BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh

dokumen-dokumen yang mirip
ASKEP THYPOID A. KONSEP DASAR

Laporan Pendahuluan Typhoid

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada usus kecil yang disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi.

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Salmonella sp. yang terdiri dari S. typhi, S. paratyphi A, B dan C

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. kesadaran (Rampengan, 2007). Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella

BAB I PENDAHULUAN. pada iklim, tetapi lebih banyak di jumpai pada negara-negara berkembang di

BAB I PENDAHULUAN. adalah masalah kejadian penyakit Tifoid (Thypus) di masyarakat.

I. PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penularan penyakit demam typhoid adalah penderita yang aktif,

BAB I PENDAHULUAN ). Penyakit Typhoid Abdominalis juga merupakan masalah kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah masalah kejadian demam tifoid (Ma rufi, 2015). Demam Tifoid atau

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh salmonella typhi, salmonella paratyphi A, salmonella

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penduduk tiap tahunnya. Insiden tertinggi demam thypoid terdapat pada anakanak. kelompok umur 5 tahun (Handini, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Salmonella typhi, suatu bakteri gram-negative. Demam tifoid (typhoid fever atau

BAB I PENDAHULUAN. rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka

BAB I PENDAHULUAN. WHO memperkirakan jumlah kasus demam thypoid di seluruh dunia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Pada hakikatnya

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Pembangunan nasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK. sakit umum terbesar di daerah Pekanbaru, Riau. Rumah Sakit ini berada di Jalan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Farmakoekonomi juga didefenisikan sebagai deskripsi dan analisis dari biaya terapi

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit TB disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella Typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TEORI PENYEBAB PENYAKIT 2. By: Syariffudin

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi penyakit multisistemik yang disebabkan oleh kuman Salmonella

BAB I PENDAHULUAN. penyebarannya sangat cepat. Penyakit ini bervariasi mulai dari hiperemia

memang terdapat bentuk-bentuk perilaku instinktif (species-specific behavior) yang didasari

BAB I PENDAHULUAN. Dilihat dari berbagai macam segi kehidupan, kesehatan merupakan harta terindah bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai obat antihipertensi (Palu et al., 2008). Senyawa aktif yang

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis paling sering terjadi pada usia remaja dan dewasa muda. Insidens

Tujuan pendidikan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MACAM-MACAM PENYAKIT. Nama : Ardian Nugraheni ( C) Nifariani ( C)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 50 Desa Lenek Kec. Aikmel

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

BAB II. Tinjauan Pustaka. respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SURVEI PENGETAHUAN TENTANG DEMAM TYPOID PADA KELUARGA KLIEN YANG DIRAWAT DI RUMAH SAKIT UMUM HAJI MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang menyerang seperti typhoid fever. Typhoid fever ( typhus abdominalis, enteric fever ) adalah infeksi

BAB I PENDAHULUAN. kuman TBC (Microbecterium Tuberkalosis). Sebagian besar kuman TBC

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

I. PENDAHULUAN. yang dapat menyebabkan kematian, yang disebut sebagai salmonellosis. Habitat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

Bagian XIII Infeksi Nosokomial

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilaku terdiri dari Persepsi (perception), Respon terpimpin. (Guided Respons), Mekanisme (mekanisme), Adaptasi (adaptation)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun Oleh: M A R Y A T I J

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Demam Typhoid (typhoid fever) merupakan salah satu penyakit

APA ITU TB(TUBERCULOSIS)

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiforis, biasanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Penyakit demam berdarah adalah penyakit menular yang di

GAMBARAN PENGETAHUAN SIKAP DAN TINDAKAN IBU DALAM PERTOLONGAN PERTAMA PADA BALITA DIARE DI RUMAH DI WILAYAH PUSKESMAS KARANGNONGKO KLATEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. disatu pihak masih banyaknya penyakit menular yang harus ditangani, dilain pihak

UJI ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN PUTRI MALU (Mimosa pudica) TERHADAP PERTUMBUHAN Shigella dysentriae

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA

Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bumbu bawang merah, bawang putih, jahe, garam halus, tapioka, minyak,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Batu ginjal didalam saluran kemih (kalkulus uriner) adalah masa keras

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disertai muntah (Sakinah dan Arifianto, 2001). bentuk dan konsistensi tinja penderita (Harianto, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. daya alam di antaranya sumber daya alam hayati. Kondisi alamindonesia yang cukup

