BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari sel darah. ( Evelyn C. Pearce, 2006 ) sedang keberadaannya dalam darah, hanya melintas saja.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sisanya terdiri dari sel darah. ( Evelyn C. Pearce, 2006 ) sedang keberadaannya dalam darah, hanya melintas saja.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tujuan pemeriksaan sediaan apus darah tepi antara lain menilai berbagai

LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI PEMBUATAN DAN PEWARNAAN SEDIAAN APUSAN DARAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari tubuh yang jumlahnya 6-8% dari berat badan total. a. Plasma darah, merupakan bagian yang cair

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung elektrolit. (Muttaqin Arif, 2009) trombosit, dan komponen lainnya. (A.V. Hoffbrand dan J.F. Pettit.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oksigen. Darah terdiri dari bagian cair dan padat, bagian cair yaitu berupa plasma

LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI I PENGAMBILAN DARAH VENA DAN DARAH KAPILER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat dilakukan dengan banyak metoda. Salah satu metoda yang paling diyakini

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA ACARA III MENGHITUNG JUMLAH SEL DARAH MERAH

PEWARNAAN HAPUSAN DARAH TEPI. Oleh, Kelompok 2: I Gusti Agung Ayu Krisma D. D (P ) I Putu Paramartha Wicaksana A.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sediaan mikroteknik atau yang juga dikenal sebagai sediaan Histologi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berbentuk cakram dan mengandung granula. Terdapat keping

Ilmu Pengetahuan Alam

Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

SISTEM PEMBULUH DARAH MANUSIA. OLEH: REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt

BAB I PENDAHULUAN. benar sehingga memberikan hasil yang teliti dan akurat dengan validasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sel darah putih ( lekosit ) rupanya bening dan tidak berwarna, bentuknya lebih besar

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tingginya tingkat pendidikan, kesejahteraan masyarakat, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah cairan yang disebut plasma yang di dalamnya terdapat unsur-unsur padat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dinamakan sebagai pembuluh darah dan menjalankan fungsi transpor berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Peredaran Darah Manusia

Keterampilan Laboratorium PADA BLOK 2.2 HEMATOIMUNOLIMFOPOETIK:

Mengenal Penyakit Kelainan Darah

SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari sel darah. (Evelyn C. Pearce, 2006)

SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA

ANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah merupakan bagian penting dari sistem transportasi zat-zat. a. Plasma darah merupakan bagian cair.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. makhluk hidup. Sel eritrosit termasuk sel yang terbanyak di dalam tubuh manusia.

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 6. SISTEM TRANSPORTASI PADA MANUSIALATIHAN SOAL

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. mengetahui keadaan darah dan komponen-komponennya. Fungsi dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indeks Eritrosit atau Mean Cospuscular Value adalah suatu nilai rata-rata

PAPER HEMATOLOGI PEMBUATAN HAPUSAN DARAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah adalah suspensi dari partikel dalam larutan koloid cair yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oksigen, antibodi, panas, elektrolit dan vitamin ke jaringan seluruh tubuh. Darah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tujuan Pembelajaran. 1. Dapat menjelaskan 3 komponen penyusun sistem peredaran darah pada manusia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligat intraseluler dari

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk

Makalah Sistem Hematologi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang rata-rata memiliki kira-kira 70 ml darah setiap kilogram berat

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 6. SISTEM TRANSPORTASI PADA MANUSIALatihan Soal 6.1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. apus ini adalah dengan meneteskan darah lalu dipaparkan di atas objek glass,

PERBANDINGAN PEMERIKSAAN HITUNG JENIS LEUKOSIT DENGAN PEWARNAAN KOMBINASI GIEMSA DAN WRIGHT

III. METODE PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA SEDIAAN APUS DARAH

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur kerja Kemampuan puasa ikan Tingkat konsumsi oksigen Laju ekskresi amoniak

LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI KELAINAN MORFOLOGI SEL DARAH MERAH

PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS.

