BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organisation (WHO) Keluarga Berencana (KB)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrasepsi (Sulistyawati, 2012). 1) Metode kontrasepsi sederhana. 2) Metode kontrasepsi hormonal

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau. melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur

Upaya meningkatkan pelayanan KB diusahakan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KONTRASEPSI INJEKSI ( INJECTION CONTRACEPTIVE)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan,

PENDAHULUAN INFORMASI ALAT KONTRASEPSI BUKU UNTUK KADER

BAB II TINJAUAN TEORI

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bagian dari pemeliharaan kesehatan komperhensif bukan lagi hal yang baru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka merupakan sumber ide penelitian yang dapat memberikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Konsep Dasar Kontrasepsi Suntik (DMPA) dengan memakai kontrasepsi (Mochtar, 1999).

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan pada umur kurang 15 tahun dan kehamilan pada umur remaja. Berencana merupakan upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempengaruhi fertilitas. (Prawirohardjo, 2006) kehamilan dengan memakai kontrasepsi. (Mochtar, 1998)

MODUL PENGAJARAN MENJAGA JARAK KEHAMILAN DAN MEMILIH ALAT KONTRASEPSI YANG TEPAT

HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS DELANGGU KLATEN

JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN VASEKTOMI

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Reproduksi dilaksanakan untuk memenuhi hak-hak reproduksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kependudukan Indonesia sehingga memerlukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman (plastik yang dililiti oleh tembaga) dan dimasukkan ke dalam rahim oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

GAMBARAN MENSTRUASI IBU PADA AKSEPTOR ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK KOMBINASI DI RB MEDIKA JUWANGI KABUPATEN BOYOLALI

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang World Health Statistic 2013 menyatakan bahwa WUS Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) (1970, dalam Suratun, 2008)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kontrasepsi adalah suatu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Sarwono,2002).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Istilah Kependudukan dan Keluarga Berencana (2011) yang

PELAYANAN KB DALAM RUANG LINGKUP KEBIDANAN KOMUNITAS

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB WANITA DI TUWEL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia di tahun 2012 mengalami kenaikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada Zaman sekarang ini perempuan sering mengalami banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II PEMBAHASAN 2.1 DEFINISI

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan

Kontrasepsi Hormonal (PIL)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-I Keperawatan. Disusun Oleh: YENI KURNIAWATI J.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat sementara dan dapat pula bersifat menetap (Subroto, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan LKBN (Lembaga Keluarga Berencana

BAB I PENDAHULUAN. menunggu mendapatkan keturunan dan menunda kehamilan dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan "Keluarga Berkualitas 2015" adalah keluarga yang bertaqwa

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet (2013) Indonesia merupakan urutan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai permasalahan kependudukan.pemerintah Indonesia telah

BAB I PENDAHULUAN. (RISKESDAS) tahun 2013 menunjukkan bahwa pada wanita usia tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

contoh kasus KB 2 Kasus Ny. Sasa umur 27 tahun P2 A1, anak terakhir umur 15 bulan, akseptor KB implant sejak 10 bulan yang lalu. Datang ke BPS dengan

PROFIL PENGGUNAAN KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR ( PUS ) DI WILAYAH KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2009).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

JENIS PEMAKAIAN KONTRASEPSI HORMONAL DAN GANGGUAN MENSTRUASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN SIKLUS HAID

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari

BAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ISY ROYHANATY, S.SiT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet 2013, Indonesia

PENGERTIAN KELUARGA BERENCANA

UMUR DAN LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEJADIAN AMENORRHOE

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dengan jumlah penduduk jiwa pada tahun Angka pertambahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

tanda ceklis ( ) pada jawaban yang benar, kuesioner yang telah disediakan.

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

Akseptor Keluarga Barencana (KB) adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi (BKKBN, 2007)

MATERI PENYULUHAN KB 1. Pengertian KB 2. Manfaat KB

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Biro Pelayanan Statistik (BPS) kependudukan, Ju mlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai progam untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Menurut Word Health Organisation (WHO) Expert Commite

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. oleh tiga faktor utama yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas tahun 2015 dan misi sangat

Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon akif estrogen/progesin dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon akif.

