Resensi Obama dan Kultur Kepemimpinan Gedung Putih

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME

Isi. Pro dan Kontra Palestina masuk PBB

Realitas di balik konflik Amerika Serikat-Irak : analisis terhadap invasi AS ke Irak Azman Ridha Zain

BAB VI KESIMPULAN. Kennedy hanya menjalankan jabatan kepresidenan selama dua tahun yakni

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

DI BALIK POLITIK PENCITRAAN. Oleh. Yoseph Andreas Gual

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Mengapa HT terus mendesak pemerintah mengirimkan tentara perang melawan Israel?

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi dan informasi yang lajunya begitu cepat saat ini

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dituangkan kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. realitas bisa berbeda-beda, tergantung bagaimana konsepsi

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan pencitraan menjadi point penting dalam penunjang karir perpolitikan.

Peranan hamas dalam konflik palestina israel tahun

PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG MAJELIS UMUM KE-58 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA. New York, 23 September 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. kandidat presiden juga memanfaatkan media online termasuk di dalamnya

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika

Bab I. Pendahuluan. proses pengambilan keputusan antara lain dengan melalui kampanye politik sebagai

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai

Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka

MUNDURNYA YUKIO HATOYAMA SEBAGAI PERDANA MENTERI JEPANG

BAB 5 KESIMPULAN. Faktor-faktor kemenangan..., Nilam Nirmala Anggraini, FISIP UI, Universitas 2010 Indonesia

Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1

Marketing Politik; Media dan Pencitraan di Era Multipartai, oleh Roni Tabroni Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta

Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing.

Tindakan Amerika di negeri-negeri Muslim itu berarti AS telah secara sengaja memusuhi umat Islam

BAB V KESIMPULAN. sehingga berada dalam ujung tanduk kehancuran, momentum yang tepat ini

PRESENTASI KEPRIBADIAN CAPRES. Keterpilihan Susilo Bambang Yudhoyono dalam pemilu presiden tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RESUME. bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah. barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea,

Voter Segmentatipon dan Positioning.

BAB V KESIMPULAN. menolak Islamophobia karena adanya citra buruk yang ditimbulkan oleh hard

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014

BAB V KESIMPULAN. Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Dalam

BAB V. Kesimpulan. dari revolusi di kerdua Negara tersebut. Bahkan di Mesir media sosial

1.1 Latar Belakang. BAB I : Pendahuluan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang

I. PENDAHULUAN. sebuah tujuan bersama dan cita-cita bersama yang telah disepakati oleh

BAB V KESIMPULAN. evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan

BAB I PENDAHULUAN. proses pemilu AS di berbagai media di Indonesia. Berita tentang isu ini dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dudih Sutrisman, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sebelas omongan ngawur Donald Trump

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. konstruksionis, realitas bersifat subjektif, relitas dihadirkan oleh konsep subjektif

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Dengan diumumkannya dua pasangan calon bupati dan wakil bupati, maka rangkaian Pilkada Serentak 2015 di Kabupaten Bantul

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan dukungan teknik-teknik marketing, dalam pasar politik pun diperlukan

PENDAHULUAN Latar Belakang

Mempertahankan sistem militer dan sistem demokrasi sama saja memperpanjang kolonialisme. Pilihan satu-satunya adalah khilafah.

2015 PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN

KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT PADA ERA BARACK OBAMA MENGENAI KONFLIK ISRAEL-PALESTINA SKRIPSI

KEPENTINGAN AMERIKA SERIKAT MENINGKATKAN HUBUNGAN DENGAN NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN BARRACK OBAMA

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

BAB IV KEGAGALAN OKI DALAM MENANGANI KONFLIK ARAB/PALESTINA-ISRAEL

I. PENDAHULUAN. basis agama Islam di Indonesia Perolehan suara PKS pada pemilu tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. relatif independen dan juga disertai dengan kebebasan pers. Keadaan ini

Refleksi Akhir Tahun Papua 2010: Meretas Jalan Damai Papua

BAB V KESIMPULAN. BAB V merupakan bab yang berisi kesimpulan-kesimpulan dari setiap

Pokok-pokok Pikiran RUU Kebudayaan, Negara dan Rakyat 1 [sebuah catatan awam] 2. Oleh Dadang Juliantara

BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA

2014 PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA

BAB V KESIMPULAN. serangan Paris oleh kaum Islamis dengan pandangan-pandangan SYRIZA terhadap

Presiden Seumur Hidup

Kapitalisme adalah ideologi yang cacat dan terbukti gagal membawa kebahagiaan bagi manusia di muka bumi ini.

