadi meminimumkan reaksi asam-basa antara penyerap dengan senyawa yang dipisahkan. Alumina Berbeda dengan silika gel, alumina bersifat sedikit basa dan sering dipakai untuk pemisahan basa.klt pada alumina sering dipakai sebagai cara kualitatif cepat.

Kiselgur dan selulosa Kiselgur dan selulosa merupakan bahan penyangga lapisan zat cair yang dipakai dalam sistem KCC, dan lapisan tipis selulosa berkaitan erat dengan kromatografi kertas klasik. Kromatografi jenis ini selalu dipakai untuk pemisahan senyawa polar seperti asam amino, karbohidrat, nukleotida, dan berbagai senyawa hidrofil alam lainnya. Air Ada atau tidak adanya air di dalam penyerap kromatografi atau penyangga sangat penting. Lapisan silika gel atau alumina yang akan dipakai untuk kerja penyerapan harus sesedikit mungkin mengandung air, karena jika tidak, maka air akan menempati semua titik penyerapan sehingga tidak akan ada linarut yang melekat. Lapisan yang mengandung air yang sedikit itu akan diaktifkan dan dibuat pemanasan pada 100 0 C, mungkin terjadi dehidrasi yang tak bolak-balik pada penyerap dan menyebabkan pemisahan kurang efektif. Kemudian lapisan harus disimpan di dalam desikator atau kotak kering. Lapisan niaga (siap pakai) keaktifannya beragam, tetapi biasanya dapat dipakai langsung begitu saja, atau dapat diaktifkan lagi dengan pemanasan. Memilih pelarut pengembang Umumnya fase gerak yang sering digunakan dalam kromatografi lapis tipis adalah berupa campuran dari pelarut organik dengan tujuan untuk memperoleh pemisahan yang lebih baik. Kombinasi pelarut berdasarkan atas kepolaritasannya, sehingga akan diperoleh sistem pengembang yang cocok.dalam beberapa percobaan pelarut tunggal memberikan hasil yang memuaskan,akan tetapi pada sebagian percobaan pelarut tunggal dapat menggerakkan bercak terlalu jauh sehingga kombinasi pelarut yang mempunyai polaritas berbeda sering dikombinasikan dalam kromatografi lapis tipis (Gritter, 1991)

Pelarut-pelarut yang biasanya digunakan atau sering dikombinasikan dalam kromatografi lapis tipis adalah n-heksana, eter minyak tanah, karbon tetraklorida, eter, kloroform, etil asetat, asam asetat glasial, aseton, etanol, metanol dan air. Urutan ini berdasarkan bertambahnya sifat kepolaran dari pelarut tersebut. Menotolkan cuplikan Campuran yang akan dikromatografi harus dilarutkan di dalam pelarut yang agak non polar untuk ditotolkan pada lapisan. Pada umumnya, dipakai larutan 0,1-1%. Hampir segala macam pelarut dapat dipakai, tetapi yang terbaik yang bertitik didih 50 0 dan 100 0 C. Pelarut yang demikian mudah ditangani dan mudah menguap dari lapisan. Air hanya dipakai jika tidak ada pilihan lain. Ada dua kekurangan utama KLT pada kaca objek. Pertama, lapisan nisbi tipis dibandingkan dengan lapisan buatan sendiri yang ukurannya lebih besar. Kedua, jarak untuk pengembangan kromatografi jauh lebih pendek. Jadi, kita harus menotolkan cuplikan dengan luas totolan sekecil mungkin. Penotolan dapat dilakukan dengan memakai kapiler halus yang dibuat dari pipa kaca demikian rupa sehingga besarnya tidak jauh berbeda dengan peniti. Cuplikan berupa larutan, harus ditotolkan sekitar 8-10mm dari salah satu ujung kaca objek yang terlapisi sempurna. Beberapa kali penotolan dapat dilakukan pada tempat yang sama asal saja lapisan kering dulu sebelum penotolan berikutnya (Gritter, 1991)

