BAB I PENDAHULUAN. membayangkan mesti di dasarkan pada dua konsep hukum Mudhârabah dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENERAPAN SYARAT HASIL INVESTASI MINIMUM PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH UNTUK SEKTOR PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. hukum Islam. Pembentukan sistem ini berdasarkan adanya larangan dalam agama Islam untuk

s}ahibul ma>l. Yang digunakan untuk simpanan dengan jangka waktu 12 (dua belas)

Pada hakikatnya pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Bank. pemenuhan kebutuhan akan rumah yang disediakan oleh Bank Muamalat

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

MUD{A<RABAH DALAM FRANCHISE SISTEM SYARIAH PADA KANTOR

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pengertian dan Landasan Syariah Deposito ib Mudhrabah. penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu-waktu tertentu menurut

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. tata cara dan proses di dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Bank Syariah

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP DENDA YANG TIDAK UMMAT SIDOARJO. Keuangan Syariah dalam melakukan aktifitasnya yaitu, muraba>hah, ija>rah

BAB I PENDAHULUAN. lembaga tersebut mencakup bagian dari keseluruhan sistem sosial masyarakat

BAB I PEDAHULUAN. peluang terjadinya jual-beli dengan sistem kredit atau tidak tunai dalam

BAB II PRINSIP PRINSIP BAGI HASIL

MURA<BAH{AH BIL WAKA<LAH DENGAN PENERAPAN KWITANSI

BAB II PEMBIAYAAN MURABAHAH

BAB I PENDAHULUAN. Islam merupakan agama yang memiliki aturan-aturan untuk mengatur

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN SISTEM LOSS / PROFIT SHARING PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DI KOPERASI SERBA USAHA SEJAHTERA BERSAMA

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI TABUNGAN RENCANA MULTIGUNA DI PT. BANK SYARI AH BUKOPIN Tbk. CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS PENENTUAN NISBAH BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM DI BMT BINTORO MADANI DEMAK

BAB IV ANALISIS LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak bisa tidak harus terkait dengan persoalan akad

BAB I PENDAHULUAN. Islam belum mampu menjalankan syariat Islam secara total (kaffat) dalam

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN LETTER OF CREDIT PADA BANK MANDIRI SYARI AH

BAB I PENDAHULUAN. Sejak awal kelahiran nya, perbankan syariah yang dilandasi dengan dua

BAB I PENDAHULUAN. krisis moneter. Lebih dari itu, lembaga keuangan syariah ini diharapkan mampu membawa

BAB IV ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB IV. A. Analisis Hukum Islam terhadap Pasal 18 Ayat 2 Undang-Undang. memberikan pelayanan terhadap konsumen yang merasa dirugikan, maka dalam

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN BAGI HASIL DALAM PEMBIAYAAN MUSHA>RAKAH DI BMT AN-NUR REWWIN WARU SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur an dan Haadist Nabi SAW. atau dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam linguistik, analisa atau analisis adalah kajian yang

BAB IV PENERAPAN AKAD BAYʽ BITHAMAN AJIL DALAM PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA DI KOPONTREN NURUL HUDA BANYUATES SAMPANG MADURA

BAB III TRANSAKSI SERTIFIKAT INVESTASI MUD}A<RABAH ANTARBANK

BAB II LANDASAN TEORI. konsekuensi yang mengikutinya sebagai badan hukum.

BAB II LANDASAN TEORI. A. Konsep Akad Musyarakah dalam Fiqh Muamalah. tanggung jawab yang sama. Musyarakah bisa berbentuk mufawadhah atau

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan tingkat modal yang mencukupi, sehingga untuk menambah modal tersebut

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 Tabungan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dunia, sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw. Al-dunyā mażra ah al-akhirat

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil.

BAB I PENDAHULUAN. usaha prospektif namun padanya tidak memiliki permodalan berupa keuangan

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN BAGI HASIL MUDHARABAH PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DI KSPS BMT LOGAM MULIA

BAB IV METODE PERHITUNGAN BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BSM CABANG PEKALONGAN DITINJAU DARI FATWA DSN-MUI NO.

