II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBENIHAN MELON DI CV MULTI GLOBAL AGRINDO, KECAMATAN KARANGPANDAN, KABUPATEN KARANGANYAR, JAWA TENGAH SKRIPSI

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry 2.2 Penelitian Terdahulu

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah

PENGEMBANGAN VARIETAS MELON (Cucumis melo L.) MELALUI METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) (Kasus Kota Bogor, Jawa Barat) Oleh : HAMRAH A

TINJAUAN PUSTAKA. 4 Pengertian Manajemen Risiko [26 Juli 2011]

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Tanaman Hias dan Tanaman Buah

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK

Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika, 2007.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian

ANALISIS RISIKO PRODUKSI

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Florikultura

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Mentimun

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin)

IV. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN. terhitung sejak pembuatan proposal penelitian. Pengambilan data dilakukan pada bulan April hingga Mei 2011.

VI. PEMBAHASAN 6.1. Identifikasi Sumber-sumber Risiko

ANALISIS RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS ADENIUM DI PERUSAHAAN ANISA ADENIUM, BEKASI TIMUR PROVINSI JAWA BARAT

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

Lampiran 2. Impor Komoditi Pertanian (Dalam Volume Impor) Sub Sektor Jan-Nov 2007 Jan-Nov 2008 % 2008 Thd 2007

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS RISIKO USAHA DIVERSIFIKASI ANGGREK DENDROBIUM PADA PERMATA ANGGREK DI KOTA BOGOR PROVINSI JAWA BARAT

I. PENDAHULUAN. berkembang menjadi usaha yang bersifat komersial. Pada awalnya di Negara

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

BAB I PENDAHULUAN. pencaharian sebagai petani. Hal ini ditunjang dari banyaknya lahan kosong yang

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Melon (Cucumis melo L.) Botani

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prospek Perikanan Di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA. 5 Khasiat Buah Khasiat Cabai Merah.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. usahatani. Dalam upaya peningkatan pendapatan petani, pemerintah Indonesia

IV. METODE PENELITIAN

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertanian Organik

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

IV. METODE PENELITIAN

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

II TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Florikultura

Gambar 2. Rangkaian Kejadian Risiko-Ketidakpastian

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tahun Bawang

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 538/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN MELON HIBRIDA NEW CENTURY SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

TINJAUAN PUSTAKA. 5 [Diakses tanggal 24 November 2011]

I. PENDAHULUAN. Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman semusim yang tumbuh merambat

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kajian Risiko Harga Komoditas Pertanian

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

I. PENDAHULUAN. unggulan, baik untuk tujuan ekspor mau pun kebutuhan dalam negeri. Ditinjau

RISIKO USAHA DIVERSIFIKASI MELON HIDROPONIK PADA PT REJO SARI BUMI UNIT TAPOS DI KABUPATEN BOGOR BRAIN ROBSON ULUAN

ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA DD. MUSHROOM DI KECAMATAN CIAWI KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT DODO PUTERA ANDESSA

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Tipe Data dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

Cara Menanam Cabe di Polybag

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 260/Kpts/SR.120/7/2005 TENTANG PELEPASAN MELON HIBRIDA GALUH SEBAGAI VARIETAS UNGGUL MENTERI PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman melon (C ucumis melo L) ) termasuk salah satu anggota famili

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah

III KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

I. PENDAHULUAN. datang adalah hortikultura. Hortikultura merupakan komoditas pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cucurbitaceae, banyak yang menyebutkan buah melon berasal dari Lembah Panas

Cisarua, Cibinong dan Darmaga di Bogor (Prajnanta, 2004). II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KUESIONER PENELITIAN MANAJEMEN RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH USAHA MILIK BAPAK SUKAMTO DI DESA CIPAYUNG, KECAMATAN MEGAMENDUNG KABUPATEN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan

I PENDAHULUAN Latar Belakang

Deskripsi Jeruk Siam Di Desa Suka

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK PADA PT MASADA ORGANIK INDONESIA DI BOGOR JAWA BARAT

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang

PENDAHULUAN. tahun ke tahun, baik untuk pemenuhan kebutuhan domestik maupun ekspor,

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAN PERILAKU PENAWARAN CABAI MERAH DI DESA PERBAWATI, KECAMATAN SUKABUMI, KABUPATEN SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 145/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN SEMANGKA HIBRIDA LONG DRAGON SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.)

