BAB 1 PENDAHULUAN. Laparotomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor dengan cara melakukan

dokumen-dokumen yang mirip
tahun 2004 diperkirakan jumlah tindakan pembedahan sekitar 234 juta per tahun (Weiser, et al,

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tindakan pembedahan. Beberapa penelitian di negara-negara industri

BAB I PENDAHULUAN. macam keluhan penyakit, berbagai tindakan telah dilakukan, mulai dari

BAB 1 PENDAHULUAN. penunjang medik yang merupakan sub sistem dalam sistem pelayanan. mempunyai peranan penting dalam mempercepat tercapainya tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sangat susah ditanggulangi, sebagian besar berakhir dengan kematian

BAB I PENDAHULUAN. inap di rumah sakit. Pada penelitian Kusumayanti dkk (2004) di tiga Rumah

BAB I PENDAHULUAN. dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat. lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002).

Hubungan Antara Index Masa Tubuh (Imt) Dan Kadar Hemoglobin Dengan Proses Penyembuhan Luka Post Operasi Laparatomi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan prioritas tertinggi dalam Hirarki Maslow, dan untuk manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. setelah pembedahan tergantung pada jenis pembedahan dan jenis. dilupakan, padahal pasien memerlukan penambahan kalori akibat

BAB I PENDAHULUAN. kurang lebih 21 hari. Albumin mengisi 50% protein dalam darah dan menentukan

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya malnutrisi pada pasien dan meningkatkan angka infeksi, atrofi otot,

Oleh : Fery Lusviana Widiany

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan karena adanya cedera

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Mencapai derajat sarjana S-1. Diajukan Oleh : NURHIDAYAH J FAKULTAS KEDOKTERAN

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi dari makanan diet khusus selama dirawat di rumah sakit (Altmatsier,

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan insufisiensi vaskuler dan neuropati. 1

BAB I PENDAHULUAN. Malnutrisi merupakan salah satu permasalahan yang banyak dialami

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

BAB I PENDAHULUAN. perut kuadran kanan bawah (Smeltzer, 2002). Di Indonesia apendisitis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka (Sjamsuhidajat dan Jong, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Albumin merupakan protein terbanyak dalam plasma, sekitar 60% dari total

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Diajukan Oleh : AHMAD AFIF J

PENGARUH TERAPI MUSIK TERHADAP TINGKAT GANGGUAN TIDUR PADA PASIEN PASKA OPERASI LAPARATOMI DI IRNA B (TERATAI) DAN IRNA AMBUN PAGI RSUP DR.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki-laki maupun

serangan yang cepat dan penyembuhannya dapat diprediksi (Lazarus,et al., 1994).

BAB 1 PENDAHULUAN. kesuksesan operasi dan penyembuhan luka. Penyembuhan luka operasi sangat

BAB I PENDAHULUAN. Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara. invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan

BAB I PENDAHULUAN. atrofi otot karena kurang bergerak. Atrofi (penyusutan) otot menyebabkan otot

BAB I PENDAHULUAN. pada macam pembedahan dan jenis penyakit penyerta.

BAB I PENDAHULUAN. dokter menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. akut di Indonesia (Sjamsuhidayat, 2010 dan Greenberg et al, 2008).

asuhan gizi, penyelenggaraan makanan, kegiatan penelitian dan pengembangan gizi (Depkes, 2006). Pelayanan gizi di rumah sakit merupakan hak setiap

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gejala, yang akan berkelanjutan pada organ target, seperti stroke (untuk otak),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut. Data Laboratorium

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, masih ditemukan berbagai masalah ganda di bidang kesehatan. Disatu sisi masih ditemukan penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Meskipun demikian, kecenderungan sistem perawatan kesehatan baru baru ini

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. PTM dalam Riskesdas 2013 meliputi : asma,

FREDYANA SETYA ATMAJA J.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Infeksi bakteri sebagai salah satu pencetus apendisitis dan berbagai hal

CRITICAL ILLNESS. Dr. Syafri Guricci, M.Sc

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi merupakan pengalaman yang sulit bagi sebagian pasien

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang mengunakan cara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

I. PENDAHULUAN. Air merupakan komponen terbesar dari tubuh sekitar 60% dari berat badan

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB 1 PENDAHULUAN. berdampak terhadap perubahan pola penyakit. Selama beberapa tahun. terakhir ini, masyarakat Indonesia mengalami peningkatan angka

MUHAMMAD PRABU ARYANDA J

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. dengan penutupan dan penjahitan luka (Syamsuhidajat, 2011). dibagian perut mana saja (Dorland, 1994 dalam Surono, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. Sectio Caesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan dengan berat

