PERATURAN DAERAH KOTA SAW AHLUNTO

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2005 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2005 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 8 TAHUN 2012

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR : 31 TAHUN 2008 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA BUPATI BURU,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 147/PMK.07/2006 TENTANG TATACARA PENERBITAN, PERTANGGUNGJAWABAN, DAN PUBLIKASI INFORMASI OBLIGASI DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PINJAMAN DAERAH

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.07/2012 TENTANG TATA CARA PENERBITAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN OBLIGASI DAERAH

1 of 6 21/12/ :39

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH

PINJAMAN OLEH PEMERINTAH DAERAH. Ilustrasi:

QANUN ACEH NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PINJAMAN DAN HIBAH KEPADA PEMERINTAH ACEH DAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2000 TENTANG PINJAMAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2005 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2000 TENTANG PINJAMAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH

*37998 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 107 TAHUN 2000 (107/2000) TENTANG PINJAMAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2005 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH

TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

QANUN PROPINSI NAGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG BANTUAN LUAR NEGERI DAN PINJAMAN PROVINSI

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2016

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

Pengantar Obligasi Daerah

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN. Kebijakan Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah

WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA GORONTALO,

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 16 TAHUN 2018 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN

PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang

PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN


PEMERINTAH KOTA PASURUAN

KAJIAN PINJAMAN DAERAH PEMERINTAH KOTA DEPOK

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 72/PMK.02/2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2009

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA SAWAHLUNTO PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI JENEPONTO Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) Kode Pos 92311

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS Pengertian Defisit Anggaran Pemerintah Daerah. Menurut Darise, (2009: 129), Defisit merupakan selisih antara

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH

1 of 5 18/12/ :41

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

dilaksanakan dalam kerangka hubungan keuangan antara pemerintah daerah.

PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR : 4 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 13 TAHUN 2004 TENTANG : POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG HIBAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KOTA SUKABUMI

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2014

PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU

WALIKOTA PROBOLINGGO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012

WALIKOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2013 T E N T A N G ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA JAMBI TAHUN ANGGARAN 2013

PEMERINTAH KOTA SUKABUMI RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 183/PMK.07/2014 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 14 TAHUN 2005 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH KOTA SOLOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SOLOK,

WALIKOTA SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI

PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2009 ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2009 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016

PEMERINTAH KOTA MOJOKERTO

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2008

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015

PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR : 22 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012

PERATURAN DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI LAMPUNG TAHUN ANGGARAN 2010

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

LEMBARAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO PERATURAN DAERAH KOTA SAW AHLUNTO NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG KETENTUAN PINJAM AN PEMERINT AH KOT A SAW AHLUNTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SAWAHLUNTO, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menutupi kekurangan arus kas pada tahun anggaran berjalan dan membiayai penyediaan layanan umum serta kegiatan investasi yang menghasilkan penerimaan, dipandang perlu melakukan penambahan sumber pembiayaan melalui Pinjaman Daerah; b. bahwa untuk memenuhi sebagaimana maksud di atas, maka perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah. 309

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1956, tentang Pembentukan Daerah Otonom Kota Kecil dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 19) Jo Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1990 tentang Perubahan Batas Wilayah Kodya Dati II Sawahlunto, Kabupaten Dati II Sawahlunto / Sijunjung dan Kabupaten Dati II Solok (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 59); 2. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 4355); 4. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan 310

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421 ); 7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 8. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 311

9. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4503); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4574); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4576); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 312

2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerinrtahan daerah Propinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten / Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. D e n g a n P e r s e t u j u a n B e r s a m a D E W A N P E R W A K I L A N R A K Y A T D A E R A H K O T A S A W A H L U N T O d a n W A L I K O T A S A W A H L U N T O MEMUTUSKAN : 313

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO TENTANG KETENTUAN PINJAMAN PEMERINTAH KOTA SAWAHLUNTO. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kota Sawahlunto; 2. Pemerintah Daerah adalah Walikota dan perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah; 3. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undangundang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 4. Walikota adalah Walikota Sawahlunto; 5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan Kota Sawahlunto; 314

6. Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan daerah menerima sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain sehingga daerah tersebut dibebani kewajiban untuk membayar kembali; 7. Pinjaman Jangka Pendek adalah merupakan Pinjaman Daerah dalam jangka waktu kurang atau sama dengan satu tahun anggaran dan kewajiban pembayaran kembali pinjaman yang meliputi pokok pinjaman, bunga, dan biaya lain seluruhnya harus dilunasi dalam tahun anggaran yang bersangkutan; 8. Pinjaman Jangka Menengah adalah merupakan Pinjaman Daerah dalam jangka waktu lebih dari satu tahun anggaran dan kewajiban pembayaran kembali pinjaman yang meliputi pokok pinjaman, bunga dan biaya lain harus dilunasi dalam kurun waktu yang tidak melebihi sisa masa jabatan Kepala Daerah yang bersangkutan; 9. Pinjaman Jangka Panjang adalah merupakan Pinjaman Daerah dalam jangka waktu lebih dari satu tahun anggaran dan kewajiban pembayaran kembali pinjaman yang meliputi pokok pinjaman bunga, dan biaya lain harus dilunasi pada tahuntahun anggaran berikutnya sesuai dengan persyaratan perjanjian pinjaman yang bersangkutan; 315

10. Penerimaan Daerah adalah uang yang masuk ke kas daerah; 11. Pengeluaran Daerah adalah uang yang keluar dari kas daerah; 12. Pendapatan Daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih; 13. Piutang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada Pemerintah Daerah dan / atau hak Pemerintah Daerah yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat perjanjian atau akibat lainnya; 14. Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD atau berasal dan perolehan lainnya yang sah; 15. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintahan daerah dan DPRD dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah; 16. Dana Alokasi Umum, selanjutnya disebut DAU, adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar Daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi; 316

17. Pemberi Pinjaman adalah pemerintah, pemerintah daerah lain, lembaga keuangan bank dan atau lembaga keuangan bukan bank berdasarkan hukum Indonesia sesuai Peraturan Perundangundangan yang berlaku; 18. Proyek adalah kegiatan yang merupakan bagian dari program yang terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya baik yang berupa personal (sumber daya manusia), barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis sumber daya tersebut sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang / jasa. BAB II PRINSIP UMUM PINJAMAN Pasal 2 (1) Pinjaman Daerah merupakan alternatif sumber pembiayaan APBD dan / atau untuk menutup kekurangan kas; (2) Pinjaman Daerah digunakan untuk membiayai kegiatan yang merupakan inisiatif dan kewenangan Pemerintah Daerah berdasarkan Peraturan Perundang-undangan; (3) Pinjaman Pemerintah Daerah kepada Pemberi Pinjaman dilaksanakan setelah mendapat persetujuan DPRD. 317

Pasal 3 (1) Pemerintah Daerah dilarang melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri. (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku dalam hal pinjaman langsung kepada pihak luar negeri yang terjadi karena kegiatan transaksi Obligasi Daerah sesuai Peraturan Perundang-undangan di bidang pasar modal. Pasal 4 (1) Pemerintah Daerah dilarang memberikan jaminan atas Pinjaman pihak lain; (2) Pendapatan Daerah dan / atau barang milik Daerah tidak boleh dijadikan jaminan Pinjaman Daerah; (3) Proyek yang dibiayai dari Obligasi Daerah beserta barang milik Daerah yang melekat dalam proyek tersebut dapat dijadikan jaminan Obligasi Daerah BAB III JENIS PINJAMAN Pasal 5 (1) Jenis Pinjaman Daerah terdiri atas : a. pinjaman jangka pendek ; b. pinjaman jangka menengah ; dan c. pinjaman jangka panjang. 318

(2) Pinjaman Jangka Pendek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan Pinjaman Daerah dalam jangka waktu kurang atau sama dengan satu tahun anggaran dan kewajiban pembayaran kembali pinjaman yang meliputi pokok pinjaman, bunga dan biaya lain seluruhnya harus dilunasi dalam tahun anggaran yang bersangkutan ; (3) Pinjaman Jangka Menengah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan Pinjaman Daerah dalam jangka waktu lebih dari satu tahun anggaran dan kewajiban pembayaran kembali pinjaman yang meliputi pokok pinjaman, bunga dan biaya lain harus dilunasi dalam kurun waktu yang tidak melebihi sisa masa jabatan Walikota yang bersangkutan; (4) Pinjaman Jangka Panjang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c merupakan Pinjaman Daerah dalam jangka waktu lebih dari satu tahun anggaran dan kewajiban pembayaran kembali pinjaman yang meliputi pokok pinjaman, bunga, dan biaya lain harus dilunasi pada tahun-tahun anggaran berikutnya sesuai dengan persyaratan perjanjian pinjaman yang bersangkutan. 319