I. PENDAHULUAN. komoditi pertanian, menumbuhkan usaha kecil menengah dan koperasi serta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 462/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN MELON HIBRIDA HONEY GLOBE SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

Paprika dengan nama latin Capsicum Annuum var Grossum ini termasuk. Pertanian, 2003). Adapun jenis-jenis paprika ada banyak, antara lain wonder bell,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 450/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN TOMAT HIBRIDA GRESS SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

ANALISIS SUMBER-SUMBER RISIKO PADA PROSES PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1

JAMBU BIJI BAB. I. (Psidium guajava L.) Gambar 1.1. Macam-Macam Warna Jambu Biji (Psidium guajava L.)

ANALISIS RISIKO PRODUKSI TOMAT DAN CABAI MERAH DI DESA PERBAWATI, KECAMATAN SUKABUMI, KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA BARAT

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Ekspor Buah-Buahan Indonesia Tahun Volume (Kg) Nilai (US $) Volume (Kg)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional. Pengelolaan dan pemanfaatan hasil-hasil produk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS RISIKO PRODUKSI TOMAT CHERRY PADA PD PACET SEGAR, KECAMATAN CIPANAS, KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon Melon (Cucumis melo L.) berasal dari daerah Mediterania kemudian menyebar luas ke Timur Tengah dan Asia. Akhirnya, tanaman melon menyebar ke segala penjuru dunia, terutama daerah tropis dan subtropis mulai dari Jepang, Cina, Taiwan, Australia, hingga berkembang di Indonesia. Melon mulai dikembangkan di Indonesia pada tahun 1980-an di daerah Cisarua, Cibinong, Darmaga (Bogor), dan kalianda (Lampung) oleh PT Jaka Utama Lampung. Perusahaan agribisnis ini mencoba menanam beberapa varietas melon dari Amerika, Taiwan, Jepang, dan Cina. Bahkan mereka mendatangkan tenaga ahli dari Taiwan untuk membantu teknis budidaya-nya sehingga tidak mengherankan varietas melon yang terkenal di Indonesia adalah varietas melon dari Taiwan. Varietas melon yang beredar di pasaran saat ini sangat beragam yang pada dasarnya merupakan varietas melon hibrida introduksi dari Taiwan, Thailand, dan Belanda (Prajnanta 2002). Melon tipe berjaring mempunyai ciri-ciri kulit buahnya tebal, keras, kasar, berjaring, dan tahan lama. Melon tipe ini terdiri dari dua tipe yaitu musk melon (Cucumis melo var reticulates) dan cantaloupe melon (Cucumis melo var cantalupensis). Tipe musk melon banyak ditanam di Indonesia, tipe ini mempunyai ciri-ciri yaitu kulit buahnya kasar, tetapi ada juga yang halus, berjaring atau beralur, berwarna hijau kekuning-kuningan, daging buah berwarna jingga atau berwarna hijau cerah. Contohnya varietas sky rocket, action 434, aroma, dan emerald sweet. Tipe cantaloupe melon mempunyai ciri-ciri kulit buah halus atau berjaring, berwarna hijau keputihan, daging buah berwarna jingga, aromanya tajam, dan tidak tahan disimpan lama. Contoh melon tipe ini adalah casaba melon (Cucumis melo var inodorus) dengan varietas honey dew, honey world, dan super salmon (Prajnanta 2002). Berikut diuraikan sifat-sifat berbagai varietas melon hibrida yang beredar di Indonesia (Prajnanta 2002): 11

1. Sky Rocket Varietas ini bentuknya bulat, warna kulitnya hijau kekuningan ditutupi jaring, warna dagingnya hijau muda, baunya harum, rasa buahnya sangat manis, renyah dan legit. Kulit buahnya tebal dan mempunyai berat rata-rata 2-3 kilogram. 2. New Century Varietas ini merupakan jenis melon berbuah lonjong dan berdaging jingga. Daging buah tebal, jingga muda, lembut, rasa buahnya sangat manis, dan renyah. Varietas ini beratnya mampu mencapai 2,5-4,0 kilogram. 3. Ten Me Ten Me dikenal sebagai varietas melon paling mahal yang pernah ada di Indonesia. Buah berbentuk bulat panjang, berat rata-rata 2,0 4,0 kilogram, kulit buah berjaring halus dan teratur. Daging buah tebal, putih, sangat lembut, berair, dan sangat enak. 4. Honey Dew Buah berwarna hijau putih, permukaan halus tanpa jala. Daging lembut tidak berserat, berwarna hijau muda. Bijinya sedikit dan bobot 1,4-2,0 kilogram. 5. Emerald Sweet Penampilan varietas ini lebih menarik dibandingkan sky rocket. Jaringnya tebal. Bentuk buah bulat agak lonjong dengan berat berkisar 1,5-2,5 kilogram. Kulit buah berwarna hijau keabu-abuan dengan daging buah hijau kekuningan dan lembut. Rasa buah sangat manis dan beraroma. 6. Melon Ngawi Melon Ngawi sebenarnya bukan varietas melon. Melon Ngawi merupakan melon F-1 Hybrid varietas Action 434. Buah berbentuk bulat, bobotnya 2,1-4,0 kilogram. Kulit buah berjaring, warna hijau kuning, daging buahnya tebal, dan aromanya tidak begitu tajam. 7. Golden Melon Berbentuk bulat oval, bobot rata-rata satu kilogram, kulitnya tidak berjaring, dan berwarna kuning mulus. Warna daging buahnya putih, daging buahnya tebal, teksturnya lembut, dan rasanya manis. Melon memiliki beberapa karakteristik, yaitu bersifat berat (bulky), membutuhkan banyak tempat (voluminous), mudah rusak (perishable), 12