BAB I. PENDAHULUAN. yang semakin tinggi diantara rumah sakit. Rumah sakit dituntut untuk tetap

BAB 1 PENDAHULUAN. mengiris anggota tubuh yang sakit. Biasanya dilaksanakan dengan anastesi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Efektivitas Pengobatan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Pada Luka Kaki Penggunaan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh mereka yang menderita gagal ginjal (Indraratna, 2012). Terapi diet

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYEMBUHAN LUKA POST OPERASI LAPARATOMI DI RUANG RAWAT INAP RSUD TUGUREJO SEMARANG

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI SAAT PERAWATAN LUKA DI RSUD MAJALENGKA TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada sepsis terjadi proses inflamasi sistemik atau systemic inflammatory

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, secara

BAB I PENDAHULUAN. akibat kanker setiap tahunnya antara lain disebabkan oleh kanker paru, hati, perut,

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur dapat terjadi pada semua tingkat umur (Perry & Potter, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan masyarakat tentang kesehatan juga mulai berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm

BAB I PENDAHULUAN. yang menderita penyakit ini adalah Amerika Serikat dengan penderita

BAB I PENDAHULUAN. terkendali. Kanker menyerang semua manusia tanpa mengenal umur, jenis

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2014 bahwa kesehatan. harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. pankreas tidak lagi memproduksi insulin atau ketika sel-sel tubuh resisten

BAB 1 PENDAHULUAN. kesakitan dan kematian pada bayi dan anak-anak di dunia. kedua pada anak dibawah 5 tahun. 1

BAB 1 : PENDAHULUAN. dijadikan sebagai contoh bagi masyarakat dalam kehidupan sehari hari. Makanan

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya

BAB V PEMBAHASAN. seseorang saat ini. Menurut Depkes untuk memudahkan penyelenggaraan terapi diet

HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN PENYEMBUHAN LUKA POST SECTIO CAESAREA (SC) DI RUANG MAWAR I RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Protein Energi Malnutrisi (PEM) sering dijumpai dibangsal-bangsal bedah

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

PERBEDAAN KADAR ALBUMIN PLASMA PADA PASIEN SEBELUM DAN SETELAH MENJALANI RAWAT INAP DI RSUD PROF. DR MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sectio Caesaria (SC), dimana SC didefinisikan sebagai proses lahirnya janin

BAB I PENDAHULUAN. luas dan kompleks, tidak hanya menyangkut penderita tetapi juga keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. proses-proses kehidupan (Soenarjo, 2000). Menurut Soenarjo (2000), Nutrisi

BAB I PENDAHULUAN. Fluktuasi politik dan ekonomi saat ini mengakibatkan perubahan pada tingkat

BAB I PENDAHULUAN. UU R.I Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Pasal 62 tentang. peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit menyatakan bahwa

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN. hidup yaitu penyakit Diabetes Melitus. Diabetes Melitus (DM) merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang banyak dialami oleh manusia. Meskipun bukan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan darah dan oksigen sesuai kebutuhan. 1 PJK masih menjadi

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laparotomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor dengan cara melakukan penyayatan pada lapisan dinding abdomen untuk mendapatkan organ dalam abdomen yang mengalami masalah, misalnya kanker, pendarahan, obstruksi, dan perforasi (Sjamsuhidajat, et al, 2010). Laparotomi merupakan salah satu tindakan bedah abdomen yang berisiko 4,46 kali terjadinya komplikasi infeksi pasca operasi dibanding tindakan bedah lainnya (Haryanti, et al, 2013). Tindakan bedah laparotomi diperkirakan mencapai 32% dari seluruh tindakan bedah yang ada di Indonesia berdasarkan data tabulasi nasional Depkes RI tahun 2009 (Fahmi, 2012). Data dari Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta bulan Juli-Desember 2004 menyebutkan adanya operasi laparotomi emergensi terhadap 83 orang penderita dengan mortality rate mecapai 9 orang atau 10,84% dan yang mengalami komplikasi infeksi sebanyak 19 orang (44,19%). Data dari Rumah Sakit Dr. Mohammad Hoesin Palembang, pasien dengan tindakan laparotomi emergensi pada bulan Mei sampai dengan Juni 2008 tercatat 30 kasus laparotomi, dengan mortality rate 3,3%, dan lama rata-rata rawatan pasca laparotomi adalah 12 hari (Yuwono, 2013). Data yang didapatkan dari instalasi rekam medik RSUP Dr. M Djamil Padang pada tahun 2010 terdapat 322 pasien yang menjalani operasi laparotomi terdapat 31 (9,6%) pasien meninggal, sedangkan pada tahun 2011 sebanyak 336 pasien menjalani operasi dengan 37 (11%) pasien meninggal dan pada tahun 2012 terdapat 312 pasien dengan 50 (16%) pasien meninggal dan 15 (4,8%) pasien mengalami komplikasi (Instalasi Rekam Medik Rumah Sakit Dr M Djamil,

