PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 97/M-IND/PER/8/2010 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 140/M-IND/PER/10/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 100/M-IND/PER/8/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 139/M-IND/PER/10/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI SUMATERA SELATAN

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 93/M-IND/PER/8/2010

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 98/M-IND/PER/8/2010 TENTANG

pengembangan kompetensi inti industri Kabupaten Kuningan; bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 3 ayat (2\

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2OO5-2O25 (Lembaran Negara Republik. 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2OO7 tentang

VI. KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN RUMPUT LAUT

POTENSI DAN PELUANG EKSPOR PRODUK PERKEBUNAN UNGGULAN DI SULAWESI SELATAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indon

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,

2 Mengingat : 1. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Ta

ROADMAP PENGEMBANGAN INDUSTRI KAKAO

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambaha

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA Peringatan Hari Kakao Indonesia (Cocoa Day) ke 3 Tanggal September 2015 di Ambarukmo Plaza, Yogyakarta

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013

Jakarta, 17 Februari 2010

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/M-IND/PER/2/2010 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERIAN BANTUAN PERALATAN DAN ATAU MESIN

BOX UMKM : PERKEMBANGAN PEMBIAYAAN KOMODITAS 'GERBANG EMAS' OLEH PERBANKAN SULAWESI SELATAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 128/KEPMEN-KP/2015 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA - SALINAN SALINAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105/Permentan/PD.300/8/2014 TENTANG

LAMPIRAN USULAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA TAHUN 2015

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,

2 Industri Kecil dan Industri Menengah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia T

2017, No Republik Indonesia Nomor 5492); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun 2015 tentang Izin Usaha Industri (Lembaran Negara Republik In

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG USAHA BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Belanja ( x Rp ) 28,459,972, ,459,972, ,351,299,600 A PELAYANAN ADMINISTRASI PERKANTORAN

2016, No Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 107/M-IND/ PER/11/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian (Berita N

Kabupaten Pekalongan telah menyusun peta panduan pengembangan kompetensi inti industri Kabupaten Pekalongan;

STRATEGI DAN KESIAPAN SEKTOR INDUSTRI DAN PERDAGANGAN SULAWESI SELATAN MENGHADAPI AEC 2015

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 127/KEPMEN-KP/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG USAHA BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TENGAH

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERKEBUNAN PROVINSI PAPUA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 60/Permentan/HK.060/8/2007 TENTANG UNIT PERCEPATAN PENCAPAIAN SWASEMBADA DAGING SAPI TAHUN 2010

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 33/M-IND/Kep/1/2012 TENTANG TIM PERTIMBANGAN PELAYANAN INFORMASI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No.9 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebaga

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Bidang Industri dalam rangka Pelayanan Terpadu Satu Pintu kepada Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahu

V. KEBIJAKAN DAN PROGRAM PENGEMBANGAN

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG USAHA BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 72/Permentan/OT.140/10/2011 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2OO5-2O25 (Lembaran Negara Republik. Mengingat : Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2OO7 tentang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT,

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun1992 Nomor

RINGKASAN EKSEKUTIF

2 Pengawasan Standar Nasional Indonesia (SNI) Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) Secara Wajib; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Per

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. LKPJ Gubernur Sulawesi Selatan Tahun

pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Selain itu, oleh sektor

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Budidaya. Izin Usaha.

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA KACA LEMBARAN SECARA WAJIB

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Kewenangan. Izin. Pelayanan Terpadu Satu Pintu.

SAMBUTAN PENJABAT GUBERNUR SULAWESI TENGAH PADA ACARA PEMBUKAAN TEMU BISNIS PENGEMBANGAN INDUSTRI KAKAO SULAWESI TENGAH SENIN, 18 APRIL 2011

VII. KINERJA LEMBAGA PENUNJANG PEMASARAN DAN KEBIJAKAN PEMASARAN RUMPUT LAUT. menjalankan kegiatan budidaya rumput laut. Dengan demikian mereka dapat

2 Penilaian Kesesuaian Dalam Rangka Pemberlakuan dan Pengawasan Standar Nasional Indonesia (SNI) Pupuk Anorganik Majemuk Secara Wajib; Mengingat : 1.