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Pembiayaan Mudharabah

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Nisbah ini mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh

BAB II PRODUK PENGHIMPUNAN DANA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

DANA TALANGAN H A J I. خفظ اهلل Oleh: Ustadz Dr. Erwandi Tirmidzi, MA. Publication: 1433 H_2012 M DANA TALANGAN HAJI

BAB I PENDAHULUAN. sebagai upaya kaum muslimin untuk mendasari segenap aspek kehidupan. ekonominya berlandaskan Al-Quran dan As-Sunnah.

BAB II LANDASAN TEORI. A. Konsep Akad Bai Bitsaman Ajil dalam Fiqh Muamalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul maal wat tamwil

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PEMBIAYAAN MUD}A<RABAH BMT BINA UMMAT SEJAHTERA CABANG TUBAN

BAB II LANDASAN TEORI. yang disepakati. Dalam Murabahah, penjual harus memberi tahu harga pokok

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK MURA>BAH}AH PROGRAM PEMBIAYAAN USAHA SYARIAH (PUSYAR) (UMKM) dan Industri Kecil Menengah (IKM)

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. ANALISIS PENERAPAN SISTEM BAGI HASIL PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI KJKS CEMERLANG WELERI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dengan keuntungan yang disepakati antara pihak bank dan nasabah, dalam

BAB I PENDAHULUAN. Di samping itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukarkan uang,

BAB I PENDAHULUAN. tempat tinggal untuk berteduh dan berlindung, yakni rumah. Rumah adalah surga

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Penetapan Sistem Bagi Hasil Akad Mudharabah dalam Kegiatan Pertanian

BAB III TINJAUAN UMUM AQAD MURABAHAH DALAM FIQH MUAMALAH. Kata aqad dalam kamus bahasa arab berasal dari kata ع ق د - ی ع ق د - ع ق د ا yakni

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV. Sejalan dengan tujuan dari berdirinya Pegadaian Syariah yang berkomitmen

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KETENTUAN PEMBIAYAAN KREDIT SINDIKASI

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN UANG MUKA. Secara bahasa, murābahah berasal dari kata ar-ribhu ( الر بح ) yang

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

BAB I PENDAHULUAN. pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa pembayaran serta peredaran uang

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial

BAB IV ANALISIS WADI< AH MUD{A>RABAH TERHADAP BONUS HAJI GRATIS PADA PT. ANUGERAH NUR NABAWI JOMBANG

Contoh Penghitungan Murabahah (Hipotesis)

BAB III TEORI PEMBIAYAAN MURABAHAH

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologi mudharabah berasal dari akar kata dharb (,(ضرب yang

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MUDHARABAH. dimana pihak pertama bertindak sebagai pemilik dana (shahibul mal)

BAB IV ANALISIS METODE ISTINBA<T} HUKUM FATWA MUI TENTANG JUAL BELI EMAS SECARA TIDAK TUNAI

Pertemuan Minggu IX : Pembiayaan Syariah

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN KOMISI KEPADA AGEN PADA PRULINK SYARIAH DI PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE NGAGEL SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH DENGAN SISTEM KELOMPOK DI BMT KUBE SEJAHTERA KRIAN SIDOARJO

BAB II KAJIAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu Siti Masniah (2007) Siti Masniah dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pembiayaan

PERHITUNGAN BAGI HASIL DAN PENANGANAN PENCAIRAN DEPOSITO MUDHARABAH PADA BPR SYARIAH AMANAH UMMAH

PRODUK PEMBIAYAAN BERBASIS BAGI HASIL

BAB I PENDAHULUAN. berinvestasi dalam usaha-usaha yang berkaitan dengan media dan barang yang tidak

BAB III TINJAUAN TENTANG IMPLEMENTASI SIMPANAN MUDHARABAH BERJANGKA (DEPOSITO)

BAB I PENDAHULUAN. syariah dianggap sangat penting khususnya dalam pengembangan sistem ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti perbankan, reksadana, dan takaful. 1. Banking System, atau sistem perbankan ganda, di Indonesia.

