BAB I PENDAHULUAN. manusianya (pegawai) dalam menjalankan tugas-tugas yang diberikan kepadanya.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. negeri sipil dalam jabatan struktural menjelaskan untuk mewujudkan tujuan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Badan Kepegawaian dan Diklat

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN KINERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dampak pada berbagai hal. Salah satu dampak perubahan itu adalah

MEMUTUSKAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 99 TAHUN 2000 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL.

2.1 Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD

MANAJEMEN DAN PERENCANAAN SDM DI LINGKUNGAN PNS

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

B a b I I G a m b a r a n P e l a y a n a n S K P D Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan. L K I P B K D K o t a B a n d u n g T a h u n LATAR BELAKANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 100 TAHUN 2000 TENTANG PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL

PENGEMBANGAN KARIR PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL DI DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TIMUR SKRIPSI

IV. GAMBARAN UMUM. kecamatan dan 84 kelurahan menjadi 13 kecamatan dan 98 kelurahan.

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PEMBINAAN TEKNIS TIM PENILAI PRANATA KOMPUTER - ADMINISTRASI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH KELUARGA BERENCANA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH KELUARGA BERENCANA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2000 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

- 1 - PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

ELEMEN-ELEMEN SCENARIO PLANNING BAGI REFORMASI KEBIJAKAN REKRUTMEN DAN SELEKSI PNS DI INDONESIA

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 002/BPS-SKB/II/2004 NOMOR : 04 TAHUN 2004 TENTANG

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 003/KS/2003 NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 338 TAHUN 2016 TENTANG

2016, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2906); 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran N

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 11 Tahun 2007

BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokokpokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor

BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2002 TENTANG

DASAR HUKUM JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEPEGAWAIAN :

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 24 TAHUN 2014 T E N T A N G

PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN SELAYAR.

PENDAHULUAN. Tujuan dan Keuntungan. Dasar Hukum Jabatan Fungsional Pranata Komputer

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 52 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 100 TAHUN 2000 TENTANG PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,


BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG

Keterwakilan Perempuan Di Lembaga Eksekutif

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ARSIPARIS WALIKOTA SURABAYA,

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PEKALONGAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI,

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 0100 TAHUN 2017

MEMUTUSKAN: 6. Jabatan...

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG

I Pendahuluan 1.1. Tupoksi dan Struktur Organisasi a. Kepala Badan b. Sekretariat Bidang Tata Lingkungan

a. Sub Bagian Perencanaan dan Pelaporan; b. Sub Bagian Keuangan; c. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.

BAB I PENDAHULUAN. penting untuk dilakukan karena pengelolaan pegawai di instusi pemerintahan akan

-4- MEMUTUSKAN: Pasal 1

2016, No Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 5

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 248 TAHUN 2016 TENTANG

MODUL KEPEGAWAIAN. Jakarta, 18 Juli 2017

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan setiap kegiatan pada suatu organisasi baik pemerintahan

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 073 TAHUN 2015

PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR : 29 TAHUN 2013

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG KETENTUAN BATAS USIA PENSIUN BAGI PEJABAT FUNGSIONAL SANDIMAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG WEWENANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN, DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR: 21 TAHUN 2010 TENTANG

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG WEWENANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN, DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL.

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 21 SERI E PERATURAN BUPATI KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 473 TAHUN 2010

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG WEWENANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN, DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN WALIKOTA SURABAYA,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 38 TAHUN 2010 TENTANG PENYESUAIAN JABATAN FUNGSIONAL GURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BANDA ACEH. PERATURAN WALIKOTA BANDA ACEH Nomor : 16 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG POLA KARIR PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI

SALINAN PERATURAN KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA NOMOR 07/E/2010 TENTANG

Pengangkatan Dalam Jabatan Struktural Pegawai Negeri Sipil diangkat dalam jabatan dan pangkat tertentu. Pegawai Negeri Sipil

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTAHANAN. Pola Karier. Pedoman.