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.09/MEN/2002 TENTANG INTENSIFIKASI PEMBUDIDAYAAN IKAN

Vol. Sat. Keu (Rp x 1,000) Keu (Rp x 1,000) Vol Sat. %

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RENCANA AKSI KEBIJAKAN KELAUTAN INDONESIA

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.179, 2009 DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. Badan Pengusaha. Pelabuhan Bebas.

PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN TEMANGGUNG

Transkripsi:

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 97/M-IND/PER/8/2010 TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI SULAWESI SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 3 ayat (1) huruf a Peraturan Presiden RI Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan telah menyusun Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Industri Unggulan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2010 2014; b. bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 3 ayat (2) Peraturan Presiden RI Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, perlu menetapkan Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Industri Unggulan Provinsi sebagaimana dimaksud dalam huruf a; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf b perlu dikeluarkan Peraturan Menteri Perindustrian; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3274); 2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 46 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3478); 3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4411); 4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

2 Peraturan Menteri Perindustrian RI Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 5. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073); 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 8. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1986 tentang Kewenangan Pengaturan, Pembinaan dan Pengembangan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3330); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4987); 12. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional; 13. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara; 14. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2010

Peraturan Menteri Perindustrian RI tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara; 15. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 84/P Tahun 2009 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II Periode Tahun 2009-2014; 16. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 01/M-IND/PER/3/ 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perindustrian; 17. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 113/M- IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan Pengembangan Klaster Industri Kakao; 18. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 120/M- IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Ikan; 19. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 52/M-IND/PER/4/2010 tentang Kedudukan dan Tugas Pejabat Kementerian Perindustrian Dalam Masa Peralihan Struktur Organisasi; Memperhatikan : Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 57 Tahun 2009 tentang Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI SULAWESI SELATAN. Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Industri Unggulan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2010-2014 selanjutnya disebut Peta Panduan adalah dokumen perencanaan pengembangan industri Provinsi Sulawesi Selatan yang memuat sasaran, strategi dan rencana aksi pengembangan industri unggulan Provinsi Sulawesi Selatan untuk periode 5 (lima) tahun. 2. Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia yang selanjutnya disebut KBLI adalah pengelompokan kegiatan ekonomi ke dalam klasifikasi usaha. 3. Pemangku Kepentingan adalah Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, swasta, perguruan tinggi dan lembaga penelitian dan pengembangan serta 3

lembaga kemasyarakatan lain. Peraturan Menteri Perindustrian RI 4. Menteri adalah Menteri yang menangani urusan pemerintahan di bidang perindustrian. Pasal 2 (1). Industri Unggulan Provinsi Sulawesi Selatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 terdiri dari: a. Industri Pengolahan Kakao yang meliputi: 1. Industri kakao fermentasi, industri bubuk coklat dan industri pasta coklat (KBLI 10731), dan 2. Industri makanan dari coklat dan industri kembang gula (KBLI 10732). b. Industri Pengolahan Rumput Laut, yang meliputi : 1. Industri pengalengan ikan dan biota air lainnya (KBLI 10221); 2. Industri penggaraman/pengeringan biota air lainnya (KBLI 10291); 3. Industri pengolahan pengawetan lainnya biota air lainnya (KBLI 10299). (2) Peta Panduan industri unggulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini. (3) Peta Panduan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan: a. pedoman operasional bagi Aparatur Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dalam menunjang pelaksanaan program pengembangan industri unggulan provinsi secara komplementer dan sinergik; b. pedoman pengembangan industri unggulan provinsi bagi pelaku industri pengolahan kakao dan rumput laut oleh pengusaha dan atau institusi terkait; c. pedoman dalam mengkoordinasikan perencanaan kegiatan pengembangan industri unggulan provinsi, antar sektor, antar instansi terkait di pusat dan daerah (provinsi dan kabupaten/kota); d. acuan dalam penyusunan Rencana Strategis dan Rencana 4

