Tabel 4. Rata-rata Penerimaan, Biaya, dan Pendapatan Usahatani Jamur Kuping per Periode Tanam di Kabupaten Sukoharjo No. 1. 2. 3. Uraian Penerimaan usahatani Biaya usahatani Pendapatan usahatani Hasil rata-rata (Rp/PT) 30.492.307,69 21.710.573,00 8.781.735,04 R/C Ratio 1,45 Ket. PT : Periode Tanam SIMPULAN Rata-rata besar biaya usahatani jamur kuping di Kabupaten Sukoharjo Rp 21.710.573, rata-rata penerimaan usahatani jamur kuping Rp 30.492.307,69 dan ratarata pendapatan usahatani jamur kuping Rp 8.781.735,04 per Periode Tanam (4 bln). Pengusahaan jamur kuping di Kabupaten Sukoharjo telah efisien dengan R/C Ratio sebesar 1,45. Saran yang dapat penulis berikan diantaranya; Usahatani jamur kuping dapat menambah pendapatan rumah tangga petani per periode tanam (4bln) Rp 8.781.735,04 atau penghasilan pendapatan tiap bulan Rp 2.195.433,80. Oleh karena itu petani di Kabupaten Sukoharjo disarankan untuk mengembangkan usahatani jamur kuping agar dapat menambah pendapatan rumah tangga petani dan pemerintah hendaknya memberi perhatian lebih pada usahatani jamur kuping mengingat potensi yang dimiliki di wilayahnya dan hasil dari usahatani jamur kuping dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga petani. Perhatian pemerintah dapat diwujudkan dengan memberikan penyuluhan mengenai teknik budidaya jamur kuping yang benar atau memberikan bantuan modal untuk berusahatani jamur kuping. DAFTAR PUSTAKA BPS. 2013. Kabupaten Sukoharjo Dalam Angka 2012. Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo Cahyana, YA, Muchrodji, dan M. Bakrun, 2002. Budidaya Jamur Kuping. Swadaya. Jakarta. Hadisapoetro, S., 1973. Biaya dan Pendapatan dalam Usahatani. BPFE UGM. Yogyakarta. Soekartawi, 1995. Analisis Usahatani. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Soekartawi, 2001. Analisis Usahatani. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Sumeru, A., 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Penerbit UI. Jakarta Surakhmad, W., 1994. Penelitian Ilmiah, Dasar, Metode, dan Teknik. Tarsito. Bandung.
Tabel 3. Rata-Rata Penerimaan Pada Usahatani Jamur Kuping per Periode Tanam di Kabupaten Sukoharjo No. Hasil Jamur Kuping Produksi (Kg) Harga (Rp) Jumlah 1. Basah 2400 9.000 21.600.000,00 2. Kering 741,03 60.000 8.892.307,69 Petani jamur kuping di Kabupaten Sukoharjo rata-rata menggunakan substrat baglog dengan berat tiap baglognya 1,5 kg. Substrat baglog dengan berat 1,5 kg rata-rata akan dapat menghasilkan 3-4 kg jamur kuping segar. Dari hasil substrat tersebut menghasil 3-4 kg ini merupakan jumlah total jamur kuping segar sampai panen habis untuk tiap baglognya. Harga jual satu kg jamur kuping segar di Kabupaten Sukoharjo (Tabel 3) berkisar Rp 9.000,00 sehingga dengan rata-rata produksi sebesar 3.141,03 kg per periode tanam maka akan diperoleh rata-rata total penerimaan petani sebesar Rp 30.492.307,69 per periode tanam. Pendapatan Usahatani Jamur Kuping Pendapatan dari usahatani jamur kuping diperoleh dengan memperhitungkan selisih antara total penerimaan dengan total biaya menghasilkan. Berdasarkan Tabel 4, dapat diketahui bahwa rata-rata pendapatan diperoleh rata-rata pendapatan sebesar Rp 8.781.735,04 per periode tanam. Pendapatan usahatani jamur kuping tergolong cukup besar sebagai salah satu sumber pendapatan rumah tangga, mengingat usahatani jamur kuping hanya diusahakan di lahan pekarangan dengan