2010 ; Instalasi Rekam Medik Rumah Sakit Dr M Djamil, 2011 ; Instalasi Rekam Medik Rumah Sakit Dr M Djamil 2012). Hasil penilitian Dziban (2007), pasien malnutrisi mengalami komplikasi pasca bedah sebesar 23,6% sedangkan status gizi baik mengalami komplikasi pasca bedah sebesar 2,8%. Penderita malnutrisi yang tidak mendapat dukungan nutrisi mengalami risiko komplikasi operasi sebesar 34,7% dan yang mendapat dukungan nutrisi mengalami komplikasi pascabedah sebesar 16,3%. Malnutrisi menimbulkan terjadinya komplikasi pasca bedah yang semakin meningkat pada pasien bedah. Insidensi komplikasi pasca bedah yang terkait dengan malnutrisi dapat diturunkan dengan memperketat penilaian status gizi pada saat masuk rumah sakit. Dukungan nutrisi yang adekuat dapat mengurangi insidensi komplikasi pasca bedah. Secara fisiologis pada pasien pasca operasi, meningkatnya kebutuhan nutrient untuk homeostasis, pemulihan, kembali pada kesadaran penuh, dan rehabilitasi ke kondisi normal (Torosian, 1999). Prosedur pada saat operasi tidak hanya menyebabkan terjadinya katabolisme atau pemecahan ATP dalam tubuh tetapi juga mempengaruhi absorpsi pada traktus gastrointestinal dan prosedur asimilasi disaat kebutuhan nutrisi juga meningkat (Ward, 2003). Status metabolik akan meningkat 10% pada masa pasca operas bila dukungan nutrisi tidak diberikan secara adekuat, maka proses proteolisis otot tubuh secara berlebihan dan pada tahap lanjut akan terjadi proses katabolisme. Pengeluaran energi juga akan meningkat pada trauma operasi sebagai akibat respons hormonal (Bektiwibowo, et al, 2005). Dukungan nutrisi pada masa pasca operasi pada beberapa penelitian menunjukkan bahwa dukungan nutrisi yang diberikan dapat mengurangi insiden terjadinya komplikasi infeksi, mempercepat proses penyembuhan luka operasi serta memperpendek masa perawatan dirumah sakit, sehingga selain

meningkatkan kualitas hidup juga dapat mengurangi beban biaya yang dihubungkan dengan lama masa perawatan dan tingkat morbiditasnya (Salvino,et al, 2004). Lama rawat inap atau Length of Stay (LOS) adalah salah satu unsur atau aspek asuhan dan pelayanan di rumah sakit yang dapat dinilai atau diukur. Lama rawat inap pasien pasca operasi laparatomi merupakan jumlah hari rawat pasien sejak menjalani operasi sampai saat pasien sembuh dan dapat dipulangkan. Penelitian yang dilakukan di RSUD Labuang Baji Makasar terhadap pasien yang menjalani tindakan pembedahan laparatomi menyatakan bahwalama perawatan singkat yaitu 7 sampai 14 hari sebanyak 74,2% dan lama perawatan jangka panjang (lebih dari 14 hari) sebanyak 25,8%. Hasil penilitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Islam dan Limpo (2001) menyatakan bahwa lama hari rawat pada pasien pasca operasi bervariasi yaitu 7 sampai 30 hari dengan rata-rata hari rawat antara 14 hari (Nursiah, 2010). Lama perawatan yang memanjang disebabkan karena beberapa faktor, yaitu faktor ekstrinsik dan faktor intrinsik. Faktor ekstrinsik terdiri dari pemenuhan nutrisi yang tidak adekuat, teknik operasi, obat-obatan, dan manajemen luka. Faktor intrinsik terdiri dari usia, gangguan sirkulasi, nyeri, dan penyakit penyerta (Potter, 2005). Pasien pasca bedah merupakan pasien yang sangat rentan terhadap malnutrisi dan dengan intervensi gizi yang baik terhadap pasien-pasien tersebut akan meningkatkan indikator-indikator yang berperan dalam proses penyembuhan seperti indikator biokimia dan klinis yang selanjutnya akan menurunkan resiko komplikasi serta mempercepat lama rawat inap di rumah sakit (Rusjiyanto, 2009). Penelitian Meilany (2012) menyebutkan bahwa 55-60% kebutuhan kalori total tubuh berasal dari karbohidrat. Karbohidrat merupakan komponen utama glikoprotein dalam

