KAJIAN LOGAM BERAT Pb, Cu, Hg DAN Cd YANG TERKANDUNG PADA BEBERAPA JENIS IKAN DI WILAYAH PESISIR KOTA BANDAR LAMPUNG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kondisi lingkungan perairan Kota Bandar Lampung yang merupakan ibukota

Dampak Pencemaran Pantai Dan Laut Terhadap Kesehatan Manusia

I. PENDAHULUAN. Bandar Lampung sebagai kota pesisir, terletak pada posisi 5º20-5º31 LS

BAB I PENDAHULUAN. Laut dan kehidupan di dalamnya merupakan bagian apa yang disebut

I. PENDAHULUAN. Pesisir pantai kota Bandar Lampung merupakan salah satu lokasi yang telah

BAB I PENDAHULUAN. serta lapisan kerak bumi (Darmono, 1995). Timbal banyak digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan

PENDAHULUAN. laut, walaupun jumlahnya sangat terbatas. Dalam kondisi normal, beberapa macam

BAB I PENDAHULUAN. 51' 30 BT perairan tersebut penting di Sumatera Utara. Selain terletak di bibir Selat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mesin penggerak pertumbuhan ekonomi, menyediakan lapangan kerja, dan

ANALISIS LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) PADA IKAN LELE (Clarias sp.) YANG DIBUDIDAYAKAN DI KOTA PEKALONGAN

mendirikan pabrik bertujuan untuk membantu kemudahan manusia. Namun, hal

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung adalah ibukota dari Provinsi Lampung yang merupakan

BIOAKUMULASI LOGAM BERAT DALAM MANGROVE Rhizophora mucronata dan Avicennia marina DI MUARA ANGKE JAKARTA

ANALISIS KADAR MERKURI (Hg) Gracilaria sp. DI TAMBAK DESA KUPANG SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kualitas hidup manusia dengan meningkatnya pendapatan masyaraka Di sisi lain,

dari tumpahan minyak-minyak kapal.akibatnya, populasi ikan yang merupakan salah satu primadona mata pencaharian masyarakat akan semakin langka (Medan

PENDAHULUAN. banyak efek buruk bagi kehidupan dan lingkungan hidup manusia. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengaruh menurunkan kualitas lingkungan atau menurunkan nilai

BAB I. Logam berat adalah unsur kimia yang termasuk dalam kelompok logam yang

BAB I PENDAHULUAN. sampah di TPA umumnya masih menggunakan metode open dumping, seperti pada

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber pencemar bagi lingkungan (air, udara dan tanah). Bahan

I. PENDAHULUAN. Wilayah pesisir kota Bandar Lampung merupakan suatu wilayah yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. akibatnya air mengalami penurunan akan kualitasnya. maka batas pencemaran untuk berbagai jenis air juga berbeda-beda.

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peralihan antara daratan dan lautan yang keberadaannya dipengaruhi oleh

ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT MERKURI (Hg) DAN TIMBAL (Pb) PADA IKAN NIKE (Awaous melanocephalus) DI MUARA SUNGAI BONE KOTA GORONTALO

KANDUNGAN LOGAM BERAT AIR LAUT, SEDIMEN DAN DAGING KERANG DARAH (Anadara granosa) DI PERAIRAN MENTOK DAN TANJUNG JABUNG TIMUR

TINGKAT BIOAKUMULASI LOGAM BERAT PB (TIMBAL) PADA JARINGAN LUNAK Polymesoda erosa (MOLUSKA, BIVALVE)

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dengan demikian laut seakan-akan merupakan sabuk pengaman kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan industri (Singh, 2001). Hal ini juga menyebabkan limbah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lautan merupakan daerah terluas yang menutupi permukaan bumi, sekitar

ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) PADA IKAN PELAGIS KECIL YANG DIDARATKAN DI PPS BELAWAN KECAMATAN MEDAN BELAWAN SUMATERA UTARA ABSTRACT

KANDUNGAN MERKURI (Hg) PADA IKAN KAKAP MERAH

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. provinsi Bali dengan banyak aktivitas manusia seperti tempat singgah kapal-kapal

ANALISIS Pb DALAM BEBERAPA JENIS IKAN DARI PERAIRAN SUPPA KABUPATEN PINRANG

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, hewan maupun tumbuhan. Pencemaran terhadap lingkungan