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 1999 TENTANG RUMPUN JABATAN FUNGSIONAL PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara

BAB II BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVSU. dengan sebutan Badan atau Kantor dan selanjutnya pada pasal 2 ayat 2

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2000 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR : 2 TAHUN 2011 T E N T A N G

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

IV. ANALIS KEPEGAWAIAN

2 Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Peraturan

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 249 TAHUN 2016 TENTANG

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA,

2017, No Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Nege

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2000 TENTANG WEWENANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN, DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2000 TENTANG WEWENANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi arus globalisasi sumber daya manusia (SDM) memegang peranan yang sangat dominan dalam aktivitas atau kegiatan pemerintahan.berhasil atau tidaknya pemerintah dalam mencapai tujuan yang ditetapkan sebelumnya sangat tergantung pada kemampuan sumber daya manusianya (pegawai) dalam menjalankan tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Oleh karena itu, setiap instansi pemerintahan perlu memikirkan bagaimana cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan sumber daya manusianya agar dapat mendorong kemajuan bagi pemerintah dan bagaimana caranya agar pegawai tersebut memiliki produktivitas yang tinggi. Dalam melaksanakan pembangunan nasional, diperlukan aparatur pemerintah yang memiliki kemampuan, keahlian dan dedikasi yang tinggi dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab. Sejalan dengan hal tersebut, Pegawai Negeri Sipil perlu diperhatikan kualitas profesionalisme dalam memberikan pelayanan yang sesuai dengan tingkat kepuasan dan keinginan masyarakat. Untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas maka pemerintah pusat memberikan wewenang kepada masing-masing daerah untuk mengurusi rumah tangganya sendiri, sesuai dengan UU.No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah.karena otonomi daerah telah membawa perubahan dan perkembangan.oleh karena itu, pada saat otonomi daerah seperti saat sekarang ini faktor tenaga kerja perlu mendapat perhatian.kemudian pemerintah daerah harus

memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat sehingga kepentingan masyarakat dapat terjamin dan penempatan pegawai pada instansi tersebut dapat berjalan dengan baik. Kinerja pegawai merupakan masalah lain yang timbul pada kalangan pekerja.seorang manajer atau pimpinan harus tahu bagaimana menetapkan sasaran yang jelas agar tercapainya sumber daya manusia yang berkualitas sehingga dapat diukur dari sesuatu yang telah dicapai para pegawai. Perkembangan sumberdaya manusia dalam hal ini ketenaga kerjaan sebagai upaya pembangunan tersebut yang merupakan salah satu bagian yang tidak terpisahkan.oleh karena itu, setiap tenaga kerja perlu mendapat suatu posisi kerja atau penempatan kerja berdasarkan kemampuannya seperti pendidikan, keahlian dan pengalaman.dan perlu diketahui bahwa kegiatan untuk menciptakan landasan atau pedoman bagi kegiatan tenaga kerja merupakan kegiatan awal dari manajemen personalia yang disebut juga dengan analisis jabatan atau analisis tugas. Tujuan penempatan pegawai ini adalah untuk menempatkan orang tepat dan jabatan yang sesuai dengan minat dan kemampuan pegawai, sehingga sumber daya manusia yang ada menjadi produktif. Penempatan yang tepat merupakan suatu cara bukan hanya untuk mengoptimalkan kemampuan dan keterampilan menuju prestasi kerja tinggi bagi pegawai itu sendiri, akan tetapi juga merupakan bagian dari proses pengembangan pegawai di masa depan. Penempatan pegawai merupakan salah satu hal yang penting untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi. Penempatan pegawai dapat menentukan

kinerja organisasi apabila penempatan pegawai tersebut sesuai dengan keahlian maupun pengalaman kerja. Selanjutnya dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi BirokrasiNomor:Kep/33/M.PAN/7/2011 Tanggal 7 Juli 2011 tentang pedoman Analisis Jabatan pada bab 2 menjelaskan : Syarat Jabatan adalah syarat yang harus dipenuhi atau dimiliki seseorang untuk menduduki suatu jabatan. Syarat jabatan merupakan tuntutan kemampuan kerja yang ditunjukkan dengan keahlian atau keterampilan kerja yang diindetifikasi dari pemilikan pengetahuan kerja pendidikan, pelatihan, pengalaman kerja, dan kemampuan dari aspek psikologis dan kekuatan fisik.syarat jabatan diartikan pula sebagai kualifikasi yang harus dipenuhi untuk menduduki suatu jabatan seperti pendidikan, pelatihan, pengalaman kerja, pengetahuan kerja serta syarat psikologi. Penempatan kerja merupakan suatu langkah awal dalam proses perencanaan, pengawasan dalam pelaksanaan kegiatan manajemen personalia. Untuk itu standar kompetensi bagi setiap pegawai haruslah menjadi prioritas utama sebelum pegawai tersebut ditempatkan agar nantinya dapat menghasilkan sumber daya manusia yang terampil dalam menjalankan tugas.sumber daya manusia (pegawai) yang menduduki suatu bidang pekerjaan harus mampu menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan pekerjaan yang diberikan kepadanya.maka dari itu dibutuhkan sumber daya manusia yang handal untuk dijadikan pegawai dan ditempatkan pada suatu bagian dengan keahlian pegawai tersebut.

