Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.2, Januari 2013 ( )

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN LABORATORIUM SIFAT FISIK AGREGAT YANG MEMPENGARUHI NILAI VMA PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS HRS-WC

PENGARUH POROSITAS AGREGAT TERHADAP BERAT JENIS MAKSIMUM CAMPURAN

PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW)

PENGARUH SIFAT FISIK AGREGAT TERHADAP RONGGA DALAM CAMPURAN BERASPAL PANAS

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG

PENGARUH VISKOSITAS ASPAL DAN DAMPAKNYA TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL

BAB III LANDASAN TEORI

KAJIAN LABORATORIUM PENGGUNAAN MATERIAL AGREGAT BERSUMBER DARI KAKI GUNUNG SOPUTAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.12 Desember 2016 ( ) ISSN:

Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.1 Februari 2017 (1-10) ISSN:

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

ANALISIS STABILITAS CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN SPESIFIKASI AC-WC

BAB III LANDASAN TEORI

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.7 Juli 2016 ( ) ISSN:

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH JUMLAH TUMBUKAN PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI MENERUS JENIS ASPHALT CONCRETE (AC)

STUDI PARAMETER MARSHALL CAMPURAN LASTON BERGRADASI AC-WC MENGGUNAKAN PASIR SUNGAI CIKAPUNDUNG Disusun oleh: Th. Jimmy Christian NRP:

BATU BARA SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI BAHAN BAKAR MINYAK PADA CAMPURAN ASPAL PANAS

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT

KAJIAN HUBUNGAN BATASAN KRITERIA MARSHALL QUOTIENT DENGAN RATIO PARTIKEL LOLOS SARINGAN NO.#200 BITUMEN EFEKTIF PADA CAMPURAN JENIS LASTON

Sumber: Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 (Revisi 3)

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.3 Maret 2015 ( ) ISSN:

PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

BAB III LANDASAN TEORI

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI

STUDI PENGGUNAAN PASIR SERUYAN KABUPATEN SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEBAGAI CAMPURAN ASPAL BETON AC WC

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

NASKAH SEMINAR INTISARI

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON

KAJIAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON SEBAGAI LAPIS AUS BERGRADASI KASAR DAN HALUS

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. Kegiatan

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 ( ) ISSN:

BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

BAB III LANDASAN TEORI

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik

TINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT.

VARIASI AGREGAT PIPIH TERHADAP KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati Arfan Hasan ABSTRAK

(Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal)

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. Pada pembuatan aspal campuran panas asbuton dengan metode hot mix (AC

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Alat dan Bahan. Pengujian Bahan

BAB III LANDASAN TEORI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati 1 ), Sukarman 2 )

BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN

TINJAUAN VOID CAMPURAN ASPAL YANG DIPADATKAN MENGGUNAKAN ALAT PEMADAT ROLLER SLAB (APRS) DAN STAMPER

KARAKTERISTIK CAMPURAN HOT ROLLED SHEET WEARING COARSE (HRS WC) PADA PEMADATAN DI BAWAH SUHU STANDAR

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PENGGUNAAN ABU TERBANG BATUBARA SEBAGAI BAHAN PENGISI TERHADAP MODULUS RESILIEN BETON ASPAL LAPIS AUS

PENGARUH ENERGI PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI SENJANG

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK BAN KARET PADA CAMPURAN LASTON UNTUK PERKERASAN JALAN RAYA

VARIASI AGREGAT LONJONG PADA AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) I Made Agus Ariawan 1 1

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1.a. Bagan Alir Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

Gambar 4.1. Bagan Alir Penelitian

PEMANFAATAN PASIR LAUT TANJUNG ALANG SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN HRS (HOT ROLLED SHEET) ABSTRACT PENDAHULUAN

PERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/2 dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan 2

Pengaruh Penggunaan Abu Sekam Padi sebagai Bahan Pengisi pada Campuran Hot Rolled Asphalt terhadap Sifat Uji Marshall

ANALISA KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN DAN PERBANDINGAN STABILITAS ASPAL EMULSI DINGIN DENGAN LASTON

PERBANDINGAN FILLER PASIR LAUT DENGAN ABU BATU PADA CAMPURAN PANAS ASPHALT TRADE BINDER UNTUK PERKERASAN LENTUR DENGAN LALU LINTAS TINGGI

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG ABSTRAK

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

VARIASI AGREGAT LONJONG SEBAGAI AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) ABSTRAK

ANALISIS ITS (INDIRECT TENSILE STRENGTH) CAMPURAN AC (ASPHALT CONCRETE) YANG DIPADATKAN DENGAN APRS (ALAT PEMADAT ROLLER SLAB) Naskah Publikasi

ANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS A YANG SELURUHNYA MEMPERGUNAKAN AGREGAT BEKAS

I. PENDAHULUAN. diperkirakan km. Pembangunan tersebut dilakukan dengan kerja paksa

STUDI PERBANDINGAN PENGGUNAAN JENIS-JENIS AGREGAT HALUS TERHADAP KARAKTERISTIK UJI MARSHAL PADA CAMPURAN LATASTON DI KABUPATEN KETAPANG

EFEK PEMAKAIAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN ASPAL PANAS (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK AGREGAT KASAR PULAU JAWA DENGAN AGREGAT LUAR PULAU JAWA DITINJAU DARI KEKUATAN CAMPURAN PERKERASAN LENTUR

BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

METODOLOGI PENELITIAN

3. pasir pantai (Pantai Teluk Penyu Cilacap Jawa Tengah), di Laboratorium Jalan Raya Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam

TINJAUAN STABILITAS PADA LAPISAN AUS DENGA MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung.

PENGARUH TERENDAMNYA PERKERASAN ASPAL OLEH AIR LAUT YANG DITINJAU TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL

PENGARUH PERENDAMAN BERKALA PRODUK MINYAK BUMI TERHADAP DURABILITAS CAMPURAN BETON ASPAL

INVESTIGASI KARAKTERISTIK AC (ASPHALT CONCRETE) CAMPURAN ASPAL PANAS DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN RAP ARTIFISIAL

PENGARUH PERUBAHAN RASIO ANTARA FILLER DENGAN BITUMEN EFEKTIF TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LASTON JENIS LAPIS AUS

OPTIMASI KADAR ASPAL BETON AC 60/70 TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL PADA LALU LINTAS BERAT MENGGUNAKAN MATERIAL LOKAL BANTAK PROYEK AKHIR

PENGARUH VARIASI KADAR ASPAL TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

Spesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir)

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. aspal keras produksi Pertamina. Hasil Pengujian aspal dapat dilihat pada Tabel 4.1

PEMANFAATAN TRAS SEBAGAI FILLER DALAM CAMPURAN ASPAL PANAS HRS -WC

GRAFIK PENGGABUNGAN AGREGAT

Transkripsi:

KAJIAN PENYEBAB PERBEDAAN NILAI BERAT JENIS MAKSIMUM CAMPURAN BERASPAL PANAS YANG DIHITUNG BERDASARKAN METODE MARSHALL DENGAN YANG DICARI LANGSUNG BERDASARKAN AASHTO T209 Maria Estela Laoli O.H. Kaseke, M.R.E. Manoppo, F. Jansen Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sam Ratulangi email: Maria_Laoli@gmail.com ABSTRAK Berat jenis maksimum campuran adalah perbandingan berat isi benda campuran beraspal dalam keadaan rongga udara sama dengan nol. Berat jenis maksimum campuran pada masing-masing kadar aspal diperlukan untuk menghitung kadar rongga masing-masing kadar aspal. Berat jenis maksimum campuran dapat diperoleh secara teoritis pada metode Marshall dan bisa juga dicari secara langsung berdasarkan AASHTO T209. Namun pada kenyataannya, berat jenis maksimum baik yang dicari secara teoritis maupun yang dicari langsung selalu ada perbedaan, inilah yang akan diangkat dalam penelitian ini. Penelitian dilakukan untuk 3 jenis material dari lokasi yang berbeda dan memiliki sifat dan ciri berbeda, sumber agregat yaitu Tateli, Kinilow dan Lolak. Penelitian kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan awal dan lanjutan terhadap sifat-sifat agregat dan aspal agar memenuhi spesifikasi yang ditentukan. Selanjutnya mencari nilai berat jenis maksimum campuran secara teoritis dan secara langsung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berat jenis maksimum campuran yang dihitung secara langsung berdasarkan AASHTO T209 lebih besar daripada yang dihitung secara teoritis menggunakan metode Marshall, untuk semua jenis kadar aspal. Hal ini disebabkan oleh sifat fisik agregat yang berbeda, yaitu berat jenis. Dari kesimpulan tersebut disarankan, untuk pengujian berat jenis maksimum campuran harus dicari berdasarkan AASHTO T209 dan dalam proses merancang campuran terutama yang menyangkut pemeriksaan material agregat sangat diperlukan ketelitian dan pemeriksaan berulang-ulang agar supaya didapat hasil yang akurat. Kata Kunci : AASHTO T209, Berat Jenis Maksimum, Metode Marshall PENDAHULUAN Sampai saat ini pengujian mutu dari campuran beraspal panas masih menggunakan Metode Marshall. Parameter - parameter yang di peroleh dari pengujianmarshall meliputi: Stabilitas, Flow, Void in Mix (VIM), Void in Mineral Aggregat (VMA),Void Filled Bitumen (V F B) dan Marshall Quotient (MQ). Void in mix atau rongga udara dalam campuran, adalah volume total udara yang berada dalam campuran yang telah dipadatkan. Rongga udara ini dapat dihitung berdasarkan berat jenis bulk dan berat jenis maksimum campuran. Berat jenis bulk adalah berat per volume, yakni diperoleh dengan perbandingan antara berat benda uji di udara termasuk rongga yang kedap dan menyerap air pada suhu tertentu, dengan berat air suling serta volume yang sama pada suhu tertentu pula. Sedangkan berat jenis maksimum campuran adalah perbandingan berat isi benda campuran beraspal dalam keadaan rongga udara sama dengan nol atau tidak ada rongga. Berat jenis maksimum campuran dapat dihitung dengan metode Marshall, berdasarkan data berat jenis agregat dan data berat jenis aspal yang digunakan serta komposisi dari materialmaterial tersebut. Pemeriksaan berat jenis maksimum dengan metode Marshall didapat dari 100 dibahagi penjumlahan dari perbandingan antara persen kadar aspal terhadap berat jenis efektif agregat dan kadar aspal terhadap berat jenis aspal. Berat jenis maksimum bisa juga dicari sacara langsung dengan AASHTO T209-1990. Namum pada kenyataannya, hampir selalu berat jenis maksimum baik yang dihitung dengan metode Marshall maupun yang dicari secara langsung selalu ada perbedaan. 128