Determinasi Kandungan Kadmium (Cd) Di Perairan Pantai Malalayang Sekitar Rumah Sakit Prof Kandou Manado

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan, khususnya lingkungan perairan, dan memiliki toksisitas yang tinggi

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Logam berat merupakan salah satu komponen pencemar lingkungan, baik

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan hidup adalah satu kesatuan ruang dengan kesemua benda, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang

PENDAHULUAN. sumber protein hewani. Kandungan protein kerang yaitu 8 gr/100 gr. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tingkat keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi sehingga disebut

BAB I PENDAHULUAN. maupun gas dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Lingkungan

Kandungan Logam Berat Pb pada Air laut dan Tiram Saccostrea glomerata sebagai Bioindikator Kualitas Perairan Prigi, Trenggalek, Jawa timur

BAB I PENDAHULUAN. yang maju identik dengan tingkat kehidupan yang lebih baik. Jadi, kemajuan

ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT TIMBAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan kualitas lingkungan dan derajat kesehatan masyarakat disebabkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PENENTUAN KONSENTRASI LOGAM BERAT Pb, Cu, Zn DAN KONDUKTIVITAS LISTRIK LIMBAH CAIR INDUSTRI PABRIK KARET PEKANBARU

ANALISIS PENCEMARAN LOGAM TIMBAL, KADMIUM, DAN MERKURI DALAM CUMI-CUMI

DISTRIBUSI LOGAM BERAT DALAM AIR DAN SEDIMEN DI PERAIRAN DANAU MANINJAU, PROVINSI SUMATERA BARAT

Analisis Logam Berat Timbal pada Sedimen Dasar Perairan Muara Sungai Sayung, Kabupaten Demak

ISSN Penetapan Kadar Pencemaran Logam Pb dan Cr Pada Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) di Muara Sungai Badung

Mahasiswa Program Studi S1 Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Bina Widya Pekanbaru, 28293, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan di beberapa negara seperti di Indonesia telah

ANALISIS KANDUNGAN TIMBAL (Pb) DAN LAJU KONSUMSI AMAN PADA KEPITING BAKAU (Scylla serrata Forskal) DI SUNGAI DONAN CILACAP

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT KADMIUM (Cd) DAN MERKURI (Hg) PADA AIR DAN SEDIMEN DI PERAIRAN MUARA SUNGAI BANYUASIN

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 2. No. 4, Desember 2011: ISSN :

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAN FORMALDEHID PADA BEBERAPA IKAN SEGAR DI KUB (KELOMPOK USAHA BERSAMA) BELAWAN, KECAMATAN MEDAN BELAWAN TAHUN

ANALYSIS OF CONTENT HEAVY METALS IN VARIOUS FISH SPECIES IN BATANG TORU RIVER, AEK PAHU TOMBAK AND AEK PAHU HUTAMOSU DISTRICT SOUTH TAPANULI

BAB I PENDAHULUAN. 2004). Menurut Palar (1994) pencemaran adalah suatu kondisi yang telah

Bab V Hasil dan Pembahasan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air. Salah satu faktor terpenting

BAB 1 PENDAHULUAN. yang membentang sepanjang pantai utara antara Cirebon-Subang, Sepanjang

FATMAWATI NUR1, KARNELI1

BAB I PENDAHULUAN. telah terjadi perubahan-perubahan dalam tatanan lingkungan sehingga tidak sama lagi

Studi Pencemaran Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) pada Ikan Tongkol (Euthynnus sp.) di Pantai Utara Jawa

BAB I PENDAHULUAN. buangan/limbah yang selanjutnya akan menyebabkan pencemaran air, tanah, dan. h:1). Aktivitas dari manusia dengan adanya kegiatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UJI KADAR MERKURI (Hg) PADA AIR DAN SEDIMEN SUNGAI TULABOLO KECAMATAN SUWAWA TIMUR TAHUN 2013 SUMMARY. Fitrianti Palinto NIM

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dilaporkan sekitar 5,30 juta hektar jumlah hutan itu telah rusak (Gunarto, 2004).