Pasal 6 Dalam hal Walikota dan Wakil Walikota yang telah melakukan perjanjian pinjaman jangka menengah berhenti sebelum masa jabatannya berakhir, maka perjanjian pinjaman jangka menengah tersebut tetap berlaku BAB IV SUMBER PINJAMAN Pasal 7 (1) Pinjaman Pemerintah Daerah dapat bersumber dari Pemerintah yang dananya berasal dari pendapatan APBN dan / atau pengadaan pinjaman pemerintah dari luar negeri. (2) Pemerintah Daerah lain. (3) Lembaga keuangan bank yang berbadan hukum Indonesia dan mempunyai tempat kedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia. (4) Lembaga keuangan bukan bank yang berbadan hukum Indonesia dan mempunyai tempat kedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia. (5) Masyarakat. (6) Pinjaman Daerah yang bersumber dari masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (5) berupa Obligasi Daerah yang diterbitkan melalui 320

penawaran umum kepada masyarakat di pasar modal dalam negeri. BAB V BATAS, PERSYARATAN DAN PROSEDUR PINJAMAN Bagian Pertama Batas dan Penggunaan Pinjaman Daerah Pasal 8 (1) Batas maksimal kumulatif pinjaman Pemerintah Daerah tidak melebihi 60 % ( enam puluh perseratus) dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun bersangkutan; (2) Alokasi dan rincian penggunaan dana pinjaman akan diatur lebih lanjut dan ditetapkan dengan Peraturan Walikota setelah mendapat persetujuan DPRD. Bagian Kedua Persyaratan Umum Pinjaman Daerah Pasal 9 Persyaratan yang harus dipenuhi dalam melakukan pinjaman jangka pendek adalah sebagai berikut : a. kegiatan yang akan dibiayai dari pinjaman tersebut telah dianggarkan dalam APBD tahun yang bersangkutan; 321

b. kegiatan sebagaimana dimaksud huruf a merupakan kegiatan yang bersifat mendesak dan tidak dapat ditunda;dan c. persyaratan lainnya yang diberikan oleh calon pemberi pinjaman. Pasal 10 Dalam hal melakukan Pinjaman jangka menengah atau jangka panjang, Pemerintah Daerah wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. jumlah sisa pinjaman Pemerintah Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak melebihi 75 % (tujuh puluh lima perseratus) dari jumlah penerimaan umum APBD Tahun Anggaran sebelumnya; b. rasio proyeksi kemampuan keuangan Daerah untuk mengembalikan pinjaman paling sedikit 2,5 (dua koma lima); c. tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang berasal dari pemerintah; dan d. mendapatkan persetujuan DPRD. 322

Bagian Ketiga Prosedur Pinjaman Pasal 11 Dalam pelaksanaan pinjaman Pemerintah Daerah terlebih dahulu menyampaikan rencana penggunaan pinjaman yang bersumber dari pemberi pinjaman kepada DPRD untuk mendapatkan persetujuan. Paragraf 1 Prosedur Pinjaman Jangka Pendek Pasal 12 (1) Pemerintah Daerah mengajukan permohonan pinjaman kepada calon pemberi pinjaman. (2) Pinjaman Pemerintah Daerah dilakukan dengan perjanjian pinjaman yang ditandatangani oleh Walikota atau pejabat yang diberi kuasa dengan memperhatikan persyaratan yang paling menguntungkan Pemerintah Daerah. Paragraf 2 Prosedur Pinjaman Jangka Menengah atau Jangka Panjang Pasal 13 (1) Pemerintah Daerah wajib melaporkan rencana pinjaman kepada Menteri Dalam Negeri untuk 323

mendapatkan pertimbangan dengan melampirkan dokumen : a. kerangka acuan rencana proyek; b. APBD tahun berjalan; c. perhitungan kemampuan Pemerintah Daerah dalam memenuhi kewajiban pembayaran kembali pinjaman (proyeksi DSCR); d. rencana keuangan pinjaman yang akan diusulkan;dan e. persetujuan DPRD. (2) Menteri Dalam Negeri memberikan pertimbangan dalam rangka pemantauan defisit APBD dan batas kumulatif pinjaman. (3) Pinjaman pemerintah daerah dari pemberi pinjaman dituangkan dalam perjanjian pinjaman yang ditandatangani oleh Walikota dan pemberi pinjaman. (4) Perjanjian pinjaman sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaporkan kepada Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri. 324