Peraturan Menteri Perindustrian RI Kerja Tahunan Provinsi dalam periode 2010-2014; dan e. informasi dalam menggalang dukungan sosial politis dan kontrol sosial atas pelaksanaan kebijakan pengembangan industri unggulan provinsi. Pasal 3 (1). Rencana aksi pengembangan industri unggulan Provinsi Sulawesi Selatan dilaksanakan sesuai dengan Peta Panduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2). (2). Pelaksanaan rencana aksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pemangku Kepentingan. Pasal 4 Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan harus membuat laporan kinerja semesteran kepada Menteri atas pelaksanaan rencana aksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2), dengan tembusan kepada Menteri Dalam Negeri dan menteri terkait. Pasal 5 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 30 Agustus 2010 MENTERI PERINDUSTRIAN RI MOHAMAD S. HIDAYAT TEMBUSAN Peraturan Menteri ini disampaikan kepada : 1. Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II; 2. Eselon I di lingkungan Kementerian Perindustrian; 3. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sulawesi Selatan; 4. Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan; 5. Bupati/Walikota di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan; 6. Kepala Biro Hukum dan Organisasi Kementerian Perindustrian; 7. Pertinggal. 5

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI NOMOR : 97/M-IND/PER/8/2010 TANGGAL : 30 Agustus 2010 PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI SULAWESI SELATAN I II PENDAHULUAN INDUSTRI PENGOLAHAN KAKAO 1. Sasaran Pengembangan 2. Strategi Pengembangan 3. Kerangka Pengembangan 4. Rencana Aksi III INDUSTRI PENGOLAHAN RUMPUT LAUT 1. Sasaran Pengembangan 2. Strategi Pengembangan 3. Kerangka Pengembangan 4. Rencana Aksi MENTERI PERINDUSTRIAN RI MOHAMAD S. HIDAYAT

PETA PANDUAN PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI SULAWESI SELATAN I. PENDAHULUAN Provinsi Sulawesi Selatan menentukan industri pengolahan kakao dan rumput laut sebagai industri unggulannya didasarkan atas pertimbangan hasil analisa terhadap kondisi dan potensi ekonomi daerah dan potensi pengembangan lima tahun ke depan serta keterkaitannya dengan industri penunjang, industri terkait dan industri di provinsi lain. Dalam rangka mengembangkan industri unggulan tersebut, disusun Peta Panduan Pengembangan Industri Unggulan Provinsi tahun 2010-2014, yang memaparkan sasaran pengembangan yang ingin dicapai, strategi pengembangan serta rencana aksinya. II. INDUSTRI PENGOLAHAN KAKAO 1. Sasaran Pengembangan Sasaran Jangka Menengah (2010 2014) a. Meningkatnya utilisasi kapasitas industri kakao dari 50% menjadi 70%; b. Meningkatkan mutu biji kakao yang dijual petani dari unfermented bean menjadi fermented bean; c. Meningkatnya investasi di bidang industri pengolahan cokelat; d. Meningkatnya konsumsi cokelat penduduk Indonesia (saat ini hanya 1 gram/orang/tahun); dan e. Meningkatnya ekspor sekitar 6% pertahun.

Sasaran Jangka Panjang (2015 2025) Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI a. Meningkatnya jumlah industri cokelat olahan dari 28 unit menjadi 30 unit; b. Meningkatnya jumlah industri kakao olahan dari 11 unit menjadi 13 unit; c. Meningkatnya utilitasi kapasitas industri kakao dari 70% sampai 90%; dan d. Meningkatnya nilai ekspor sekitar 8%. 2. Strategi Pengembangan a. Peningkatan kualitas biji kakao dari unfermented beans menjadi fermented beans; b. Penguasaan teknologi pengolahan cokelat kualitas tinggi; c. Diversifikasi produk cokelat ke arah yang memiliki nilai tambah tinggi; d. Adanya jaminan pasokan bahan baku cokelat untuk industri dalam negeri. 3. Kerangka Pengembangan KERANGKA PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN KAKAO Industri Inti Industri Penunjang Industri Terkait Industri Kakao Olahan (Cocoa Liquor, Cocoa Butter,Cocoa Cake,Cocoa Powder,dll) Biji Kakao; Mesin dan Peralatan; Kemasan; Bahan Kimia dan Bahan Tambahan Pangan Makanan minuman, farmasi, kosmetik Sasaran Jangka Menengah (2010 2014) a. Meningkatnya utilitas industri kakao dari 50% menjadi 70%; b. Meningkatnya mutu biji kakao yang dijual petani dari unfermented bean menjadi fermented bean; c. Meningkatnya investasi di bidang industri pengolahan cokelat; d. Meningkatnya konsumsi cokelat penduduk Indonesia (saat ini hanya 1 gram/orang/tahun); dan e. Meningkatnya ekspor sekitar 6% pertahun. Sasaran Jangka Panjang (2015 2025) a. Meningkatnya jumlah industri cokelat olahan dari 28 unit menjadi 30 unit; b. Meningkatnya jumlah industri kakao olahan dari 11 unit menjadi 13 unit; c. Meningkatnya utilitas dan kapasitas dari 70% sampai 90%; d. Meningkatnya nilai ekspor sekitar 8%. 2

