BAB I PENDAHULUAN. piutang. Debitor tersebut dapat berupa orang perorangan (natural person) dan. terhadap kreditor tak dapat terselesaikan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Dalam rangka. merata di segala bidang, salah satunya adalah bidang ekonomi.

I. PENDAHULUAN. melahirkan perkembangan usaha yang dapat menunjang perekonomian suatu

I. PENDAHULUAN. perusahaan harus dijalankan dan dikelola dengan baik. Pengelolaan perusahaan

WEWENANG KURATOR DALAM PELAKSANAAN PUTUSAN PAILIT OLEH PENGADILAN

B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan hukum nasional dalam rangka mewujudkan. adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. bisnis baik dalam bentuk perorangan ( natural person ) ataupun dalam bentuk badan

PERANAN NOTARIS DALAM PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS. (Studi di Kantor Notaris Sukoharjo) S K R I P S I

I. PENDAHULUAN. kebutuhannya begitu juga dengan perusahaan, untuk menjalankan suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian pinjam meminjam uang. Akibat dari perjanjian pinjam meminjam uang

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan dalam rangka pengembangan usahanya dimungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. meminjam (berhutang) kepada bank atau perusahaan lain. akan dapat menganggu tatanan kehidupan ekonomi yang dudah ada.

III. METODE PENELITIAN. permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala bersangkutan. 24

kemungkinan pihak debitor tidak dapat melunasi utang-utangnya sehingga ada

BAB I PENDAHULUAN. luar biasa sehingga mengakibatkan banyak sekali debitor tidak mampu membayar utangutangnya.

BAB I PENDAHULUAN. terbukti secara sederhana bahwa persyaratan permohonan

BAB I PENDAHULUAN. kepentingannya dalam masyarakat dapat hidup dan berkembang secara. elemen tidak dapat hidup sendiri-sendiri, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. dengan pasal 294 UU Kepailitan dan PKPU. Adapun PKPU ini berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

BAB I PENDAHULUAN. Pada pertengahan tahun 1997 negara negara Asia dilanda krisis moneter yang

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat melakukan tindakan-tindakan keperdataan, dalam arti lain, debitor

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi Indonesia pada umumnya. tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan dan perkembangan pelaku-pelaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

BAB IV ANALISIS Putusan Majelis Hakim Pengadilan Niaga dalam kasus PT. Indo Plus dengan PT. Argo Pantes Tbk.

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang TUJUAN KEPAILITAN TUJUAN KEPAILITAN. 22-Nov-17

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi kebutuhannya sebagaimana tersebut di atas, harus. mempertimbangkan antara penghasilan dan pengeluaran.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dasar hukum bagi suatu kepailitan (Munir Fuady, 2004: a. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU;

(SKRIPSI) Oleh: Anik Suparti Ningsih

BAB I PENDAHULUAN. tahun Putusan pailit ini dapat dikatakan menghebohkan, k arena tidak ada yang

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Istilah Kepailitan 9/4/2014

BAB I PENDAHULUAN. mampu memenuhi segala kebutuhannya sendiri, ia memerlukan tangan ataupun

BAB I PENDAHULUAN. Kepailitan merupakan suatu sitaan umum atas harta kekayaan debitor yang

PENGATURAN DAN PENERAPAN PRINSIP PARITAS CREDITORIUM DALAM HUKUM KEPAILITAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

KESALAHAN PENERAPAN HUKUM OLEH HAKIM TERHADAP KEDUDUKAN KANTOR PELAYANAN PAJAK PENANAMAN MODAL ASING VI

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. Hakim Pengawas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 37 tahun 2004,

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengakhiri atau menyelesaikan suatu perkara atau sengketa antara para

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara yang berkembang, baik dari sumber alam,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Jadi dalam pembangunan, masing-masing masyarakat diharap dapat. Indonesia yaitu pembangunan di bidang ekonomi

Oleh Ariwisdha Nita Sahara NIM : E BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kepada pihak yang kalah dalam suatu perkara merupakan aturan dan tata cara. aturan perundang-undangan dalam HIR atau RBG.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kepailitan secara etimologis berasal dari kata pailit. 6 Istilah pailit berasal dari