Paragraf 3 Prosedur Pinjaman Daerah dari Pemerintah Yang dananya Bersumber dari Pinjaman Luar Negeri Pasal 14 (1) Usulan kegiatan yang akan dibiayai dengan pinjaman Daerah dari Pemerintah yang dananya bersumber dari Pinjaman Luar Negeri harus tercantum dalam daftar rencana prioritas pinjaman dan /atau hibah luar negeri yang dikeluarkan oleh Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional /Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. (2) Pemerintah Daerah menyampaikan rencana Pinjaman Daerah untuk membiayai usulan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Menteri Keuangan dengan sekurangkurangnya melampirkan : a. realisasi APBD selama 3 tahun terakhir berturut-turut; b. APBD Tahun bersangkutan; c. perhitungan tentang kemampuan Daerah dalam memenuhi kewajiban pembayaran kembali pinjaman (proyeksi DSCR) ; d. rencana keuangan (financing plan) pinjaman yang akan diusulkan;dan e. surat persetujuan DPRD. 325

(3) Menteri Keuangan setelah mendapatkan pertimbangan dari Menteri Dalam Negeri menetapkan Pinjaman Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2). (4) Penetapan Menteri Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan sebelum pelaksanaan negosiasi dengan calon pemberi pinjaman luar negeri, dengan berdasarkan ; a. daftar rencana prioritas pinjaman dan / atau hibah Luar Negeri ; b. alokasi pinjaman Pemerintah menurut sumber dan persyaratannya; c. kemampuan membayar kembali ; dan d. kapasitas fiskal Daerah. (5) Pinjaman Daerah dari Pemerintah yang dananya berasal dari Luar Negeri dilakukan melalui perjanjian penerusan pinjaman. (6) Perjanjian penerusan pinjaman dilakukan antara Menteri Keuangan dan Walikota. Paragraf 4 Prosedur Pinjaman Daerah Yang Dananya Bersumber selain dari Pinjaman Luar Negeri Pasal 15 (1) Daerah mengajukan usulan pinjaman kepada Menteri Keuangan dengan melampirkan dokumen sekurang-kurangnya sebagai berikut: 326

a. persetujuan DPRD ; b. study kelayakan proyek; dan c. dokumen lain yang diperlukan ; (2) Menteri Keuangan melakukan penilaian atas usulan pinjaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) Menteri Keuangan dapat memberikan persetujuan atau penolakan atas usulan pinjaman. (4) Pinjaman Daerah dari Pemerintah yang dananya berasal selain dari pinjaman luar negeri dilakukan melalui perjanjian pinjaman yang ditandatangani oleh Menteri Keuangan dan Walikota. Paragraf 5 Prosedur Pinjaman Daerah Yang Bersumber dari Selain Pemerintah Pasal 16 Pemerintah Daerah dapat melakukan Pinjaman Daerah yang bersumber selain dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah lainnya sepanjang tidak melampaui batas kumulatif Pinjaman Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Pasal 17 (1) Pemerintah Daerah mengajukan usulan pinjaman kepada calon pemberi pinjaman; 327

(2) Calon pemberi Pinjaman melakukan penilaian atas usulan pinjaman daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) Pinjaman Daerah Jangka Pendek dilakukan dengan perjanjian Pinjaman yang ditanda tangani oleh Walikota / Pejabat yang diberi kuasa dan pemberi pinjaman dengan memperhatikan persyaratan yang paling menguntungkan Pemerintah Daerah. Pasal 18 (1) Pemerintah Daerah wajib melaporkan rencana Pinjaman yang bersumber selain dari Pemerintah kepada Menteri Dalam Negeri untuk mendapatkan pertimbangan, dengan menyampaikan sekurangkurangnya dokumen sebagai berikut: a. kerangka acuan proyek; b. APBD Tahun bersangkutan; c. Perhitungan tentang kemampuan Daerah dalam memenuhi kewajiban pembayaran kembali pinjaman (proyeksi DSCR); d. rencana keuangan (financing plan) pinjaman yang akan diusulkan, dan surat persetujuan DPRD. (2) Dalam hal Menteri Dalam Negeri telah memberikan pertimbangan, Pemerintah Daerah mengajukan usulan Pinjaman Daerah kepada 328