SYARIAH ASSURANCE ACCOUNT DI PT. PRUDENTIAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar syariah seringkali dikatakan sebagai pasar yang bersifat

BAB IV FATWA DSN NO. 02/DSN-MUI/IV/2000 TENTANG TABUNGAN. A. Fatwa DSN NO. 02/DSN-MUI/IV/2000 tentang Tabungan

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA. Pada bagian ini penulis akan menguraikan tentang data-data yang di

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan-kegiatan investasi Bank Islam oleh para teoritis Perbankan Islam membayangkan mesti di dasarkan pada dua konsep hukum Mudhârabah dan Musyarakah, atau yang dikenal dengan istilah Profit and Loss Sharing (PLS). Mereka berpendapat bahwa Bank Islam akan menyediakan sumber-sumber pembiayaan yang luas kepada para peminjam dengan prinsip berbagi-risiko, tidak seperti pembiayaan berbasis bunga dimana peminjamnya menanggung semua risiko. ( Edi Wibowo,2005:33 ). Profit sharing menurut etimologi Indonesia adalah bagi keuntungan. Dalam kamus ekonomi diartikan pembagian laba. Profit secara istilah adalah perbedaan yang timbul ketika total pendapatan (total revenue) suatu perusahaan lebih besar dari biaya total (total cost). Didalam istilah lain profit sharing adalah perhitungan bagi hasil didasarkan kepada hasil bersih dari total pendapatan setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Pada Perbankan Syariah istilah yang sering dipakai adalah profit and loss sharing, hal ini dapat diartikan sebagai pembagian antara untung dan rugi dari pendapatan yang diterima atas hasil usaha yang telah dilakukan. Sistem profit and loss sharing dalam pelaksanaannya merupakan bentuk dari perjanjian kerjasama antara pemodal (investor) dan pengelola modal (entrepreneur) dalam menjalankan kegiatan usaha ekonomi, dimana diantara keduanya akan terikat kontrak bahwa di dalam usaha tersebut jika mendapat keuntungan akan dibagi kedua pihak sesuai nisbah kesepakatan di awal perjanjian, 1

2 dan begitu pula bila usaha mengalami kerugian akan ditanggung bersama sesuai porsi masing-masing. Kerugian bagi pemodal tidak mendapatkan kembali modal investasinya secara utuh ataupun keseluruhan, dan bagi pengelola modal tidak mendapatkan upah/hasil dari jerih payahnya atas kerja yang telah dilakukannya. BPRS Harta Insan Karimah menawarkan berbagai produk penghimpunan dana dan juga penyaluran dana. Dalam penghimpunan dana BPRS HIK menawarkan produk dalam bentuk tabungan dan deposito. Sedangkan dalam penyaluran dana menawarkan produk pembiayaan konsumtif dan pembiayaan produktif serta modal kerja dengan prinsip akad murabahah dan mudhârabah. Produk pembiayaan yang ditawarkan oleh BPRS HIK salah satunya adalah produk pembiayaan al-mudhârabah. Al-Mudhârabah adalah akad kerjasama usaha antara dua belah pihak dimana pihak pertama (shahibul mâl) menyediakan seluruh dana (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. (Muhammad Syafi i Antonio,2001:95). Fenomena yang terjadi di BPRS HIK Cabang Cikarang, bahwa dalam pelaksaan akad pembiayaan Al-Mudhârabah seringkali terjadi ketidaksesuaian antara teori dengan praktek, dimana dalam menyampaikan produk penyaluran dana di antaranya adalah produk dengan akad Al-Mudhârabah di dalam prakteknya nasabah tidak mengerti dengan akad-akad yang terjadi di perbankan syariah, yang terpenting buat nasabah adalah mendapatkan pinjaman uang dengan jumlah yang diinginkan untuk pengadaan suatu proyek atau usaha tertentu.

