BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, industri dan teknologi di Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. ini membuat persaingan di pasar global semakin ketat dan ditunjang perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia yang sangat

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Persaingan tersebut tidak hanya persaingan bisnis dibidang

BAB I PENDAHULUAN. pesat mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing perusahaan

ANALISIS PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA TARIF RAWAT INAP RUMAH SAKIT BHAYANGKARA BRIMOB DEPOK

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Pada umumnya rumah sakit terbagi menjadi dua yaitu rumah sakit umum

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dunia usaha yang semakin pesat. Persaingan tersebut tidak hanya

PENERAPAN METODE ACTIVITY-BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP (Study Kasus pada Rumah Sakit Islam Klaten)

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh informasi yang akurat untuk meningkatkan efektivitas dan

BAB I PENDAHULUAN. aliran biaya dua tahap. Tahap pertama adalah pembebanan sumber daya kegiatan,

BAB I PENDAHULUAN. suatu unit usaha (baik milik pemerintah maupun swasta), dimana lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi, seiring dengan perkembangan dunia yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Para pelaku usaha diharapkan mampu mengikuti perkembangan tersebut serta

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP (Studi Kasus Pada RSB Nirmala,Kediri)

BAB 1 PENDAHULUAN. yayasan yang sudah disahkan sebagai badan hukum. rawat inap, rawat darurat, rawat intensif, serta pelayanan penunjang lainnya.

Kemungkinan Penerapan Metode Activity Based Costing Dalam Penentuan Tarif Jasa Rawat Inap Rumah Sakit (Studi kasus pada Rumah Sakit Islam Klaten)

Implementasi Metode Activity-Based Costing System dalam menentukan Besarnya Tarif Jasa Rawat Inap (Studi Kasus di RS XYZ)

BAB 1 PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi sektor jasa. Banyak peluang bisnis yang muncul dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. jasa yang lebih baik daripada yang ditawarkan oleh pesaing. Hal tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. pakaian, dan lainnya. Setiap jenis usaha yang ada memiliki karakteristik yang

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan profitabilitas dalam mencapai tujuan perusahaan tersebut. Pada zaman

DAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM RUMAH SAKIT (Studi Kasus pada RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya)

BAB I PENDAHULUAN. masa kompetitif saat ini sedang menjadi topik perekonomian, dimana perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya demi kepuasan konsumen. karena dapat mempengaruhi profitabilitas suatu rumah sakit.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan persaingan akan mendorong perusahaan untuk melakukan

Analisa Penentuan Tarif Jasa Rawat Inap dengan Menggunakan Activity Based Costing System (ABCS) di Rumah Sakit Paru Pamekasan.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha di era globalisasi mengakibatkan persaingan bisnis yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, untuk

Ahmad Ansyori. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi UIN Maliki Malang. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. (survive) dan tumbuh (grow). Bertahan artinya perusahaan tidak merugi dan tumbuh artinya

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi menyebabkan benturan antara konsep lama dengan pandanganpandangan. mempertahankan dan meningkatkan posisi pasarnya.

BAB I PENDAHULUAN. organisasi bisnis (Warren, Reeve & Fess 2006: 236). Semakin derasnya arus

BAB 1 PENDAHULUAN. dari rumusan permasalahan dan pertanyaan penelitian. Setelah teridentifikasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIVE SYSTEM PENENTUAN BIAYA RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT

BAB I PENDAHULUAN. yang memerlukan perawatan intensif untuk mempermudah mengamati

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing

Lampiran 1 Pengelompokan Biaya Rawat Inap dan Cost Driver Kamar Rawat Inap

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Hal ini memunculkan secercah harapan akan peluang (opportunity)

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju menyebabkan persaingan global menjadi meningkat. Hal ini dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT MATA DI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. ini mendorong, manajemen Rumah Sakit untuk meningkatkan mutu. pelayanan dengan tarip yang bersaing.

BAB I PENDAHULUAN. PT. Rolimex Kimia Nusa Mas adalah perusahaan yang memproduksi

PENERAPAN ACTIVITY-BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI ( Studi Pada PT. JAMU AIR MANCUR Surakarta )

PENDAHULUAN. bahan plastik dengan bahan baku titro propylenna 6531, titanlene dan afal yang

BAB I PENDAHULUAN. efektivitas dan efisiensi operasional perusahaan serta menjaga. kelangsungan hidup perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. didorong oleh perkembangan teknologi yang semakin maju, penentuan harga

BAB I PENDAHULUAN. berbasis unit, dengan penghitungan unit cost yang detail sehingga mudah dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi saat ini perekonomian mempunyai peranan yang

harus dilaksanakan dengan teliti dalam setiap fungsi manajemen. Keputusan

PENDEKATAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF KAMAR RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT KASIH IBU DENPASAR

BAB III METODE PENELITIAN. masyarakat Mojokerto dan sekitarnya. Rumah Sakit ini berlokasi di jalan