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Saleem Achia, Aktivis Hizbut Tahrir Inggris

BAB I PENDAHULUAN. daerah (pemilukada) diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Publik Menilai SBY Sebagai Aktor Utama Kemunduran Demokrasi Jika Pilkada oleh DPRD

BAB I PENDAHULUAN. Darma, (2009: 91) mengatakan, bahasa politik adalah bahasa yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang

BAB V KESIMPULAN. dasawarsa terakhir ini dengan dilumpuhkannya beberapa pemimpin-pemimpin dictator

BAB I PENDAHULUAN. serta aspirasi masyarakat. Pemilihan umum (pemilu) sebagai pilar demokrasi di

Demokratisasi di Mesir (Arab Spring) Ketiga dapat dikatakan benar. Afrika Utara dan Timur Tengah mengalami proses demokrasi

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu

BAB V KESIMPULAN. Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia

I. PENDAHULUAN. melalui lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

PENINGKATAN NILAI PARTISIPASI PEMILIH

PENUTUP. berbagai belahan dunia, di Malaysia ada Islam Hadhori di bawah pimpinan. Abdullah bin Ahmad Badawi dan di Yordania ada Islam Wasatiyyah yakni

BAB I PENDAHULUAN. media cetak seperti majalah, koran, tabloid maupun media elektronik seperti

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung

Jl. Lembang Terusan No. D57, Menteng Jakarta Pusat, 10310, Indonesia Telp. (021) , Fax (021) Website:

BAB I PENDAHULUAN. politik yang dimediasikan media telah masuk keberbagai tempat dan kalangan

BAB VI KESIMPULAN. berasal dari dana mereka masing-masing. Di samping itu bantuan finansial dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Agama Katolik

HUKUM INTERNASIONAL Argentina Mengakui Negara Palestina. Oleh : Didik Sugianto ( )

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan kajian yang penulis lakukan mengenai Politik Luar Negeri

BAB I PENDAHULUAN. rakyat indonesia yang berdasarkan pancasila dan undang undang dasar negara

BAB I PENDAHULUAN. adalah parameter pelaksanaan pemilu yang demokratis :

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. Menjelang pemilihan presiden yang digelar pada 9 Juli 2014, para kandidat

Transkripsi:

KAWISTARA VOLUME 1 No. 3, 22 Desember 2011 Halaman 213-303 Resensi Obama dan Kultur Kepemimpinan Gedung Putih Data buku: Judul Buku (asli) Ahmad Sahide* Sebagian besar pemimpin terpilih adalah orangorang baik, tetapi mereka terjebak dalam upaya tanpa ujung untuk memanipulasi opini publik demi keuntungan mereka. Termotivasi oleh kepentingan partisan, mereka terlibat dalam pembohongan, baik disengaja maupun tidak (dan saya percaya sebagian besar kasus pembohongan itu tidak disengaja atau tidak disadari). Itu adalah bagian dari propaganda untuk menyukseskan agenda suatu pihak (hlm: 152). Itulah pembacaan Scott McClellan perihal budaya intrik politik yang sudah lama terbangun di Gedung Putih (White House), yang dia tuangkan dalam karya berbentuk buku dengan judul asli, What Happened, Inside the Bush White House and Washington s Culture of Deception. Buku tersebut diterjemahkan oleh Hendro Prasetyo ke dalam bahasa Indonesia dengan judul, Kebohongan di Gedung Putih. White House, siapa pun penghuninya, memang selalu menjadi sorotan mata dunia internasional karena pergolakan : What Happened, Inside the Bush White House and Washington s Culture of Deception Judul Buku (terjemahan) : Kebohongan Di Gedung Putih, Warisan Dosa-Dosa Bush Bagi Penggantinya. Penulis Penerbit Tebal Buku * Alumnus Kajian Timur Tengah Agama dan Lintas Budaya Sekolah Pascasarjana, UGM : Scott McClellan : PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2009 : xxiv + 392 hal. dan perdebatan yang terjadi di dalamnya mempengaruhi apa yang terjadi di belahan dunia lainnya, di Asia, Eropa, Timur Tengah, dan sebagainya. Sulit dipungkiri bahwa white house adalah jantung dunia saat ini. Dengan membaca buku tersebut di atas, maka kita akan memahami bagaimana intrik politik di dalam Gedung Putih yang tidak dapat direkam oleh media massa. Akan tetapi, kejadian-kejadian di balik layar media dan jauh dari sentuhan orang luar. Oleh karena itu, dengan membaca karya Scott McClellan yang tebalnya 392 halaman, kita akan mempunyai pemahaman yang berbeda dari yang dapat kita pahami melalui media seputar kehidupan orang-orang White House karena buku itu ditulis bukan oleh wartawan, juga bukan karya ilmiah dari pengamat politik, tetapi ditulis oleh McClellan yang pernah menghabiskan hari-harinya di Gedung Putih. Bahkan buku tersebut adalah rekaman peristiwa-peristiwa penting dalam perjalanan McClellan bersama dengan Presiden Bush hingga ke White House. Scott McClellan termasuk orang yang cukup lama menjadi bagian dari George 311