BAB II TANGGUNG JAWAB PERSONAL GUARANTOR DALAM KEPAILITAN

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tah

BAB I PENDAHULUAN. dirinya mampu untuk ikut serta berkompetisi dalam pasar global,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pelunasan dari debitor sebagai pihak yang meminjam uang. Definisi utang

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN SITA JAMINAN ATAS BENDA BERGERAK PADA PENYELESAIAN PERKARA PERDATA (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. utang-utangnya pada umumnya dapat dilakukan dengan cara dua hal, yaitu:

Kajian yuridis terhadap putusan hakim dalam tindak pidana pencurian tanaman jenis anthurium (studi kasus di Pengadilan Negeri Karanganyar)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan Penelitian

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Perusahaan memiliki peran penting dalam negara Indonesia, yaitu sebagai

BAB I PENDAHULUAN. meminjam maupun utang piutang. Salah satu kewajiban dari debitur adalah

1905:217 juncto Staatsblad 1906:348) sebagian besar materinya tidak

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2007 tentang waralaba (selanjutnya disebut PP No. 42 Tahun 2007) dalam

PENAGIHAN SEKETIKA SEKALIGUS

TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dana yang diterima dari masyarakat, apakah itu berbentuk simpanan berupa

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dan kecanggihan teknologi dan sumber informasi semakin menunjang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya. Dalam memenuhi segala kebutuhan hidup, akal dan pikiran. Ia memerlukan tangan ataupun bantuan dari pihak lain.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap debitur yang berada dalam keadaan berhenti membayar dapat dijatuhi

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI ATAS DI PD BPR BANK BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. yang sama dan apabila diperlukan bisa dibebani dengan bunga. Karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. Bank menurut pengertian umum dapat diartikan sebagai tempat untuk

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komponen pelaku untuk mencapai tujuan pembangunan itu. Dengan

GUGAT BALIK (REKONVENSI) SEBAGAI SUATU ACARA PENYELESAIAN PERKARA PERDATA DALAM PERADILAN DI PENGADILAN NEGERI KLATEN

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. segala kebutuhannya tersebut, bank mempunyai fungsi yang beragam dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sengketa merupakan suatu hal yang sangat wajar terjadi dalam kehidupan ini.

TANGGUNG JAWAB PERUM PEGADAIAN TERHADAP PENJUALAN (LELANG) BARANG GADAI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERMOHONAN PERNYATAAN PAILIT UNTUK KEPENTINGAN UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. membutuhkan modal karena keberadaan modal sangat penting sebagai suatu sarana

KUASA JUAL SEBAGAI JAMINAN EKSEKUSI TERHADAP AKTA PENGAKUAN HUTANG


Apakah Pailit = Insolvensi? Heri Hartanto, Hukum Acara Peradilan Niaga (FH-UNS)

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-harinya tidak dapat terlepas dari interaksi atau hubungan

BAB I PENDAHULUAN. berwujud perjanjian secara tertulis (kontrak). berjanji untuk melakukan suatu hal. 1

ANALISA MENGENAI PUTUSAN PENGADILAN NIAGA NO.22/PAILIT/2003/PN

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan perikatan yang lahir dari undang-undang yang. mewajibkan seseorang yang telah memenuhi syarat yang ditentukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dari pertumbuhan dan perkembangan pelaku-pelaku ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Milik Negara/ Badan Usaha Milik Daerah digugat di pengadilan oleh

BAB I PENDAHULUAN. mengenai segala jenis usaha dan bentuk usaha. Rumusan pengertian

BAB I PENDAHULUAN. untuk berlomba-lomba untuk terus berusaha dalam memajukan ekonomi masingmasing.

BAB 1 PENDAHULUAN. Nomor 4 Tahun 1996 angka (1). Universitas Indonesia. Perlindungan hukum..., Sendy Putri Maharani, FH UI, 2010.

Kedudukan Hukum Pemegang Hak Tanggungan Dalam Hal Terjadinya Kepailitan Suatu Perseroan Terbatas Menurut Perundang-Undangan Di Indonesia

: EMMA MARDIASTA PUTRI NIM : C.