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mencari penyebab perbedaan antara berat jenis maksimum yang dihitung berdasarkan metode Marshall dengan berat jenis maksimum yang dicari secara langsung yang dikaji melalui pengujian di laboratorium dengan menggunakan material agregat yang berbeda. Manfaat Penelitian Mendapatkan penyebab perbedaan nilai berat jenis maksimum campuran beraspal panas yang dihitung berdasarkan metode Marshall dengan yang dicari langsung berdasarkan AASHTO T209 dapat dijadikan sebagai acuan ataupun bahan pertimbangan dalam pelaksanaan konstruksi perkerasan jalan. Batasan masalah 1. Penelitian ini hanya dilakukan melalui research di Laboratorium Perkerasan Jalan Universitas Sam Ratulangi Manado dan tidak dilanjutkan dengan penghamparan dan pemadatan di lapangan. 2. Agregat yang digunakandiambil dari tiga lokasi yang berbeda yaitu dari Desa Lolak, Tateli dan Kinilow. 3. Aspal yang digunakan adalah aspal penetrasi 60/70 4. Pada penelitian hanya dibatasi pada campuran beraspal panas untuk jenis lapis aus (AC-WC) 5. Dalam penelitian ini komposisi agregat gabungan dibuat sama untuk 3 material yang berbeda. 6. Dalam penelitian ini hanya diteliti parameter berat jenis dengan tidak memperhitungkan parameter lain. TINJAUAN PUSTAKA Berat jenis (spesific gravity) adalah perbandingan berat dari suatu volume bahan pada suatu temperatur terhadap berat air dengan volume yang sama pada temperatur tersebut. Besarnya berat jenis agregat penting dalam perencanaan campuran agregat dengan aspal karena umumnya direncanakan berdasarkan perbandingan berat dan juga untuk menentukan banyaknya pori. Agregat dengan berat jenis yang kecil mempunyai volume yang besar sehingga dengan berat yang sama membutuhkan jumlah aspal yang lebih banyak. Disamping itu agregat dengan dengan pori besar membutuhkan jumlah aspal yang banyak. Terdapat 4 (empat) besaran berat jenis yang berkaitan dengan volumentrik campuran beraspal, yaitu: Berat jenis bulk, Berat jenis semu, Berat jenis efektif dan Berat jenis maksimum campuran. Adanya perbedaan istilah berat jenis ini disebabkan karena adanya perbedaan asumsi kemampuan agregat menyerap air dan aspal. Berat jenis bulk adalah perbandingan antara berat bahan di udara (termasuk rongga yang kedap dan yang menyerap air) pada satuan volume dan suhu tertentu, dengan berat air suling serta volume yang sama pada suhu tertentu pula. berat jenis bulk dari agregat diasumsikan aspal tidak dapat meyerap ke dalam agregat (hanya menyelimuti bagian luar saja) sehingga penggunaan berat jenis bulk akan menghasilkan kadar aspal yang sedikit, padahal kenyataannya aspal akan menyerap ke dalam rongga dalam agregat sehingga hasil dari perencanaan campuran akan menghasilkan nilai rongga dalam campuran yang lebih besar dari anggapan semula, apabila perencanaan ini diterapkan, akan terjadi kerusakan dini berupa lepas-lepas dan retak-retak. Berat jenis semu adalah perbandingan antara berat bahan di udara (tidak termasuk rongga yang menyerap air) pada satuan volume dan suhu tertentu, dengan berat air suling serta volume yang sama pada suhu tertentu pula. berat jenis semu dari agregat diasumsikan aspal dapat menyerap seluruhnya ke dalam agregat sehingga penggunaan berat jenis semu akan menghasilkan kadar aspal yang relatif lebih banyak, padahal kenyataannya aspal hanya sebagian saja yang menyerap ke dalam rongga dalam agregat sehingga hasil dari perencanaan campuran akan menghasilkan nilai rongga dalam campuran yang lebih kecil dari anggapan semula, apabila perencanaan campuran ini diterapkan, akan terjadi kerusakan dini berupa deformasi plastik. Berat jenis efektif adalah perbandingan antara berat bahan di udara (tidak termasuk rongga yang menyerap aspal) pada satuan volume dan suhu tertentu, dengan berat air dengan volume yang sama dan suhu tempratur pula. 129