BAB I PENDAHULUAN. misalnya usaha konveksi dimana dalam bidang usaha ini perusahaan dituntut untuk

ANALISA PENERAPAN SISTIM ACTIVITY BASED COSTING DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP STUDI KASUS PADA RSB. TAMAN HARAPAN BARU

MANFAAT ACTIVITY BASED MANAGEMENT DALAM RANGKA PENCAPAIAN COST REDUCTION UNTUK MENINGKATKAN LABA (Studi Kasus pada RS Islam Al-Arafah Kediri)

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan pokok yang harus diperhatikan setiap

ACTIVITY BASED COSTING PADA PELAYANAN KESEHATAN

BAB1I PENDAHULUAN. Di Era persaingan global yang semakin ketat sekarang ini menuntut suatu organisasi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENENTUAN TARIF JASA RAWAT INAP DENGAN MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA RUMAH SAKIT TIDAR MAGELANG

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING. I Putu Edy Arizona,SE.,M.Si

ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE KONVENSIONAL DAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC) PADA PERUSAHAAN ROTI IDEAL

ANALISIS BIAYA RS BERDASARKAN AKTIVITAS ACTIVITY BASED COSTING (ABC) Oleh : Chriswardani S (FKM MIKM UNDIP)

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas, dunia industri harus mempersiapkan diri agar dapat terus

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang

BAB I PENDAHULUAN. lebih murah dibandingkan pesaing (Baykasoglu & Kaplanoglu: 2008),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelangsungan hidup perusahaan, melakukan pertumbuhan serta upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia usaha yang

Penerapan Activity Based Costing (ABC) Sebagai Dasar Penetapan Tarif Jasa Rawat Inap (Studi Kasus Pada RSAB Muhammadiyah Probolinggo)

commit to user 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Klasifikasi Kos (Cost) dan Biaya (Expense) 1. Kos (Cost) a. Pengertian Kos

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT METODE ACTIVITY BASED COSTING DALAM PENENTUAN TARIF RAWAT INAP DI RSUD KAYUAGUNG TAHUN 2012

PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI DASAR PENETAPAN TARIF JASA RAWAT INAP PADA RSUD. SITI AISYAH KOTA LUBUKLINGGAU

BAB III METODE PENELITIAN. menggambarkan unit cost yang berhubungan dengan pelayanan rawat inap

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. khususnya di Indonesia. Salah satu dampak yang nyata bagi industri dalam

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif ini dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. industri. Kenapa sektor industri dituntut untuk selalu berkembang? Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. bersaing dengan perusahaan lainnya dan untuk menghasilkan value terbaik bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. konsumen memegang kendali, (2) persaingan sangat tajam, (3) perubahan telah

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Penelitian... 5

EFISIENSI RUMAH SAKIT DI SUKOHARJO DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

BAB I PENDAHULUAN. bisnis perhotelan ini dapat diawali dengan mengkaji dan memperbaiki sistem

RUMAH SAKIT SEBAGAI LEMBAGA USAHA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MODEL ACTIVITY BASED COSTING (ABC) SEBAGAI MODEL PENENTUAN TARIF JASA PENGINAPAN HOTEL

BAB 7 RINGKASAN, KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI. 7.1 Ringkasan Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, sarana pelayanan kesehatan merupakan elemen

Pendahuluan Pemahaman Biaya Unit Cost Biaya dan kaitannya dengan subsidi Tarif berdasarkan Unit Cost

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

ANALISIS PERHITUNGAN UNIT COST SEWA KAMAR KELAS II AR RAHMAN DENGAN METODE ACTIVITY-BASED COSTING (STUDI KASUS DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL)

BAB II LANDASAN TEORI. Persaingan global berpengaruh pada pola perilaku perusahaan-perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Dampak dari globalisasi sudah semakin terlihat pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan saat ini sedang berlomba-lomba dalam memanfaatkan teknologi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, industri dan teknologi di Indonesia semakin berkembang pesat. Dari mulai perusahaan dagang, manufaktur, maupun perusahaan dibidang jasa. Perkembangan dunia saat ini dalam hal bisnis mengakibatkan persaingan yang semakin ketat. Perkembangan dalam bidang teknologi dimanfaatkan sebagai alat dalam menunjang proses pengambilan keputusan oleh pihak manajemen. Teknologi dipakai untuk mendapatkan informasi-informasi yang akurat untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi operasional perusahaan serta menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Masingmasing perusahaan saling beradu strategi dalam usaha menarik konsumen. Persaingan tersebut tidak hanya persaingan bisnis dan manufaktur atau industri tetapi juga dibidang usaha pelayanan jasa. Salah satu bentuk usaha pelayanan jasa adalah jasa kesehatan, terutama jasa rumah sakit. Sebuah rumah sakit, seperti yang didefinisikan oleh WHO Technical Report Series No.122/1957 (dalam Indra Bastian, 2008 : 26) adalah Rumah sakit adalah bagian integral dari satu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan kesehatan paripurna, kuratif, dan preventif kepada masyarakat, serta pelayanan rawat jalan yang diberikannya guna menjangkau keluarga di rumah, rumah sakit juga merupakan pusat pendidikan dan latihan tenaga kesehatan serta pusat penelitian bio-medik Persaingan dalam usaha pelayanan jasa terlihat dari semakin banyaknya rumah sakit yang didirikan baik pemerintah maupun swasta di Indonesia. Menurut 1