ketidakseragaman dalam hal kualitas, serta ukuran dan tingkat kematangan yang bersifat musiman. Sifat ini yang menyebabkan buah melon mempunyai risiko yang tinggi. 2.2. Perkembangan Pembenihan Melon Benih merupakan salah satu penentu keberhasilan agribisnis dibidang hortikultura, oleh karena itu penggunaan benih bermutu dari varietas unggul sangat menentukan keberhasilan produksi. Dalam upaya mencapai keberhasilan agribisnis hortikultura tersebut, maka industri pembenihan dalam negeri dituntut untuk mampu memenuhi semua segmen pengguna benih dengan menciptakan varietas dan memproduksi benih yang sesuai kebutuhan pengguna (konsumen) dan menerapkan prinsip tujuh tepat yaitu tepat jenis, varietas, mutu, jumlah, tempat, waktu, dan harga. Dalam suatu sistem produksi pertanian baik ditujukan untuk memenuhi konsumsi sendiri maupun yang berorientasi komersial diperlukan adanya benih dengan varietas yang berdaya hasil tinggi dan mutu yang baik. Daya hasil yang tinggi serta mutu yang terjamin pada umumnya terdapat pada varietas unggul. Namun manfaat dari suatu varietas akan dirasakan oleh petani atau konsumen apabila benih yang tersedia dalam jumlah yang cukup dengan harga yang sesuai. Sasaran jangka panjang pembangunan subsektor hortikultura dirumuskan dalam empat butir, yakni (a) tercukupinya kebutuhan produk hortikultura dalam negeri dan meningkatnya volume ekspor; (b) diperolehnya produk hortikultura bermutu tinggi dan aman konsumsi yang memiliki daya saing di pasar dalam dan luar negeri; (c) terbentuknya sentra produksi hortikultura dalam kawasan agribisnis hortikultura, dan; (d) terwujudnya kelembagaan usaha agribisnis yang efektif dan berkembang. Keberhasilan pencapaian sasaran tersebut sangat ditentukan oleh keberhasilan penanganan aspek pembenihan. Orientasi kebijakan dibidang pembenihan ini ialah, tersedianya benih bermutu varietas unggul dengan harga yang terjangkau oleh petani dan sesuai dengan kebutuhan, berkembangnya penggunaan atau penanaman benih bermutu varietas unggul hortikultura, serta tumbuh kembangnya industri benih yang tangguh dan mampu menyediakan benih bermutu. 13