calon pemberi Pinjaman sesuai dengan pertimbangan Menteri Dalam Negeri tersebut. (3) Pinjaman Daerah yang bersumber selain dari Pemerintah dituangkan dalam perjanjian pinjaman yang ditandatangani oleh Walikota dan pemberi pinjaman. (4) Perjanjian Pinjaman sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib dilaporkan kepada Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri. BAB VI OBLIGASI DAERAH Bagian Pertama Ketentuan dan Prosedur Penerbitan Obligasi Daerah Pasal 19 Penerbitan Obligasi Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (6) wajib memenuhi ketentuan Peraturan Perundang-Undangan. Pasal 20 Penerbitan Obligasi Daerah hanya dapat dilakukan untuk membiayai investasi sektor publik yang menghasilkan penerimaan dan memberikan manfaat bagi masyarakat. 329

Pasal 21 Penerimaan dari investasi sektor publik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, penggunaannya diprioritaskan untuk membayar pokok, bunga dan denda. Pasal 22 Pembayaran pokok, bunga dan denda atas Obligasi Daerah dianggarkan dalam APBD sampai dengan Obligasi Daerah dinyatakan lunas. Pasal 23 Setiap perjanjian Pinjaman Obligasi Daerah sekurangkurangnya mencantumkan : a. nilai nominal; b. tanggal jatuh tempo; c. tanggal pembayaran bunga ; d. tingkat bunga (kupon); e. frekuensi pembayaran bunga; f. cara perhitungan pembayaran bunga; g. ketentuan tentang hak untuk membeli kembali Obligasi Daerah sebelum jatuh tempo; dan h. ketentuan tentang pengalihan kepemilikan. Pasal 24 (1) Rencana penerbitan Obligasi Daerah disampaikan kepada Menteri Keuangan dengan terlebih dahulu mendapatkan persetujuan DPRD. 330

(2) Persetujuan DPRD mengenai rencana penerbitan Obligasi Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pembayaran pokok dan bunga yang timbul sebagai akibat penerbitan Obligasi Daerah dimaksud. (3) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan atas nilai bersih maksimal Obligasi Daerah yang akan diterbitkan pada saat penetapan APBD. (4) Selain memberikan persetujuan atas hal-hal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3), DPRD memberikan persetujuan atas segala biaya yang timbul dari penerbitan Obligasi Daerah. (5) Ketentuan mengenai tata cara penerbitan, pelaksanaan/ penatausahaan, dan pemantauan Obligasi Daerah dilaksanakan berdasarkan Peraturan Perundang-undangan. Pasal 25 (1) Pemerintah Daerah dapat membeli kembali Obligasi Daerah yang diterbitkannya. (2) Obligasi Daerah yang dibeli kembali dapat diperlakukan sebagai pelunasan atas Obligasi Daerah tersebut, atau disimpan untuk dapat dijual kembali (treasury bonds). (3) Dalam hal Obligasi Daerah yang dibeli kembali diperhitungakan sebagai treasury bonds, maka hak-hak yang melekat pada Obligasi Daerah batal demi hukum. 331

Bagian Kedua Kewajiban Pasal 26 (1) Pemerintah Daerah wajib membayar pokok dan bunga setiap Obligasi Daerah pada saat jatuh tempo serta denda Obligasi Daerah, dianggarkan dalam APBD setiap tahun sampai dengan berakhirnya kewajiban tersebut. (2) Pembayaran sebagaimana dimaksud ayat (1) dianggarkan dalam APBD yang dananya dari pendapatan Daerah yang berasal dari penerimaan proyek yang didanai dengan Obligasi Daerah maupun pendapatan Daerah lainnya. (3) Dalam hal pembayaran bunga sebagaimana dimaksud ayat (1) melebihi perkiraan, Walikota melakukan pembayaran dan menyampaikan realisasi pembayaran tersebut kepada DPRD dalam pembahasan perubahan APBD. (4) Dalam hal proyek belum menghasilkan dana yang cukup untuk membayar pokok bunga dan denda Obligasi Daerah terkait maka pembayaran tersebut dibayarkan dari APBD. 332