rata-rata luas rumah jamur (k ubung) 102 m 2 dan tidak terlalu banyak membutuhkan tenaga kerja. Dalam pengelolaan usahatani jamur kuping, yang sangat diperlukan supaya berhasil adalah ketelatenan dalam memelihara jamur kuping. Tingkat pendapatan petani jamur kuping tersebut tergolong tinggi mengingat budidaya jamur kuping relatif mudah dilakukan dan diusahakan karena tidak memerlukan lahan yang luas, pemeliharaannya tidak rumit, dan bahan baku mudah didapatkan sehingga semakin menarik minat petani untuk mengembangkan usahanya dengan menambah jumlah substrat baglog yang dipelihara. Efisiensi Usahatani Jamur Kuping Dari Tabel 4, diketahui efisiensi usahatani jamur kuping sebesar 1,45. Nilai efisiensi usahatani jamur kuping lebih dari satu, yang berarti bahwa usahatani jamur kuping telah mencapai efisien. Penerimaan dan biaya usahatani jamur kuping yang digunakan untuk mencari nilai efisiensi adalah besarnya penerimaan dan biaya usahatani jamur kuping per periode tanam. Dalam penelitian ini, R/C ratio digunakan untuk mengetahui efisiensi usahatani jamur kuping. Dari hasil analisis diperoleh nilai R/C ratio usahatani jamur kuping sebesar 1,45 (lebih besar dari satu), sehingga dapat dinyatakan bahwa usahatani jamur kuping telah efisien untuk diusahakan. Efisien yang dimaksud bahwa setiap penerimaan usahatani yang diterima oleh petani jamur kuping sudah mampu menutup besarnya biaya yang dikeluarkan dalam mengerjakan usahatani tersebut atau dapat pula diartikan bahwa satu rupiah biaya yang dikeluarkan oleh petani jamur kuping mampu menghasilkan penerimaan sebesar 1,45 rupiah.
Tabel 2. Rata-Rata Biaya Pada Usahatani Jamur Kuping per Periode Tanam di Kabupaten Sukoharjo No Uraian Rata-rata (Rp/PT) Persentase (%) 1. 2. 3. 4. Biaya sarana produksi (baglog) Biaya tenaga kerja Tenaga kerja keluarga Tenaga kerja Luar Penyusutan alat 19.316.666,67 1.120.000,00 771.435,89 721.700,85 88,08 5,10 3,51 3,29 Jumlah 21.929.803,41 100,00 Biaya mengusahakan Biaya mengusahakan yaitu biaya alatalat luar (terdiri dari biaya sarana produksi, upah tenaga kerja luar, dan lain-lain) ditambah dengan upah tenaga kerja sendiri yang diperhitungkan berdasarkan upah yang diberikan kepada tenaga kerja luar. Rata-rata biaya mengusahakan yang dikeluarkan oleh petani jamur kuping pada Tabel 2. Berdasarkan Tabel 2 rata-rata biaya yang paling besar ditunjukkan oleh biaya sarana produksi yaitu sebesar Rp 19. 316.666,67 atau sebesar 88,08 persen, sedangkan rata-rata biaya yang paling sedikit ialah biaya penyusutan alat. Rata-rata biaya penyusutan alat ialah sebesar Rp 721.700,85 atau sebesar 3,51 persen. Biaya usahatani jamur kuping diperhitungkan selama satu periode tanam (4 bulan). Besar kecilnya biaya usahatani jamur kuping tergantung pada biaya pembelian substrat baglog, mengingat komponen biaya pembelian baglog merupakan bagian terbesar dari seluruh biaya usahatani jamur kuping yaitu sebesar Rp 19. 