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh gangguan hormonal, kelainan organik genetalia dan kontak

SURAT PERNYATAAN. Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Umur : Alamat :

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi 1. Pengertian Menurut World Health Organisation (WHO) Keluarga Berencana (KB) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk menentukan jumlah anak, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan dan mengatur interval diantara kelahiran (Hartanto, 2004). Kontrasepsi berasal dari dua kata yaitu kontra dan konsepsi. Kontra berarti menolak, konsepsi berarti pertemuan antara sel telur wanita (ovum) yang sudah matang dengan sel sperma pria sehingga terjadi pembuahan dan kehamilan. Dengan demikian kontrasepsi berarti mencegah bertemunya sel telur yang matang dengan sel sperma pada waktu berseggama, sehingga tidak akan terjadi pembuahan dan kehamilan (Manuaba, 2002). Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah atau menghindari terjadinya kehamilan baik yang bersifat sementara ataupun menetap. Kontrasepsi dapat dilakukan tanpa menggunakan alat, secara mekanis menggunakan obat, alat dan operasi (Mengel, 2001). Kontrasepsi suntik adalah obat pencegah kehamilan yang pemakaiannya dilakukan dengan cara penyuntikan obat tersebut pada wanita usia subur (PUS). Obat ini berisi depo medroxy asetate (DMPA). Penyuntikan dilakukan pada otot intramuskuler di bokong (gluteus) pada pangkal lengan (deltoid) (Maryani, 2008).

2. Macam Metode Kontrasepsi a. Metode Sederhana 1) Metode Alamiah Metode ini di gunakan untuk menentukan periode masa subur yang terjadi sekitar waktu ovulasi, umumnya 14 hari sebelum haid berikutnya, dapat menghindari sanggama kurang lebih 7-8 hari, termasuk masa subur dari tiap siklus ( Hartanto, 2003 ) a) Metode Kalender Dengan menentukan waktu ovulasi dari data haid yang dicatat selama 6-7 bulan terakhir. Adapun tehknik metode kalender ini adalah seorang wanita menentukan masa suburnya dengan mengurangi 18 hari dari siklus haid terpendek untuk menentukan awal dari masa suburnya dan mengurangi 11 hari dari siklus haid terpanjang,untuk menentukan akhir dari masa suburnya. Efektifitas dari metode kalender adalah angka kegagalan 14,4 sampai 47 kehamilan pada 100 wanita pertahun. Masalah terbesar dengan metode kalender adalah bahwa jarang ada wanita yang mempunyai siklus haid teratur setiap 28 hari. b) Metode suhu badan basal Metode ini dengan cara peninggian suhu badan basal 0,2-0,5 C pada waktu ovolus. Peninggian suhu badan basal mulai 1-2 hari estela ovulasi, disebabkan oleh peninggian, kadar hormon progesteron.

Efektifitas metode suhu badan basal adalah angka kegagalan 0,3-6,6 kemilan 100 pada wanita pertahun. Kerugian utama pada metode suhu badan basal adalah bahwa abtinens sudah harus dilakukan pada masa pra- ovulasi. c) Metode lendir serviks Dengan melihat siklus dari lendir serviks yang terjadi karena kadar estrogen. Adapun teknik metode lendir serviks ini adalah abstinens dimulai pada hari pertama diketahui adanya lendir setelah haid dan berlanjut sampai dengan hari keempat setelah gejala puncak (peak symtom). Efektivitas metode lendir serviks adalah angka kegagalan 0,4-39,7 kehamilan pada 100 wanita per tahun. 2) Sanggama Terputus Merupakan metode kontrasepsi dimana sanggama diakhiri sebelum terjadi ejakulasi intra-vaginal, ejakulasi terjadi jauh dari vagina. Keuntungan metode sanggama terputus adalah tidak memerlukan alat atau obat dan murah. Kerugiannya adalah angka kegagalan cukup tinggi antara 16-23 kehamilan pada 100 wanita per tahun. b. Metode Moderen 1) Kontrasepsi Hormonal Kontrasepsi hormonal pada dasarnya mengandung devirat hormon estrogen dan progestin yang diberikan dalam kombinasi dosis kecil atau secara sekuensial dimulai dengan estrogen dan diakhiri dengan progestin.