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

- - SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA - - dlp5darah

BAB III METODE PENELITIAN

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 6. SISTEM TRANSPORTASI PADA MANUSIALatihan Soal 6.2. Varises. Anemia. Polisitemia. Hipertensi

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 12. RANGKA DAN SISTEM ORGAN PADA MANUSIALatihan soal 12.5

HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN

Kompetensi SISTEM SIRKULASI. Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Puskesmas Kemangkon Kabupaten

STORYBOARD SISTEM PEREDARAN DARAH

5 Sistem. Peredaran Darah. Bab. Di dalam tubuh makhluk hidup terdapat suatu sistem yang berfungsi untuk mengedarkan makanan dan O 2

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS MALARIA BALAI LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

LAPORAN PRAKTIKUM SEROLOGI IMUNOLOGI IMUNODIFUSI GANDA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam konsistensi cair, beredar dalam suatu sistem tertutup yang dinamakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Darah merupakan salah satu komponen yang paling penting di dalam tubuh

Apa itu Darah? Plasma Vs. serum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sel sel darah primitif dibentuk dalam saccus vitelinus. Sel sel darah disini masih

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009

SISTEM PEREDARAN DARAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting bagi dokter yang bertugas di laboratorium, dokter

SISTEM SIRKULASI OLEH : DRS. DJOKO IRAWANTO

Jaringan adalah kumpulan dari selsel sejenis atau berlainan jenis termasuk matrik antar selnya yang mendukung fungsi organ atau sistem tertentu.

Sistem Transportasi Manusia L/O/G/O

BAB I PENDAHULUAN. hemoglobin, jumlah lekosit, hitung jenis lekosit, Laju Endap Darah (LED).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kalsium. Trombosit melekat pada lapisan pembuluh darah yang rombak. (luka) dengan membentuk plug trombosit (Rukman, 2010).

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS Jl. Perintis Kemerdekaan Padang Telp.: Fax:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

tumbuh tumbuhan, madu, sirup jagung, dan tetesan tebu. Pada manusia dan dan laktosa ( Hertog Nursanyoto, dkk, 1992 ).

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Peralatan Prosedur

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik.

biologi SET 12 TUBUH MANUSIA 1 (SISTEM PEREDARAN DARAH) DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian Karya Tulis Ilmiah ini adalah penelitian analitik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian-bagian darah yang berasal dari donor kepada seorang penderita (resipien).

B A B II TINJAUAN PUSTAKA. penting dari sistem transport dan bagian penting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah merupakan bagian dari tubuh yang jumlahnya 6-8 % dari berat badan total.

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Darah merupakan bagian dari tubuh yang jumlahnya 6 8% dari berat badan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yaitu plasma darah dan sel darah. Sel darah terdiri dari tiga jenis yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit. Volume darah secara keseluruhan adalah satu per dua belas berat badan atau kira-kira lima liter. Sekitar 55% adalah plasma darah, sedang 45% sisanya terdiri dari sel darah. (Pearce EC, 2006) Fungsi utama darah dalam sirkulasi adalah sebagai media transportasi, pengaturan suhu, pemeliharaan keseimbangan cairan, serta keseimbangan asam dan basa. Eritrosit selama hidupnya tetap berada dalam tubuh. Sel darah merah mampu mengangkut secara efektif tanpa meninggalkan fungsinya di dalam jaringan, sedang keberadaannya dalam darah, hanya melintas saja. (Widman FK, 1989) Darah berwarna merah, antara merah terang apabila kaya oksigen sampai merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan oleh hemoglobin, protein pernapasan (respiratory protein) yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen. Manusia memiliki sistem peredaran darah tertutup yang berarti darah mengalir dalam pembuluh darah dan disirkulasikan oleh jantung. Darah dipompa oleh jantung menuju paru-paru untuk melepaskan sisa metabolisme berupa karbon dioksida dan menyerap oksigen melalui pembuluh arteri pulmonalis, lalu dibawa 4

kembali ke jantung melalui vena pulmonalis. Setelah itu darah dikirimkan keseluruh tubuh oleh saluran pembuluh darah aorta. Darah mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh melalui saluran halus darah yang disebut pembuluh kapiler. Darah kemudian kembali ke jantung melalui pembuluh darah vena cava superior dan vena cara inferior. Darah juga mengangkut bahan bahan sisa metabolisme, obat-obatan dan bahan kimia asing ke hati untuk diuraikan dan ke ginjal untuk dibuang sebagai air seni. (Pearce EC, 2006) 1. Komposisi Darah : Darah terdiri dari pada beberapa jenis korpuskula yang membentuk 45% bagian dari darah. Bagian 55% yang lain berupa cairan kekuningan yang membentuk medium cairan darah yang disebut plasma darah. Korpuskula darah terdiri dari: a. Sel darah merah atau eritrosit (sekitar 99%) Eritrosit tidak mempunyai nukleus sel ataupun organela, dan tidak dianggap sebagai sel dari segi biologi. Eritrosit mengandung hemoglobin dan mengedarkan oksigen. Sel darah merah juga berperan dalam penentuan golongan darah. Orang yang kekurangan eritrosit menderita penyakit anemia. Keping-keping darah atau trombosit (0,6-1,0%), bertanggung jawab dalam proses pembekuan darah. b. Sel darah putih atau leukosit (0,2%) Leukosit bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuh dan bertugas untuk memusnahkan benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya oleh tubuh, misal virus atau bakteri. Leukosit bersifat amuboid atau tidak memiliki