LOGAM DALAM EKOSISTEM PERAIRAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Beberapa waktu yang lalu kita mendengar berita dari koran ataupun

BAB I PENDAHULUAN. sebagai air minum. Hal ini terutama untuk mencukupi kebutuhan air di dalam

PENENTUAN KANDUNGAN LOGAM Pb DAN Cr PADA AIR DAN SEDIMEN DI SUNGAI AO DESA SAM SAM KABUPATEN TABANAN

I. PENDAHULUAN. masalah yang sangat krusial bagi negara maju dan sedang berkembang. Terjadinya

BAB 1 PENDAHULUAN. buang tanpa adanya pengolahan limbah yang efesien dan terbuang mengikuti arus

KAJIAN KUALITAS AIR PERMUKAAN DI SEKITAR KAWASAN MUARO KOTA PADANG MENGGUNAKAN PARAMETER KONDUKTIVITAS DAN KANDUNGAN LOGAM BERAT

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan industri adalah limbah bahan berbahaya dan beracun. Penanganan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara

EFEKTIFITAS DEPURASI UNTUK MENURUNKAN KANDUNGAN LOGAM BERAT Pb dan Cd DALAM DAGING KERANG DARAH (Anadara granossa)

BAB I PEDAHULUAN. banyak terdapat ternak sapi adalah di TPA Suwung Denpasar. Sekitar 300 ekor sapi

BAB I PENDAHULUAN. dan mengancam pemukiman dan lingkungan, sehingga pemerintah membuat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

sedangkan sisanya berupa massa air daratan ( air payau dan air tawar ). sehingga sinar matahari dapat menembus kedalam air.

Transkripsi:

KAJIAN LOGAM BERAT Pb, Cu, Hg DAN Cd YANG TERKANDUNG PADA BEBERAPA JENIS IKAN DI WILAYAH PESISIR KOTA BANDAR LAMPUNG STUDY OF HEAVY METALS Pb, Cu, Hg, and Cd CONTAINED IN FISHES AT BANDAR LAMPUNG COASTAL AREA Indra Gumay Yudha (Dosen PS Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung) Telp. 08127912731, email: indra_gumay@yahoo.com Abstract This research was held on October-November 2008 to study some heavy metals, i.e. Pb, Hg, Cu, and Cd, which contained in some fishes at Bandar Lampung coastal area. The method of this study was measuring concentration of Pb, Hg, Cu, and Cd, by spectrophotometric. Fish samples were taken from Sukaraja, Karang Maritim, Gudang Agen, Puri Gading, and Lempasing. Most of the fish tested contained heavy metals Cd, Cu, and Pb in various concentrations. Mercury (Hg) was detected only in fish samples from the Sukaraja Coast. Overall, the content of heavy metals in fish samples were still below from the maximum limit of heavy metal contamination in food for fish commodities, according to SNI 01-2729.1-2006 and SK Dirjen POM No.03725/B/SK/VII/89. Although the fish samples contain few heavy metals, but it must be considered by stakeholders because of the heavy metal pollution is one of serious problems. Then the government must prevent, or at least, reduce the rate of those pollutions. Keywords: Pb, Hg, Cu, Cd in fish, Bandar Lampung coastal area. PENDAHULUAN Kota Bandar Lampung yang terletak pada posisi 5º20 LS - 5º30 LS dan 105º28 BT-105º37 BT merupakan suatu wilayah pesisir. Sebagai salah satu kota yang terletak di wilayah pesisir, Bandar Lampung memiliki berbagai aktivitas yang berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan pesisir dan laut. Salah satu dampak negatif yang mengemuka dan perlu mendapat perhatian akibat berlangsungnya berbagai aktivitas tersebut adalah pencemaran perairan laut akibat limbah industri. Beberapa limbah yang dihasilkan oleh industri adakalanya berupa limbah B3, seperti jenis-jenis logam berat yang apabila masuk ke ekosistem pesisir dapat menimbulkan dampak yang fatal, baik bagi biota perairan maupun manusia yang ada di wilayah tersebut. Polutan yang berupa logam-logam berat diketahui dapat menyebabkan keracunan, kelumpuhan, kelainan genetik, hingga kematian. Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan Yudha (2007) diketahui bahwa logam berat Pb, Hg, Cu dan Cd telah terdeteksi keberadaannya dalam jumlah yang bervariasi, baik di badan sungai, sumur penduduk dan perairan laut di wilayah pesisir Kota Bandar Lampung. Logam berat Pb terdapat dalam jumlah yang melebihi dari baku mutu yang ditetapkan untuk biota laut pada lokasi di sekitar perairan laut di depan lahan reklamasi PT BBS, perairan di sekitar Pelabuhan Peti Kemas Panjang, di sekitar Pulau Kubur, dan pantai Puri Gading. Keberadaan logam berat Hg umumnya masih berada dalam baku mutu yang ditetapkan, bahkan di beberapa tempat tidak terdeteksi, namun di sekitar perairan laut di depan lahan reklamasi PT BBS terdeteksi dalam jumlah yang telah melebihi baku mutu. Kandungan logam Cu diketahui telah melebihi baku mutu pada beberapa lokasi pengukuran, yaitu di perairan di sekitar Pelabuhan Srengsem, di tengah laut, perairan Pulau Kubur, perairan di PPP Lempasing, di sekitar pantai Puri Gading, dan di perairan Pulau Pasaran. Keberadaan logam Cd telah melebihi baku mutu pada lokasi pengukuran di perairan lahan reklamasi PT BBS, di perairan Gudang Lelang, perairan Pelabuhan Peti Kemas, dan pantai Puri Gading. Bahkan di perairan sekitar lahan reklamasi PT BBS