Disusun Oleh : Anugrah Adiastuti, S.H., M.H

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG TENTANG KEPAILITAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. terutama oleh instansi-instansi yang menurut Undang-Undang mempunyai

PENUNJUK Undang-undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Perbankan) Pasal 1 angka 11, menyebutkan : uang agar pengembalian kredit kepada debitur dapat dilunasi salah satunya

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013Online di

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Utang piutang acap kali menjadi suatu permasalahan pada debitor. Masalah kepailitan tentunya juga tidak pernah lepas dari masalah utang piutang. Debitor tersebut dapat berupa orang perorangan (natural person) dan badan hukum (legal entity) baik itu perseroaan terbatas, yayasan maupun koperasi. Debitor dapat dinyatakan pailit ketika permasalahan utang-piutang terhadap kreditor tak dapat terselesaikan. Pernyataan pailit pada hakikatnya bertujuan untuk mendapatkan penyitaan umum atas kekayaan si berhutang, yaitu segala harta benda si berhutang disita atau dibekukan untuk kepentingan semua orang. 1 Maka dari itu pernyataan pailit merupakan proses kepailitan yang menjadi salah satu upaya untuk mengatasi dan menyelasaikan perkara utang-piutang. Kepailitan merupakan suatu sitaan dan eksekusi atas seluruh kekayaan debitor dengan tujuan untuk membagi harta tersebut untuk membayar utangutang debitor kepada para kreditornya secara pari passu atau berimbang, kecuali ada kreditor yang memiliki hak istimewa untuk didahulukan. 2 Kepailitan dilakukan terhadap debitor yang tidak mampu membayar utangutangnya. 1 Subekti. 1985. Pokok Pokok Hukum Perdata. Jakarta: PT Intermasa, hal. 230. 2 Bagus Irawan. 2007. Aspek-aspek Hukum Kepailitan, Perusahaan, dan Asuransi. Bandung: PT Alumni, hal. 19. 1

2 Pengadilan Niaga merupakan badan peradilan yang khusus menangani masalah kepailitan. Pengadilan tersebut merupakan badan peradilan di Indonesia yang dipergunakan untuk menyelesaikan sengketa antara para pelaku usaha khususnya masalah yang berkaitan dengan utang piutang yang bukan karena wanprestasi. Permasalahan yang banyak dihadapi oleh Pengadilan Niaga dalam mengatasi, menyelesaikan dan memutus suatu perkara kepailitan. Disamping itu pula hakim yang berwenang merupakan hakim niaga yang harus tanggap dan memahami perkara kepailitan. Mengenai permasalahan yang terjadi dalam perkara kepailitan adalah mengenai penerapan Pembuktian Sederhana. Karena, permasalahan penerapan tersebut tidak dijelaskan baik pengertian maupun batasan-batasan yang secara jelas diterapkan dalam Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya, Undang-Undang Kepailitan). Undang-undang hanya menentukan apa yang telah tertuang dalam Pasal 8 ayat (4) Undang-undang Kepailitan sebagai berikut : Permohonan pernyataan pailit harus dikabulkan apabila terdapat fakta atau keadaan yang terbukti secara sederhana bahwa persyaratan untuk dinyatakan pailit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) telah dipenuhi. Yang dimaksud Pasal 2 ayat (1) merupakan syarat kepailitan bahwa Debitor yang mempunyai dua atau lebih Kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan Pengadilan, baik atas permohonannya sendiri maupun atas permohonan satu atau lebih kreditornya.

3 Undang-undang tidak memberikan secara jelas dan terperinci tentang penerapan Pembuktian Sederhana dalam perkara Kepailitan yang dilakukan. Dengan demikian, ketidakjelasan ini akan menyebabkan atau menimbulkan putusan yang berbeda-beda pula karena pertimbangan serta penafsiran mengenai penerapan Pembuktian Sederhana ini akan berbeda antara hakim satu dengan yang lainnya. Tentang pengertian mengenai Pembuktian Sederhana yang lazim disebut pembuktian secara sumir. Menurut Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, bahwa yang dimaksudkan dengan Pembuktian Sederhana adalah Pembuktian Sederhana mengenai: 3 a. Eksistensi dari suatu utang debitor yang dimohonkan kepailitan, yang telah jatuh tempo; b. Eksistensi dari dua atau lebih kreditor dari debitor yang dimohonkan kepailitan. Dalam praktik pengadilan ternyata banyak para hakim yang memutus dan mengadili perkara kepailitan kurang memahami eksistensi Pembuktian Sederhana, sehingga dalam mengajukan perkaranya sering ditolak oleh hakim karena tidak terbukti secara sederhana. Hal ini dapat dilihat dalam suatu putusan tentang kepailitan yang tiap tingkatan peradilan diputus berbeda, pada tingkat Pengadilan Niaga terbukti sederhana kemudian pada tingkatan Mahkamah Agung tidak terbukti secara sederhana ataupun sebaliknya. Dalam pengaturan Pembuktian Sederhana perlu adanya batasan-batasan yang jelas yang perlu diatur dalam undang-undang sehingga baik para pihak ataupun 3 Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja. 2004. Pedoman Menangani Perkara Kepailitan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, hal.141.