bentuk yang tetap. Orang yang kelebihan leukosit menderita penyakit leukimia, sedangkan orang yang kekurangan leukosit menderita penyakit leukopenia. (The Franklin, 2009) B. Antikoagulansia untuk Pemeriksaan Hematologi Agar darah yang akan diperiksa jangan sampai membeku dapat dipakai bermacam-macam antikoagulan. Tidak semua macam antikoagulan dapat dipakai karena ada yang terlalu banyak berpengaruh terhadap bentuk eritrosit atau leukosit yang akan diperiksa morfologinya. Antikoagulan tersebut antara lain : EDTA ( Ethylene Diamine Tetra Acetate), sebagai garam natrium atau kaliumnya. Garam-garam itu mengubah ion kalsium dari darah menjadi bentuk yang bukan ion. Dalam pemeriksaan hematologi selain pemeriksaan apusan darah, antikoagulan EDTA tidak berpengaruh terhadap besar dan bentuknya eritrosit dan tidak juga terhadap bentuk leukosit. Namun untuk pemeriksaan apusan darah, sampel darah EDTA memiliki batasan waktu penyimpanan makisimal selama 2 jam, karena jika lebih dari batasan waktu eritrosit dapat membengkak dan trombosit dapat mengalami disintegrasi. Tiap 1 mg EDTA menghindarkan membekunya 1 ml darah. EDTA sering dipakai dalam bentuk larutan 10% sedangkan 15 µ menghindarkan membekunya 1 ml darah. Kalau ingin menghindarkan terjadi pengenceran darah, zat kering pun boleh dipakai. Akan tetapi dalam hal terakhir ini perlu sekali menggoncangkan wadah berisi EDTA dan darah selama 1-2 menit, karena EDTA kering lambat melarut. Heparin berdaya seperti antitrombin, tidak berpengaruh terhadap bentuk eritrosit dan leukosit. Dalam praktek sehari-hari heparin kurang banyak dipakai

karena mahal harganya. Tiap 1 mg heparin mencegah membekunya 10 ml darah. Heparin boleh dipakai sebagai larutan atau dalam bentuk kering. Natriumsitrat dalam larutan 3,8%, yaitu larutan yang isotonic dengan darah. Dapat dipakai dalam beberapa macam percobaan hemoragik dan untuk laju endap darah cara westergren. Campuran amoniumoxalat dan kaliumoxalat menurut Paul dan Heller yang juga dikenal sebagai campuran oxalate seimbang. Dipakai dalam keadaan kering agar tidak mengencerkan darah yang diperiksa. Jika memakai amoniumoxalat tersendiri eritrosit membengkak, dan jika kaliumoxalat tersendiri menyebabkan eritrosit mengerut.campuran kedua garam itu dalam perbandingan 3 : 2 tidak berpengaruh terhadap besarnya eritrosit (tetapi berpengaruh terhadap morfologi leukosit). Larutan pokok : amoniumoxalat 12 g, kaliumoxalat 8 g, aquadest ad 1000 ml. botol atau tabung diisi dengan 0,2 atau 0,5 ml larutan itu, kemudian dikeringkan pada suhu kurang dari 70 derajat Celcius. Ke dalam botol tersebut kemudian dimasukkan 2 atau 5 ml darah untuk pemeriksaan hematologi. ( Pendidikan Ahli Madya Analis Kesehatan, 1996 ) C. Preparat Darah Apus Tepi Preparat darah apus tepi adalah merupakan pemeriksaan darah rutin dan pemeriksaan penyaring. Pemeriksaan darah rutin terdiri dari hemoglobin, jumlah lekosit, hitung jenis lekosit, dan laju endapan darah. Pemeriksaan penyaring terdiri dari gambaran darah tepi, jumlah eritrosit, hematokrit, indeks eritrosit, jumlah retikolosit, dan trombosit. Pereparat darah apus tepi ini meliputi 2 bagian pemeriksaan yaitu pemeriksaan hitung jenis sel darah putih (termasuk pemeriksaan