2 M. Emil Azhari dalam artikelnya yang bertajuk Potret Bisnis Rumah Sakit Indonesia, menyebutkan bahwa pada tahun 2008, jumlah rumah sakit di Indonesia mencapai 1.320 rumah sakit (Depkes, 2009), atau bertambah sebanyak 86 rumah sakit dari posisi tahun 2003. Dari total 1.320 rumah sakit ini, 657 diantaranya adalah milik swasta dengan rata-rata pertumbuhan jumlah rumah sakit per tahun sekitar 1,14%. Sisanya merupakan rumah sakit yang dibangun oleh pemerintah. Akibat dari perkembangan rumah sakit yang semakin pesat memimbulkan persaingan yang semakin ketat pula sehingga menuntut adanya peningkatan pelayanan kepada para pasiennya. Begitu pula dengan Kota Bandung, semakin menjamurnya rumah sakit baik pemerintah maupun swasta yang ada di Kota Bandung membuat pihak manajemen rumah sakit tersebut harus memikirkan strategi yang baik agar dapat menjadi rumah sakit yang terbaik. Rumah sakit baik pemerintah maupun swasta di dalam menyelenggarakan kegiatannya, menurut Pasal 57 ayat (2) UU Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan harus tetap memperhatikan fungsi sosial. Fungsi sosial dimaksudkan penyelenggaraan kegiatan setiap sarana kesehatan harus memperhatikan kebutuhan pelayanan kesehatan golongan masyarakat yang kurang mampu dan tidak semata-mata mencari keuntungan secara komersial, tetapi lebih menitikberatkan kepada kemanusiaan. Rumah sakit merupakan suatu perusahaan jasa khususnya yang bergerak dalam bidang sosial yang memberikan jasa yang berupa jasa pengobatan, perawatan, dan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat (Agus Widarsono dan Rini Rividyasari : 2009).

3 Fungsi sosial rumah sakit menurut Undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit yaitu rumah sakit berkewajiban melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan memberikan fasilitas pelayanan pasien tidak mampu atau miskin, pelayanan gawat darurat tanpa uang muka, ambulan gratis, pelayanan korban bencana dan kejadian luar biasa, atau bakti sosial bagi misi kemanusiaan. Namun pada kenyataannya, fungsi sosial dari rumah sakit itu sendiri ternyata belum terakomodasi sepenuhnya. Terutama pelayanan kesehatan yang optimal terhadap pasien dari keluarga tidak mampu. Rumah sakit telah menyediakan pelayanan kelas tiga untuk golongan yang kurang mampu, namun pada kenyataannya kelas tersebut jarang sekali kosong dan hampir selalu penuh. Bahkan tidak jarang pasien yang kurang mampu ini menunggu lama di ruang gawat darurat menunggu ada pasien yang keluar dari kelas tiga. Terkadang pada rumah sakit swasta, pasien yang memiliki Kartu Jamkesmas bahkan dirujuk ke rumah sakit lain yang ada kelas tiganya dan memiliki kerja sama dengan pihak Depkes. Hal ini disebabkan rumah sakit swasta yang dituntut menjadi revenue center (pusat penghasilan) yang harus membawa keuntungan bagi pemilik dan pengelolanya. Rumah sakit saat ini sudah bergeser dari lembaga sosial menjadi sebuah lembaga usaha yang kegiatan ekonominya yang memikirkan masalah keuntungan. Rumah sakit harus dikelola sebagai organisasi yang bertujuan mencari laba atau profit. Salah satu sumber pendapatan rumah sakit adalah jasa rawat inap. Dimana pendapatan itu didapat dari tarif yang harus dibayar oleh pemakai jasa rawat inap. Penentuan tarif jasa rawat inap merupakan suatu keputusan yang sangat penting