a) Pil Oral Dasar dari pil oral adalah meniru proses-proses alamiah, pil oral akan menggantikan produksi normal estrogen dan progesteron oleh ovarium. Pil oral akan menekan hormon ovarium selama siklus haid yang normal sehingga mencegah ovulasi. Keuntungan kontrasepsi pil oral adalah dapat dipergunakan untuk mengobati perdarahan disfungsional uterus, kista ovarium dan kanker payudara jinak. Kerugiannya adalah sakit kepala, hipertensi, miokard infark dan displasia serviks. b) Suntik Di Indonesia terdapat tiga jenis suntikan KB yang telah beredar di pasaran, kontrasepsi hormonal suntik di antaranya adalah : (1) Cyclofem. Mengandung progesterone 50 mg penyuntikkan dilakukan pada setiap bulan sekali. Komponen estrogen yang terkandung di dalamnya bisa memberikan kerugian dimana tidak setiap bulan haid datang padahal diharapkan dengan kandungannya tersebut, haid tetap normal, harus kembali ke pelayanan KB, liang senggama terasa kering dan badan terasa panas. Keuntungan sangat efektif 99,6 %, resiko kesehatan kecil dan akseptor tidak perlu mernyimpan obat suntik. Efektivitas kontrasepsi suntik jenis cyclofem adalah anggka kegagalan kurang dari 0,1 % kegagalan 100 wanita per tahun (Hadi, 2006).

(2) Norigest. Mengandung levonorgestrel 60 mg. Penyuntikkan dilakukan setiap dua bulan sekali. Keuntungan dapat dipakai segala usia pada masa produktif, dapat dipakai segera setelah masa nifas atau setelah keguguran, tidak mengganggu laktasi dan tidak terpengaruh faktor lupa dari pemakai. Kerugian tidak dapat haid setelah pemakaian berulang, perdarahan bercak lebih lama, jarang terjadi perdarahan yang banyak, dapat mengakibatkan sakit kepala, nyeri payudara, perubahan perasaan, jerawat dan kurang libido seksual. Efektivitas kontrasepsi suntik jenis norigest adalah angka kegagalan kurang dari 0,3 % kegagalan 100 wanita per tahun (Hartanto, 2004). (3) Depoprovera. Mengandung progesterone 150 mgr, penyuntikan dilakukan setiap 12 minggu. Kerugian yang di timbulkan adalah kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian pemakaian, seringkali haid datang dengan tidak tepat padahal suntikan sudah tidak dilakukan yang mengarah juga pada efek lainnya yaitu pendarahan yang berlangsung lama dan tidak teratur. Keuntungan pada suntikan depoprovera tidak terkandung estrogen sehingga tidak mempengaruhi secara serius penderita penyakit jantung dan reaksi penggumpalan darah. Efektivitas kontrasepsi suntik jenis depoprovera adalah angka kegagalan kurang dari 0,7 % kegagalan 100 wanita per tahun (Indiarti, 2007).