B-30 kandungan Cd telah mencapai 0,026 ppm atau sekitar 26 kali lipat dari baku mutu yang ditetapkan. Terkait dengan keberadaan logam berat Pb, Hg, Cu, dan Cd di perairan pesisir Kota Bandar Lampung, maka perlu dilakukan suatu kajian lanjutan untuk mengetahui keberadaan logamlogam berat tersebut pada beberapa biota laut, misalnya ikan, yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai bahan pangan. Hal ini perlu dilakukan sebagai bentuk pemantauan dalam rangka jaminan keamanan pangan bagi masyarakat setempat, sehingga Tragedi Minamata tidak terjadi di wilayah pesisir Kota Bandar Lampung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan logam berat timbal (Pb), air raksa (Hg), tembaga (Cu), dan kadmium (Cd) yang terdapat di biota laut (ikan) di wilayah pesisir Kota Bandar Lampung. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah daerah untuk melakukan pencegahan pencemaran logam berat tersebut dan mengambil langkahlangkah yang tepat apabila telah terjadi pencemaran logam berat pada biota laut yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan pangan masyarakat setempat. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan, yaitu Oktober-November 2008, di wilayah pesisir Kota Bandar Lampung, yang meliputi 3 kecamatan, yaitu Kecamatan Teluk Betung Selatan, Kecamatan Teluk Betung Barat dan Kecamatan Panjang. Pengambilan sample biota laut yang berupa ikan dilakukan pada beberapa lokasi yang terdeteksi telah mengalami pencemaran logam-logam berat Pb, Hg, Cu dan Cd berdasarkan hasil kajian sebelumnya yang telah dilakukan Yudha (2007). Pengambilan sample dilakukan dengan metode survei di sejumlah lokasi perairan di sekitar wilayah pesisir Kota Bandar Lampung. Lokasi pengambilan sample adalah di sekitar perairan laut Pantai Sukaraja, Karang Maritim, Gudang Agen (dekat lahan reklamasi PT BBS), Pantai Puri Gading, dan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lempasing. Ikan-ikan tersebut dikumpulkan dari hasil tangkapan nelayan setempat, dan bukan berasal dari kapal-kapal penangkap ikan yang mendaratkan hasil tangkapannya di pelabuhan perikanan setempat. Hal ini dimaksudkan agar sample yang diuji benar-benar dari lokasi penelitian dan menggambarkan kondisi pencemaran logam berat di pesisir Kota Bandar Lampung. Sample ikan yang diteliti merupakan jenis ikan yang bersifat menetap dan merupakan predator yang berada pada posisi top carnivora dalam sistem rantai makanan sehingga indikasi keberadaan logam berat melalui proses bioakumulasi dan biomagnifikasi melalui aliran rantai makanan dapat terdeteksi. Ikan tersebut juga haruslah jenis ikan yang dikonsumsi oleh masyarakat setempat. Jenis ikan sample yang memenuhi syarat tersebut antara lain ikan kerapu, keting, jolot, dan belanak. Walaupun ikan belanak termasuk jenis pemakan detritus (serasah), tetapi ikan ini juga diukur kandungan logam beratnya karena logam berat yang terdapat pada sedimen dan serasah kemungkinan besar dapat terserap pula oleh ikan tersebut. Analisis logam berat dilakukan dengan metode spektrofotometri di Laboratorium Kesehatan Lingkungan, Politeknik Kesehatan Tanjungkarang. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil pengumppulan sample diperoleh berbagai jenis ikan yang seluruhnya berjumlah 11 ekor. Ikan-ikan tersebut berasal dari pantai di sekitar wilayah pesisir Kota Bandar Lampung, seperti Pantai Sukaraja, Pantai Karang Maritim, Gudang Agen, Pantai Puri Gading, dan Pantai PPP Lempasing (Tabel 1).