4 karena dapat mempengaruhi profitabilitas suatu rumah sakit. Kondisi ini menuntut pihak manajemen rumah sakit mampu memikirkan strategi rumah sakit ke depannya agar mampu bersaing dengan rumah sakit lainnya. Rumah sakit memerlukan manajer-manajer yang handal dalam mengambil keputusankeputusan strategik yang berorientasi untuk menjadikan rumah sakitnya yang terdepan. Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung adalah salah satu rumah sakit swasta yang terletak di Jl. KH. Ahmad Dahlan No.53 Kota Bandung. Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung merupakan salah satu rumah sakit yang menjadi rujukan pasien yang berada di tengah Kota Bandung. Hal ini terlihat dari jumlah pasien rawat inap pada tahun 2009 yang mencapai 11.797 pasien rawat inap. Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung merupakan salah satu rumah sakit milik swasta yang juga mengemban fungsi sosial sebagai rumah sakit, namun tetap juga suatu organisasi yang bertujuan mencari laba atau profitabilitas. Laba tersebut berasal dari pendapatan-pendapatan dari berbagai jenis layanan jasa yang ditawarkan Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung dikurangi biaya-biaya yang dikeluarkan. Pendapatan rumah sakit dapat berasal dari rawat inap, rawat jalan yang meliputi poli umum, poli gigi, dan spesialisasi, serta penunjang yang meliputi laboraturium, instalasi farmasi, radiologi, dan lain-lain. Pendapatan dari rawat inap di Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung merupakan pendapatan kedua terbesar setelah pendapatan dari layanan penunjang. Berikut struktur pendapatan Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung selama tahun 2007 dan 2008 :

5 Tabel 1.1. Pendapatan Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung Tahun 2007-2008 (Dalam Rupiah) Jenis Pendapatan Tahun 2007 Tahun 2008 Rawat jalan 3.778.286.108,00 4.580.352.238,00 Rawat Inap 13.645.999.110,00 14.301.277.798,00 Penunjang 20.475.503.201,00 24.826.178.769,19 Lain-lain 200.108.247,66 254.616.556,05 Jumlah 38.099.896.448,66 43.962.425.372,04 Sumber : Bussines Plan Rumah Sakit Muhammadiyah Tahun 2010 Berdasarkan tabel di atas, pendapatan dari unit rawat inap memberikan kontribusi sebesar 35,82% dari total seluruh pendapatan pada tahun 2007 dan sebesar 32,53% dari total seluruh pendapatan pada tahun 2008. Ke depannya Rumah Sakit Muhammdiyah Bandung pun memproyeksikan pendapatan dari layanan rawat inap akan terus meningkat dari tahun 2011-2014 seperti tabel di bawah ini : Tabel 1.2. Proyeksi Pendapatan Rumah Sakit Muhammadiyah Tahun 2011-2014 (Dalam Rupiah) Keterangan Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Pendapatan Operasional Pendapatan Rawat Jalan 8.946.000.465,00 11.182.500.581,00 13.978.125.726,00 17.472.657.158,00 Pendapatan Rawat Inap 27.932.183.199,00 34.915.228.999,00 43.644.036.249,00 54.555.045.311,00 Pendapatan Penunjang Medis 48.488.630.408,00 60.610.788.010,00 75.763.485.013,00 94.704.356.266,00 Pendapatan Non Operasional 420.912.994,00 526.141.243,00 657.676.553,00 822.095.692,00 Total Pendapatan 85.787.727.066,00 107.234.658.833,00 134.043.323.541,00 167.554.154.427,00 Sumber : Bussines Plan Rumah Sakit Muhammadiyah Tahun 2010 Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung memproyeksi pendapatan dari unit layanan rawat inap akan terus meningkat dalam setiap tahunnya. Hal tersebut dikarenakan Rumah Sakit

6 Muhammadiyah Bandung senantiasa meningkatkan pelayanan kepada para pasiennya sehingga tetap menjadi pilihan bagi pasien, serta meningkatkan sarana dan prasarana alat-alat medis sehingga menjadi rujukan bagi rumah sakit lainnya. Dan pendapatan dari rawat inap tersebut sangat dipengaruhi oleh penetapan tarif rawat inap yang berlaku dalam sebuah rumah sakit. Salah satu strategi manajemen untuk mewujudkan hal di atas adalah dengan menentukan bagaimana agar tarif rawat inap pada sebuah rumah sakit dapat terjangkau oleh semua kalangan sesuai dengan pelayanan yang dinikmati oleh pasien. Dalam hal ini tarif inap memegang peranan yang sangat penting. Dan biaya pokoknya memegang peranan yang penting dalam penentuan tarif rawat inap sebuah rumah sakit. Rumah sakit dituntut mampu mengelola sumber-sumber daya yang dimilikinya secara efektif dan efisien. Pengelolaan sumber-sumber daya tersebut dapat diukur berdasarkan biaya produksi atau biaya pokok jasa yang dikeluarkan dalam menghasilkan suatu layanan kepada konsumennya. Penetapan biaya pokok jasa secara akurat, maka pendapatan yang diterima pun akan akurat dan rumah sakit dapat menelusuri keuntungan yang didapatkannya secara akurat pula serta membantu untuk evaluasi atas kegiatan rumah sakit tersebut. Dalam menentukan biaya pokok layanan tarif inap, sebuah rumah sakit biasanya menghitung unit cost dari layanan yang akan dihitung dengan cara menghitung biaya langsung yang berhubungan dengan produk atau jasa. Menurut Mulyadi (2005 : 14), biaya langsung adalah biaya yang terjadi yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Biaya langsung di rumah sakit antara lain biaya gaji perawat, biaya bahan habis pakai medis, biaya