Kawistara, Vol. 1, No. 3, Desember 2011: 311-315 W. Bush dan baru saja meninggalkan Gedung putih. Ia sudah bergabung dengan Bush ketika Bush masih menjabat sebagai Gubernur Texas. Satu hal yang membuat Scott McClellan bersedia menerima tawaran untuk bergabung sebagai orang Bush adalah karena sosok Bush, yang ketika itu sedang menjabat sebagai Gubernur Texas, cukup memesona, cerdas, dan memiliki bakat luar biasa sebagai seorang pemimpin. Bagi saya, kepemimpinan berarti menyatukan orang untuk satu tujuan yang sama, bukannya memecah-belah mereka menurut garis ideologi, dan kepemimpinan Gubernur Bush membuat saya terkesan. Dia bersama Bullock dan Laney membangun dan memelihara hubungan lintas partai yang harmonis dalam pemerintahan. (hlm: 24). Itulah sosok Bush di mata McClellan, presiden AS yang selalu akan dikenang karena kebijakan politiknya yang kontroversial terkait dengan dunia Islam. Pada era Bushlah, Afghanistan diduduki Amerika dan Irak diinvasi. Sosok Bush yang membawa harapan di mata McClellan, pemimpin yang mampu mengubah budaya manipulasi dan kebohongan politik satu sama lain di Gedung Putih yang sudah sedemikian parah, setidaknya dalam pembacaan McClellan, sehingga kembali bersedia bekerja keras berkampanye mengantarkan dan menyertai Bush ke Gedung Putih. Puncak karirnya sebagai pengikut Bush adalah Juru Bicara Presiden. Orang dekat dan menemani Presiden kemana pun sang Presiden melangkah. Sebagai Juru Bicara Presiden Bush, Presiden tidak lagi menutup-nutupi sesuatu untuk ia ketahui. Bahkan ia terlibat dalam berbagai macam skenario manipulasi dan kebohongan dalam kebijakan-kebijakan Gedung Putih demi tujuan politis semata. Scott McClellan menjalani karirnya sebagai Juru Bicara Presiden selama kurang lebih tiga tahun, mulai dari tahun 2003 hingga tahun 2006. Pengalaman tersebut cukup berarti baginya untuk memahami selukbeluk budaya politik Washington dan buku yang tulisnya cukup kuat merepresentasikan pergumulan di dalam Gedung Putih. Politik untuk saling menyikut satu sama lain, berusaha memanfaatkan momen untuk menjatuhkan lawan, dan mempertahankan reputasi. Itulah politik kampanye permanen (the Permanent Campaign) yang sudah lama terbangun dalam konstalasi politik Amerika Serikat. Bagi Scott McClellan, semua ini terjadi karena politik sudah dipahami sebagai perang. Untuk mengubah budaya tidak sehat tersebut, Scott McClellan menaruh harapan besar pada diri Presiden Bush dengan melihat prestasinya ketika menjabat sebagai gubernur. Akan tetapi, seiring dengan perjalanannya sebagai presiden, Bush tidak lagi menjadi Bush sebelumnya, di saat menjadi Gubernur. Bahkan ia sudah ikut terpengaruh dan terbentuk oleh Gedung Putih. Bush rupanya tidak bisa melawan arus dalam Gedung Putih, melainkan sang Presiden terbawa arus permainan kotor dan kebohongan politik Gedung Putih. Bush banyak mengambil kebijakan-kebijakan yang tidak populis karena ia mendapatkan bisikan yang tidak akurat atau bahkan sengaja dimanipulasi sekedar meyakinkan presiden. Realitas politik yang tidak sehat di Gedung Putih itulah yang coba digambarkan oleh Scott McClellan melalui bukunya. Oleh karena itu, buku tersebut sangat penting untuk dibaca oleh siapapun yang ingin mengetahui White House lebih jauh, terutama kepada para civitas akademik yang tertarik di bidang Ilmu Hubungan Internasional. Budaya-budaya politik yang sudah lama terbangun di dalam Gedung Putih yang mempunyai arus kuat untuk mempengaruhi cara berpikir setiap orang, termasuk Presiden sekalipun. Kehadiran buku ini berbeda dengan buku-buku lainnya yang dikaji serta dibaca secara ilmiah, buku ini lahir dari pergolakan yang dirasakan langung oleh penulisnya. Scott McClellan, dengan bukunya ini, menguliti atau memaparkan Gedung Putih karena kekecewaan terhadap kultur politik yang mengakar kuat di dalamnya. Maka dari itu, buku ini mampu menjangkau lebih 312