Pembenihan merupakan salah satu kegiatan yang menentukan dalam agribisnis holtikultura. Dari tahun ke tahun, para ahli pemulia tanaman dan penangkar benih terus mencari dan mengusahakan jenis-jenis melon yang sesuai dengan selera konsumen. Selain memperhatikan rasa dan penampilan buah melon, penangkar benih juga mengusahakan jenis-jenis melon yang tahan terhadap hama dan penyakit. Sampai saat ini banyak sekali jenis melon yang ditanam di Indonesia, diantaranya adalah Sky Roket (tipe netted-melon) dan Honey Dew (tipe winter-melon). Jenis melon yang terkenal adalah jenis yang berdaging cerah (Samadi 1995). 2.3. Kajian Risiko produksi Penelitian sebelumnya mengatakan adanya risiko produksi timbul karena adanya sumber risiko. Sumber risiko mengakibatkan hasil panen yang diperoleh tidak seperti yang diharapkan atau peningkatan dan penurunan dari target yang ingin dicapai. Terdapat beberapa penelitian yang menganalisis tentang risiko produksi pada komoditas hortikultura diantaranya: Zebua (2011), Sembiring (2010), Ginting (2009), Safitri (2009), Tarigan (2009) Zebua (2011) dalam skripsinya membahas permasalahan risiko produksi tanaman hias adenium yang bersumber dari fluktuasi produksi tanaman hias adenium. Jika dilihat lebih rinci, penyebab fluktuasi produksi ini disebabkan serangan kondisi cuaca dan iklim yang tidak menentu, serangan hama dan penyakit, teknik perbanyakan tanaman yang kurang tepat, kondisi peralatan dan bangunan yang kurang memadai pada kegiatan produksi, dan tenaga kerja yang kurang terampil. Penelitian ini menggunakan alat analisis risiko berupa expected return, variance, standard deviation, dan coefficient variation. Adapun penilaian risiko produksi adenium varietas Arabicum yaitu 0,367, varietas Obesum yaitu 0,120, dan varietas Taisoco yaitu 0,108. Sementara risiko produksi diversifikasi berada pada kisaran 0,108 hingga 0,297. Penelitian oleh Sembiring (2010), dengan judul analisis risiko produksi sayuran organic pada The Pinewood Organic Farm di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dari hasil penelitiannya, diketahui bahwa pentingnya analisis risiko produksi dalam pengembangan usaha yang dilakukan oleh The Pinewood Organic Farm. Hal ini dikarenakan adanya risiko yang dihadapi mulai dari penanaman 14

bibit yaitu terjadinya tingkat kematian tanaman yang dapat disebabkan oleh suhu lingkungan sehingga perlu beradaptasi terlebih dahulu. Dan juga terdapatnya kendala yang dihadapi seperti adanya serangan hama dan penyakit, kondisi cuaca yang tidak pasti, teknologi yang digunakan yaitu penanaman pada lahan terbuka dan green house yang berdampak pada penurunan pendapatan perusahaan. Dari analisis yang dilakukan oleh Sembiring (2010), diperoleh strategi dengan melakukan diversifikasi untuk mengatasi risiko yang dihadapi, salah satunya adalah dengan portofolio budidaya berbagai jenis tanaman. Analisis risiko dilakukan dengan menggunakan variance, standard deviation, coefficient variation pada kegiatan spesialisasi dan portofolio. Dengan adanya diversifikasi, maka kegagalan pada salah satu kegiatan usahatani masih dapa ditutupi dari kegiatan usahatani. Oleh karena itu diversifikasi usahatani merupakan alternatif yang tepat untuk meminimalkan risiko sekaligus melindungi fluktuasi produksi. Ginting (2009) dalam skripsinya membahas permasalahan risiko produksi jamur tiram yang bersumber dari fluktuasi produksi tanaman jamur tiram. Jika dilihat lebih rinci, penyebab fluktuasi produksi ini dikarenakan serangan hama dan kondisi iklim yang juga tidak menentu. Penelitian ini juga menggunakan alat analisis risiko berupa expected return, variance, standard deviation, dan coefficient variation. Ginting (2009) menyebutkan dari hasil penilaian risiko yang menggunakan ukura coefficient variation, diketahui bahwa budidaya jamur tiram putih pada Cempaka Baru menghadapi risiko produksi sebesar 0,32. Artinya, untuk setiap satu satuan hasil produksi yang diperoleh Cempaka Baru, maka risiko (kerugian) yang dihadapi adalah sebesar 0,32 satuan. Untuk mengatasi tingginya risiko produksi ini, Ginting memberikan solusi penanganan risiko produksi dengan tindakan preventif. Penelitian Safitri (2009) mengenai risiko produksi daun potong di PT Pesona Daun Mas Asri bersumber dari ketidakstabilan jumlah produksi daun potong. Perubahan cuaca yang tidak dapat diprediksi dan serangan hama yang sulit diduga merupakan sumber risiko produksi pada usaha produksi daun potong. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini merupakan gabungan dari analisis deskriptif dan analisis risiko. Analisis risiko menggunakan expected 15