2.6 Harga Rf (Retardation factor) Identifikasi dari senyawa-senyawa hasil pemisahan KLT dapat dilakukan dengan penambahan pereaksi kimia dan reaksi-reaksi warna. Tetapi lazimnya untuk identifikasi digunakan harga Rf. Harga Rf didefenisikan sebagai berikut: Rf = Jarak yang ditempuh oleh senyawa dari titik penotolan Jarak yang ditempuh oleh pelarut dari titik penotolan Harga-harga Rf untuk senyawa-senyawa murni dapat dibandingkan dengan hargaharga standar.perlu diperhatikan bahwa harga-harga Rf yang diperoleh hanya berlaku untuk campuran tertentu dari pelarut dan penyerap yang digunakan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi harga Rf: 1. Struktur kimia dari senyawa yang dipisahkan 2. Sifat dari penyerap dan derajat aktifitasnya 3. Tebal dan kerataan dari lapisan penyerap 4. Pelarut(dan derajat kemurniannya) fasa bergerak 5. Derajat kejenuhan dari uap dalam mana bejana pengembangan yang digunakan 6. Teknik percobaan 7. Jumlah cuplikan yang digunakan 8. Suhu 9. Kesetimbangan 2.7. Kromatografi kolom Kromatografi kolom adalah kromatografi serapan yang dilakukan di dalam kolom, merupakan metode kromatografi terbaik untuk pemisahan campuran dalam

jumlah besar. Campuran yang akan dipisahkan diletakkan berupa pita diatas bagian penyerap yang berada pada tabung kaca. Fasa gerak dibiarkan mengalir melalui kolom yang disebabkan oleh gaya berat. Pita senyawa yang terlarut bergerak melalui kolom dengan laju yang berbeda, memisah dan dikumpulkan berupa fraksi-fraksi pada saat keluar dari bawah kolom (Gritter, 1991) Tujuan kromatografi kolom adalah memisahkan komponen cuplikan dalam waktu yang masuk akal, menjadi pita atau puncak, ketika cuplikan itu bergerak melalui kolom. Dalam praktek, dengan melihat bentuk puncak biasanya kita dapat menaksir daya pisah sampai derajat yang memungkinkan kita memilih dengan cepat panjang kolom yang diperlukan untuk pemisahan. Keefisienan kolom merupakan fungsi dari parameter kolom, seperti laju aliran pelarut, ukuran partikel kemasan kolom, cara mengemas kolom, dan viskositas pelarut (Johnson, 1978) Kolom kromatografi dapat berupa pipa gelas yang dilengkapi dengan kran dan gelas penyaring didalamnya. Ukuran kolom tergantung pada banyaknya zat yang akan dipisahkan. Untuk menahan penyerap yang diletakkan di dalam kolom dapat digunakan gelas wool atau kapas. Ukuran partikel penyerap untuk kolom biasanya lebih besar dari KLT yaitu 63-250µm yang dijalankan dengan gaya tarik bumi. Fase gerak yang digunakan haruslah sudah ditentukan sebelumnya agar didapatkan pemisahan yang diinginkan. Hal ini disebabkan karena kromatografi kolom memerlukan waktu lama dan bahan yang cukup banyak. Ada tiga pendekatan yang digunakan untuk memecahkan masalah ini yaitu dengan penelusuran pustaka, penerapan data KLT pada pemisahan dengan kolom dan dengan pemakaian elusi landaian umum mulai dari pelarut non-polar sampai pelarut polar (Sastrohamidjojo, 1985).