World Health Organisation (WHO) menganjurkan untuk tidak menggunakan kontrasepsi suntik pada kehamilan, karsinoma payudara, karsinoma traktus genitalia, perdarahan abnormal uterus dan wanita dengan diabetes atau riwayat diabetes selama kehamilan, harus dilakukan pemeriksaan lebih teliti ( Hartanto, 2004 ). Cara menggunakan atau pemberian kontrasepsi suntik yaitu pascapersalinan, Segera ketika masih di rumah sakit dan jadwal suntikan berikutnya, pasca-abortus atau keguguran, segera setelah perawatan dan jadwal waktu suntikan diperhitungkan dan interval hari kelima menstruasi dan jadwal waktu suntikan diperhitungkan. Jadwal waktu suntikan berikutnya diperhitungkan dengan pedoman depoprovera untuk 12 minggu, norigest untuk 8 minggu dan Cyclofem untuk 4 minggu (Manuaba, 1999 ). c) Implant Setiap kapsul susuk KB mengandung 36 mgr yang akan dikeluarkan setiap harinya sebanyak 80 mcg. Mekanisme kerja sebagai progestin, yang dapat menghalangi pengeluaran LH sehingga tidak terjadi ovulasi. Kerugian kontrasepsi implant adalah insersi dan pengeluaran harus dilakukan tenaga medis terlatih. Keuntungan mencegah terjadinya anemia. Efektivitas 2,5-3 % mencegah terjadinya anemi.

2) Intra Uterine Devices (IUD) IUD juga disebut dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR). Cara kerjanya bersifat lokal, AKDR dalam keadaan kolaps membuat suasana pada fundus uteri menjadi normal dan siap menerima hasil konsepsi. Keuntungan IUD dapat diterima masyarakat dengan baik dan kontrol medis ringan. Kerugiannya terjadi kehamilan dengan AKDR in situ dan terdapat perdarahan spoting. 3) Kontrasepsi Mantap Berbagai macam bentuk kontrasepsi mantap wanita (MOW). Kontrasepsi mantap wanita ini dengan cara penutupan tuba fallopii sehingga spermatozoa dan ovum tidak bisa bertemu. Keuntungan kontrasepsi MOW ini adalah mudah dan aman. Kerugiannya risiko komplikasi kesalahan. Efektivitas dari kontrasepsi ini adalah angka kegagalan 0-2,7 kehamilan 100 wanita per tahun. B. Pemilihan Kontrasepsi Pengalaman menunjukkan bahwa saat ini pemilihan metode kontrasepsi umumnya masih dalam bentuk cafetaria atau supermarket, di mana calon akseptor memilih sendiri metode kontrasepsi yang diinginkannya (Hartanto, 2004). Dalam pemilihan metode kontrasepsi dipengaruhioleh beberapa faktor yaitu: 1. Faktor Kesehatan

Merupakan kontra indikasi bagi akseptor KB baik yang bersifat absolut atau relatif, kontra indikasi merupakan suatu kondisi medis yang menyebabkan suatu bentuk pengobatan menjadi tidak aman dipakai atau tidak dianjurkan pada akseptor, faktor kesehatan meliputi: a. Setatus kesehatan setatus kesehatan akseptor yaitu riwayat kesehatan yang lalu dan riwayat kesehatan sekarang yang dapat mempengaruhi dalam penggunaan kontrasepsi suntik. Akseptor yang memiliki penyakit diabetes atau riwayat diabetes selama kehamilan harus dilakukan follow-up dengan teliti, karena kandungan DMPA dapat mempengaruhi metabilisme karbohidrat (Hartanto, 2004). b. Riwayat haid (Menstruasi) Seorang wanita mempunyai siklus haid yang bervariasi dari 28 sampai 36 hari, yaitu seorang wanita tergolong durasi menstruasi kurang dari 4 hari dan wanita dengan durasi menstruasi lebih dari 6 hari. Hanya sedikit wanita yang mempunyai daur haid teratur, lebih-lebih seorang wanita yang sudah melahirkan dan pada tahun-tahun menjelang menopause (Manuaba, 1999). 2. Faktor Metode Kontrasepsi Merupakan penerimaan dan pemakaian berkesinambungan bagi akseptor KB. Faktor metode kontrasepsi meliputi: a. Efektivitas kontrasepsi Sampai saat ini belum ada alat kontrasepsi yang 100 % efektif. Keefektivan kontrasepsi yang berkaitan dengan keamanan, kenyamanan, biaya, ketersediaan dan kemudahannya dalam menggunakan. Kontrasepsi