3 Berdasarkan studi pendahuluan dan wawancara dengan Bapak Solahudin staf administrasi pembiayaan yang dilakukan selama berada di BPRS HIK, penulis mendapatkan suatu hal yang janggal yang menyimpang dengan teori yang selama ini dipelajari yaitu dalam penyaluran dana kepada nasabah untuk pembiayaan suatu proyek atau usaha dengan menggunakan akad Al-Mudhârabah, karena dalam pembiayaan Al-Mudhârabah keuntungan bank di dapatkan dari bagi hasil suatu proyek atau usaha maka di dalam akad akan dicantumkan nisbah bagi hasil antara bank dengan nasabah. Nisbah keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk persentase antara kedua belah pihak, bukan dinyatakan dalam nilai nominal Rp tertentu. Jadi nisbah keuntungan itu misalnya adalah 50:50, 70:30, atau 60:40, atau bahkan 99:1. Nisbah keuntungan ditentukan berdasarkan kesepakatan, bukan berdasarkan porsi setoran modal, tentu dapat saja bila disepakati ditentukan nisbah keuntungan sebesar porsi modal. Nisbah keuntungan tidak boleh dinyatakan dalam bentuk nominal Rp tertentu, misalnya shahibul mall mendapat Rp 50.000,00, mudharib mendapat Rp 50.000,00. (Adiwarman A Karim,2006:206). Sebagai contoh nasabah mengajukan pembiayaan dengan akad bagi hasil Al-Mudhârabah untuk suatu proyek sebesar Rp 10.000.000,- jangka waktu 10 bulan, dan nisbah bagi hasilnya adalah 20% pihak bank dan 80% pihak nasabah. Jika pada bulan ke-1 setelah tanggal pencairan nasabah mendapat keuntungan sebesar Rp 4.000.000,- maka kewajiban yang harus dilakukan nasabah tersebut ke bank pada bulan ke-1 adalah: Pokok : Rp 1.000.000,- (Rp 10.000.000,- /10 Bulan). Bagi hasil : Rp 800.000,- (Rp 4.000.000,- x 20%). Jumlah angsuran : Rp 1.800.000,-

4 Jadi jumlah angsuran yang harus dikembalikan oleh nasabah kepada bank pada bulan pertama sebesar Rp 1.800.000,- tetapi untuk bulan berikutnya belum tentu nasabah mengembalikan angsurannya sebesar Rp 1.800.000,- karena keuntungan yang diperoleh nasabah tidak selamanya sebesar Rp 4.000.000,- kadang mengalami kenaikan kadang juga mengalami penurunan. Dalam studi pendahuluan dan wawancara dengan Bapak Solahudin bagian staf administrasi pembiayaan di BPRS HIK Cabang Cikarang, bahwa dalam pelaksanaan bagi hasilnya telah ditentukan proyeksi keuntungan bagi bank dan juga nasabah. Ketika nasabah akan mengajukan permohonan pembiayaan untuk membiayai suatu proyek sebesar Rp 10.000.000,- dalam jangka waktu 3 bulan. Dengan nisbah bagi hasil 80:20, artinya 80% untuk pihak nasabah dan 20% untuk pihak bank, proyeksi keuntungan Rp 5.600.000,-, sehingga keuntungan untuk nasabah sebesar Rp 4.480.000,-, dan keuntungan untuk pihak bank sebesar Rp 1.120.000. Setelah diketahui besarnya proyeksi keuntungan dan bagi hasil yang telah terbagi diantara kedua belah pihak maka dalam cicilan nasabah ke bank bersifat flat dengan menggunakan sistem groce periode yaitu: No Bulan ke Angsuran Pokok Bagi hasil 1 1 - Rp 373.000,- 2 2 - Rp 373.000,- 3 3 Rp 10.000.000,- Rp 10.373.000,- Sumber : diolah peneliti di sesuaikan doc dari PT BPRS HIK Cabang Cikarang Dengan ditentukannya proyeksi keuntungan di BPRS HIK, ini akan berpengaruh terhadap angsuran perbulannya dipastikan akan selamanya bersifat

5 flat, padahal pada kenyataannya tidak seperti itu karena keuntungan yang diperoleh oleh nasabah dalam suatu usaha atau pun proyek akan bersifat fluktuatif, maka untuk angsuran pengembalian ke bank pun tidak selamanya bersifat flat tetapi dipengaruhi oleh besar kecilnya keuntungan yang diperoleh. Setelah permohonan pembiayaan dengan akad Al-Mudhârabah dicairkan, maka kewajiban yang harus dipenuhi oleh nasabah adalah: plafon pembiayaan sebesar Rp 10.000.000,- dalam jangka waktu 3 bulan, nisbah bagi hasil 20% untuk bank dan 80% untuk nasabah dengan proyeksi keuntungan Rp 5.600.000,-, angsuran bulanan dari bagi hasil untuk bank adalah sebesar Rp 373.000,- dan angsuran jatuh tempo sebesar Rp 10.000.000,-, biaya administrasi Rp 150.000,-, biaya materai Rp 18.000,-, dan asuransi sebesar Rp 12.000,-. B. Rumusan Masalah Masalah penelitian ini adalah sistem bagi hasil dengan proyeksi keuntungan ditentukan di awal akad dengan angsuran bersifat flat di BPRS Harta Insan Karimah Cabang Cikarang. Dari masalah ini dapat ditarik beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan pembiayaan akad Mudhârabah di BPRS Harta Insan Karimah Cabang Cikarang? 2. Bagaimana cara penentuan bagi hasil dalam akad pembiayaan Mudhârabah di BPRS Harta Insan Karimah Cabang Cikarang? 3. Bagaimana Harmonisasi antara Fatwa DSN No 07/DSN-MUI/IV/2000 terhadap penentuan bagi hasil Mudhârabah dengan proyeksi keuntungan yang ditentukan di awal akad di BPRS Harta Insan Karimah Cabang Cikarang?