2.8. Kromatografi lapis tipis preparatif Salah satu metode pemisahan yang memerlukan biaya paling murah dan memakai peralatan sangat sederhana ialah kromatografi lapis tipis preparatif (KLTP).Walaupun KLTP dapat memisahkan dalam jumlah gram,sebagian besar pemakaian hanya dalam jumlah miligram. KLT preparatif dilakukan dengan menggunakan lapisan tebal (sampai 1 mm) sebagai pengganti lapisan penyerap yang tipis (Harborne, 1987) Pada kromatografi lapis tipis preparatif, cuplikan yang akan dipisahkan ditotolkan berupa garis pada salah satu sisi pelat lapisan besar dan dikembangkan secara tegak lurus pada garis cuplikan sehingga campuran akan terpisah menjadi beberapa pita. Pita ditampakkan dengan cara yang tidak merusak jika senyawa itu tanwarna, dan penyerap yang mengandung senyawa pita dikerok dari pelat kaca. Kemudian cuplikan dielusi dari penyerap dengan pelarut polar. Cara ini berguna untuk memisahkan campuran reaksi sehingga diperoleh senyawa murni untuk telaah pendahuluan, untuk menyiapkan cuplikan analisis, untuk meneliti bahan alam yang lazimnya berjumlah kecil dan campurannya rumit dan untuk memperoleh cuplikan yang murni untuk mengkalibrasi kromatografi lapis tipis kuantitatif (Gritter, 1991) Pengembangan plat KLTP biasanya dilakukan dalam bejana kaca yang dapat menampung beberapa plat. Keefisienan pemisahan dapat ditingkatkan dengan cara pengembangan berulang. Harus diperhatikan bahwa semakin lama senyawa berkontak dengan penyerap maka semakin besar kemungkinan penguraian (Hostettman, 1995)

2.9.Spektrofotometri ultraviolet Spektrofotometri ultraviolet merupakan suatu analisis yang berdasarkan atas pengukuran resapan suatu larutan yang dilalui radiasi monokromatis. Penyerapan cahaya oleh molekul dalam daerah spektrum ultraviolet tergantung pada struktur elektronik dari molekul. Spektrum ultraviolet dari senyawa-senyawa organik berkaitan erat dengan transisi-transisi diantara tingkatan-tingkatan tenaga elektronik (Sastrohamidjojo, 1998) Spektrum ultraviolet merupakan suatu gambar antara panjang gelombang atau frekuensi serapan lawan intensitas serapan (transmisi atau absorbansi). Spektrofotometri ultraviolet berguna pada penentuan struktur molekul organik dan pada analisis kuantitatif (Creswell, 1982) Panjang gelombang cahaya ultraviolet tergantung pada mudahnya promosi elektron dimana molekul-moloekul yang memerlukan banyak energi untuk promosi elektron yang menyerap radiasi ultraviolet pada panjang gelombang yang lebih pendek. Molekul yang memerlukan energi yang lebih sedikit akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih panjang (Fessenden dan Fessenden, 1995; Noerdin, 1985). Istilah-istilah yang sering digunakan dalam spektrofotometri ultraviolet (Sirvestein, 1986; Wingrove and Caret, 1981) antara lain: 1. Kromofor adalah gugus tidak jenuh yang menyerap radiasi di daerah ultraviolet dengan hampir semua kromofor mempunyai ikatan tak jenuh. Contohnya C=C, C=O, dan NO 2 2. Ausokrom adalah sebuah substituen (biasanya gugus jenuh) yang bila terikat pada kromofor akan mengubah panjang gelombang dan intensitas dari serapan maksimum. Contohnya : -OH, -NH 2, -Cl