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. konsumen/pasien. Pengambilan keputusan konsumen (consumer decision making)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. besar di Indonesia bersifat sporadic endemic dan timbul sepanjang tahun. Kasus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Pertumbuhan merupakan perubahan secara fisiologis sebagai

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tentang Demam Thypoid 2.1.1 Pengertian Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman Salmonella thypii ( Arief Mansjoer, 2000). Tifus abdominalis merupakan penyakit infeksi yang terjadi pada usus halus yang disebabkan oleh Salmonella thypii, yang ditularkan melalui makanan, mulut atau minuman yang terkontaminasi oleh kuman Salmonella thypii (Hidayat, 2006). Menurut Nursalam et al. (2008), demam tipoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut, Typhoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh Salmonellathypii dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaranyang ditularkan melalui makanan, mulut atau minuman yang terkontaminasi oleh kuman Salmonella thypii. 2.1.2 Etiologi Penyebab typhoid adalah Salmonella thypii. Salmonella para typhi A, B dan C. Ada dua sumber penularan Salmonella thypii yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi Salmonella thypii dalam tinja dan air kemih

selama lebih dari 1 tahun. Salmonella Thyposa merupakanbasil gram negatif yang tidak menghasilkan spora. Di Indonesia, thypoid terdapat dalam keadaan endemik. Pasien anak yang ditemukan berumur di atas satu tahun. 2.1.3 Patofisiologi Penularan Salmonella thypii dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly(lalat), dan melalui feses.feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman Salmonella thypii kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman Salmonella thypii masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Salmonella thyposa masuk melaui saluran pencernaan kemudian masuk ke lambung. Basil akan masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limfoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu ke organ terutama hati dan limpa serta berkembangbiak sehingga organ-organ tersebut membesar (Ngastiyah 2005). 2.1.4 Manifestasi klinik

Masa inkubasi typhoid 10-20 hari. Klien biasanya mengeluh nyeri kepala dan terlihat lemah dan lesu disertai demam yang tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama 3 minggu. Minggu pertama peningkatan suhu tubuh naik turun. Biasanya suhu tubuh meningkat pada malam hari dan menurun pada pagi hari. Pada minggu kedua suhu tubuh terus meningkat dan pada minggu ketiga suhu berangsur-angsur turun dan kembali normal. Pada gangguan di saluran pencernaan, terdapat napas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah, Lidah tertutup selaput putih kotor, ujung dan tepinya kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen dapat ditemukan keadaan perut kembung. Hati dan limfa membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya terjadi konstipasi tetapi juga terdapat diare atau normal (Ngastiyah, 2005). Umumnya klien mengalami penurunan kesadaran yaitu apatis sampai somnolent, jarang terjadi stupor, koma, atau gelisah kecuali terjadi penyakit berat dan terlambat mendapatkan pengobatan. 2.1.5 Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi antara lain : 2.1.5.1 intra intestinal Perforasi usus Perforasi usus merupakan komplikasi pada 1 5% penderita yang dirawat, biasanya terjadi pada minggu ketiga tetapi bisa terjadi selama masa sakit. Perforasi yang tidak disertai peritonitis hanya dapat ditemukan bila terdapat udara dirongga peritoneum.

Perdarahan usus Usus yang terinfeksi dapat membentuk luka berbentuk lonjong dan memanjang terhadap sumbu usus. Bila sedikit hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja. Perdarahan hebat bisa menyebabkan syok, tetapi biasanya sembuh spontan tanpa pembedahan. 2.1.5.2 Ekstra Intestinal Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis yaitu meninggal, kolesistis, ensefalopati dan lain-lain. Pankreatitis merupakan komplikasi yang jarang terjadi pada demam thypoid. Myokarditis terjadi pada 1-5% penderita demam thypoid. Hepatitis tifosa merupakan komplikasi demam thypoid yang jarang ditemukan. Sebagian kasus demam thypoid mengeluarkan bakteri S.typhi melalui urin pada saat sakit maupun sembuh. Sehingga sistitis bahkan pielonefritis merupakan penyulit demam thypoid. 2.1.6 Pencegahan Ada 3 strategi pokok untuk memutuskan transmisi thypoid yaitu: - Identifikasi dan eradikasi Salmonella thypii baik pada kasus demam thypoid maupun pada kasus carrier thypoid. - Pencegahan transmisi langsung dari pasien terinfeksi Salmonella thypii akut maupun carrier.