Resensi jauh sesuatu yang sulit untuk dijangkau oleh penulis kebanyakan. Di sinilah letak keunggulan buku ini, sehingga kehadirannya di rak-rak buku keilmuan bukan suatu langkah mundur. Meramal White House Dalam Era Obama Barack Obama diambil sumpahnya menjadi Presiden Amerika Serikat ke-44 pada Januari 2009. Ia adalah Presiden Amerika yang paling fenomenal dan mencatat sejarah sebagai orang keturunan Afro-Amerika pertama yang mendiami White House. Obama telah mematahkan teori yang selama ini terbangun bahwa untuk menjadi penghuni White House, maka seseorang harus berkulit putih. Obama juga telah mewujudkan impian Abrahan Lincoln untuk mengakhiri perdebatan Hitam-Putih (Black and White). Sempurnalah sudah demokrasi negara Paman Sam kala itu. Berakhirnya perdebatan Hitam- Putih dan kemenangan Obama adalah indikasi lahirnya kesadaran politik rasional masyarakat Amerika yang sudah mulai jenuh dengan kebijakan-kebijakan para pemimpin yang terpilih karena melihat warna kulit. Ternyata memilih berdasarkan warna kulit tidak mampu mengubah budaya kebohongan, ketertutupan, dan manipulasi di dalam Gedung Putih dan itu sering menjerumuskan sang Presiden dalam kebijakan-kebijakan yang tidak berorentasi pada kesejahteraan Rakyat Amerika Serikat. Alhasil, Bush meninggalkan Gedung Putih dengan menyisahkan banyak warisan untuk penerusnya, Obama. Amerika dalam krisis keuangan, bukan? Obama saat ini sedang berjuang menghadapi krisis keuangan yang diwariskan kepadanya dengan beban timbunan utang mencapai 14,25 triliun dollar Amerika (Kompas, 15/4/2011). Budaya yang tidak sehat di Gedung Putih dalam kepemimpinan Bush, yang diwariskan oleh Clinton, juga diteruskan ke tangan Obama. Oleh sebab itu, tugas dan tantangan berat Obama, yang muncul sebagai sosok pembawa perubahan dan pemersatu, tentunya adalah berani mengakhiri kultur politik dalam Gedung Putih tersebut, yang telah dideskripsikan oleh McClellan. Obama harus ekstra hati-hati dalam mengendalikan Gedung Putih untuk tidak terjebak dalam manipulasi dan kebobohongan-kebohongan yang telah menjadi bagian dari kehidupan Gedung Putih. Bila Obama tidak berani atau tidak menyadari hal itu, maka tentu tidak jauh berbeda dari pendahulu-pendahulunya sebagaimana telah dikatakan oleh McClellan bahwa semua pemimpin terpilih Amerika adalah orang yang baik, tetapi banyak yang terjebak budaya yang tidak sehat di Gedung Putih. Perubahan Sikap Politik Obama Sudah hampir tiga tahun Obama memimpin AS, dan slogan politiknya, Change. Yes we can!, belum menunjukkan tanda-tanda akan mewujud nyata, sekalipun ia sudah dianugerahi Nobel Perdamaian dengan misinya tersebut. Bahkan Obama terlihat jatuh dan terperangkap ke jurang yang sama, tidak kuat melawan arus kultur politik yang sudah mengakar kuat di Gedung Putih. Obama sepertinya akan kembali dikenang, sebagaimana dikatakan oleh McCellan sebagai presiden yang baik, tapi tidak mampu memimpin dengan baik. Hal ini terlihat dengan adanya indikasi kuat perubahan sikap politik Obama, terutama dalam kasus Israel-Palestina. Dalam kasus ini, Obama terlihat tidak konsisten. Dalam kampanyenya menuju Gedung Putih, Obama mengirim pesan bahwa ia akan berbeda dari presiden-presiden AS sebelumnya, terutama hubungannya dengan dunia Islam. Lalu pada bulan Juni 2009, saat Obama berkunjung ke Kairo, Mesir, dan memberikan pidato yang dianggap sebagai pidato yang sangat bersejarah. Obama adalah presiden AS yang pertama kali dengan rendah hati mengakui bahwa kolonialisme telah mengabaikan hak dan kesempatan kaum muslimin. Obama mengakui bahwa negara-negara mayoritas Muslim terlalu sering diperlakukan sebagai bawahan dan tidak dipedulikan aspirasinya. Obama juga mengatakan bahwa ia tidak 313