4 Majelis hakim yang memeriksa dan memutus perkara kepailitan memiliki batasan yang jelas sehingga terciptanya suatu kepastian hukum. Pada kasus pailitnya PT Cipta Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) dengan slogan Milik Kita Bersama ini merupakan salah satu contoh dari beribu-ribu perusahaan yang dikatakan pailit oleh kreditornya. Berawal dari tuntutan Crown Capital Global Limited (CCGL), perseroan yang berkedudukan di British Virgin Islands terhadap TPI dalam dokumen resmi yang diperoleh di pengadilan. Permohonan pernyataan pailit itu diajukan Crown Capital oleh kuasa hukumnya Ibrahim Senen, dalam putusan perkara No.52/Pailit/2009/PN.NIAGA.JKT.PST, tertanggal 19 Juni 2009. Pemohon, dalam permohonan pailitnya, mengklaim termohon mempunyai kewajiban yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih US$53 juta di luar bunga, denda, dan biaya lainnya. Dalam putusan No. 52/Pailit/2009/PN.NIAGA.JKT.PST, majelis hakim menyatakan TPI pailit karena belum membayar hutang yang telah jatuh tempo. Lantas TPI mengajukan upaya hukum kasasi dalam putusan No. 834 K/Pdt.Sus/2009, majelis kasasi menyatakan pembuktian kasus pailit TPI tidak sederhana lantaran eksistensi adanya utang masih dalam konflik sehingga TPI tidak jadi dipailitkan. Dari contoh kasus tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa sifat penerapan pembuktian yang sederhana dapat digunakan hakim Niaga sebagai alasan untuk menolak permohonan pailit yang diajukan kepadanya. Hakim tersebut dapat menyatakan bahwa perkara yang diajukan itu adalah perkara perdata biasa. Jika suatu perkara dikategorikan hakim Niaga sebagai perkara yang pembuktiannya berbelit-belit, maka hakim dapat menyatakan bahwa

5 kasus itu bukan kewenangan Pengadilan Niaga, melainkan Pengadilan Perdata. Kebenaran yang akan dibuktikan pada beberapa kasus kepailitan adalah kebenaran tentang hubungan hukum yang menyebabkan terjadinya permasalahan hukum yang perlu diselesaikan secara adil. Dengan begitu, hal tersebut menimbulkan banyak pertanyaan, Apakah perkara kepailitan yang timbul karena adanya utang yang tidak dipenuhi dapat dibuktikan secara sederhana atau tidak? Jika dalam memeriksa dan telah memenuhi unsur-unsur Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Kepailitan, apakah majelis hakim dapat memutus perkara kepailitan begitu saja tanpa melihat pertimbangan lain? Apakah majelis hakim hanya semata-semata menerapkan aturan hukum dan mengabaikan parameter lain? Hal-hal tersebut tidak dijelaskan dalam Undang-undang, sehingga penyelesaian masalah-masalah itu sepenuhnya tergantung pada pertimbangan majelis hakim. Berdasarkan uraian dan pertimbangan-pertimbangan atas permasalahan-permasalahan yang ada, maka penulis tertarik untuk menulis karya ilmiah tentang permasalahan yang terjadi di Pengadilan Niaga Semarang berupa skripsi dengan judul PEMBUKTIAN SEDERHANA DALAM PERKARA KEPAILITAN. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan di atas ada beberapa permasalahan yang perlu mendapat pengkajian berkaitan dengan