rutin) dan gambaran sel darah serta unsur-unsur lain antara lain parasit, sel ganas dan lain-lain. Sediaan apus yang dibuat dan dipulas dengan baik merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil yang baik. (Budiwiyono I,1995) Menurut jenisnya dibagi menjadi dua yaitu sediaan hapus darah tipis dan sediaan hapus darah tebal. Sediaan hapus darah mempunyai kegunaan dalam bidang parasitologi dan hematologi. (Ismid IS, 2000) a. Preparat darah apus tipis Preparat darah apus tipis yaitu preparat yang lebih sedikit membutuhkan darah untuk pemeriksaan dibandingkan dengan preparat darah apus tebal,morfologinya lebih jelas,dan perubahaan pada eritrosit dapat terlihat jelas. b. Preparat darah apus tebal Preparat darah apus tebal yaitu preparat yang lebih banyak membutuhkan darah untuk pemeriksaan dibandingkan dengan preparat darah apus tipis, jumlah selnya lebih banyak dalam satu lapang pandang,dan bentuknya tidak sama seperti dalam preparat darah apus tipis. Bahan pemeriksaan yang terbaik adalah darah segar yang berasal dari kapiler atau vena. Dihapuskan pada kaca obyek pada keadaan tertentu dapat pula digunakan darah EDTA. ( Tjokronegoro A,1996 ) 1. Ciri-ciri preparat darah apus yang baik: a. Sediaan tidak melebar sampai tepi kaca objek glas, panjang 1/2 sampai 2/3 panjang kaca. b. Mempunyai bagian yang cukup tipis untuk diperiksa, pada bangian itu eritrosit tersebar rata berdekatan dan tidak saling bertumpukan.

c. Pinggir sediaan rata, tidak berlubang-lubang atau bergaris-garis. d. Penebalan eritrosit yang baik tidak berkumpul pada pinggir atau ujung sedimen. 2. Teknik Pemeriksaan apusan darah tepi : Preparat darah apus terdiri atas bagian kepala dan bangian ekor. Pada bagian kepala sel-sel bertumpukann terutama eritrosit, sehingga bagian ini tidak dapat dipakai untuk pemeriksaan morfologi sel. Eritrosit sebaiknya diperiksa di bangian belakang ekor, karena disini eritrosit terpisah satu sama lain. (Pendidikan Ahli Madya Analis Kesehatan, 1996) D. Pewarnan Darah Apus Pewarnaan darah apus merupakan pewaraan yang terwarnai pada preparat darah apus tepi, misalnya dengan menggunakan pewarnaan menurut Romanowsky ada empat macam pewarnaan preparat darah apus yaitu pewarnaan wright s stain, pewarnaan lieshman, pewarnaan may grunwald, pewarnaan giemsa. (Tjokronegoro A, 1996) Pewarnaan preparat darah apus yang sering digunakan untuk melakukan pengecatan preparat darah apus kebanyakan menggunakan metode pewarnaan Romanowsky diantaranya: 1. Pewarna giemsa Pewarna giemsa adalah zat warna yang digunakan dalam metode Romanowsky, eosin, metilin azur dan metilen blue berguna untuk mewarnai sel darah. Apus yang telah dikeringkan diudara, difiksasi dulu dengan metil alkohol selama 3-5 menit, di cat giemsa yang telah diencerkan dengan larutan penyanggah

ph 6,4 dan membiarkan selama 20 menit. Preparat apus yang yang telah selesai dibuat kemudian diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 100x. (R. Gandasoebrata, 2007) 2. Pewarnaan wright Pewarnaan wright adalah zat warna yang digunakan dalam metode Romanowsky, merupakan campuran eosin Y, Azure B, metilen blue, dan metil alkohol dalam konsentrasi tinggi. Sediaan apus yang telah dikeringkan diudara, tidak perlu mengadakan fiksasi tersendiri, karena telah mengandung metil alkohol dalam konsentrasi tinggi dan di cat wright langsung ditambah penyanggah ph 6,4 sama banyak dan membiarkan selama 15-20 menit. Preparat apus yang yang telah selesai dibuat kemudian diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 100x. (R. Gandasoebrata, 2007) E. Morfologi Eritrosit 1. Morfologi Eritrosit Morfologi eritrosit adalah bentuk bikonkaf, cekungan (konkaf) pada eritrosit digunakan untuk memberikan ruang pada hemoglobin yang akan mengikat oksigen. Tetapi polimorfisme yang mengakibatkan abnormalitas pada eritrosit dapat menyebabkan munculnya banyak penyakit. Umumnya, polimorfisme disebabkan oleh mutasi gen pengkode hemoglobin, gen pengkode protein transmembran, ataupun gen pengkode protein sitoskeleton. Polimorfisme yang mungkin terjadi antara lain adalah anemia sel sabit, Duffy negatif, Glucose- 6-phosphatase deficiency (defisiensi G6PD), talasemia, kelainan glikoporin, dan