Sektor Strategi Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI : Diversifikasi produk cokelat ke arah nilai tambah tinggi. Teknologi : Penguasaan teknologi pengolahan cokelat kualitas tinggi, mendorong tumbuhnya teknologi pengolahan dan produksi cokelat. Pokok Pokok Rencana Aksi Jangka Menengah (2010 2014) a. Mencabut atau merevisi peraturan perundang-undangan yang menghambat pengembangan industri; b. Meningkatkan kemitraan antar industri kakao dengan petani kakao; c. Mengembangkan kerjasama dengan instansi terkait dan negara-negara Eropa untuk membantu petani kakao untuk memperbaiki mutu biji kakaonya; d. Mendorong pembangunan fasilitas unit-unit fermentasi dan pengeringan di sentra-sentra kakao; e. Meningkatkan diversifikasi produk cokelat dan kakao yang bernilai tambah tinggi. Periodisasi Peningkatan Teknologi Unsur Penunjang a. Tahap Inisiasi (2010 2014), Pengembangan teknologi kakao/cokelat bubuk, pasta, larutan; a. Tahap Pengembangan cepat (2015-2024) Modifikasi dan pengembangan teknologi pengolahan, aroma, tablet, remah dan coating; b. Tahap Matang (2025 2030) industry up grading Pasar a. Meningkatkan jaringan pemasaran ekspor; b. Meningkatkan kualitas dan Pengembangan merk Indonesia di pasar Internasional; c. Meningkatkan promosi ekspor dan efisiensi rantai pemasaran dalam negeri. Lokasi Pengembangan Pokok-Pokok Rencana Aksi Jangka Panjang (2015 2025) a. Meningkatkan produksi biji kakao melalui perluasan lahan kakao; b. Mengembangkan industri berbasis kakao non pangan; c. Mengembangkan riset dan teknologi untuk industri kakao olahan dan cokelat. SDM a. Pelatihan Manajemen Mutu; b. Peningkatan keahlian dan kemampuan SDM di bidang pengolahan cokelat. Infrastruktur a. Meningkatkan peran litbang; b. Memberlakukan Bea Keluar untuk biji kakao. Kota Makasar, Kabupaten Luwu, Kabupaten Luwu Timur, Kabupaten Luwu Utara, Kabupaten Pinrang, dan Kabupaten Bone 3

Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI 4. Rencana Aksi RENCANA AKSI PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN KAKAO 2010-2014 NO RENCANA AKSI 1 Penanganan Usaha Tani dan Penanggulangan Hama PBK 2 Pembuatan Klon-klon baru untuk bibit kakao yang tahan hama 3 Peningkatan Mutu Biji Kakao dari Unfermented menjadi Fermented 4 Monitoring dan Evaluasi Bea Keluar untuk biji kakao. 5 Meningkatkan kemitraan antara industri kakao olahan dengan petani. 6 Meningkatkan Promosi melalui pameran ke berbagai negara di Asia, Eropa, dan Amerika. 7 Membangun fasilitas unit-unit fermentasi dan pengeringan di sentrasentra kakao. PEMANGKU KEPENTINGAN TAHUN PUSAT DAERAH SWASTA LAIN LAIN 2010 2011 2012 2013 2014 Kementan, Pemda, Disbun, Askindo, Asean Puslit. Kakao Unhas Apkai, Aiki, Cocoa Jember Apikci Club. Kementan, Puslit. Kakao Jember Kementan, Kemenperin, BSN Kemenkeu, Kemendag Kemenperin, Kementan, Kemen Kop & UKM Kemenperin, Kemendag, Kementan Kemenperin, Kementan Pemda, Disbun, Unhas Pemda, Disbun, Disperindag, Unhas Pemda, Disperindag, Diskop & UKM, Disbun Pemda, Disperindag, BPPMD Pemda, Disperindag, Disbun Askindo, Apkai, Aiki, Apikci Askindo, Apkai, Aiki, Apikci Askindo, Apkai, Aiki, Apikci Askindo, Apkai, Aiki, Apikci, IFC Pensa Askindo, Apkai, Aiki, Apikci Askindo, Apkai, Apikci, Aiki Asean Cocoa Club. Asean Cocoa Club, ICCO 8 Membangun Merk Indonesia di pasar Internasional. Kemenperin, Kemendag Pemda, Disperindag Askindo, Apkai, Apikci, Aiki ICCO 4

Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI III. INDUSTRI PENGOLAHAN RUMPUT LAUT 1. Sasaran Pengembangan Sasaran Jangka Menengah (2010 2014) a. Meningkatnya areal tanaman rumput laut; b. Meningkatnya produktivitas tanaman rumput laut menjadi 3 ton kering/ha/2 bln; c. Tumbuhnya industri Semi Refined Carragenan (SRC); d. Tumbuhnya industri makanan dan kosmetik berbasis rumput laut; e. Meningkatnya akses pasar, khususnya pasar SRC; f. Meningkatnya brand image rumput laut Sulawesi Selatan. Sasaran Jangka Panjang (2015 2025) a. Budidaya rumput laut sebagai mata pencaharian pokok masyarakat pesisir Sulawesi Selatan; b. Meningkatnya produktivitas tanaman menjadi 4 ton kering/ha/2 bulan; c. Semakin tumbuh dan berkembangnya industri SRC dan industri makanan dan kosmetik berbasis rumput laut; d. Tumbuhnya industri Refined Carragenan (RC); e. Semakin meluasnya akses pasar SRC, RC dan produk rumput laut; dan f. Sulawesi Selatan merupakan penghasil SRC, RC terkemuka di dunia. 2. Strategi Pengembangan a. Peningkatan produktivitas tanaman rumput laut melalui pengembangan kultur jaringan, teknologi budidaya dan pengolahan pasca panen; b. Pengembangan teknologi proses untuk menghasilkan SRC, RC dan produk berbasis rumput laut; c. Penerapan berbagai standar. 5

3. Kerangka Pengembangan 6 Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI KERANGKA PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN RUMPUT LAUT Industri Inti Industri Penunjang Industri Terkait Industri Pengolahan Rumput Laut (Chips) Budidaya Rumput Laut, Ind Pembibitan, Ind. Mesin/peralatan, Ind. Kimia, Ind Kemasan, Jasa konsultan Business Development Services (BDS), Jasa Transportasi Sasaran Jangka Menengah (2010 2014) a. Meningkatnya areal tanaman rumput laut; b. Meningkatnya produktivitas tanaman rumput laut 3 ton kering/ha/2 bulan; c. Tumbuhnya industri Semi Refine Carragenan (SRC); d. Tumbuhnya industri makanan dan kosmetik berbasis rumput laut; e. Meningkatnya akses pasar, khususnya pasar SRC; f. Meningkatnya brand image rumput laut Sulawesi Selatan. Tepung rumput laut, Makanan minuman, farmasi, kosmetik Sasaran Jangka Panjang (2015 2025) a. Budidaya rumput laut sebagai mata pencaharian pokok masyarakat pesisir Sulawesi Selatan; b. Meningkatnya produktivitas tanaman 4 ton kering/ha/2 bulan; c. Semakin tumbuh dan berkembangnya industri SRC dan industri makanan dan kosmetik berbasis rumput laut; d. Tumbuhnya industri Refine Carragenan ( RC); e. Semakin meluasnya akses pasar SRC, RC dan produk rumput laut; f. Sulawesi Selatan merupakan penghasil SRC, RC terkemuka di dunia. Strategi a. Peningkatan produktivitas tanaman rumput laut melalui pengembangan kultur jaringan, teknologi budidaya dan pengolahan pasca panen; b. Pengembangan teknologi proses untuk menghasilkan berbagai produk makanan dan kosmetik yang berbasis rumput laut; c. Penerapan berbagai standar produk untuk menembus pasar ekspor ke berbagai negara. Pokok Pokok Rencana Aksi Jangka Menengah (2010 2014) a. Regulasi dan deregulasi kebijakan; b. Intensifikasi dan ekstensifikasi budidaya rumput laut; c. Pendirian kelembagaan petani, lembaga keuangan mikro dan Business Development Services (BDS); d. Penelitian dan pengembangan bibit, budidaya, proses dan produk; a. Pendirian percontohan, unit penyediaan bibit, unit layanan pengendalian mutu dan unit mini Pokok-Pokok Rencana Aksi Jangka Panjang (2015 2025) a. Regulasi dan deregulasi kebijakan; b. Pengembangan Intensifikasi dan ekstensifikasi budidaya rumput laut; c. Penguatan kelembagaan petani, lembaga keuangan mikro dan Business Development Services (BDS); d. Pengembangan litbang bibit, budidaya, proses dan produk; e. Pengembangan, unit penyediaan bibit, unit layanan pengendalian mutu; f. Penguatan industri SRC, RC, makanan dan