Kawistara, Vol. 1, No. 3, Desember 2011: 311-315 bisa memungkiri, bangsa Palestina telah menderita cukup lama untuk mendapatkan tanah air. Obama lalu menyatakan ingin memulai era baru hubungan AS-Dunia Islam yang berlandaskan pada persamaan interest (Dina Y. Sulaeman dalam bukunya Obama Revealed, 2010). Dalam peristiwa Mavi Marmara pada akhir Mei 2010 lalu, Obama kembali terkesan keras dengan Israel. Obama yang dijadwalkan bertemu dengan Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri Israel, membatalkan pertemuan yang sudah terjadwal tersebut (Kompas, 2/06/2011). Diduga bahwa batalnya pertemuan kedua pemimpin tersebut karena kekecewaan Obama kepada Israel. Hubungan AS-Israel pasca peristiwa tersebut pun mulai memanas. Di sini menunjukkan bahwa Obama masih mempunyai keinginan kuat dengan niatnya untuk menciptakan perdamaian dunia. Obama lalu disebut-sebut sebagai presiden AS yang pertama kali melahirkan ketegangan hubungan kedua negara tersebut. Pada kasus ini, Obama masih mampu berjalan untuk tidak terperangkap kultur politik Gedung Putih yang tidak sehat tadi, yang dipaparkan dengan detail oleh McClellan. Tanda-tanda inkonsistensi Obama mulai terlihat ketika ia kembali bertemu dengan Netanyahu pada awal Juli 2010. Diberitakan bahwa Netanyahu tampak berseri-seri begitu keluar dari Gedung Putih. Wajah yang tampak berseri-seri adalah bahasa isyarat bahwa Obama tidak lagi menekan PM Israel tersebut. Perubahan sikap Obama ini yang sebelumnya terkesan menolak Netanyahu karena membutuhkan lobi Yahudi AS dalam menyambut pemilu sela Kongres yang berlangsung pada bulan November 2010 lalu (Kompas, 8-07/2011). Dalam pemilu sela Kongres (midterm ilection) Amerika Serikat yang berlangsung pada tanggal 2 November 2010 lalu, Partai Republik keluar sebagai pemenang yang berhasil menguasai kongres dengan 239 kursi (54,9 persen) dari total 435 kursi di House of Representatives (DPR) dan mengalahkan partai Demokrat (Kompas, 4/11/10). Hasil dari pemilu sela tersebut mengubah konstalasi politik AS dan Obama harus rela berbagi kekuasaan dengan Republik. Partai Republik pun tercatat berkali-kali mengganggu atau berusaha menggagalkan agenda politik Obama. Hasil dari pemilu sela di atas, tentu menjadi catatan politik tersendiri bagi Obama dalam menghadapi 2012. Dikarenakan Obama terkesan keras dengan PM Israel dalam peristiwa Mavi Marmara, maka kekalahan politik Partai Demokrat pun menjadi taruhannya. Obama sudah pasti memahami bahwa kekuatan lobi Yahudi AS tidak bisa diabaikan begitu saja. Lobi Yahudi terorganisasi dengan baik dalam Israel Public Affairs Committe (AIPAC), Komite Urusan Publik Israel Amerika. Paul Findley dalam bukunya, Mereka Berani Bicara, mengatakan bahwa mereka yang mengkritik Israel berarti berada dalam bahaya politik, bahkan presiden AS menoleh kepada AIPAC kalau ia mempunyai problem politik yang pelik menyangkut konflik Arab-Israel (Paul Findley, 1990). Sepertinya Obama dalam bahaya karena berani menolak Benjamin Netanyahu dalam peristiwa akhir Mei tahun 2010 lalu. Kini popularitas Obama terus merosot, penulis melihat adanya kekuatan lobi Yahudi AS di balik semua ini. Lobi Yahudi inilah yang mengakar kuat dalam membangun kultur politik dalam Gedung Putih (White House). Inkonsistensi Obama kembali terlihat dalam sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Jum at 23 September, Presiden Otoritas Palestina, Mohmoud Abbas menyerahkan usulan agar Palestina diakui sebagai negara merdeka dan berdaulat serta menjadi anggota PBB (Kompas, 26/09/2011). Rencana Abbas ini didukung oleh 122 negara, tetapi diyakini dengan kuat bahwa rencana tersebut tidak bakal terwujud karena AS tidak mendukung dan berkali-kali mengatakan akan menggunakan hak veto-nya di PBB untuk menggagalkan rencana tersebut. Obama menghendaki agar penyelesaian konflik kedua negara dicapai melalui perundingan (Kompas, 21/09/2011). 314