return, variance, standard deviation, dan coefficient variation. Dalam pembahasannya, komoditi yang dikaji hanya dibatasi dalam dua komoditi saja, yaitu asparagus bintang dan philodendron marble. Analisis risiko yang digunakan oleh Safitri (2009) menggunakan model analisis tunggal (spesialisasi) dan analisis portofolio (diversifikasi). Dengan menggunakan model tunggal (spesialisasi), philodendron marble memiliki risiko produksi yang lebih tinggi dibandingkan tanaman Asparagus bintang jika acuannya adalah produktivitas. Tetapi jika menggunakan acuan pendapatan bersih maka tanaman yang memiliki risiko produksi tertinggi adalah komoditas Asparagus bintang. Namun hasil perhitungan model portofolio ternyata memberikan hasil yang jauh lebih baik dalam hal pengelolaan risiko, yaitu risiko produksi menjadi lebih rendah dibandingkan dengan model tunggal (spesialisasi). Tarigan (2009) menganalisis risiko produksi sayuran organik pada Permata Hati Organic Farm yang berada di Bogor. Risiko diidentifikasi berdasarkan tingkat produksi sayuran organik yang berfluktuasi. Hasil penelitian menyebutkan bahwa risiko produksi disebabkan oleh kerentanan tanaman sayuran organik terhadap perubahan cuaca dan serangan hama yang mengakibatkan turunnya jumlah produksi. Untuk melihat besaran risiko yang dihadapi Permata Hati Organic Farm digunakan pengukuran risiko yaitu dengan analisis risiko yang terdiri dari expected return, variance, standard deviation, dan coefficient variation. Model perhitungan risiko menggunakan model spesialisasi dan portofolio. Model perhitungan risiko spesialisasi hanya dikhususkan terhadap komoditi brokoli, bayam hijau, tomat dan cabai keriting. Sedangkan untuk model perhitungan portofolio menggunakan kombinasi komoditi tomat dengan bayam hijau dan cabai keriting dengan brokoli. Hasil penelitian Tarigan (2009) menunjukkan bahwa pada model perhitungan spesialisasi berdasarkan produktifitas, tanaman bayam hijau memiliki nilai risiko produksi tertinggi dibandingkan komoditas lainnya. Dalam angka disebutkan nilai coefficient variation-nya sebesar 0,225. Artinya setiap satu satuan yang dihasilkan memiliki risiko produksi sebesar 0,225, dan tanaman dengan risiko produksi terendah dimiliki oleh cabai keriting yang nilai coefficient variation-nya hanya 0,048. Setelah diteliti ternyata komoditi bayam hijau 16

merupakan tanaman yang paling sering diserang hama khususnya pada musim penghujan. Tetapi jika menggunakan nilai pendapatan bersih sebagai dasar perhitungan risiko tunggalnya, maka tanaman yang paling tinggi risikonya adalah tanaman cabai keriting dan yang paling rendah risikonya adalah tanaman brokoli. Analisis risiko dengan model perhitungan portofolio menunjukkan bahwa kegiatan diversifikasi dapat meminimalkan risiko. Penanganan risiko yang dilakukan di Permata Hati Organic Farm menggunakan teknik diversifikasi pada lahan yang ada. Dengan adanya diversifikasi usaha, diharapkan dapat menutupi kegagalan pada usaha yang merugi. Selain itu model kemitraan dengan para petani sayuran dan dengan lembaga penyedia sarana produksi pertanian juga merupakan alternatif lain yang dimaksimalkan agar risiko produksi pada Permata Hati Organic Farm dapat diminimalisir. Dari sisi internal perusahaan dilakukan juga perombakan dan perbaikan fungsi masing-masing lembaga yang ada agar tercipta kerjasama dan kesatuan kerja yang baik. Penelitian terdahulu yang telah dipaparkan menjadi sebuah gambaran umum yang dapat digunakan sebagai acuan dan bahan pembanding dengan penelitian yang dilakukan. Berdasarkan kelima bahan penelitian dapat ditarik sebuah hubungan yang menjadi kesamaan penelitian yaitu, bahwa hampir semua risiko produksi diindikasikan oleh fluktuasi jumlah produksi komoditi pertanian. Keseluruhan penelitian yang menganalisis risiko produksi komoditas tanaman yaitu, Ginting (2009), Safitri (2009), Tarigan (2009) dan disebabkan oleh pengaruh cuaca yang tidak dapat diprediksi serta serangan hama dan penyakit yang tidak dapat dicegah dengan baik. Kesimpulan lainnya adalah bahwa ternyata risiko yang dihadapi dalam usaha hortikultura berada pada kisaran 10 persen hingga 35 persen, sementara dalam penelitian ini risiko produksi dapat mencapai 76 persen. Selain itu, analisis risiko portofolio yang dilakukan pada perusahaan dengan metode diversifikasi ternyata dapat mengurangi besaran risiko pada komoditi tunggal. 17