Dari pengertian penempatan tersebut penempatan berarti menempatkan seseoarang pada pekerjaan yang sesuai dengan keterampilan atau pengetahuannya dijabatan atau kedudukan tertentu dalam organisasi. Badan Kepegawaian Daerah Kota Pekanbaru merupakan instansi pemerintahan yang mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan daerah di bidang kepegawaian serta dapat ditugaskan untuk melaksanakan penyelenggaraan wewenang yang dilimpahkan oleh Pemerintah kepada Walikota selaku Wakil Pemerintah dalam rangka dekonsentrasi. Dalam menjalankan tugas penyelenggaraan pengelolaan kepegawaian daerah, BKD berfungsi sebagai berikut : 1. Penyusunan dan pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) BKD. 2. Perumusan kebijakan teknis penyelenggaraan perencanaan, pengadaan, pengembangan, penempatan, promosi, penggajian, kesejahteraan, disiplin, serta pemberhentian pegawai. 3. Penyusunan formasi pegawai. 4. Penyelenggaraan pengadaan dan seleksi calon pegawai. 5. Penyelenggaraan penempatan dan mutasi pegawai. 6. Penyusunan kebijakan pengembangan pegawai termasuk dalam rangka pendidikan dan pelatihan pegawai. 7. Penyelenggaraan penilaian/pengujian dalam rangka deskripsi kompetensi pegawai. 8. Penyelenggaraan konseling kepegawaian. 9. Pembinaan kinerja, disiplin, dan mental spritual pegawai.

10. Pelayanan, pembinaan, dan pengembangan kesejahteraan pegawai. 11. Penyusunan petunjuk teknis administrasi kepegawaian 12. Penyusunan dan evaluasi peraturan perundang-undangan daerah dibidang kepegawaian. 13. Penyelenggaraan administrasi pemberhentian dan pensiun pegawai. Permasalahan yang dijumpai pada Badan Kepegawaian Daerah Kota Pekanbaru ditemukan bahwa pelaksanaan penempatan pegawai belum memberikan hasil yang memuaskan sehingga peningkatan kinerja tidak terlaksana dengan baik. Dari permasalahan tersebut dapat diketahui bahwa penempatan pegawai pada Badan Kepegawaian Kota Pekanbaru belum memperhatikan prinsip The Right Man in The Right Place (Menempatkan Pegawai Sesuai dengan Keahlian dan Kemampuan yang dimiliki). Salah satu perangkat daerah yang turut bekerja sama dalam pembangunan birokrasi dan administrasi pemerintah, khususnya pemerintah Propinsi adalah Kabupaten/Kota adalah salah satu keberhasilan desentralisasi. Yang bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat secara professional, bertanggung jawab atas apa yang dibebankan kepada pegawai tersebut. Maka dari itu Badan Kepegawaian tersebut memiliki bidang dan bagian yang mempunyai tugas dan fungsi yang berbeda.sehingga dibutuhkan penempatan pegawai sesuai dengan kemampuan, pengalaman latar belakang pendidikan sesuai dengan bagiannya.

Untuk lebih jelasnya akan dipaparkan jumlah tenaga kerja pegawai pada Badan Kepegawaian Kota Pekanbaru berdasarkan klasifikasinya dapat dilihat dari tabel dibawah ini : Tabel 1.1 : Daftar Pegawai Pada Badan KepegawaianDaerah Kota Pekanbaru No Bidang Tugas Jumlah 1 Kepala Badan 1 2 Sekretaris Badan 1 3 Kepala Sub Bagian 3 4 Kepala Bidang 4 5 Kepala Sub Bidang 8 6 Staf Sub Bagian 6 7 Staf Sub Bidang 20 JUMLAH 43 Sumber : Badan Kepegawaian Daerah Kota Pekanbaru 2014 Pada tabel diatas dijelaskan bahwa pada Badan Kepegawaian Daerah Kota Pekanbaru berjumlah 43 orang yang tediri dari beberapa bidang tugas yang tersedia. Selanjutnya untuk melihat tingkat pendidikan pegawai dan sudah tentu akan mempengaruhi dalam pelaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel dibawah ini :