berat jenis efektif dari agregat diasumsikan aspal dapat menyerap sebagian ke dalam agregat dan sebagian lagi menyelimutinya sehingga penggunaan berat jenis efektif agregat akan menghasilkan kadar aspal yang relatif cukup seimbang. Pada perencanaan campuran beraspal, agregat yang digunakan merupakan agregat gabungan yang terdiri atas fraksi-fraksi agregat kasar, agregat halus mineral asbuton dan bahan pengisi (bila perlu) yang masing-masing mempunyai berat jenis yang berbeda. Berat jenis maksimum campuran yaitu dimana rongga udara dalam campuran dianggap nol. Padahal dalam kenyataannya rongga udara akan selalu ada walaupun dalam campuran beraspal yang paling padat sekalipun. Berat jenis maksimum campuran pada masing-masing kadar aspal diperlukan untuk menghitung kadar rongga masing-masing kadar aspal. Berat jenis maksimum dapat ditentukan dengan AASHTO T209-90 dan dapat dihitung dengan pendekatan metode Marshall. METODOLOGI PENELITIAN Prosedur dan langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dimulai dengan mendapatkan data persyaratan untuk agregat, aspal dan jenis campuran yang akan digunakan dalam penelitian ini. Setelah seluruh data persyaratan diperoleh, maka dilanjutkan dengan penyiapan material yang akan digunakan dalam campuran. Kemudian dilakukan pemeriksaan awal terhadap material, apakah memenuhi persyaratan atau tidak. Adapun jenis pemeriksaan yang dilakukan dalam pemeriksaan awal yaitu: terhadap agregat pecah dilakukan pemeriksaan abrasi (keausan). Jika pemeriksaan awal terhadap material tersebut memenuhi persyaratan, maka dapat dilanjutkan dengan melakukan pemeriksaan lanjutan, dimana untuk agregat pecah (batu pecah dan abu batu) dilakukan pemeriksaan analisa saringan serta pemeriksaan berat jenis dan penyerapan, untuk material pasir juga dilakukan pemeriksaan yang sama, sedangkan untuk aspal penetrasi 60/70 dilakukan pemeriksaan titik nyala dan titik bakar, penetrasi, berat jenis, titik lembek. Namun jika material tidak memenuhi persyaratan, maka harus kembali ke tahap awal dengan mengganti material. Setelah dilakukan pemeriksaan lanjutan, dapat dimulai proses perancangan komposisi agregat berdasarkan spesifikasi yang telah ditetapkan. Pada tahapan ini akan ditentukan komposisi campuran yang dilakukan dengan cara coba-coba (trial and error). Kemudian dilanjutkan dengan menghitung kadar aspal perkiraan berdasarkan masing-masing rancangan komposisi agregat tersebut. Setelah mendapatkan kadar aspal campuran maka berat jenis maksimum yang dihitung dengan metode Marshall sudah dapat dihitung menggunakan rumus yang ada. Dalam penelitian ini, akan dibuat 5 (lima) variasi kadar aspal untuk setiap variasi gradasi agregat. Setelah perhitungan jumlah aspal dan kebutuhan agregat untuk setiap variasi pada masing-masing saringan, maka dilanjutkan dengan pembuatan campuran benda uji. Kemudian selanjutnya mencari berat jenis maksimum campuran secara langsung berdasarkan panduan AASHTO T209-90. Dilanjutkan pada analisa data dan kesimpulan dari hasil penelitian. HASIL PENELITIAN Hasil pemeriksaan awal untuk material dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Awal Sifat-sifar material/bahan Hasil Pemeriksaan Persyaratan Agregat kasar Kinilow Tateli Lolak 3 3 1 130

Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Berat Jenis Agregat Kinilow Pemeriksaan Agregat kasar Agregat sedang Abu batu Spesifikasi Berat jenis Bulk 2.31 2.32 2.48 - Berat jenis SSD 2.36 2.37 2.50 - Berat jenis apparent 2.44 2.45 2.55 - penyerapan 2.31 2.24 1.1 Maks. 3% Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Berat Jenis Agregat Tateli Pemeriksaan Agregat kasar Agregat sedang Abu batu Spesifikasi Berat jenis Bulk 2.28 2.34 2.46 - Berat jenis SSD 2.33 2.40 2.49 - Berat jenis apparent 2.41 2.48 2.54 - penyerapan 2.45 2.38 1.31 Maks. 3% Tabel 4. Hasil Pemeriksaan Berat Jenis Agregat Lolak Pemeriksaan Agregat Agregat kasar sedang Abu batu Pasir Spesifikasi Berat jenis Bulk 2.56 2.59 2.66 2.55 - Berat jenis SSD 2.62 2.64 2.69 2.59 - Berat jenis apparent 2.72 2.73 2.73 2.66 - penyerapan 2.18 2.01 0.92 1.57 Maks. 3% Hasil pemeriksaan lanjutan terhadap material/bahan seperti tersaji dalam tabel di atas menunjukan bahwa semua peryaratan dalam spesifikasi telah dipenuhi, oleh karena itu material/bahan yang ada layak digunakan untuk penelitian selanjutnya. 131 Untuk perhitungan berat jenis campuran menggunakan dua cara, yaitu secara teoritis dan secara langsung. Hasilnya dapat kita lihat pada tabel di bawah Tabel 5. Perbandingan Hasil Berat Jenis Maksimum Campuran Lokasi Material Kadar Aspal Langsung Teoritis Selisih Kinilow 2.35 2.33 2.29 2.27 2.24 2.34 2.31 2.24 2.22 0.01 0.05 Tateli Lolak Dari Sumber: tabel Hasil diatas Penelitian dapat dilihat semakin 2.35 2.34 2.31 2.28 2.52 2.49 2.46 2.42 2.41 2.33 2.30 2.27 2.22 2.51 2.47 2.44 2.40 2.37 0.03 0.03 0.01

Semakin rendah kadar aspal maka semakin tinggi nilai berat jenis maksimum campuran, ini dipengaruhi oleh nilai berat jenis agregat yang lebih besar dan bervariasi dibandingkan berat jenis aspal. Contohnya untuk kadar aspal terdiri dari 9 berupa agregat dan hanya saja yang mengandung aspal. Nilai berat jenis maksimum campuran dengan menggunakan agregat yang berasal dari Lolak lebih besar jika dibandingkan dengan yang menggunakan agregat Kinilow dan Tateli dikarenakan agregat dari Lolak memiliki berat jenis yang besar dan pori yang kecil, sedangkan untuk Kinilow dan Tateli memiliki berat jenis yang kecil dan pori yang besar. Dari hasil penelitian yang ditampilkan, nilai berat jenis maksimum campuran yang dicari secara langsung tidak sama atau berbeda dengan yang dicari secara teoritis. PENUTUP Nilai berat jenis maksimum campuran beraspal panas yang dicari secara langsung berbeda atau tidak sama dengan yang dicari secara teoritis. Hal ini disebabkan oleh berat jenis maksimum campuran secara langsung dicari tanpa mengetahui lebih dulu berat jenis dari masingmasing bahan pembentuk sedangkan secara teoritis dicari berdasarkan berat jenis dari material agregat maupun aspal secara sendirisendiri kemudian dihitung dengan teori Marshall. DAFTAR PUSTAKA AASHTO. 1990. 15th edition. Standard specification for Transportation materials and methods of sampling and testing. America. BALITBANG-PU dengan DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA, MODUL, Training Of Trainer (TOT). 2007. SNI. 2010. Manual Pekerjaan Campuran Beraspal Panas Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, 2010. Spesifikasi Umum Pekerjaan Konstruksi Jalan dan Jembatan. Sukirman S., 1992. Perkerasan Lentur Jalan Raya., Nova, Bandung. 132