- Proteksi pada orang yang beresiko terinfeksi (Laurentz I.R, 2006) Secara umum untuk memperkecil kemungkinan tercemar S.typhi, maka setiap individu harus mencuci tangan setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan terutama kualitas makanan dan minuman yang mereka konsumsi. S.typhi akan mati dalam air yang dipanaskan setinggi 57 o C dalam beberapa menit. Selain itu hindari makanan pedas karena akan memperberat kerja usus dan pemberian vaksin. 2.2 Tinjauan Umum tentang Perilaku Perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini berarti bahwa meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respon tiap tiap orang berbeda. Faktor faktor yang membedakan respon terhadap stimulus disebut determinasi perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi 2 yaitu : 1. Determinan atau faktor internal yakni karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, dan sebagainya. 2. Determinan atau faktor eksternal yakni lingkungan baik fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang (Notoadmodjo, 2012). Faktor penentu perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku

merupakan resultansi dari berbagai faktor internal maupun eksternal (lingkungan). Perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, persepsi, sikap dan sebagainya. Namun demikian pada realitasnya sulit dibedakan atau di deteksi gejala kejiwaan yang menentukan perilaku seseorang. Apabila ditelusuri lebih lanjut, gejala kejiwaan tersebut diatas ditentukan atau dipengaruhi oleh berbagai faktor lain, diantaranya adalah faktor pengalaman, keyakinan dan sosial budaya masyarakat. Perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu sikap dan perilaku para petugas kesehatan akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku. Seorang yang tidak membiasakan anaknya cara hidup sehat, disebabkan karena ibu tersebut tidak tau dampak dari perilaku ibu itu sendiri. Sebab lain adalah kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan, karena adanya anggapan tubuh yang terlalu bersih akan mudah diserang bakteri/virus sehingga besar kemungkinan terkena penyakit terutama demam thypoid. Perilaku seseorang atau masyarakat ditentukan oleh niat orang terhadap obyek kesehatan, ada atau tidaknya informasi tentang kesehatan, kebebasan dari individu untuk mengambil keputusan atau bertindak, dan situasi yang memungkinkan ia berperilaku atau tidak berperilaku. Perilaku kesehatan seseorang atau masyarakat ditentukan oleh fungsi dari pemikiran dan perasaan seseorang serta adanya orang lain yang dijadikan referensi yang dapat mendukung perilaku dan kebudayaan masyarakat (Notoadmodjo, 2012).

Perubahan-perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat diketahui melalui persepsi. Persepsi adalah sebagai pengalaman yang dihasilkan melalui panca indera. Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda, meskipun mengamati terhadap objek yang sama. Motivasi yang diartikan sebagai suatu dorongan untuk bertindak dalam mencapai suatu tujuan yang dapat terwujud dalam bentuk perilaku. Perilaku juga dapat timbul karena emosi. Aspek psikologis yang mempengaruhi emosi berhubungan erat dengan keadaan jasmani, yang pada hakikatnya merupakan faktor keturunan (bawaan). Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap adalah merupakan respon seseorang terhadap stimulus atau rangsangan yang masih bersifat terselubung, dan disebut covert behavior sedangkan tindakan nyata seseorang sebagai respon seseorang sebagai stimulus (practice) adalah merupakan overt behavior. Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa dimulai pada domain kognitif, dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi atau objek diluarnya. Perilaku manusi itu sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan, membagi perilaku dalam tiga domain (kawasan), meskipun kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tugas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan. Dalam tujuan, suatu mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut, yang terdiri dari : a).kognitif, b). Afektif, c). Psykomotor. 2.3 Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan

Menurut pendapat dari WHO (1992), bahwa pengetahuan diperoleh dari pengalaman, selain itu juga dari guru, orang tua, buku, media masa, dan media lainnya sebagai perantara. Sedangkan menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan adalah hasil dari apa yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu dimana merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya suatu tindakan. Penelitian rogert (1974), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yaitu : 1. Kesadaran (awareness), yaitu orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu tentang stimulus, tetapi tidak mempunyai informasi mengenai stimulus (objek) itu sendiri. 2. Perhatian / merasa tertarik (interest), yaitu orang tersebut terdorong untuk mencari informasi mengenai stimulus (objek) baru tersebut. Disini sikap subjek mulai timbul. 3. Penilaian (evaluation), yaitu subjek mempertimbangkan dan menilai baik-tidaknya stimulus (objek) baru tersebut bagi dirinya. Dalam hal ini sikap responden sudah lebih baik lagi. 4. Percobaan (trial), yaitu subjek sudah mulai mencoba melakukan hal baru secara kecil-kecilan, untuk memperkirakan kegunaanya akan tetapi sesuai dengan kemampuan dan apa yang dikehendaki oleh stimulus. 5. Adopsi, dimana subjek memutuskan untuk lebih berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus tersebut secara teratur.