3. Pergeseran batokromik adalah pergeseran serapan maksimum ke arah panjang gelombang yang lebih panjang yang disebabkan substitusi pada kromofor(oleh ausokrom) atau pengaruh pelarut 4. Pergeseran hipsokromik adalah pergeseran serapan ke arah panjang gelombang lebih pendek yang disebabkan substitusi atau pengaruh pelarut 5. Efek hipokromik yaitu suatu kenaikan dalam intensitas serapan 6. Efek hipokromik yaitu suatu penurunan dalam intensitas serapan. 2.10.Spektrofotometri Inframerah Sinar inframerah bila dilewatkan melalui cuplikan senyawa organik maka sejumlah frekuensi akan diserap sedangkan frekuensi yang lain diteruskan tanpa diserap. Daerah inframerah terletak antara spektrum elektromagnetik cahaya tampak dan spektrum radio, yakni antara 4000-400 cm -1 (Noerdin, 1985; Sastrohamidjojo, 1985). Spektrofotometri inframerah memungkinkan identifikasi gugus fungsional karena gugus fungsi tersebut menunjukkkan serapan yang spesifik pada daerah inframerah. Spektrum inframerah khas untuk senyawa tertentu, sehingga metoda ini tepat untuk menentukan struktur senyawa yang belum dikenal yaitu dengan cara membandingkannya terhadap senyawa yang sudah diketahui. Sangat jarang dua senyawa organik memiliki spektrum inframerah yang identik baik dalam posisi maupun intensitas puncakpuncaknya (Wingrove and Caret, 1981). Cara menganalisis spektrum inframerah dari senyawa yang tidak diketahui adalah pertama harus ditentukan ada atau tidaknya beberapa gugus fungsional utama, seperti

C=O, O-H, N-H, C-O, C=C, C N, C C dan NO 2. Langkah-langkah yang umum untuk memeriksa gugus yang penting pada spektrum inframerah (Pavia, et al., 1988) adalah: 1.Apakah terdapat gugus karbonil? Gugus C=O memberikan puncak pada daerah 1820-1660 cm -1. Puncak ini biasanya merupakan serapan yang terkuat dengan lebar medium pada spektrum. 2.Jika gugus C=O ada, periksalah gugus-gugus berikut dan jika C=O tidak ada langsung ke nomor 3. Asam : apakah ada gugus OH? Yaitu serapan melebar di daerah 3300-2500 cm -1 (biasanya tumpang tindih dengan C-H). Amida : apakah ada N-H? Yaitu serapan medium di dekat 3500 cm -1, kadang-kadang dengan puncak rangkap. Ester : apakah ada C-O? Yaitu serapan dengan intensitas medium di daerah 1300 1000 cm -1. Anhidrida : mempunyai dua serapan C=O di daerah 1810 dan 1760 cm -1. Aldehida : apakah ada C-H aldehida? Yaitu dua serapan lemah di dekat 2850-2750 cm -1 disebelah kanan serapan C-H Keton : jika kelima kemungkinan diatas tidak ada. 3.Jika gugus C=O tidak ada Alkohol/fenol : periksalah gugus OH, yaitu serapan melebar di daerah 3600-3300 cm - 1 yang diperkuat adanya serapan C-O di daerah 1300-1000 cm -1. Amina : periksalah gugus N-H, yaitu serapan medium di daerah 3500 cm -1.

Eter : periksalah gugus C-O ( dan tidak adanya OH ), yaitu serapan medium di daerah 1300 1000 cm -1-. 4. Ikatan rangkap dua atau cincin aromatik yaitu adanya : - C=C yang mempunyai serapan lemah di daerah 1650 cm -1. - Serapan medium sampai kuat pada daerah 1650-1450 cm -1 sering menunjukkan adanya cincin aromatik. 5. Ikatan rangkap tiga yaitu adanya; - C=N yang mempunyai serapan medium dan tajam di daerah 2250 cm -1. - C=C mempunyai serapan lemah tapi tajam di daerah 2150 cm -1 periksa juga CH asetilenik di dekat 3300 cm -1. 6. Gugus nitro Yaitu adanya dua serapan kuat di daerah 1600-1500 cm -1 dan 1390-1300 cm -1. 7. Hidrokarbon - Apakah keenam kemungkinan diatas tidak ada. - Serapan utama di daerah CH dekat 3000 cm -1. - Spektrum sangat sederhana, hanya terdapat serapan lain di daerah 1450-1375 cm -1.