Tabel 1.2 : Jumlah Pegawai Menurut Tingkat Pendidikan Pada Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kota Pekanbaru No Jenis Pendidikan Jumlah Persentase (%) 1 SD (Sekolah Dasar) 2 4.65 2 SMP/Sederajat 1 2.33 3 SMA/Sederajat 11 25.58 4 Sarjana Muda (D-3) 10 23.26 5 Perguruan Tinggi (S-1) 10 23.26 6 Perguruan Tinggi (S-2) 9 20.93 Jumlah 43 100 % Sumber : Badan Kepegawaian Daerah Kota Pekanbaru 2014 Dari tabel diatas dapat dilihat dari jumlah tingkat pendidikan pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kota Pekanbaru berjumlah 43 orang yang terdiri dari tingkat pendidikan SD (Sekolah Dasar), SMP/Sederajat, SMA/Sederajat, Sarajana Muda (Diploma 3), Perguruan Tinggi Sarjana (S-1), Dan Perguruan Tinggi Sarjana (S- 2). Selanjutnya untuk melihat pangkat golongan/ruang pegawai, dan sudah tentu akan mempengaruhi dalam pelaksanaan tugas yang diberikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel dibawah ini :

Tabel 1.3 : Jumlah Pegawai Menurut Tingkat Golongan/Ruang pada Badan Kepegawaian Daerah Kota Pekanbaru No Jenis Golongan/Ruang Jumlah Persentase (%) 1 IV/c 1 2.33 2 IV/b 2 4.65 3 IV/a 2 4.65 4 III/d 5 11.63 5 III/c 6 13.95 6 III/b 5 11.63 7 III/a 5 11.63 8 II/d 2 4.65 9 II/c 5 11.63 10 II/b 5 11.63 11 II/a 2 4.65 12 I/c 1 2.33 13 I/b 2 4.65 JUMLAH 43 100% Sumber : Badan Kepegawaian Daerah Kota Pekanbaru 2014 Dari tabel diatas dapat dilihat jumlah Golongan/Ruang pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Kota Pekanbaru berjumlah 43 orang yang terdiri dari Golongan IV/d, IV/c, IV/b, IV/a, III/d, III/c, III/b, III/a, dan II/d, II/c, II/b, II/a dan I/c, I/b. Dilihat dari beberapa tabel diatas dapat dilihat bahwa kondisi tingkat pendidikan pegawai menjadi salah satu dasar dalam penempatan pegawai sesuai dengan bidang tugas yang diberikan yang sering disebut Job Descibtion. Dari tabel yang terlampir mengenai penempatan pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kota Pekanbaru berdasarkan latar belakang pendidikan dan pengalaman/masa kerja pegawai, dapat dilihat bahwa dalam penempatan pegawai masih ada yang belum sesuai dengan tingkat pendidikan, disiplin ilmu (keahlian),

serta pengalaman masa kerja yang dimiliki pegawai dibandingkan dengan tugas dan tanggung jawab yang diemban. Contohnya yaitu : Kepala Sub Bagian Penyusunan Program diduduki oleh pegawai yang mempunyai latar belakang pendidikan Sarjana Perikanan, akan tetapi disiplin ilmu/keahlian serta pengalaman kerja yang dimilikinya tidak sesuai dengan jabatan yang dipangkunya. Selanjutnya Kepala Sub Bidang Perencanaan dan Pengadaan Pegawai diduduki oleh pegawai yang mempunyai latar belakang pendidikan Sarjana Teknik, akan tetapi disiplin ilmu/keahlian serta pengalaman kerja yang dimilikinya tidak sesuai dengan jabatan yang dipangkunya. Kepala Sub Bidang Mutasi Pegawai diduduki oleh pegawai yang mempunyai latar belakang pendidikan Sarjana Ekonomi, akan tetapi disiplin ilmu/keahlian serta pengalaman kerja yang dimilikinya tidak sesuai dengan jabatan yang dipangkunya. Kepala Sub Bidang Kepangkatan Pegawai diduduki oleh pegawai yang mempunyai latar belakang pendidikan Sarjana Hukum. Kepala Sub Bidang Pendidikan dan Pelatihan Fungsional diduduki oleh pegawai yang mempunyai latar belakang pendidikan Sarjana Pendidikan, akan tetapi disiplin ilmu/keahlian serta pengalaman kerja yang dimilikinya tidak sesuai dengan jabatan yang dipangkunya. Kepala Sub Bidang Pendidikan dan Pelatihan Struktural diduduki oleh pegawai yang mempunyai latar belakang pendidikan tamatan SMA, akan tetapi disiplin ilmu/keahlian serta pengalaman kerja yang dimilikinya tidak sesuai dengan jabatan yang dipangkunya. Selanjutnya Kepala Sub Bidang Pengurusan Pensiun diduduki oleh pegawai yang mempunyai latar belakang pendidikan Sarjana Ekonomi akan tetapi disiplin