6 Pembuktian Sederhana Dalam Perkara Kepailitan, maka dapat penulis rumuskan masalahnya sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan Pembuktian Sederhana dalam praktik di Pengadilan Niaga atas perkara kepailitan? 2. Bagaimana hambatan yang terjadi dalam penerapan Pembuktian Sederhana? C. Tujuan Penelitian Peneliti bertujuan untuk mengembangkan atau menguji kebenaran suatu pengetahuan. menemukan berarti berusaha memperoleh sesuatu untuk mengisi kekurangan. Mengembangkan berarti memperluas dan menggali lebih dalam sesuatu yang ada. Menguji kebenaran dilakukan jika sudah ada dan masih diragukan kebenarannya. Dalam setiap penelitian yang dilakukan pasti mempunyai tujuan tertentu, agar sesuatu yang diharapkan akan memperoleh hasil yang diharapkan. Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka dalam penelitian ini tujuan yang hendak dicapai oleh penulis adalah sebagai berikut : 1. Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui penerapan Pembuktian Sederhana dalam praktik di Pengadilan Niaga atas perkara kepailitan. 2. Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui hambatan dalam penerapan Pembuktian Sederhana.

7 D. Manfaat Penelitian Setiap penelitian tentunya penulis berharap bahwa kegiatannya dapat memberikan manfaat bagi diri sendiri maupun oaring lain. Didalam penelitian mempunyai harapan agar hasil penelitiannya bermanfaat bagi: 1. Manfaat Teoritis a. Menambah wawasan bagi masyarakat tentang penerapan Pembuktian Sederhana dalam praktik di Pengadilan Niaga; b. Diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu hukum bagi mahasiswa ataupun masyarakat untuk membantu memecahkan masalah yang mungkin sedang dihadapi oleh pembaca khususnya yang menyangkut tentang masalah Pembuktian Sederhana dalam perkara kepailitan; dan c. Selain itu diharapkan hasil penelitian ini secara teoritis dapat berguna sebagai bahan referensi atau tambahan penelitian sejenis pada Universitas Muhammadiyah Surakarta khususnya fakultas Hukum. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap pembaca terutama dapat dijadikan konsep maupun teori, sehingga dapat dijadikan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya, dan diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna langsung pada penerapan di lapangan serta dapat digunakan untuk pengambilan kebijakan oleh pihak-pihak terkait yang membutuhkan atau membantu memecahkan masalah yang sedang dihadapi masyarakat atau mungkin dihadapi oleh para praktisi.

8 E. Metode Penelitian Metode adalah proses, prinsip-prinsip dan tata cara memecahkan suatu masalah, sedangkan Penelitian, merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu pengetahuan maupun teknologi, oleh karena itu penelitian bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodelogi, dan konsisten. Melalui proses penelitian tersebut, diadakan analisis dan konstruksi terhadap data yang telah dikumpulkan dan diolah. 4 Dari beberapa definisi tersebut dapat dikatakan bahwa metode penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sestematika, dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisisnya. Metode penelitian merupakan suatu unsur yang mutlak harus ada didalam penelitian dan perkembangan ilmu pengetahuan. 5 Metode penelitian yang penulis gunakan adalah sebagai berikut: 1. Metode Pendekatan Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian dengan pendekatan Yuridis Sosiologi, yaitu suatu penelitian yang menekankan pada tataran kaidah hukum yang berlaku pada masyarakat, pendekatan yuridis dimulai dengan analisa terhadap perundang-undangan yang mengatur permasalahan yang terkait dengan judul skripsi ini. Penelitian ini didasarkan pada penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. 4 Rianto Adi. 2004. Metode Penelitian Sosial dan Hukum. Jakarta: Granit, hal 3. 5 Soerjono Soekanto. 1989. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta:UI Press, hal. 10

9 2. Jenis Penelitian Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini maka penulis menggunakan jenis penelitian diskriptif. Penelitian diskiptif adalah penelitian yang merupakan prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek dan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta yang nampak. 6 Tujuan untuk memberikan gambaran data yang selengkaplengkapnya mengenai Pembuktian Sederhana dalam perkara kepailitan. 3. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian merupakan daerah yang telah ditentukan dan dipilih sebagai tempat pengumpulan data di lapangan untuk menemukan jawaban atas permasalahan. Lokasi yang diambil oleh penulis dalam penelitian ini adalah di Pengadilan Niaga Semarang. Karena adanya putusan tentang perkara kepailitan yang benyak ditangani oleh Pengadilan Niaga Semarang. 4. Sumber Data Data merupakan suatu keterangan atau objek yang akan dijadikan sebagai bahan referensi atau bahan pertimbangan dalam penulisan penelitian ini. Maka, penulis menggunakan dua jenis data yaitu: a. Data Primer Data primer merupakan data yang dapat diperoleh secara langsung berupa putusan-putusan perkara dalam lingkup Pengadilan Niaga khususnya perkara kepailitan. 6 Soerjono Soekanto dan Abdurrahman. 2003. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Rineka Cipta, hal. 23.