316.666,67 per periode tanam. Hal ini dikarenakan petani jamur kuping banyak yang belum bisa membuat baglog jamur kuping sendiri sehingga masih bergantung pada produsen bibit dan baglog jamur di Kabupaten Sukoharjo untuk penyediaan baglog jamur kuping yang dibutuhkan. Rata-rata harga baglog sebesar Rp 1.900,00/baglog dengan Ket. PT : Periode Tanam berat 1,5 kg/baglog. Untuk penggunaan tenaga kerja dalam usahatani jamur kuping, petani menggunakan tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Rata-rata biaya tenaga kerja keluarga yang dibutuhkan sebanyak Rp 1.120.000,00 per periode tanam, sedangkan biaya tenaga kerja luar yang dibutuhkan sebanyak Rp 771.435,89 per periode tanam. Tenaga kerja keluarga terbesar dilakukan pada saat pemeliharaan, karena pada pemeliharaan dan pemanenan banyak kegiatan yang harus dilakukan petani setiap hari selama empat bulan. Penerimaan Usahatani Jamur Kuping Penerimaan yaitu perkalian antara produksi total dengan harga produk. Ratarata penerimaan pada usahatani usahatani jamur kuping dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden bahwa sistem pemasaran jamur kuping dilakukan dengan cara dijual kepada pedagang berdasarkan harga jual pada saat panen. Alasan utamanya adalah karena petani jamur kuping di Kabupaten Sukoharjo merasa lebih praktis dan efisien sehingga bisa segera melaksanakan kegiatan lainnya. Petani jamur kuping menjual jamurnya dalam bentuk basah dan kering, hal tersebut dikarenakan pengaruh konsumen.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Daerah Penelitian Kabupaten Sukoharjo sebagai salah satu Kabupaten di Jawa Tengah terletak di antara 6 (enam) Kabupaten/Kota yaitu sebalah Utara berbatasan dengan Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gunung Kidul (Provinsi Da erah Istimewa Yogyakarta) dan Kabupaten Wonogiri serta sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Klaten dan Kabupaten Boyolali. Luas wilayah Kabupaten Sukoharjo yaitu 46.666 Ha atau 1,43 persen dari luas Provinsi Jawa Tengah yang sebesar 3.254.412 Ha. Secara astronomis Kabupaten Sukoharjo berada di antara 7º32-7º42 Lintang Selatan (LS) dan 110º57-110º10 Bujur Timur (BT), yang mencakup lahan sawah seluas 21.054 Ha dan lahan bukan sawah seluas 25.612Ha. Karakteristik Petani Jamur Kuping Karakteristik petani jamur Kuping merupakan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar belakang petani sampel yang berkaitan sekaligus berpengaruh terhadap kegiatannya dalam berusahatani jamur kuping. Bahwa petani yang dijadikan responden berjumlah 39 orang. Rata-rata umur petani jamur kuping berada pada umur produktif yaitu 44,18 tahun. Pada usia produktif masih dimungkinkan adanya peningkatan ketrampilan dan pengetahuan petani dalam mengelola usahataninya serta penyerapan teknologi baru. Selain itu, petani akan selalu berusaha untuk meningkatkan pendapatan yang diperolehnya karena usahatani jamur kuping ini mempunyai prospek yang baik meskipun petani baru mempunyai pengalaman berusahatani jamur kuping rata-rata 4,19 tahun. Rata-rata tingkat pendidikan petani 12,54 tahun, hal ini menunjukkan kesadaran untuk memperoleh pendidikan cukup tinggi, karena bisa dikatakan sebagian besar petani telah lulus sekolah menengah atas. Kesadaran berpendidikan yang baik akan memudahkan penyerapan informasi dan teknologi. Rata-rata jumlah anggota keluarga yang aktif dalam usahatani jamur kuping sebanyak 1 orang karena dalam mengusahakan jamur kuping tidak begitu membutuhkan banyak tenaga kerja. Dalam penelitian ini, rata-rata jumlah baglog jamur kuping yang dibudidayakan sebanyak 10.100 baglog dengan rata-rata luas kubung 101,92m 2. Tabel 1. Karakteristik Petani Jamur Kuping di Kabupaten Sukoharjo No. Uraian Jumlah 1. 2. 39 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Jumlah petani responden (orang) Pekerjaan utama responden (orang) a. Petani b. Karyawan c. Pengusaha Baglog Jamur Kuping Pekerjaan Sampingan Rata-rata umur petani (th) Rata-rata pendidikan petani (th) Rata-rata jumlah anggota keluarga petani (orang) Aktif dalam usahatani jamur kuping Rata-rata luas rumah jamur/kubung (m 2 ) Rata-rata pengalaman dalam usahatani jamur kuping (th) Rata-rata jumlah baglog jamur kuping (buah) 13 10 16 23 44,18 12,54 3 1 101,92 4,19 10.100