Tabel 1. Asal sample dan jenisnya B-31 No. Lokasi pengambilan sample Jenis ikan Jumlah (ekor) 1 Pantai Sukaraja Keting, jolot 2 2 Pantai Karang Maritim Kerapu Lodi, bandeng, baronang 3 3 Pantai Gudang Agen Belanak 1 4 Pantai Puri Gading 1 Keting 1 5 Pantai PPP Lempasing Keting 1 6 Pantai Puri Gading 2 Jolot 1 7 Pantai Puri Gading 3 Belanak 1 Ikan-ikan yang telah dikumpulkan selanjutnya diseleksi untuk diukur kandungan logam beratnya. Jenis-jenis ikan yang diutamakan untuk diuji adalah ikan-ikan predator, seperti kerapu lodi, keting, dan ikan jolot. Ikan bandeng dan baronang yang berasal dari lokasi 2 tidak diuji dan hanya dipilih ikan kerapu lodi, dengan pertimbangan bahwa prioritas pengukuran ditujukan untuk ikan-ikan predator. Namun demikian, untuk lokasi 3 dan 7 hanya tertangkap ikan belanak yang sebenarnya adalah jenis ikan pemakan detritus (serasah). Dengan pertimbangan bahwa ikan detritivora juga rentan terhadap pencemaran jika logam berat masuk ke perairan, maka ikan belanak pun memenuhi syarat untuk diuji. Analisis kandungan logam berat terhadap ikanikan diuji dilakukan di Laboratorium Kesehatan Lingkungan, Politeknik Kesehatan Tanjung Karang. Hasil analisis tersebut tertera pada Tabel 2. Gambar 1. Beberapa contoh ikan uji