penyembuhan luka dan aktivitas enzim heksokinase dan sintesa sitrat dalam reaksi penyembuhan luka. Penyediaan energi dari karbohidrat juga dapat melalui penggunaan laktat. Laktat menstimuli sintesis kolagen dan aktivator penting pada jalur penyembuhan selain sebagai penyedia energi.asam lemak merupakan komponen khusus untuk proliferasi sel luka, inflamasi luka, dan fungsi sel luka. Asupan diet mengandung kadar tinggi monosaturated fatty acid dan omega 3 polyunsaturated fatty acid dapat dikatakan ideal karena komponen lipid responsibel pada pertumbuhan jaringan dan penyembuhan luka termasuk proses produksi matriks ekstraselular dan kolagen. Protein telah diketahui diperlukan untuk penyembuhan luka dan apabila kekurangan maka akan menghambat penyembuhan baik luka akut maupun kronis. Aktivitas penyembuhan luka diperankan oleh dipeptida dan polipeptida. Tujuan dari pemberian diet nutrisi pasca bedah yang baik adalah untuk mengusahakan agar status gizi pasien dalam keadaan normal sehingga pasca bedah tersedia cadangan untuk mengatasi stress dan proses penyembuhan luka (Almatsier, 2007)

1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana distribusi asupan makronutrien (karbohidrat, lemak dan protein) pada pasien pasca bedah laparotomi di RSUD M Djamil Padang? 2. Bagaimana distribusi lama rawat inap pada pasien pasca bedah laparotomi di RSUD Dr M Djamil Padang? 3. Bagaimana korelasi asupan makronutrien (karbohidrat, lemak dan protein) dan lama rawat inap pada pasien pasca bedah laparotomi di RSUD Dr M Djamil Padang? 1.3 Tujuan 1.3.1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan asupan makronutrien dan lama rawat inap pasien pasca bedah laparotomi di RSUD Dr M Djamil Padang 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Mengetahui distribusi asupan karbohidrat pada pasien pasca bedah laparotomi dibangsal bedah RSUD Dr M Djamil Padang 2. Mengetahui distribusi asupan lemak pasien pasca bedah laparotomi dibangsal bedah RSUD Dr M Djamil Padang 3. Mengetahui distribusi asupan protein pasien pasca bedah laparotomi dibangsal bedah RSUD Dr M Djamil Padang 4. Mengetahui distribusi lama rawat inap pasien pasca bedah laparotomi di bangsal bedah RSUD Dr M Djamil Padang 5. Mengetahui korelasi asupan karbohidrat dengan lama rawat inap pasien pasca bedah laparotomi di bangsal bedah RSUD Dr M Djamil Padang

6. Mengetahui korelasi asupan lemak dengan lama rawat inap pasien pasca bedah laparotomi di bangsal bedah RSUD Dr M Djamil Padang 7. Mengetahui korelasi asupan protein dengan lama rawat inap pasien pasca bedah laparotomi di bangsal bedah RSUD Dr M Djamil Padang 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademik Hasil penelitian dapat digunakan sebagai rujukan bagi upaya pengembangan ilmu dan dapat dijadikan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya. Selain itu juga bisa menjadi arsip bagi kampus dan sarana penunjang bagi mahasiswa lain yang akan melakukan penelitian. 1.4.2 Manfaat Klinis Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran asupan makronutrien dan lama rawat inap pada pasien pasca laparotomi.dari hasil tersebut dapat digunakan menjadi bahan evaluasi sumber daya kesehatan yang ada.hasil penelitian ini juga dapat menjadi salah satu gambaran apakah terdapat keterkaitan antara asupan makronutrien dan lama rawat pada pasien pasca laparotomi.selain itu juga hasilnya dapat digunakan sebagaisalah satu sumber untuk mengukur keberhasilan terapi nutrisi yang diberikan pada pasien pasca bedah laparotomi. 1.4.3 Manfaat Masyarakat Hasil penelitian bagi masyarakat adalah dapat mengetahui apakah nantinya gizi mempengaruhi lama rawat pada pasca laparotomi sehingga dapat menjadi acuan gizi yang cukup bagi masyarakat yang akan melakukan bedah laparotomi.