6 C. Tujuan Penelitian Sejalan dengan masalah yang telah di rumuskan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pelaksanaan pembiayaan akad Mudhârabah di BPRS Harta Insan Karimah Cabang Cikarang. 2. Untuk mengetahui cara penentuan bagi hasil dalam akad pembiayaan Mudhârabah di BPRS Harta Insan Karimah Cabang Cikarang. 3. Untuk mengetahui Harmonisasi antara Fatwa DSN No 07/DSN-MUI/IV/2000 terhadap penentuan bagi hasil Mudhârabah dengan proyeksi keuntungan yang ditentukan di awal akad di BPRS Harta Insan Karimah Cabang Cikarang. D. Kerangka Berfikir Produk pembiayaan mudhârabah merupakan transaksi yang bersifat investasi dalam rangka penyediaan modal usaha untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan bersama antara bank dan nasabah (Rachmadi Usman,2009:209). Selain itu produk pembiayaan mudhârabah merupakan salah satu kegiatan usaha yang dilakukan oleh Bank Umum Syariah. Sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, yakni UU No 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah pasal 19 ayat 1 poin (c) yang berbunyi: kegiatan usaha bank umum syariah meliputi: menyalurkan pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad mudharabah, akad musyarakah, atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah (Undang-Undang Republik Indonesia No 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah:2009).

7 Menurut Atang Abd.Hakim (2011:222) makna akad mudhârabah dalam penyaluran dana atau pembiayaan ialah kerjasama suatu usaha antara pihak pertama (malik, shahib al-mal, atau bank syariah) yang menyediakan seluruh modal dan pihak kedua ( amil, mudhârib, atau nasabah) yang selaku pengelola dana dengan membagi keuntungan usaha sesuai kesepakatan yang dituangkan dalam akad, sedangkan kerugian ditanggung sepenuhnya oleh bank syariah kecuali jika pihak kedua melakukan kesalahan yang disengaja, lalai atau menyalahi perjanjian. Mudhârabah adalah akad antara pemilik modal (harta) dengan mengelola modal tersebut, dengan syarat bahwa keuntungan diperoleh dua belah pihak sesuai jumlah kesepakatan (Hendi Suhendi,2002:138). Menurut Syafi i Antonio (2001:97) yang dimaksud dengan transaksi mudhârabah adalah bentuk kerjasama antara shahibul mâl dan mudhârib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis. Secara teknis, mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua belah pihak, dimana pihak pertama bertindak sebagai pemilik dana (shahibul mâl) yang menyediakan seluruh modal (100%), sedangkan pihak lainnya sebagai pengelola usaha (mudhârib). Keuntungan usaha yang didapat dari akad mudhârabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, dan biasanya dalam bentuk nisbah (prosentase). Jika usaha yang dijalankan mengalami kerugian, kerugian ditanggung oleh shahibul mâl sepanjang kerugian itu bukan akibat kelalaian mudhârib. Sedangkan mudhârib menanggung kerugian atas upaya, jerih payah, dan waktu yang telah dilakukan untuk menjalankan usaha. Namun, jika kerugian itu diakibatkan karena kelalaian mudhârib, mudhârib harus bertanggung jawab