B-32 Tabel 2. Kandungan logam berat pada beberapa ikan uji No. Jenis ikan Asal sample Kandungan logam berat (mg/kg) Hg Cd Cu Pb 1 Keting Pantai Sukaraja 0,002 0,008 0,030 0,023 2 Kerapu lodi Karang Maritim ttd 0,007 0,019 0,010 3 Belanak Gudang Agen ttd 0,006 0,025 0,012 4 Keting Puri Gading 1 ttd 0,008 0,040 0,025 5 Keting PPP Lempasing ttd 0,006 0,020 0,016 6 Jolot Puri Gading 2 ttd 0,010 0,025 0,019 7 Belanak Puri Gading 3 ttd 0,009 0,030 0,015 Batas Maksimum dalam Dirjen POM *) 0,5 --- 20,0 2,0 makanan (mg/kg) SNI **) 0,5 0,1 --- 0,4 Keterangan: ttd = tidak terdeteksi *) = Sesuai dengan SK Dirjen POM No.03725/B/SK/VII/89 tanggal 10 Juli 1989 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam dalam Makanan **) = Sesuai dengan SNI 01-2729.1-2006 Sebagian besar ikan-ikan uji mengandung logam berat Cd, Cu, dan Pb dengan konsentrasi yang bervariasi. Kandungan Hg hanya terdeteksi pada sample ikan keting yang berasal dari Pantai Sukaraja. Tidak terdeteksinya kandungan Hg pada beberapa sample, kecuali di Pantai Sukaraja, menunjukkan hasil yang tidak berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan Yudha (2007). Di sekitar perairan laut di depan lahan reklamasi PT BBS Hg terdeteksi dalam jumlah yang telah melebihi baku mutu. Sayangnya pada penelitian tersebut tidak dilakukan pengukuran sample air di Pantai Sukaraja. Namun lokasi Pantai Sukaraja sebenarnya tidak terlalu jauh dari perairan di sekitar lahan reklamasi PT BBS dan Pelabuhan Peti Kemas. Dari Tabel 1 terlihat keberadaan logam berat Hg pada ikan keting yang berasal dari Pantai Sukaraja masih berada di bawah batas maksimum cemaran logam berat dalam makanan untuk komoditas ikan, sesuai dengan SK Dirjen POM No.03725/B/SK/VII/89 dan SNI 01-2729.1-2006, yaitu 0,5 mg/kg. Kandungan Cd pada ikan uji yang berasal dari semua lokasi pengambilan sample menunjukan hasil antara 0,006-0,010 mg/kg. Ikan-ikan uji yang berasal dari Pantai Puri Gading mengandung Cd yang lebih tinggi dibandingkan dengan ikan uji yang berasal dari lokasi lainnya, yaitu antara 0,008-0,010. Nilai ini masih berada di bawah batas maksimum cemaran logam berat dalam makanan untuk komoditas ikan, sesuai dengan SNI 01-2729.1-2006, yaitu 0,1 mg/kg. Dari hasil penelitian Yudha (2007) memang telah diindikasikan bahwa di sekitar perairan pantai Puri Gading kandungan logam Cd telah melebihi baku mutu. Demikian juga di pantai sekitar lahan reklamasi PT BBS, Gudang Lelang, dan Pelabuhan Peti Kemas. Bahkan di perairan sekitar lahan reklamasi PT BBS kandungan Cd telah mencapai 0,026 ppm atau sekitar 26 kali lipat dari baku mutu yang ditetapkan. Ikan belanak yang tertangkap di sekitar perairan Gudang Agen (dekat dengan perairan lahan reklamasi PT BBS) juga terindikasi telah mengandung Cd dalam jumlah 0,006 mg/kg. Kandungan logam berat Cu yang diukur menunjukkan hasil yang lebih tingi dibandingkan kandungan Hg, Cd dan Pb, dan nilainya bervariasi antara 0,019-0,040 mg/kg. Kandungan Cu tertinggi terindikasi pada sample ikan yang berasal dari Pantai Sukaraja, pantai di sekitar Gudang Agen, dan Pantai Puri Gading. Namun demikian, nilainya masih di bawah batas maksimum cemaran logam berat dalam makanan untuk komoditas ikan, sesuai dengan SK Dirjen POM No.03725/B/SK/VII/89, yaitu 20 mg/kg. Dari hasil penelitian Yudha (2007) menunjukkan bahwa logam berat Cu terindikasi telah melebihi baku mutu di beberapa lokasi pengukuran dan konsentrasi terbesar terdapat di perairan Pantai Puri Gading yang nilainya sudah mencapai 3 kali lipat dari baku mutu yang ditetapkan. Kandungan Pb terindikasi pada seluruh sample ikan dan nilainya bervariasi antara 0,010-0,025 mg/kg. Kisaran nilai tersebut masih di bawah batas maksimum cemaran logam berat dalam makanan untuk komoditas ikan sesuai dengan SNI 01-2729.1-2006, yaitu 0,4 mg/kg. Walaupun berdasarkan hasil penelitian Yudha (2007) diketahui bahwa perairan pesisir Kota Bandar Lampung telah tercemar logam berat Hg, Pb, Cu, dan Cd dan di beberapa tempat konsentrasinya telah melebihi baku mutu yang ditetapkan, namun seluruh sample ikan tidak

B-33 menunjukkan kadar logam berat yang melebihi batas maksimum cemaran logam berat pada makanan. Menurut Connel dan Miller (1995) akumulasi logam berat dalam tubuh organisme tergantung pada konsentrasi logam berat dalam air/lingkungan, suhu, keadaan spesies dan aktivitas fisiologis. Ikan-ikan memiliki kemampuan untuk membuang bahan toksik yang masuk ke dalam tubuhnya melalui proses ekskresi. Organ yang berperan dalam proses ekskresi adalah ginjal. Ginjal berfungsi untuk filtrasi dan mengekskresikan bahan yang tidak dibutuhkan oleh tubuh, termasuk polutan seperti logam berat yang toksik, sehingga kandungan logam berat yang terakumulasi dalam tubuh ikan pun dapat dikurangi. Menyikapi fenomena hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa seluruh ikan yang diuji telah mengandung logam berat dalam jumlah yang relatif kecil, maka perlu kehati-hatian dan kewaspadaan para pihak (stakeholders). Hal ini disebabkan sifat toksisitas logam berat yang dapat terakumulasi dalam tubuh makhlu hidup. Berbeda dengan logam biasa, logam berat dapat menimbulkan efek-efek khusus dalam mahluk hidup. Menurut Palar (1994), secara umum bisa dikatakan bahwa semua logam berat dapat menjadi bahan pencemar yang akan meracuni tubuh mahluk hidup. Sebagai contoh logam air raksa, khrom, timbal, dan kadmium. Logam tersebut dapat mengumpul dalam tubuh suatu organisme dan tetap tinggal dalam tubuh dalam jangka waktu lama sebagai racun terakumulasi. Beberapa biota laut tertentu juga dapat mempertinggi pengaruh toksik berbagai unsur kimia tersebut karena memiliki kemampuan untuk mangakumulasi zat tersebut di tubuhnya jauh melebihi yang terkandung di perairan sekitarnya. Faktor-faktor lainnya yang cenderung membantu meningkatkan pengaruh unsur kimia terhadap sistem kehidupan adalah magnifikasi biologis. Pada situasi ini konsentrasi bahan kimia di tubuh jasad hidup meningkat dengan adanya perubahan tingkat trofik. Dari kenyataan bahwa unsur-unsur kimia tersebut tidak mengalami metabolisme di tubuh makhluk hidup, maka jumlah yang terakumulasi pada jaringan-jaringan tubuh semakin bertambah. Apabila beberapa individu tersebut dimangsa oleh karnivora dari tingkat trofik di atasnya, maka karnivora-karnivora tersebut akan mengandung unsur kimia yang berasal dari individu-individu terdahulu, sehingga konsentrasi unsur kimia tersebut akan meningkat di tubuhnya. Kesinambungan proses ini, apabila rantai makanan panjang, dapat menyebabkan tingkat konsentrasi yang cukup berarti pada karnivora puncak. Manusia juga sering mengkonsumsi biota laut yang sebagian besar berasal dari tingkat trofik tertinggi (Nybakken, 1992). Peristiwa Minimata merupakan salah satu contoh yang didokumentasikan dengan baik oleh Goldberg (1974) yang menggambarkan akibat pembuangan limbah industri yang mengandung Hg ke laut pada tahun 1930-an di Teluk Minimata. Melalui proses biomagnifikasi, ikan-ikan laut dan kerang mengakumulasi senyawa majemuk klorida metil merkuri beracun dalam konsentrasi tinggi. Ikan-ikan dan kerang ini dikonsumsi oleh penduduk di sekitar teluk. Kira-kira setelah 15 tahun sejak pembuangan Hg tersebut, terjadi keanehan mental dan cacat syaraf secara permanen yang dialami oleh penduduk setempat, terutama anak-anak. Keanehan mental tersebut dinamakan penyakit minimata yang didiagnosis sebagai akibat keracunan Hg pada tahun 1959. Oleh karena pencemaran logam berat merupakan salah satu permasalahan yang serius dan dapat menimbulkan bencana di masa depan, maka pemerintah Kota Bandar Lampung sebaiknya melakukan tindakan nyata untuk mencegah, atau setidak-tidaknya, mengurangi laju pencemaran tersebut. Pemerintah pun perlu melakukan pengujian logam berat pada biota laut secara berkala untuk memonitoring tingkat bahaya mengkonsumsi ikan-ikan laut yang tertangkap di wilayah pesisir Kota Bandar Lampung. Selanjutnya hasil monitoring tersebut harus disampaikan kepada publik secara transparan. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ikan-ikan uji yang berasal dari wilayah pesisir Kota Bandar Lampung mengandung logam berat Hg, Cu, Cd, dan Pb dalam jumlah yang relatif kecil dan masih berada di bawah batas maksimum bahan cemaran logam berat pada makanan untuk komoditas ikan segar. Walaupun memiliki kandungan logam berat yang berada di bawah batas maksimum, namun perlu kehati-hatian dalam menyikapi fenomena ini karena sifat logam berat yang dapat terakumulasi pada jaringan makhluk hidup, sehingga mengkonsumsi ikan yang mengandung logam berat meskipun dalam jumlah relatif kecil tidak disarankan.

B-34 DAFTAR PUSTAKA Connell, D.W. dan G.J. Miller. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran. Terjemahan Y. Koestoer. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Nybakken, W. J. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT Gramedia. Jakarta Palar, H. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta. Jakarta. Yudha, I.G. 2007. Kajian Pencemaran Logam Berat di Wilayah Pesisir Kota Bandar Lampung Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat. Universitas Lampung, September 2007. Bandar Lampung.