7 bahan habis pakai non medis seperti untuk administrasi pasien, dan biaya gizi atau konsumsi. Setelah itu, menelusuri biaya tidak langsung dan menghitung alokasi biaya tidak langsung untuk suatu layanan. Menurut Mulyadi (2005 : 15), biaya tidak langsung merupakan biaya yang terjadinya tidak disebabkan sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung di rumah sakit antara lain biaya linen atau laundry, biaya penyusutan gedung, biaya penyusutan fasilitas meliputi televisi, kulkas, AC, tempat tidur, dan lain-lain, serta biaya kebersihan. Terakhir menghitung unit cost per pelayanan dengan cara mengalokasikan total biaya baik biaya langsung maupun biaya tidak langsung kesetiap jasa pelayanan dibagi dengan jumlah hari perawatan pasien. Dalam menentukan alokasi biaya tidak langsung terkadang rumah sakit masih menggunakan akuntansi biaya tradisional. Biaya tidak langsung merupakan salah satu biaya yang memerlukan akuntansi yang lebih rumit dibandingkan dengan elemen biaya langsung, seperti biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung (prime cost). Menurut Usry (2004 : 499-500), sistem biaya tradisional memiliki karakteristik khusus yaitu penggunaan ukuran yang berkaitan dengan volume atau ukuran tingkat unit secara eksklusif sebagai dasar untuk mengalokasikan overhead ke output. Untuk alasan tersebutlah maka sistem biaya tradisional disebut juga sistem berdasarkan unit (Unit Cost System). Biaya produk yang dihasilkan oleh sistem akuntansi biaya tradisional memberikan informasi biaya yang terdistorsi. Distorsi timbul karena adanya ketidakakuratan dalam hal pembebanan biaya tidak langsung sehingga mengakibatkan kesalahan penentuan biaya, pembuatan keputusan, perencanaan, dan pengendalian. Distorsi di sini mengakibatkan undercost atau overcost terhadap produk atau jasa.

8 Pada sistem biaya tradisional, dalam mengalokasikan biaya tidak langsung ke unit produksi ditempuh cara sebagai berikut pertama dilakukan alokasi biaya keseluruh unit yang ada, setelah itu biaya unit organisasi dialokasikan lagi kesetiap unit produksi. Unsur-unsur biaya tidak langsung dialokasikan secara proporsional dengan menggunakan suatu indikator atau faktor pembanding yang sesuai seperti unit produksi, sedangkan unsur-unsur biaya langsung dialokasikan secara langsung. Hal tersebut menyebabkan keputusan yang diambil oleh pihak manajemen rumah sakit menjadi tidak tepat dalam hal penentuan biaya pokok rawat inap rumah sakit dan juga akan mempengaruhi tarif rawat inap yang diberlakukan oleh rumah sakit tersebut dan pada akhirnya mempengaruhi pula pendapatan rawat inap rumah sakit tersebut. Biaya pokok tersebut tidak menggambarkan penyerapan sumber daya yang tidak secara tepat terserap oleh pelayanan tersebut. Rumah sakit biasanya memakai sistem biaya tradisional yang seringkali mengakibatkan distorsi biaya karena kurang akuratnya dasar biaya tidak langsung yang dibebankan dalam menentukan jumlah biaya sehingga pasien membayar biaya yang terkadang sebenarnya tidak dinikmati oleh pasien tersebut. Hal ini akan berakibat pembuatan keputusan jangka panjang menjadi kurang akurat. Berdasarkan wawancara dengan salah seorang Tim Penyusun Tarif Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung, dalam menentukan tarif layanan rawat inapnya Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung pun masih menggunakan sistem biaya tradisional terlihat dari penentukan biaya pokok layanan tarif inap dengan menghitung unit cost dari layanan yang akan dihitung dengan cara menghitung

9 biaya langsung seperti biaya gaji perawat, biaya gizi, dan biaya bahan habis pakai. Setelah itu, menelusuri dan menghitung alokasi biaya tidak langsung untuk unit rawat inap. Biaya tidak langsung antara lain biaya linen (laundry), biaya penyusutan gedung, biaya penyusutan fasilitas meliputi televisi, kulkas, AC, tempat tidur, dan lain-lain, biaya pemeliharaan alat medis dan non medis, biaya diklat, biaya kebersihan, biaya listrik, air, telepon, biaya reduksi, dan lain sebagainya.. Terakhir menghitung unit cost dengan cara mengalokasikan total biaya langsung dan biaya tidak langsung kesetiap jasa pelayanan dibagi dengan jumlah hari perawatan pasien sebagai dasar unit perhitungan tarif. Hal ini disebabkan karena perusahaan tidak memperhatikan aktivitas-aktivitas yang menyebabkan terjadinya pengeluaran biaya. Berikut digambarkan struktur biaya ruangan Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung : Tabel 1.3. Struktur Biaya Ruangan Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung Tahun 2009 Kelas Perawatan Biaya Langsung Biaya Tidak Langsung Total Biaya Perawatan Intensif (ICU) Rp 294.208,27 Rp 119.081,73 Rp 413.290,00 Perawatan V VIP Rp 413.067,33 Rp 184.033,59 Rp 597.100,93 Perawatan VIP A (+) Rp 353.637,80 Rp 151.557,36 Rp 505.195,17 Perawatan VIP A Rp 274.398,43 Rp 108.255,68 Rp 382.654,11 Perawatan VIP B Rp 244.683,67 Rp 92.017,33 Rp 336.700,99 Perawatan I A Rp 219.478,74 Rp 86.604,54 Rp 306.083,29 Perawatan I B Rp 199.668,90 Rp 75.777,89 Rp 275.446,79 Perawatan I C Rp 155.754,14 Rp 59.540,62 Rp 215.294,76 Perawatan I D Rp 119.489,37 Rp 43.303,63 Rp 162.793,00 Perawatan Kelas II A Rp 97.229,53 Rp 32.475,81 Rp 129.705,34 Perawatan Kelas II B Rp 87.324,61 Rp 27.063,39 Rp 114.388,00 Perawatan kelas III Rp 67.319,69 Rp 21.651,14 Rp 88.970,82 Perawatan Perinatologi Rp 39.619,69 Rp 21.651,14 Rp 61.270,82 Sumber : Laporan Alokasi Biaya Ruangan Tahun 2009 (Diolah Kembali)

10 Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa biaya tidak langsung memberikan kontribusi yang cukup besar dalam penentuan tarif rawat inap. Oleh karena itu, diperlukan pembebanan biaya tidak langsung yang lebih akurat agar biaya tersebut dapat mencerminkan fasilitas yang dinikmati oleh pasien tersebut. Tarif inap yang berlaku di Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung adalah penggunaaan fasilitas ruang rawat inap di rumah sakit sesuai dengan kelas perawatan. Biaya tersebut di luar biaya Visite atau kunjungan oleh dokter sub spesialis, tarif tindakan medis, pemeriksaan penunjang medis misalnya Laboratorium, sewa alat, dan obat-obatan. Berikut ini terdapat tabel tarif jasa layanan inap pada pada Rumah Muhammadiyah Bandung Tahun 2010 : Tabel 1.4. Tarif Rawat Inap Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung Tahun 2010 (Dalam Rupiah) TIPE KAMAR TARIF RAWAT INAP Perawatan Intensif (ICU) 465.000,00 Perawatan V VIP 700.000,00 Perawatan VIP A (+) 600.000,00 Perawatan VIP A 525.000,00 Perawatan VIP B 400.000,00 Perawatan I A 375.000,00 Perawatan I B 350.000,00 Perawatan I C 300.000,00 Perawatan I D 190.000,00 Perawatan Kelas II A 165.000,00 Perawatan Kelas II B 130.000,00 Perawatan kelas III 70.000,00 Perawatan Perinatologi 75.000,00 Sumber :Buku Tarif Rumah Sakit Muhammadiyah Tahun 2010 Tarif rawat inap Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung sangatlah beragam dikarenakan sarana dan fasilitas yang diberikan pada setiap kelasnya. Semakin

11 tinggi kelas kamar maka akan semakin mahal pula tarif yang dikenakan. Dalam sebuah rumah sakit biasanya terdiri dari beberapa kelas kamar yang mengakibatkan banyaknya jenis biaya dan aktivitas yang terjadi pada rumah sakit sehingga menuntut ketepatan pembebanan biaya dalam penentuan biaya pokok inap tersebut. Biaya-biaya yang menentukan tarif inap antara lain biaya langsung dan biaya tidak langsung yang telah disinggung sebelumnya. Biaya-biaya tersebut akan sangat menentukan biaya pokok setiap ruangan rawat inap dan juga akan berpengaruh terhadap tarif rawat inap rumah sakit pada akhirnya. Sampai saat ini rumah sakit masih mengalami kesulitan di dalam menghitung unit cost untuk setiap kamar, khususnya dalam pembebanan biaya tidak langsung yang biasanya hanya didasarkan pada jumlah hari rawat untuk pembebanannya. Tarif yang dipungut untuk setiap kamar didasarkan pada data historis tahun sebelumnya dan berdasarkan analisis perhitungan oleh tim penyusun tarif. Adanya beragam macam fasilitas rawat inap pada rumah sakit, semakin menuntut pembebanan biaya yang sesungguhnya agar tidak terjadi overcosting atau undercosting.. Oleh karena itu Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung dirasa penting untuk melakukan penghitungan tarif dengan menggunakan sistem ABC karena sistem ABC dinilai mampu mengukur secara cermat biaya-biaya yang dikeluarkan dari setiap aktivitas untuk menghasilkan tarif yang tepat untuk setiap jasa rawat inapnya. Activity-Based Costing System memiliki keyakinan bahwa setiap biaya itu ada penyebabnya dan penyebabnya tersebut dapat dikelola sehingga jangka panjangnya rumah sakit dapat menghilangkan aktivitas-aktivitas yang sekiranya tidak memberikan nilai tambah. Metode ABC dinilai dapat mengukur secara

12 cermat biaya-biaya yang keluar dari setiap aktivitas. Hal ini disebabkan karena banyaknya cost driver atau pemicu biaya yang digunakan dalam pembebanan biaya tidak langsung sehingga dalam metode ABC dapat meningkatkan ketelitian dalam perincian biaya dan ketepatan pembebanan biaya lebih akurat. Menurut Mulyadi (2003 : 51), sistem ABC tidak hanya dapat dipakai di perusahaan manufaktur, tetapi baik perusahaan jasa ataupun dagang pun dapat memakai sistem ABC ini. Ayse Necef Yereli (2009 : 574) dalam penelitiannya yang bertajuk Activity- Based Costing dan Aplikasinya dalam Turki University Hospital, mengemukakan sistem biaya tradisional tidak efisien sehingga mempengaruhi proses pengambilan keputusan dalam lingkungan yang kompetitif saat ini. Para manajer di rumah sakit harus mengadopsi perhitungan akuntansi biaya yang dapat memberikan keuntungan antara lain meningkatkan efektivitas biaya tanpa mengorbankan kualitas layanan, memiliki arus informasi yang membantu manajer memaksimalkan sumber daya mereka, dan membuat pilihan baru untuk meningkatkan kualitas pengembangan layanan. Activity-based costing dikembangkan diakhir 1980-an di Amerika Serikat sebagai alternatif metode untuk mencapai ketiga hal tersebut. Activity-Based Costing System ini berfokus pada proses penentuan product costing (biaya produk), yaitu dengan cara menentukan aktivitas-aktivitas yang di serap produk tersebut selama proses produksi. Activity-Based Costing System menghasilkan informasi yang dapat membatasi distorsi yang disebabkan oleh pengalokasian sistem akuntansi biaya tradisional. Perbedaan utama penghitungan

13 harga pokok produk antara akuntansi biaya tradisional dengan ABC adalah jumlah cost driver (pemicu biaya) yang digunakan. Dalam sistem penentuan biaya pokok produk dengan metode ABC menggunakan cost driver dalam jumlah lebih banyak dibandingkan dalam sistem akuntansi biaya tradisional yang hanya menggunakan cost driver berdasarkan unit. Dalam metode ABC, menganggap bahwa timbulnya biaya disebabkan oleh adanya aktivitas yang dihasilkan produk. Pendekatan ini menggunakan cost driver yang berdasar pada aktivitas yang menimbulkan biaya. Sistem ABC ini biasanya digunakan pada perusahaan yang memiliki tingkat diversifikasi atau keanekaragaman produk atau jasa yang ditawarkan. Rumah sakit merupakan salah satu perusahaan jasa yang memiliki tingkat diversifikasi atau keanekaragaman jasa yang ditawarkan tinggi, seperti mulai unit rawat inap, rawat jalan seperti poli umum dan khusus, dan penunjang seperti CT Scan, laboraturium, dan lain-lain. Penelitian tentang penerapan ABC System sudah sering dilakukan, berikut ini akan digambarkan persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu: Tabel 1.5. Tabel Penelitian Terdahulu yang Relevan dengan Penelitian Ini No Nama Peneliti Judul Persamaan Perbedaan 1. Ayse Necef Activity-Based Persamaan penelitian ini Perbedaan penelitian Yereli, MS, Costing dan Aplikasi dengan penelitian yang PHD nya dalam Turki akan dilakukan adalah (Aorn Journal University Hospital mencoba meneliti Vol. 89 No. 3 : 2009) penerapan Activity- Based-Costing di sebuah rumah sakit. Dalam menghitung unit cost ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian yang dilakukan Ayse hanya meneliti untuk satu jasa tindakan yaitu untuk operasi kandung kemih,