South-East Asian Ovalocytosis (SAO). (Kwiatkowski DP, 2005) 2. Morfologi eritrosit normal Pada hapusan darah tepi dengan pengecatan Romanowsky eritrosit normal tampak sebagai sel yang berwarna jambon, tak berinti dengan batas luar yang berbentuk lingkara dan berdiameter antara 6,7 dan 7,7 mikron (rata -rata 7,2 mikron). Morfologi sel-sel darah seharusnya di periksa dari sediaan darah yang berasal dari tempat di mana sel-sel eritrosit jarang bertumpang tindih. Di daerah semacam ini, setiap eritrosit (yang berbentuk bikonkaf) mempunyai daerah tengah yang kepucatan berdiameter kira-kira 1/3 dari diameter eritrosit tersebut. Selain eritrosit, sediaan hapus darah juga mengandung kepingan darah dan berbagai jenis lekosit. Rata-rata perbandingan antara eritrosit, kepingan darah dan lekosit adalah 700:40:1. Kepingan darah berbentuk sebagai sel kecil takberinti, berdiameter antara 2-3 mikron. Dalam pewarnaan berwarna sebagai biru muda dan mengandung sejumlah kecil granula yang bersifat azurofilik sering terpusat di daerah tengah sel kepingan darah. Hapusan darah vena normal sel-sel eritrositnya berbentuk bulat dan besarnya tab bervariasi secara menyolok. Eritrosit-eritrosit berisi hemoglobin, daerah, kecil dipusat kepucatan. (N. C. Hughes-Jones, 1994) 3. Kelainan morfologi eritrosit a. Warna Kelainan morfologi eritrosit karena bentuk yang tidak bikonkaf sempurna dapat dililihat dari warna / kepucatan eritrosit. 1. Eritrosit normal pucat 1/3 bagian = normokrom

2. Eritrosit yang pucat lebih besar dari 1/3 bagian = hipokrom 3. Eritrosit yang tidak pucat = hiperkrom b. Ukuran / Size Kelainan morfologi eritrosit karena berbeda-beda ukuran adalah Anisositosis 1. Ukuran normal berdiameter rata-rata 7 mikron = normositer 2. Ukuran lebih kecil dari 7 mikron = mikrositer 3. Ukuran lebih besar dari 7 mikron = makrositer c. Bentuk Eritrosit yang rusak akan memiliki bentuk-bentuk yang tidak biasa dan spesifik pada penyakit-penyakit tertentu. Bentuk abnormal eritrosit yaitu ovalosit, sperosit, schitosit atau fragmentosit, sel target atau leptosit atau sel sasaran, sel sabit atau sickle cell, krenasi, sel burr, akantosit, tear drop cells, poiklositosis, dan rouleax atau auto aglutinasi. (Tjokronegoro A, 1996) F. Kualitas Cat Kualitas giemsa mempengaruhi hasil pewarnaan pada sedian apus darah. Kualitas giemsa dikatakan baik apabila giemsa dibuat baru dan dikatakan kurang baik apabila giemsa yang sudah disimpan lebih dari 1 hari. Kualitas wright yang dibeli dalam keadaan larut, dikatakan baik yang harus diperhatikan struksi yang diberikan pada botol, yang di simpan ditempat sejuk dan dikatakan kurang baik apabila memakai wright tidak memperhatikan struksi yang diberikan pada botol, yang disimpan ditempat yang panas dan terkena sinar matahari. (R. Gandasoebrata, 2007)

Penilaian hasil pewarnaan giemsa dan wright dikatakan baik terhadap morfologi eritrosit apabila warna: normokrom, ukuran: normositer, bentuk: normal. Kurang baik yaitu warna: hipokrom dan hiperkrom, ukuran: mikrositer dan makrositer, bentuk: abnormal. Penilaian hasil terhadap kualitas cat dikatakan baik yaitu secara makroskopis kerataan cat: warna rata dan secara mikroskopis endapan cat: - (tidak ada endapan cat/lp). Kurang baik yaitu secara makroskopis meliputi kerataan cat: warna kurang rata dan secara mikroskopis meliputi endapan cat: + (1-10 bercak/lp), +2 (11-20 bercak/lp), +3 (> 20 bercak/lp), +4 (Cat menggumpal sangat banyak bercak/lp).