8 atas kerugian tersebut. Bagi bank/lks secara umum pembiayaan mudhârabah ini merupakan produk penyaluran dana bank/lks (rupiah dan valuta asing) untuk membantu usaha nasabah melalui penyediaan modal usaha. Sebagai kompensasinya bank/lks memperoleh bagi hasil. Sementara itu, manfaat utama bagi nasabah adalah penggunaan pembiayaan mudhârabah untuk memenuhi kebutuhan permodalan usaha nasabah. Selain dipergunakan untuk pembiayaan modal kerja, secara umum pembiayaan mudhârabah digunakan untuk pembelian barang investasi dan pembiayaan proyek. (Rachmadi Usmani,2009:210). Skema 1.1 Pembiayaan Mudhârabah Sumber: Wirdyaningsih, 2005: 123

9 1. Al-Qur an Landasan syariah yang berkaitan dengan akad mudhârabah adalah: a. Q.S Al-Muzammil [73] : 20.... Artinya:.dan dari orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia allah. (Fadhal AR Bafadhal dkk,2005:575). b. Q.S Al-Baqarah [2] : 283.... Artinya: maka, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah Tuhannya. (Fadhal AR Bafadhal dkk,2005:49). c. Al-Hadits ح د ث ن ا ا ح ل س ن بن ع ل ي ا ح ل ال ل ث ن ا ب ش ر ب ح ن ث اب ت احلب ز ار ث ن ا ن ص ر ب ح ن احلق اس م ع ح ن ع ب ح د الر ح ح ن ع ب ح د الر ح ي ح م ب ح ن د او د ع ح ن ص ال ح ب ح ن ص ه ي ح ب ع ح ن ا ب ي ح و ق ال : ق ال ر س ح ول اهلل ص ل ى اهلل ع ل ي ح و و س ل م ث ث ال ث ف ي ح ه ن ا لحب ر ك ة احلب ي ح ع ا ل ا ج ل و الحم ق ار ض ة و ا حخال ط احل ب ب الش ع ح ي ل لحب ي ح ت ال ل لحب ي ح ع ب اب م ال لر ج ل م ح ن م ال و ل د ه. Telah disampaikan kepada kami Hasan bin Ali al-khilal disampaikan Basyar bin Tsabit al-bazar disampaikan Nashir bin al-qasim dari Abdurahman Abdurrahim dari Daud dari Shalil dari Shuhaib dari Bapaknya berkata: Rasulullah SAW. Bersabda: Tiga hal yang didalamnya ada berkah adalah jual beli bertempo, ber-qiradl (memberikan modal kepada seseorang hasil dibagi dua) dan mencampur gandum dengan sya ir untuk makanan dirumah, bukan untuk dijual. (Sunan Ibnu Majah No.2289 Bab al-syirkah wal Mudhârabah)

10 Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 07/DSN-MUI/IV/2000 bahwa Keuntungan mudhârabah adalah jumlah yang didapat sebagai kelebihan dari modal. Syarat keuntungan berikut ini harus dipenuhi: a. Harus diperuntukkan bagi kedua pihak dan tidak boleh disyaratkan hanya untuk satu pihak. b. Bagian keuntungan proporsional bagi setiap pihak harus diketahui dan dinyatakan pada waktu kontrak disepakati dan harus dalam bentuk prosentasi (nisbah) dari keuntungan sesuai kesepakatan. Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan. c. Penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari mudhârabah, dan pengelola tidak boleh menanggung kerugian apapun kecuali diakibatkan dari kesalahan disengaja, kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan. Kontrak pembiayaan mudhârabah di BPRS Harta Insan Karimah, bahwa dalam proses untuk menentukan keuntungan bagi hasil suatu proyek atau usaha yang dibiayai sudah ditentukannya proyeksi keuntungan sebelum proyek atau usaha tersebut dikerjakan oleh nasabah sehingga bagi hasil yang didapat oleh kedua belah pihak tersebut bukanlah hasil dari keuntungan yang murni tapi dari proses proyeksi yang telah di tentukan diawal akad, ini sangatlah bertentangan dengan Fatwa DSN tersebut di atas karena di dalam Fatwa DSN No 07/DSN- MUI/IV/2000 tidak menentukan bagi hasil yang berasal dari proyeksi keuntungan untuk pembiayaan mudhârabah, tetapi bagi hasil yang berasal dari keuntungan usaha atau proyek yang telah dikerjakan oleh nasabah. Dengan pernyataanpernyataan tersebut selanjutnya dapat memberi gambaran yang diharapkan akan membantu dalam menjawab permasalahan-permasalahan dalam penelitian ini.