PENDAHULUAN Pertanian dalam arti luas terdiri dari lima sub sektor, yaitu tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Kelima sub sektor pertanian tersebut bila ditangani dengan serius akan mampu memberikan sumbangan yang besar bagi perkembangan perekonomian Indonesia mendatang (Soekartawi, 2001:27). Kontribusi hortikultura terhadap manusia dan lingkungan cukup besar. Manfaat produk hortikultura bagi manusia diantaranya adalah sebagai sumber pangan dan gizi, pendapatan keluarga, pendapatan negara, sedangkan bagi lingkungan adalah rasa estetikanya, konversi genetik sekaligus penyangga ke-lestarian alam (Sumeru, 1995:13). Umumnya, berbagai jenis jamur sering di temukan tumbuh saat musim hujan. Berbagai jenis jamur tersebut tumbuh di tanah yang telah mulai lapuk (Murchodji dan Cahyana, 2002:5). Berdasarkan tempat tumbuhnya, dikenal 2 golongan besar jamur konsumsi, yaitu jamur kompos dan jamur kayu. Kedua jenis golongan jamur tersebut banyak ditemukan di Indonesia. Masingmasing jenis jamur tersebut mempunyai ciriciri dan kandungan gizi yang berbeda-beda. Salah satu jenis jamur kayu yang dapat dimakan dan cukup dikenal di Indonesia adalah jamur kuping. Disebut sebagai jamur kuping karena jenis jamur yang termasuk dalam genus Auricularia ini mempunyai bentuk dan kekenyalan yang mirip dengan kuping (telinga) (Murchodji dan Cahyana, 2002:1-2). Adapun tujuan penelitian yaitu; mengetahui besarnya biaya, penerimaan dan pendapatan usahatani jamur kuping di Kabupaten Sukoharjo dan mengetahui efisiensi usahatani jamur kuping di Kabupaten Sukoharjo telah efisien. METODE PENELITIAN Metode dasar penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik (Surakhmad, 1994:139). Teknik pelaksanaan menggunakan teknik survai (Surakhmad, 1994:141). Analisis ini terdiri dari; biaya mengusahakan adalah biaya mengusahakan terdiri dari biaya sarana produksi (baglog yang sudah terdapat bibit jamur kuping), biaya tenaga kerja luar, biaya tenaga kerja keluarga, biaya penyusutan. Biaya mengusahakan yang dikeluarkan selama satu kali produksi, dinyatakan dalam satuan rupiah per 4 Bln (Rp/4 Bln) Hadisapoetro (1973 : 6-8). 1. Penerimaan usahatani (TR) TR = Py x Y.... (1) Dimana : TR = Total penerimaan usahatani jamur kuping (Rp); Py = Harga produk usahatani jamur kuping (Rp) ; Y = Produksi usahatani jamur kuping (kg). 2. Pendapatan usahatani (Pd) Pd = TR TC...(2) Dimana: Pd = Pendapatan usahatani jamur kuping (Rp) ; TR = Total penerimaan usahatani jamur kuping (Rp) ; TC = Biaya usahatani jamur kuping (Rp). 3. Efisiensi usahatani jamur kuping Efisiensi usahatani jamur kuping π = C R (3) Dimana : R = Besarnya penerimaan usahatani jamur kuping (Rp); C = Besarnya biaya yang dikeluarkan dalam usahatani jamur kuping (Rp). Kriteria : R/C > 1 berarti usahatani jamur kuping efisien, R/C = 1 berarti usahatani jamur kuping dalam kondisi break even point ( titik impas), R/C < 1 berarti usahatani jamur kuping tidak efisien (Soekartawi. 1995 : 54).