plant SRC; e. Inisiasi industri SRC, RC, makanan dan kosmetik berbasis rumput laut. Periodisasi Peningkatan Teknologi a. Tahap Inisiasi (2010-2014), Penerapan Teknologi Kultur Jaringan dan teknologi pengolahan; b. Tahap Pengembangan Cepat (2015-2024) Modifikasi teknologi pengolahan dan Diversifikasi Produk; dan c. Tahap Matang (2025-2030), industry upgrading pengolahan rumput laut. Unsur Penunjang SDM Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI kosmetik berbasis rumput laut. a. Peningkatan kemampuan teknologi budidaya; b. Peningkatan kemampuan GMP, SNI, ISO 9000, ISO 14000. Pasar a. Meningkatkan jaringan pemasaran ekspor; b. Pengembangan brand image. Infrastruktur a. Peningkatan peran Balai Litbang dan Perguruan Tinggi; b. Peningkatan peran lembaga akreditsasi dan sertifikasi mutu; c. Peningkatan peran UPTD Dinas Terkait. Lokasi Pengembangan Kabupaten Takalar, Kabupaten Jeneponto, Kabupaten Bantaeng, Kabupaten Bulukumba, Kabupaten Sinjai, Kabupaten Bone, Kabupaten Wajo, Kabupaten Luwu, Kabupaten Luwu Utara, Kota Palopo, Kabupaten Pinrang, Kabupaten Barru, dan Kabupaten Pangkep. 7

Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI 4. Rencana Aksi RENCANA AKSI PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN RUMPUT LAUT 2010-2014 NO RENCANA AKSI 1 Regulasi dan deregulasi berbagai kebijakan; 2 Pengembangan infrastruktur yang mendukung budidaya rumput laut dan industri pengolahan rumput laut; PEMANGKU KEPENTINGAN TAHUN PUSAT DAERAH SWASTA LAIN LAIN 2010 2011 2012 2013 2014 Pemda, Dinas Kadin Universitas Perikanan & Kelautan, Disperindag Kemen. KP; Kemenperin; Kemen.PDT. Kemen. KP; Kemen PU. Pemda, Dinas Perikanan & Kelautan, Kimpraswil Kadin 3 Intensifikasi dan ekstensifikasi budidaya rumput laut; Kemen. KP Pemda, Dinas Perikanan & Kelautan Kadin 4 Pendirian kelembagaan petani, pedagang dan asosiasi pengusaha rumput laut; Kemendag, Kemen Kop & UKM Pemda, Disperindag, Dis. Kop & UKM Kadin 5 Pendirian Unit Percontohan Penyediaan Bibit Rumput Laut pada beberapa sentra produksi utama; Kemen KP Pemda, Dinas Perikanan & Kelautan Kadin 6 Pendirian Unit Percontohan Mini Plant Semi Refined Carragenan (SRC ) pada beberapa sentra produksi utama; Kemen KP, Kemenperin Pemda, Dinas Perikanan & Kelautan, Disperindag Kadin 7 Penelitian dan pengembangan teknologi proses dan produk makanan/minuman dan kosmetik berbasis rumput laut Kemenperin, Kemen KP Disperindag, Dinas Perikanan & Kelautan, Unhas Kadin 8