ilmu/keahlian serta pengalaman kerja yang dimilikinya tidak sesuai dengan jabatan yang dipangkunya. Seharusnya jabatan jabatan tersebut ditempati Kepala Bidang, Kepala Sub Bagian maupun Kepala Sub Bidang yang memenuhi standar kompetensi jabatan yang dilihat dari latar belakang pendidikan, disiplin ilmu/kahlian serta masa kerja sehingga dapat melaksanakan tugas sesuai dengan pendidikan, keahlian dan pengalaman kerja yang dimilikinya. Dari permasalahan tersebut terdapat juga beberapa fakta lain dalam bidang-bidang tertentu yang mana banyak terdapat pegawai yang mempunyai latar belakang pendidikannya tamatan SD, SMP dan SMA. Fenomena lain yang penulis temukan adanya pegawai yang ditempatkan karena adanya unsur Nepotisme. Hal ini didukung dengan wawancara yang dilakukan penulis dengan Kepala bidang perencanaan dan informasi pegawai yaitu Bapak Masykur Tarmizi S.STP, M.Si yang mengatakan : Sebagian pegawai yang ditempatkan dikantor ini sudah memenuhi kesesuaian dalam pelaksanaannya terhadap peraturan yang telah ditetapkan, dan sebagian pegawai ada yang ditempatkan karena alasan lain, misalnya ada kedekatan dengan pimpinan atau pemegang kekuasaan. Menurut Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Nomor 28 Tahun 1999 Pasal 1 Ayat 5, Nepotisme adalah setiap perbuatan penyelenggara negara secara melawan hukum yang menguntungkan kepentingan keluarganya dan atau kroninya diatas kepentingan masyarakat, bangsa dan negara. Nepotisme juga dapat diartikan sebagai upaya dan tindakan seseorang (yang mempunyai kedudukan dan jabatan) menempatkan sanak saudara dan anggota keluarga besar, diberbagai jabatan dan kedudukan sehingga menguntungkannya. Nepotisme biasanya dilakukan oleh para pejabat atau pemegang kekuasaan

pemerintah lokal sampai nasional, pemimpin perusahaan negara, pemimpin militer maupun sipil, serta tokoh-tokoh politik. Mereka menempatkan para anggota atau kaum keluarganya tanpa dipertimbangkan kapasitas dan kualitasnya. Sehingga mengakibatkan kurangnya tingkat pemahaman terhadap tugas yang diberikan. Berdasarkan data diatas banyak ditemukan : 1. Adanya pegawai yang ditempatkan pada jabatan yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya. 2. Adanya pegawai yang ditempatkan tidak sesuai dengan masa kerja ataupun pengalaman kerjanya. Berdasarkan uraian permasalahan tersebut, penulis ingin melakukan penelitian dengan judul: Analisis Penempatan Pegawai Negeri Sipil Pada Badan Kepegawaian Daerah Kota Pekanbaru. 1.2. Perumusan Masalah Dari uraian latar belakang di atas, maka permasalahan dapat dirumuskan Bagaimana Penempatan Pegawai Negeri Sipil Pada Badan Kepegawaian Daerah Kota Pekanbaru 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah Untuk menganalisis penempatan Pegawai Negeri Sipil pada Badan Kepegawaian Daerah Kota Pekanbaru.

1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Secara Teoritis Secara teoritis penelitian ini digunakan untuk menerapkan teori-teori yang didapat oleh penulis dengan menghubungkannya dengan kenyataan praktek dilapangan. 2. Secara Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam pengambilan keputusan penempatan pegawai. 3. Secara Akademis Secara akademis penelitian penulis adalah sebagai bahan pengembangan ilmu pengetahuan dan juga diharapkan dapat bermanfaat bagi yang akan datang sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan perbandingan dan pedoman.

1.5. Sistematika Penulisan Sistematika pembahasan penelitian ini secara keseluruhan yang mana terdiri dari enam bab dengan sistematika penulisannya sebagai berikut : BAB I: PENDAHULUAN Terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, sistematika penulisan. BAB II: TELAAH PUSTAKA Dalam telaah pustaka ini berisikan tentang landasan teori-teori atau konsep yang melandasi dari peneliatian sehingga dapat mendukung dari penelitian yang akan dilakukan. BAB III : METODE PENELITIAN Dalam bab ini berisikan tentang tempat dan waktu penelitian, jenis dan sumber data, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, serta teknik analisa data. BAB IV : GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan lokasi penelitian, peneliti mencoba menggambarkan secara umum tentang lokasi penelitian, susunan dan organisasi lokasi penelitian, uraian bagian dan bagian lokasi penelitian. BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini memuat hasil penelitian dan pembahasan yang diteliti. BAB VI : PENUTUP Pada bab ini berisikan tentang kesimpulan dari penelitian dan saran yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pembaca.