Resensi Sepertinya perubahan sikap politik Obama ini karena adanya ketakutan kehilangan kursi kepresidenan untuk masa jabatan kedua kalinya jika tetap bersikukuh melawan arus dalam Gedung Putih. SIMPULAN Barack Obama ketika pertama kali muncul ke panggung politik AS, jauh lebih fenomenal mengesankan, dan memesona dari pada George Walker Bush (di mata McClellan). Obama muncul sebagai figur yang mampu merepresentasi Gedung Putih dengan citra yang lebih bersahabat, lebih rendah hati, tidak agresif, dan lebih manusiawi. Namun, dalam perjalanan kepemimpinannya, representasi positif itu berlahan-lahan merosot. Hal itu nampak dari keberpihakannya terhadap Israel akhir-akhir ini. Dengan membaca buku McClellan di atas, kita tentu dapat membaca perubahan sikap politik Obama yang seolah tidak jauh berbeda dengan presiden-presiden AS sebelumnya. Artinya bahwa perubahan sikap politik itu karena Obama tidak sanggup melawan arus di dalam Gedung Putih, sama halnya dengan Bush bagi McClellan. Oleh karena itu, dengan membaca buku karya mantan orang terdekat Bush tersebut, kita dapat meramalkan akan seperti apa Obama dan presiden-presiden berikutnya nanti. Ia hadir untuk melihat the future in the past. Sayangnya, McClellan hanya menggambarkan kultur politik di dalam Gedung Putih dan tidak mempunyai tawaran dalam mengubah kultur yang tidak sehat tersebut. Jadi, bobot buku ini akan memiliki nilai lebih seandainya McClellan memberikan tawaran, sekalipun sifatnya subjektif, dalam merubah kultur tersebut. Hal ini tentu sangat penting, sebab tiga tahun menjadi juru bicara kepresidenan menjadi modal utama baginya untuk memahami dan memberikan tawaran dalam merubah kultur tersebut. Oleh karena itu, untuk merubah karakter kepemimpinan Amerika di dunia, haruslah dimulai dari mengubah kultur politik yang mengakar kuat di dalam Gedung Putih tersebut. McClellan dalam bukunya menggambarkan bahwa presiden sekalipun harus mengikuti arus di dalamnya. Obama sepertinya juga terperangkap dan menyerah pada arus tersebut! 315