suntik merupakan metode kontrasepsi yang mendekati ciri kontrasepsi yang efektif. Dengan angka kegagalan 0,1 % kegagalan 100 wanita per tahun (Potter, 2005). b. Efek samping minor Merupakan komplikasi yang ditimbulkan akibat dari penggunaan metode KB. Efek samping yang ditimbulkan tidak terlalu berat atau minimal dan dapat diatasi dengan pengobatan (Manuaba, 1999). C. Karakteristik Ibu Karakteristik ibu dalam memilih metode kontrasepsi dipengaruhi oleh berbagai karakter di antaranya adalah 1. Paritas Anak yang dilahirkan seorang wanita selama hidupnya sangat mempengaruhi kesehatannya. Kelahiran yang pertama disertai dengan komplikasi yang tinggi, sehingga menyebabkan kematian baginya dan bayinya, dibandingkan dengan kelahiran yang kedua dan ketiga. Terutama karena kelahiran pertama menunjukkan kelemahan fisik dan ketidak normalan keturunan, kelahiran kedua dan ketiga umumnya akan lebih aman akan tetapi pada kelahiran keempat bayi lahir mati dan angka kematian bayi naik, angka kematian bayi dan anak semakin meningkat dengan kelahiran anak ke lima dan setiap anak yang menyusu sesudahnya ( Royston, 2002 ). 2. Umur

Kontrasepsi di tujukan kepada PUS yang lebih muda baik untuk menunda kehamilan, menjarangkan kelahiran dan membatasi jumlah anak yang diinginkan. Disarankan untuk tidak melahirkan dibawah umur 18 tahun dan setelah umur 35 tahun. Karena pada usia kurang dari 18 tahun dan setelah umur 35 tahun resiko komplikasi kehamilan dan melahirkan lebih tinggi ( Manuaba, 1999 ). 3. Pendidikan Pendidikan seseorang sangat mempengaruhi dalam memahami suatu informasi tentang kontrasepsi yang telah diberikan oleh providur. Informasi yang disampaikan oleh providur lebih cepat dipahami dan diterima oleh seorang yang pendidikannya lebih tinggi bila dibandingkan dengan seorang yang pendidikan rendah (Saifudin, 1996). 4. Pendapatan Pendapatan merupakan sejumlah penghasilan dari seluruh anggota keluarga baik dalam bentuk uang maupun barang. Tingkat pendapatan biasanya berupa uang yang dapat mempengaruhi dalam pemilihan kontrasepsi, pendapatan yang cukup dapat memperoleh kualitas pelayanan kesehatan khususnya program KB. Faktor yang mempengaruhi pendapatan yaitu : a. Jumlah anggota keluarga yang bekerja, pada keluarga dimana hanya ayah yang mencari nafkah tentu berbeda dengan pendapatan keluarga yang mengandalkan sumber keuangan dari ayah dan ibu atau anggota keluarga yang lain.

b. Kesempatan kerja yang segera bisa menghasilkan uang pekerjaan di luar usaha tani sangat menentukan besar kecilnya pendapatan dalam suatu keluarga. Bila kepala keluarga yang pekerjaan utamanya bertanimaka penghasilannya lebih kecil dibandingkan kepala keluarga yang pekerjaannya sebagai buruh pabrik atau pekerja kantor dengan upah yang lebih besar dan menentu. c. Pendidikan merupakan faktor penting dalam usaha memperoleh kesempatan kerja. Seorang yang pendidikannya tinggi akan mendapat kesempatan kerja yang lebih baik bila dibandingkan dengan seorang yang pendidikannya rendah. Pekerjaan yang layak akan memperoleh upah yang lebih tinggi bila dibandingkan yang pendidikan rendah (Sumarso, 1999). D. Pengetahuan Ibu Pengetahuan dapat dibentuk suatu sikap dan menimbulkan suatu perilaku di dalam kehidupan sehari-hari (Notoatmojo, 2002). Kebijakan dalam program KB telah melakukan advokasi pendidikan dan proses perilaku agar perempuan yang menikah lebih dewasa dan memiliki anak setelah cukup umur. Informasi bagi peserta KB dari providur harus dapat memberikan informasi yang lengkap dan rasional sehingga dapat dipahami untuk membantu peserta KB dalam memilih alat kontrasepsi secara optimal ( Hartanto, 2004 ). Menurut Notoatmodjo (2002) pengetahuan mencakup di dalam domain kognitif yang mempunyai enam tingkatan yaitu 1. Tahu