10 b. Data Sekunder Data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan dan dokumentasi. Data tersebut diperoleh melalui bahan-bahan kepustakaan karena data yang diperoleh tidak langsung dari sumbernya. Studi kepustakaan ini digunakan untuk mendapatkan data sekunder, untuk memproleh dasar teori dalam memecahkan masalah yang timbul dengan bahan-bahan hukum primer. Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan yang diperoleh dari, peraturan perundang-undangan yang berlaku dan yusrisprudensi. 5. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dimaksudkan sebagai cara untuk memperoleh data dalam penelitian. Adapun teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Studi Kepustakaan Suatu metode pengumpulan data dengan cara mempelajari buku-buku kepustakaan untuk memperoleh data sekunder yang dilakukan dengan cara menginventarisasi dan mempelajari serta mengutip kedua bahan hukum primer maupun sekunder yang mengacu pada penelitian. b. Dokumentasi Metode dokumentasi adalah cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,

11 prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya. 7 Dengan cara mendapatkan data yang terdapat dalam lapangan penelitian yakni dokumen berupa putusan-putusan yang ada pada Pengadilan Niaga. c. Interview Dalam hal ini penulis melakukan interview atau wawancara bebas terpimpin, yaitu wawancara yang dilakukan mempersiapkan pokok-pokok permasalahan terlebih dahulu yang kemudian dikembangkan dalam wawancara dengan narasumber dan akan menjwab secara bebas atas permasalahan yang diajukan. 6. Metode Analisis Data Dalam penelitian ini, metode analisis data dengan menggunakan mekanisme, mengorganisasikan data dan mengurutkan data ke dalam suatu pola, katagori, dan urutan dasar sehingga dapat ditemukan sebuah tema dan hepotisis kerja yang diterangkan oleh data. Dengan demikian, penulis menggunakan metode analisis data kualitatif yang akan dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data yang diperoleh yang kemudian dihubungkan dengan literature yang ada atau teori-teori yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Sehingga akan ditemukan akar permasalahnnya dan ditentukannya hasil akhir dari penelitian itu yang berupa kesimpulan-kesimpulan. Data yang diperoleh dianalisis dengan metode kualitatif dan disajikan secara deskriptif kualitatif. 7 Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta, Hal. 206

12 F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi memberikan gambaran dan mengemukakan garis besar skripsi agar memudahkan di dalam mempelajari seluruh isinya. Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai arah dan ruang lingkup skripsi ini, maka disajikan sistematika skripsi sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Perumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Metode Penelitian F. Sistematika Penulisan. BAB II TINAJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Kepailitan 1. Pengertian Kepailitan 2. Tujuan Kepailitan 3. Syarat-Syarat Pernyataan Pailit 4. Pihak-Pihak Yang Terkait Dalam Perkara Kepailitan 5. Kekhususan Permohonan Dalam Perkara Kepailitan 6. Putusan Perkara Kepailitan B. Tinjauan Tentang Hukum Pembuktian 1. Pengertian Tentang Hukum Pembuktian 2. Hal-Hal Yang Tidak Perlu Dibuktikan

13 3. Tentang Hal Pembuktian 4. Alat-Alat Bukti 5. Penilaian Hukum Pembuktian Dalam Acara Perdata C. Tinjauan Tentang Pembuktian Sederhana 1. Pengertian Tentang Pembuktian Sederhana 2. Alat Bukti Dalam Perkara Kepailitan 3. Hal-Hal Yang Perlu Dibuktikan BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Pembuktian Sederhana Dalam Praktik Di Pengadilan Niaga Atas Perkara Kepailitan B. Hambatan Dalam Penerapan Pembuktian Sederhana BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN