PENGARUH KOLKISIN TERHADAP MORFOLOGI, ANATOMI, DAN SITOLOGI ZURIAT KACANG TANAH HASIL PERSILANGAN INTERSPESIFIK PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
KORELASI ANTARA KANDUNGAN KLOROFIL, KETAHANAN TERHADAP PENYAKIT BERCAK DAUN DAN DAYA HASIL PADA KACANG TANAH ABSTRAK

Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia 3

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil analisis variansi (ANAVA) menunjukkan bahwa faktor

I. PENDAHULUAN. Kembang sungsang (Gloriosa. superba L.) merupakan salah satu jenis

POTENSI JAGUNG VARIETAS LOKAL SEBAGAI JAGUNG SEMI

Daya Hasil Galur-Galur Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Tahan Penyakit Bercak Daun di Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki

INDUKSI MUTASI GENETIK MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM KEDELAI(Glycine max L. Merr) VARIETAS WILIS DAN TANGGAMUS DENGAN KOLKISIN SECARA IN VITRO

I. PENDAHULUAN. Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai ton. Namun,

PENDAHULUAN. ternyata dari tahun ke tahun kemampuannya tidak sama. Rata-rata

MODUL PRAKTIKUM TEKNOLOGI KHUSUS PEMULIAAN TANAMAN POLIPLOIDI PADA SEMANGKA

PENDAHULUAN. telah ditanam di Jepang, India dan China sejak dulu. Ratusan varietas telah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Morfologi Kacang Tanah

Pengaruh Pupuk Kalium Pada Ketahanan Kacang tanah 446 (Nurhayati) PENGARUH PUPUK KALIUM PADA KETAHANAN KACANG TANAH TERHADAP BERCAK DAUN CERCOSPORA

KAJIAN GENETIK DAN SELEKSI GENOTIPE S5 KACANG HIJAU (Vigna radiata) MENUJU KULTIVAR BERDAYA HASIL TINGGI DAN SEREMPAK PANEN

Mengintip capaian kajian genetika pada Allium sp.

KERAGAAN DAYA HASIL GALUR-GALUR KACANG TANAH HASIL PERSILANGAN VARIETAS GAJAH DENGAN GALUR GPNC-WS4 1)

DAYA WARIS DAN HARAPAN KEMAJUAN SELEKSI KARAKTER AGRONOMI KEDELAI GENERASI F 2

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija jenis

Pendahuluan. Pendahuluan. Mutasi Kromosom. GENETIKA DASAR Mutasi Kromosom

PERSILANGAN BUATAN PADA TANAMAN KACANG HIJAU (VIGNA RADIATA (L.) WILCZEK)

TINJAUAN PUSTAKA. Syarat Tumbuh

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja

TINJAUAN PUSTAKA Botani Nilam

PENGARUH PERLAKUAN KOLKISIN TERHADAP JUMLAH KROMOSOM DAN FENOTIP TANAMAN CABE KERITING (Capsicum annuum L.)

I. PENDAHULUAN. Indonesia tinggi, akan tetapi produksinya sangat rendah (Badan Pusat Statistik,

I. PENDAHULUAN. secara signifikan. Melalui proses seleksi tanaman yang diikuti dengan penyilangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan sumber protein penting di Indonesia. Kesadaran masyarakat

1. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

CATATAN PENELITIAN. Daya Hasil Sepuluh Galur Introgresi Kacang Tanah Hasil Silangan antara Arachis cardenasii dan A. hypogaea

STUDI MORFO-ANATOMI DAN PERTUMBUHAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr.) PADA KONDISI CEKAMAN INTENSITAS CAHAYA RENDAH. Oleh

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian. I. Pengujian Toleransi Salinitas Padi pada Stadia Perkecambahan di Laboratorium

I. PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak

Lampiran 1. Hasil Analisis Tanah di Kebun Percobaan Leuwikopo IPB

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA WAKTU PEMBERIAN KOLKHISIN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN POLIPLOID PADA BIJI MUDA KEDELAI YANG DIKULTUR SECARA IN VITRO

METODOLOGI Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Bahan tanaman Bahan kimia Peralatan Metode Penelitian

INDUKSI MUTASI KROMOSOM DENGAN KOLKISIN PADA TANAMAN STEVIA (Stevia rebaudiana Bertoni) KLON ZWEETENERS SECARA IN VITRO

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung

KERAGAMAN KARAKTER TANAMAN

RUDY LUKMAN. Sambung Mikro Interspesifik Manggis (Gflrci~lin

HASIL DAN PEMBAHASAN

sehingga diharapkan dapat menghasilkan keturunan yang memiliki toleransi yang lebih baik dibandingkan tetua toleran (segregan transgresif).

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian dan,

I. PENDAHULUAN. berasal dari kacang tanah menyebabkan meningkatnya jumlah permintaan.

ROGUING DAN SORTASI PADA PROSES PRODUKSI BENIH RINGKASAN

Lampiran 1 : Deskripsi Varietas Kedelai

UAD, Yogyakarta. Risanti Dhaniaputri Pendidikan Biologi Universitas Ahmad Dahlan ( Abstrak

PERAKITAN KULTIVAR KACANG TANAH TAHAN PENYAKIT KAPASITAS SOURCE-SINK SEIMBANG UNTUK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. BAHAN DAN METODE. dengan Januari Pengujian viabilitas dilakukan di Laboratorium Pemuliaan

berbunga, akan tetapi penyakit bercak daun coklat muncul lebih awal dari bercak 'daun hitam (Semangun, 1991). Dari hasil penelitian para pemulia

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L]. Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

I. PENDAHULUAN. Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman penghasil

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang. Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen

PENGARUH ANTAGONIS STOMATA TERHADAP KETAHANAN PADA PENYAKIT BERCAK DAUN DAN DAYA HASIL PADA KACANG TANAH 1) Oleh Yudiwanti 2)

PENGARUH UMUR FISIOLOGIS KECAMBAH BENIH SUMBER EKSPLAN

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN KOLKHISIN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PENINGKATAN PRODUKSI TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L)

Halimursyadah et al. (2013) J. Floratek 8: 73-79

III. BAHAN DAN METODE. dengan Januari Pengujian viabilitas dilakukan di Laboratorium Pemuliaan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

Sesuai Prioritas Nasional

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

TINJAUAN PUSTAKA Marigold (T. erecta)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Rancangan Percobaan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dan varietas berbagai tanaman hortikultura, salah satunya adalah tanaman

PENGARUH KOLKISIN TERHADAP KERAGAMAN MORFOLOGI DAN JUMLAH KROMOSOM TANAMAN SRI REJEKI (Aglaonema sp.) VARIETAS DUD UNJAMANEE SKRIPSI OLEH:

Lampiran 1. Deskripsi kacang hijau varietas Camar

Pembelahan Sel Muhammad Ridha Alfarabi Istiqlal, SP MSi

ANALISIS MEIOSIS PENDAHULUAN

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK ZURIAT GENERASI LANJUT HASIL PERSILANGAN KACANG TANAH VARIETAS GAJAH DAN GP-NC WS4

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman

SIMULASI PERCOBAAN MONOHIBRID MENDEL. Tujuan : - Mempelajari segregasi pada saat pembentukan gamet F1

KETAHANAN TIGA SPESIES ARACHIS TERHADAP BERCAK DAUN AKHIR (CERCOSPORIDIUM PERSONATUM BERK. ET CURT.) PADA PEMBERIAN DAN TANPA PEMBERIAN MANKOZEB

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

Lampiran 1. Deskripsi Kacang Tanah Varietas Jerapah

KETAHANAN PADI (WAY APO BURU, SINTA NUR, CIHERANG, SINGKIL DAN IR 64) TERHADAP SERANGAN PENYAKIT BERCAK COKLAT (Drechslera oryzae) DAN PRODUKSINYA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai memiliki biji berbentuk polong, setiap polong berisi 1-4 biji.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian produksi benih dilaksanakan di Kebun Percobaan Politeknik Negeri

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

ANALISIS LINTAS KOMPONEN UMUR MASAK BEBERAPA GENOTIPE KEDELAI TAHAN KARAT DAUN GENERASI F5

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Laboratorium Ilmu

Program Studi Magister Biologi, Program Pascasarjana, Universitas Udayana, Jalan PB Sudirman, Denpasar, Bali. *)

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditi pangan utama

PENGARUH KOLKISIN TERHADAP KROMOSOM UJUNG AKAR BAWANG MERAH

Transkripsi:

PENGARUH KOLKISIN TERHADAP MORFOLOGI, ANATOMI, DAN SITOLOGI ZURIAT KACANG TANAH HASIL PERSILANGAN INTERSPESIFIK Yudiwanti 1*), Surjono Hadi Sutjahjo 1), Anita Arif Rahayu 2), 1) Dosen pada Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB 2) Alumni Departemen Agronomi dan Hortikultura *) Personal untuk komunikasi, Jl. Meranti Kampus IPB Darmaga - Bogor, Telp.&Faks. (0251) 629353, e-mail: yudiwanti_wahyu@yahoo.com ABSTRAK Penelitian bertujuan mempelajari perubahan sifat sitologi, morfologi, dan anatomi zuriat hasil persilangan interspesifik Arachis hypogaea varietas Gajah (2n = 4x = 40) dengan Arachis cardenasii (2n = 2x = 20). Larutan kolkisin 0.25% (b/v) sebanyak 0.05 ml diteteskan pada titik tumbuh kecambah hibrid kacang tanah yang telah membuka kotiledonnya dan membentuk daun pertama. Pemberian kolkisin dilakukan selama tiga hari berturut-turut, satu kali dalam sehari. Sebagai kontrol digunakan perlakuan pemberian air destilata dengan posedur sama dengan pemberian kolkisin. Perlakuan diterapkan terhadap 15 tanaman yang terbagi ke dalam tiga ulangan dengan susunan acak lengkap. Semua peubah diamati pada generasi yang sama dengan saat diterapkan perlakuan kolkisin, kecuali pengamatan sitologi yang dilakukan terhadap kecambah benih generasi selanjutnya (F2). Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum perlakuan kolkisin menyebabkan pertumbuhan hibrid kacang tanah terhambat. Tinggi cabang utamanya menjadi lebih pendek, jumlah daunnya berkurang, dan bunganya lebih sedikit. Beberapa tanaman menunjukkan terbentuknya daun dengan lima helai anak daun dari normalnya empat helai. Perubahan anatomi yang terjadi akibat perlakuan kolkisin adalah lebar stomatanya menjadi lebih besar, disertai dengan peningkatan kadar klorofil. Zuriat F2 tanaman tanpa kolkisin memiliki jumlah kromosom 40, sedangkan zuriat tanaman dengan kolkisin jumlah kromosomnya bervariasi antara 40-80. Kata kunci: kacang tanah, persilangan interspesifik, kolkisin, kromosom PENDAHULUAN Bercak daun merupakan salah satu penyakit utama yang menjadi faktor pembatas produksi kacang tanah. Penyakit ini sangat lazim ditemui pada pertanaman kacang tanah hingga saat ini dan menjangkiti pertanaman kacang tanah yang telah berumur satu atau dua bulan. Pada serangan berat, banyaknya bercak daun menjadikan tanaman melemah secara menyeluruh sehingga terjadi pengguguran daun (defoliasi). Akibatnya produksi biji sangat berkurang. Sudjadi (1986) melaporkan penurunan hasil kacang tanah varietas Pelanduk

hingga 60 % akibat serangan patogen bercak daun bersama-sama dengan patogen karat. Sifat tahan terhadap penyakit bercak daun pada kacang tanah ditemukan pada spesies Arachis liar. A. cardenasii dilaporkan tahan terhadap penyakit bercak daun (Sharief et al., 1978). A. cardenasii bersifat diploid (2n=2x=20), sedang kacang tanah yang lazim dibudidayakan (A. hypogaea) bersifat tetraploid (2n=4x=40). Persilangan interspesifik antara A. hypogaea dengan A. cardenasii akan menghasilkan zuriat triploid yang lazimnya steril. Perlakuan kolkisin diharapkan dapat meningkatkan jumlah kromosom zuriat triploid agar dapat diperoleh tanaman fertil. Penelitian bertujuan mempelajari pengaruh kolkisin terhadap morfologi, anatomi, dan sitologi zuriat kacang tanah hasil persilangan varietas Gajah (2n=4x=40) dengan Arachis cardenasii (2n=2x=20). BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian IPB, laboratorium Pusat Studi Pemuliaan Tanaman Faperta IPB, dan laboratorium Harbarium Bogoriense LIPI Bogor, berlangsung dari bulan Maret hingga Juli 1999. Bahan tanaman yang digunakan adalah benih F1 hasil persilangan kacang tanah varietas Gajah dengan kerabat liarnya A. cardenasii yang tahan penyakit bercak daun. Benih dikecambahkan dalam polibag berisi campuran tanah dan kompos yang sudah disterilkan. Terhadap kecambah hibrid kacang tanah yang telah membuka kotiledonnya dan membentuk daun pertama, diterapkan perlakuan kolkisin dan kontrol. Untuk kecambah yang menerima perlakuan kolkisin, 0.05 ml larutan kolkisin 0.25% (b/v) diteteskan pada titik tumbuh Pemberian kolkisin dilakukan selama tiga hari berturutturut, satu kali dalam sehari. Untuk kecambah kontrol, digunakan perlakuan pemberian air destilata dengan posedur sama dengan pemberian kolkisin. Tiap perlakuan diterapkan terhadap 15 tanaman. Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan teknik yang lazim. Peubah yang diamati adalah tinggi tanaman dan jumlah daun pada 12 MST, umur berbunga, ukuran stomata, kadar klorofil, dan jumlah kromosom. Semua peubah diamati pada generasi yang sama dengan saat diterapkan perlakuan kolkisin (generasi F1

tanaman), kecuali pengamatan sitologi yang dilakukan terhadap kecambah benih generasi selanjutnya (generasi F2). HASIL DAN PEMBAHASAN Pemberian kolkisin mengakibatkan tanaman nyata lebih pendek dengan jumlah daun yang sangat nyata lebih sedikit dibanding kontrolnya (Tabel 1). Dari beberapa tanaman dengan perlakuan kolkisin ditemukan daun majemuk dengan lima helai anak daun (pentafoliate), tambahan anak daun dapat terletak di ujung atau di pangkal (Gambar 1). Pengaruh ini sejalan dengan laporan Huang dan Li (1992) bahwa terdapat kelompok tanaman Arachis sp. diploid yang menjadi kerdil dan berdaun abnormal setelah diberi perlakuan kolkisin. Tabel 1. Rata-rata beberapa peubah pada zuriat F1 kacang tanah hasil persilangan interspesifik pada perlakuan dengan kolkisin dan kontrol Peubah Kolkisin Perlakuan Kontrol P > t Tinggi tanaman (cm) 20.10 ± 22.70 40.50 ± 15.60 0.0172 Jumlah daun 48.60 ± 14.70 70.90 ± 14.20 0.0006 Umur berbunga (hari) 31.60 ± 11.44 26.91 ± 7.49 0.2482 Jumlah bunga 26.00 ± 12.64 52.62 ± 17.90 0.0002 Lebar stomata (µm) 0.99 ± 0.04 0.92 ± 0.08 0.0136 Panjang stomata (µm) 5.76 ± 0.47 5.65 ± 0.42 0.5147 Kadar klorofil total 1.25 ± 0.45 0.89 ± 0.24 0.0086 Perlakuan kolkisin sangat nyata menurunkan jumlah bunga, sedang umur berbunga meskipun bertambah tetapi secara statistik tidak berbeda dari kontrol (Tabel 1). Herbawati (1989) juga melaporkan bahwa umur berbunga tanaman kedelai yang mendapat perlakuan kolkisin menjadi lebih dalam. Poehlman dan Sleper (1995) menyatakan bahwa ukuran sel tanaman poliploid seringkali membesar namun jumlahnya berkurang. Membesarnya ukuran sel mengakibatkan efisiensi metabolisme tanaman menurun sehingga pertumbuhannya terhambat dan waktu berbunganya melambat.

Gambar 1. Daun pentafoliate pada zuriat F1 kacang tanah hasil persilangan interspesifik pada perlakuan dengan kolkisin. Tambahan helai anak daun dapat di bagian pangkal (anak panah -1) atau di bagian ujung (anak panah 2). Perlakuan kolkisin nyata memperbesar lebar stomata, tetapi panjangnya tidak berbeda dari kontrol (Tabel 1). Hasil ini sejalan dengan penelitian Lu dan Bridgen (1997) pada tanaman Alstroemeria sp. tetraploid hasil perlakuan dengan kolkisin yang mempunyai stomata lebih lebar dibanding tanaman diploid asalnya. Kadar klorofil total tanaman dengan kolkisin sangat nyata lebih tinggi dibanding kontrol (Tabel 1) dan secara visual hal tersebut ditunjukkan oleh warna daunnya yang lebih hijau dibanding warna daun tanaman kontrol. Hasil ini sesuai dengan pernyataan Singsit dan Ozias (1992) bahwa jumlah kloroplas dalam sel penjaga tanaman kacang tanah berkorelasi positif dengan level ploidinya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tanaman F1 hibrid, baik tanaman dengan kolkisin maupun tanaman tanpa kolkisin, keduanya dapat menghasilkan biji, dan biji tersebut dapat berkecambah dengan baik. Hal tersebut menolak dugaan bahwa hibrid triploid merupakan tanaman steril. Penelitian Singh dan Moss (1984) terhadap delapan macam hibrid triploid hasil persilangan antara A. hypogaea dengan delapan spesies diploid kerabat liarnya ternyata juga menghasilkan biji, bahkan ada yang menghasilkan 25 polong per tanaman.

Gambar 2. Jumlah kromosom tanaman F2. Tanaman tanpa kolkisin, 2n = 40 (A), tanaman dengan kolkisin, 2n = 60 (B), dan 2n = 80 (C) Perlakuan kolkisin mengakibatkan perubahan sitologi tanaman. Deteksi jumlah kromosom ujung akar kecambah zuriat F1 hibrid (tanaman F2) menunjukkan bahwa perlakuan kolkisin mengakibatkan perubahan jumlah kromosom yang bervariasi, yaitu 40, 48, 60, 68, dan 80 kromosom untuk tiap selnya. Zuriat tanaman F1 hibrid tanpa kolkisin (tanaman F2) jumlah kromosomnya 40, dan jumlah ini sama dengan jumlah kromosom A. hypogaea normal. A. hypogaea memiliki genom A dan B sedang A. cardenasii memiliki genom A (Prasad, 1996). Kombinasi kromosom homolog saat meiosis (pada profase subfase zigoten) pada tanaman hibrid triploid hasil persilangan antara kedua spesies tersebut menjadi tidak teratur. Setidaknya 10 pasang kromosom dari genom yang sama akan berpasangan, sedang 10 kromosom tunggal dari genom B tidak berpasangan. Peristiwa ini akan diikuti oleh segregasi yang tidak seimbang pada saat anafase, sehingga dapat terbentuk gamet-gamet yang jumlah kromosom-nya bervariasi antara 10 hingga 30. Hasil penelitian Singh dan Moss (1984) menunjukkan bahwa dari 225 tanaman F2 keturunan hibrid triploid kacang tanah hasil persilangan antara A. hypogaea dengan delapan spesies kerabat liar diploid-nya (termasuk A. cardenasii), didapatkan 80 tanaman tetraploid, 82 tanaman heksaploid, dan 63 tanaman dengan jumlah kromosom antara 20 sampai dengan 59.

KESIMPULAN Perlakuan kolkisin pada tanaman zuriat F1 kacang tanah hasil persilangan interspesifik A. hypogaea (2n=4x=40) dengan A. cardenasii (2n=2x=20) mengakibatkan tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah bunga berkurang. Stomata tanaman dengan kolkisin lebih lebar dibanding tanaman tanpa kolkisin, dengan kadar klorofil total pada daun yang lebih tinggi. Perlakuan kolkisin meningkatkan jumlah kromosom tanaman. Kromosom akar kecambah F2 dari tanaman tanpa kolkisin berjumlah 40, sedangkan kromosom akar kecambah F2 dari tanaman dengan kolkisin berkisar 40 80. DAFTAR PUSTAKA Herbawati, N. 1989. Studi morfologi dan anatomi guna mempelajari perubahan genetic kedelai varietas Orba dan Wilis akibat perlakuan colchicines. Skripsi Sarjana. Jurusan Biologi Fakultas MIPA IPB. Bogor. (Tidak dipublikasikan) Huang, H.J. and W.C. Li. 1992. Comparative study in the effects of colchicine treatment between cultivated and wild species of peanut. J. Agric. For. 41:27-37. Lu, C. and M.P. Bridgen. 1997. Chromosome doubling and fertility study of Alstroemeria aurea x A. caryophyllaea. Euphityca 94:75-81. Prasad, M.V.R. 1996. Groundnut, p. 217-241. In P.N. Bahl and P.M. Salimath (Eds.) Genetics, Cytogenetics, and Breeding of Crop Plants, Pulses, and Oilseeds. Science Publ. Inc. USA. Poehlman, J. M. dan D. A. Sleper. 1995. Breeding Field Crops. 4 th eds. Iowa State University Press, USA. 494p. Sharief, Y., J.O. Rawling, and W.C. Gregory. 1978. Estimates of leafspot re-sistace in three interspecific hybrids of Arachis. Euphytica 27:741-751. Singh, A.K. dan J.P. Moss. 1984. Utilization of wild relatives in genetic improve-ment of Arachis hypogaea L. Peanut Sci. 11:17-21. Singsit, C. and A.P. Ozias. 1992. Rapid estimation of ploidy levels in in-vitro regenerated interspecific Arachis hybrids and fertile triploid. Euphityca 93:257-262. Sudjadi, M.S. 1986. Pengaruh penyakit karat (P. arachidis) dan penyakit bercak daun (Cercospora sp.) terhadap hasil kacang tanah (Arachis hypogaea). Dalam Seminar Hasil Penelitian Tanaman Pangan, Balittan Bogor Vol. 2. Palawija, hlm.356-362. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih disampaikan kepada Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Ditjen DIKTI Depdikbud (kini DEPDIKNAS) yang telah membiayai penelitian ini melalui program Hibah Bersaing Perguruan Tinggi periode tahun 1994-1999.