14 2. Jennifer Ellis- Newman (ProQuest Education Journals : 2003) 3. I Ketut Sujana (Buletin Studi Ekonomi Volume 11 Nomor 3 : 2006) Activity-Based Costing di Layanan Jasa Perpustakaan Aplikasi Activity Based Costing (ABC) dalam Analisis Value Chain dan Keunggulan Kompetitif dengan menggunakan Activity-Based-Costing akan terdapat persamaan langkah-langkah kerja. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah mencoba meneliti penerapan Activity- Based-Costing di sebuah perusahaan jasa, karena biasanya Activity-Based- Costing diterapkan di perusahaan manufaktur. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah menganalisis aktivitas dan untuk menganalisis aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah, menambah nilai tambah produk atau jasa yang akan dihasilkan. sedangkan penelitian yang akan dilakukan difokuskan untuk meneliti penerapan Activity-Based-Costing untuk menentukan tarif rawat inap rumah sakit. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian yang dilakukan Jennifer di sebuah perpustakaan, sedangkan penelitian yang akan dilakukan di sebuah rumah sakit. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian I Ketut Sujana menggunakan Analisis value chain yang merupakan alat untuk memahami rantai nilai yang membentuk suatu produk. Analisis value chain digunakan untuk memahami aktivitas aktivitas dan dapat memberikan informasi posisi perusahaan pada value chain yang membentuk nilai suatu produk atau jasa.

15 Perhitungan biaya rawat inap sangatlah penting karena berkaitan dengan masalah biaya pokok rawat inap, yang pada akhirnya akan mempengaruhi pengambilan keputusan terhadap tarif yang akan dikenakan terhadap seorang pasien dan pada akhirnya berpengaruh terhadap pendapatan rawat inap rumah sakit tersebut. Oleh karena itu, biaya pokok rawat inap haruslah dihitung secara akurat. Menurut Deasty (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Penerapan ABC System sebagai Alternatif Sistem Penentuan Biaya Rawat Inap pada Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta, unit cost dengan metode ABC System dihitung dengan cara mengklasifikasi biaya operasional rumah sakit, menentukan cost driver untuk mengetahui aktivitas-aktivitas yang dapat dilacak ke jasa yang dihasilkan, menetukan cost driver yang digunakan sebagai pengukur aktivitas, kemudian membuat desain ABC pada rumah sakit. Perhitungan biaya pokok rawat inap memegang peranan yang sangat penting dalam sebuah rumah sakit. Selain mempengaruhi penetapan tarif rawat inap, juga akan mempengaruhi pendapatan rumah sakit tersebut. Oleh karena itu, dalam penetapan tarif rawat inap rumah sakit diperlukan ketelitian dalam perincian biaya dan ketepatan pembebanan biaya yang lebih akurat. Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini penulis mengambil judul : Analisis Perbandingan Penetapan Tarif Inap Rumah Sakit dengan Metode Tradisional dan Metode ABC Serta Implikasinya Terhadap Pendapatan Rawat Inap Rumah Sakit (Studi Kasus Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung).

16 1.2. Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah penulis uraikan di atas, penulis mengambil rumusan masalah : 1. Bagaimana penetapan tarif jasa rawat inap rumah sakit dengan menggunakan metode Activity Based Costing System? 2. Apakah terdapat perbedaan antara penetapan tarif jasa rawat inap rumah sakit dengan metode tradisional dan metode Activity Based Costing System secara signifikan? 3. Bagaimana pengaruh penetapan tarif rawat inap rumah sakit dengan menggunakan metode Traditional Costing System terhadap pendapatan rawat inap Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung? 4. Bagaimana pengaruh penetapan tarif rawat inap rumah sakit dengan menggunakan metode Activity Based Costing System terhadap pendapatan rawat inap Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, yaitu : 1. Untuk mengetahui penetapan tarif rawat inap rumah sakit dengan menggunakan metode Activity Based Costing System. 2. Untuk mengetahui perbedaan antara penetapan tarif jasa rawat inap rumah sakit dengan metode tradisional dan metode Activity Based Costing System.

17 3. Untuk mengetahui besarnya pengaruh penetapan tarif rawat inap rumah sakit menggunakan metode Traditional Costing System terhadap pendapatan rawat inap Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung. 4. Untuk mengetahui besarnya pengaruh penetapan tarif rawat inap rumah sakit menggunakan metode Activity Based Costing System terhadap pendapatan rawat inap Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung. 1.4. Manfaat penelitian Manfaat penelitian dari Analisis Perbandingan Penetapan Tarif Jasa Rumah Sakit Dengan Metode Tradisional Dan Metode ABC Serta Implikasinya Terhadap Pendapatan Rawat Inap Rumah Sakit adalah : 1. Bagi Rumah Sakit Memberikan informasi tambahan tentang kemungkinan penerapan Activity Based Costing System dalam menghitung biaya pokok rawat inap rumah sakit dan penetapan tarif rawat inap rumah sakit serta bagaimana pengaruhnya terhadap pendapatan rawat inap rumah sakit. 2. Bagi Akademis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan referensi tambahan terhadap penelitian selanjutnya dan juga penelitian diharapkan untuk membandingkan sekaligus menerapkan teori yang diperoleh mengenai Activity Based Costing System dalam teori dengan kasus- kasus yang sejenis yang ada dalam praktek yang secara nyata dapat menambah kepustakaan penerapan Activity Based Costing System.