Tahu diartikan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk mengingat kembali terhadap suatu spesifik dari seluruh beban yang telah dipelajari. Dimana Akseptor KB dapat menyebutkan jenis dan efek samping dari KB suntik. 2. Memahami Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Dimana Akseptor KB mampu menjelaskan manfaat dari metode kontrasepsi suntik. 3. Aplikasi Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Akseptor KB melaksanakan suntik KB harus sesuai dengan prinsip dari suntik KB mengenai jadwal, jenis dan efek samping dari suntik KB tersebut. 4. Analisis Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek di dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama yang lain. Setelah mengerti tentang metode kontrasepsi suntik, akseptor KB dapat memilih 1 bulan, 2 bulan dan tiga bulan untuk melaksanakan KB suntik. 5. Sintesis Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis merupakan suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Sehingga akseptor KB dapat merencanakan untuk melaksanakan KB suntik. 6. Evaluasi Evaluasi berkaitan dengan pengetahuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi objek. Penilaian-penilain itu didasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada. Sehingga hasil yang di capai pada akseptor KB adalah dapat mempertahankan dan melaksanakan KB suntik. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi, yang dapat diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas. Pengetahuan masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: 1. Tingkat pengetahuan Semakin tinggi pendidikan maka seseorang akan mudah menerima dan menyesuaikan hal-hal yang baru. 2. Informasi Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan meberikan pengetahuan yang lebih jelas. 3. Budaya

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang karena informasi-informasi baru akan disaring sesuai dengan budaya dan agama yang dianut. 4. Pengalaman Pengalaman yang berkaitan dengan usia dan pendidikan individu, pendidikan yang tinggi akan memiliki pengalaman yang luas dan kematangan dalam usia. 5. Sosial ekonomi Tingkan pendapatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup. E. Kerangka Teori Karakteristik Ibu 1. Paritas 2. Umur 3. Pendidikan 4. Pengetahuan 5. Pendapatan Pengetahuan Ibu Pemilihan kontrasepsi suntik Faktor Dalam Pemilihan Kontrasepsi 2. Faktor Kesehatan a. Setatus kesehatan b. Riwayat haid 2. Faktor Metode Kontrasepsi a. Efektivitas kontrasepsi b. Efek samping Skema 2.1 Kerangka Teori (Hartanto, 2007).

F. Kerangka Konsep Variabel Bebas 1. Paritas 2. Umur 3. Pendapatan Variabel Terikat Pemilihan kontrasepsi suntik Pengetahuan Ibu Skema 2. 2 Kerangka Konsep (Hartanto, 2003) G. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini digunakan dua variabel, yaitu: 1. Variabel Independen (Bebas) Merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel ini dikenal dengan nama variabel bebas artinya bebas dalam mempengaruhi variabel lain (Azis, 2003). Dalam penelitian ini, variabel independen yang diteliti adalah paritas, umur, pengetahuan dan pendapatan. 2. Variabel Dependen (Terikat) Merupakan variabel yang menjadi akibat karena variabel bebas, variabel ini dapat tergantung dari variabel bebas terhadap perubahan (Azis, 2003). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pemilihan kontrasepsi suntik. H. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan penelitian ( Nursalam, 2003 ). Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah : 1. Ha : Ada hubungan antara paritas dengan pemilihan kontrasepsi suntik 2. Ha : Ada hubungan antara umur dengan pemilihan kontrasepsi suntik 3. Ha : Ada hubungan antara pengetahuan kontrasepsi dengan pemilihan kontrasepsi suntik 4. Ha : Ada hubungan antara pendapatan dengan pemilihan kontrasepsi suntik.