ANALISIS USAHATANI JAMUR KUPING (auricularia sp) DI KABUPATEN SUKOHARJO Feri Rizki Listyono, Sugiharti Mulya Handayani dan Mei Tri Sundari Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jalan Ir. Sutami No. 36 A Kentingan Surakarta 57126 Telp./ Fax.(0271) 637457 E-mail: feririzki_l@yahoo.co.id Telp. 085642221191 Abstract : Study aims to determine the cost, revenue and income mushroom regency Sukoharjo. To deterrmine the efficiency of mushroom farming regency Sukoharjo. Basic methods of this study using descriptive analytical method. Implementation techniques research using survey method. Selected study regency in Sukoharjo. Taking method respondents using census method. Respondents in the population is farmer all member mushroom regency in Sukoharjo. Result study farming show mushroom regency in Sukoharjo obtainable whit revenue large of costs incurred. The level revenue per planting period mushroom of the average cost of Rp 21.710.573,00 whit reception Rp 30.492.307,69, whit an average revenue farmer and farming mushroom in Rp 8.781.735,04 per planting period. Farming mushroom regency in Sukoharjo have efficient ant view R/C large 1 is 1,45. Farming mushroom regency in Sukoharjo add to revenue farmer households of the average Rp 8.781.735,04 or income monthy Rp 2.195.433,80. Therefore farming regency Sukoharjo recommended expand farming mushroom add to revenue farming home. Keywords: Sukoharjo, mushroom, cost, acceptance, income Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya biaya, penerimaan dan pendapatan usahatani jamur kuping di Kabupaten sukoharjo. Untuk mengetahui efisiensi usahatani jamur kuping di Kabupaten Sukoharjo. Metode dasar penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis. Teknik pelaksaan penelitian menggunakan metode survai. Lokasi penelitian dipilih di Kabupaten Sukoharjo. Metode pengambilan responden dilakukan dengan metode sensus. Responden pada populasi penelitian adalah seluruh anggota petani jamur kuping di Kabupaten Sukoharjo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani jamur kuping di Kabupaten Sukoharjo diperoleh dengan penerimaan yang besar dari biaya yang dikeluarkan. Tingkat penerimaan per periode tanam jamur kuping dari rata-rata besar biaya Rp21.710.573,00 dengan penerimaan Rp 30.492.307,69, dengan rata-rata pendapatan petani dari usahatani jamur kuping sebesar Rp 8.781.735,04 per periode tanam (4 bln). Usahatani jamur kuping di Kabupaten Sukoharjo telah efisien yang dilihat dari angka R/C lebih besar 1 yaitu 1,45. Usahatani jamur kuping di Kabupaten Sukoharjo menambah pendapatan rumah tangga petani per periode tanam (4bln) Rp 8.781.735,04 atau penghasilan pendapatan tiap bulan Rp 2.195.433,80. Oleh karena itu petani di kabupaten Sukoharjo disarankan untuk mengembangkan usahatani jamur kuping agar dapat menambah pendapatan rumah tangga petani. Kata Kunci: Kabupaten Sukoharjo, Jamur Kuping, Biaya, Penerimaan, Pendapatan