Bagian Ketiga Pengelolaan Obligasi Daerah Pasal 27 (1) Pengelolaan Obligasi Daerah diselenggarakan oleh Walikota (2) Walikota dapat membentuk satuan kerja untuk mengelola Obligasi Daerah Pasal 28 Pengelolaan Obligasi Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) sekurang-kurangnya meliputi : a. penetapan strategi dan kebijakan pengelolaan Obligasi Daerah termasuk kebijakan pengendalian resiko b. perencanaan dan penetepan struktur portofolio pinjaman daerah; c. penerbitan Obligasi Daerah; d. penjualan Obligasi Daerah melalui lelang; e. pembelian kembali Obligasi Daerah sebelum jatuh tempo; f. pelunasan pada saat jatuh tempo; dan g. pertanggungjawaban. 333

Bagian Keempat Akuntabilitas dan Transparansi Pasal 29 (1) Walikota wajib menyelenggarakan dan membuat pertanggung jawaban atas pengelolaan Obligasi Daerah serta dana hasil penerbitan Obligasi Daerah. (2) Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada DPRD sebagai bagian dari pertanggung jawaban dari pelaksanaan APBD. Pasal 30 Walikota wajib mempublikasikan secara berkala informasi tentang : a. kebijakan pengelolaan pinjaman Daerah dan rencana penerbitan Obligasi Daerah yang meliputi perkiraan jumlah dan jadwal waktu penerbitan; b. jumlah Obligasi Daerah yang beredar beserta komposisinya, struktur, jatuh tempo dan tingkat bunga; c. laporan keuangan Pemerintah Daerah; d. laporan penggunaan dana yang diperoleh melalui penerbitan Obligasi Daerah, alokasi dana cadangan, serta laporan-laporan lain yang bersifat material; dan 334

e. kewajiban publikasi data dan atau informasi lainnya yang diwajibkan berdasarkan Peraturan Perundangundangan. BAB VII PEMBAYARAN KEMBALI PINJAMAN DAERAH Pasal 31 Dalam hal pembayaran kembali pinjaman jangka pendek menimbulkan biaya antara lain bunga dan / atau denda, maka biaya tersebut dibebankan pada belanja APBD. Pasal 32 (1) Kewajiban pembayaran kembali pinjaman daerah yang jatuh tempo wajib dianggarkan dalam APBD dan direalisasikan / dibayarkan pada tahun anggaran yang bersangkutan. (2) Pembayaran kembali Pinjaman Daerah dari Pemerintah, dilakukan dalam mata uang sesuai dengan yang ditetapkan dalam perjanjian pinjaman antara Menteri Keuangan dan Walikota. BAB VIII PELAPORAN DAN SANKSI PINJAMAN DAERAH Pasal 33 (1) Semua penerimaan dan kewajiban Pinjaman Daerah dicantumkan dalam APBD dan dibukukan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah. 335

(2) Keterangan yang memuat semua pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib dituangkan dalam Lampiran APBD. (3) Setiap perjanjian pinjaman yang dilakukan oleh Daerah merupakan dokumen publik dan diumumkan dalam Lembaran Daerah. Pasal 34 (1) Pemerintah Daerah wajib melaporkan posisi kumulatif pinjaman dan kewajiban pinjaman kepada Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri setiap semester dalam tahun anggaran berjalan. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaporan posisi kumulatif pinjaman dan kewajiban pinjaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan. BAB IX KETENTUAN PENUTUP Pasal 35 (1) Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang menyangkut pelaksanaannya akan ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Walikota. (2) Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 336

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Sawahlunto. Ditetapkan di Sawahlunto pada tanggal 14 Desember 2007 WALIKOTA SAWAHLUNTO, dto AMRAN NUR Diundangkan di Sawahlunto pada tanggal 14 Desember 2007 KEPALA BAGIAN HUKUM SETDAKO SAWAHLUNTO dto YUSRIZAL.AS,SH Pembina Tk. I, NIP.410005453 LEMBARAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2007 NOMOR 10 337