11 E. Langkah-langkah Penelitian 1. Metode Penelitian Dalam menentukan metode penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriftif, dimana penelitian ini menggambarkan tentang permasalahan sistem bagi hasil dengan penentuan proyeksi keuntungan yang ditentukan diawal akad dengan angsuran yang bersifat flat. Selain itu, tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat pecandraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. ( Sumardi Suryabrata,1998:18 ). Metode deskriptif ini memaparkan pelaksanaan yang sebenarnya terjadi di BPRS Harta Insan Karimah Cabang Cikarang tentang akad al-mudhârabah dalam sistem bagi hasil. 2. Sumber Data Yang menjadi sumber penelitian dalam memperoleh data yang berhubungan dengan permasalahan di atas adalah: a. Sumber data primer Data diperoleh secara langsung dari sumber yang bersangkutan, melalui metode wawancara dengan bagian staf admin pembiayaan BPRS Harta Insan Karimah Cabang Cikarang yaitu Bapak Solahudin di Jl. RE Martadinata No. 1-D Karang Baru Cikarang Utara Bekasi. b. Sumber data sekunder Merupakan data penunjang yang berkaitan dengan penelitian seperti referensi buku, skripsi, catatan perkuliahan, internet, dan sebagainya.

12 3. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti kondisi objek yang alamiah. Dimana sekumpulan data yang diperoleh dari penelitian merupakan jawaban atas setiap pertanyaan yang diajukan terhadap masalah yang diidentifikasi pada tujuan yang telah ditetapkan. Penulis menulis masalah yang akan di bahas dalam skripsi ini yaitu sistem bagi hasil dengan proyeksi keuntungan ditentukan di awal akad dengan angsuran bersifat flat di BPRS Harta Insan Karimah Cabang Cikarang. 4. Teknik Pengumpulan Data a. Survei Merupakan kegiatan penelitian yang mengumpulkan data pada saat tertentu dengan tiga tujuan penting yaitu: (1) mendeskripsikan keadaan alami yang hidup saat itu; (2) mengidentifikasi secara terukur keadaan sekarang untuk dibandingkan; (3) menentukan hubungan sesuatu yang hidup diantara kejadian spesifik. Penulis melakukan survei langsung ke lokasi penelitian yang bertempat di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah Cabang Cikarang, untuk mendapatkan gambaran secara nyata dari objek yang diteliti, dan untuk mendeskripsikan dan mengeksplanasikan fakta dari objek yang diteliti. b. Wawancara Yaitu digunakan sebagai teknik pengumpulan data dan apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan masalah yang diteliti. Adapun wawancara ini dengan melakukan tanya jawab dengan para pihak yang

13 terkait diantaranya dengan staf admin pembiayaan dan staf marketing Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah Cabang Cikarang. c. Studi kepustakaan Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari sejumlah referensi kepustakaan sampai pada tahap menganalisis materi bacaan dalam kategori ilmu ekonomi Islam, yang dipilih sedemikian rupa berdasarkan perhitungan relevansi dan kebaruan bahan-bahan bacaan tadi. 5. Analisis Data Analisa data merupakan penguraian data melalui tahapan kategorisasi dan klasifikasi, perbandingan dan pencarian hubungan antar data yang secara spesifik tentang kualitatif, seluruh data terkumpul dari data primer dan data sekunder, dianalisis dengan pendekatan rasional. Setelah data-data yang diperlukan terkumpul, maka langkah selanjutnya mengelola dan menganalisis data tersebut. Analisis data tersebut dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut: a. Mengumpulkan data, langkah ini dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi tentang pelaksanaan akad dan penentuan sistem bagi hasil; b. Mengklasifikasikan data yang telah terkumpul, adapun tahapan ini adalah mengklasifikasikan data dalam satuan-satuan sesuai dengan masalah yang diteliti; c. Menafsirkan data yang terpilih dengan menggunakan kerangka pemikiran; d. Menarik kesimpulan tertentu sesuai dengan perumusan masalah yang telah ditentukan.