Pengetahuan adalah pesan dalam pemikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya yang berbeda dengan kepercayaan, tahayul, dan penerangan penerangan yang keliru. Pengetahuan hendaknya dikembangkan manusia untuk meningkatkan kualitas hidup. Pengetahuan mengenai suatu obyek tidak sama dengan sikap terhadap obyek itu sendiri. Pengetahuan saja belum menjadi penggerak seperti halnya dengan sikap. Pengetahuan mengenai suatu obyek baru menjadi sikap apabila pengetahuan itu disertai kesiapan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan terhadap obyek itu (Notoadmodjo, 2012). Pengetahuan juga merupakan sekumpulan informasi yang diperoleh melalui prosese selama hidup dan dipergunakan sewaktu-waktu sebagai alat penyesuaian diri bagi diri sendiri maupun lingkungannya. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang atau over behavior. Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu (Notoadmodjo, 2012). 2.4 Tinjauan Umum Tentang Sikap Sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana. (Azwar, 2003) sikap adalah respon terhadap stimulus yang telah terkondisikan. Sedangkan Notoatmodjo (2012) menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi adalah merupakan pre-disposisi tindakan suatu perilaku. Sikap masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka.sikap adalah suatu bentuk kesiapan

untuk bereaksi terhadap suatu obyek, di lingkungan sekitarnya (Saifudin A, 2005). Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu obyek. Misalnya bagaimana pendapat ibu tentang demam thypoid? Secara langsung dapat dilakukan dengan pernyataan pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden, misalnya demam thypoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman Salmonella thypii (sangat setuju, setuju, ragu ragu, tidak setuju). Sikap terdiri dari berbagai tindakan yakni menerima (receiving) yang diatrikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan, merespon (responding) yaitu memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan sesuatu dan menyelesaikan tugas yang diberikan yang merupakan suatu indikasi dari sikap itu sendiri, menghargai (valuing) yaitu Mengajak orang lain untuk mengerjakan/mendiskusikan suatu masalah yang juga merupakan suatu indikasi sikap, dan bertanggung jawab (respon sible) atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko. Hal ini merupakan sikap yang paling tinggi. Sikap dibagi dalam 3 komponen, yaitu : 1. Kepercayaan / keyakinan ide, dan konsep terhadap suatu obyek 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu obyek 3. Kecenderungan untuk bertindak (Alpart, 1954). 2.5 Tinjauan Umum Tantang Tindakan Suatu sikap belum sepenuhnya terwujud dalam suatu tindakan. Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau

suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilititas. Sikap ibu yang sudah positif harus mendapat konfirmasi. Tingkat-tingkat praktek yaitu a. Perception (persepsi) mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil yang merupakan praktek tingkat pertama. b. Guidet respons (respon terpimpin) dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar. c. Mechanism (mekanisme) apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar. Secara otomatis, sesuatu itu sudah merupakan bebiasaan. Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu. Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden. Beberapa strategi untuk memperoleh perubahan perilaku oleh WHO dikelompokkan menjadi 3 yakni : menggunakan kekuatan sebagai dorongan, pemberian informasi serta diskusi dan partisipasi (Notoadmodjo, 2012). 2.6 Kerangka berpikir Berdasarkan tinjauan teori tentang kejadian demam thypoid pada anak yang telah di bahas sebelumnya, peneliti merangkumnya dalam kerangka teori berikut ini :

. Demam thypoid Tinjauan umum tentang kejadian demam thypoid Tinjauan umum tentang perilaku - Pengertian - Etiologi - Patofisiologi - Manifestasi klinik - Komplikasi - pencegahan Tinjauan umum tentang pengetahuan Tinjauan umum tentang tindakan Tinjauan umum tentang 2.7 Kerangka Konsep Kerangka Hubungan Antara Variabel Pengetahuan

Sikap Kejadian demam thypoid Tindakan Keterangan : : Variabel Independen : Variabel Dependen : Variabel yang diteliti Skema 2.7 :Hubungan Perilaku Keluarga Dengan Kejadian Thypoid pada Anak. 2.8 Hipotesis Penelitian 2.8.1 Ada hubungan antara pengetahuan keluarga dengan kejadian demam thyipoid pada anak. 2.8.2 Ada hubungan antara sikap keluarga dengan kejadian demam thyipoid pada anak. 2.8.3 Ada hubungan antara tindakan keluarga dengan kejadian demam thyipoid pada anak.