BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang digunakan dengan jangka panjang, yang meliputi IUD, implant dan kontrasepsi

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang

BAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam

BAB I PENDAHULUAN. tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008)

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

BAB 1 PENDAHULUAN. Sensus Penduduk tahun 2010 sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju

I. PENDAHULUAN. atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. dan misi Program KB Nasional. Visi KB itu sendiri yaitu Norma Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya keberhasilan pembangunan bangsa Indonesia. Situasi dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih besar menempatkan ibu pada risiko kematian (akibat kehamilan dan persalinan)

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

BAB I PENDAHULUAN. 2010) dan laju pertumbuhan penduduk antara tahun sebesar 1,49% yang

BAB I PENDAHULUAN. bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak kehamilan. terbentuknya keluarga kecil yang berkualitas (BkkbN, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar

BAB 1 PENDAHULUAN. pertahun (Badan Pusat Statistik, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan wanita untuk merencanakan kehamilan sedemikian rupa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program

BAB I. termasuk individu anggota keluarga untuk merencanakan kehidupan berkeluarga yang baik

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia (Cina, India, dan Amerika Serikat) dengan. 35 tahun (Hartanto, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan data

BAB I PENDAHULUAN jiwa, 2009 sebanyak jiwa, dan tahun sebanyak jiwa (KepMenKes, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut

BAB I PENDAHULUAN. adalah dampak dari meningkatnya angka kelahiran. Angka kelahiran dapat dilihat dari pencapaian tingkat fertilitas.

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam mencapai target MDGs (Millennium Development Goals), termasuk negara

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia di tahun 2012 mengalami kenaikan

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. hanya pemerintah, masyarakat juga diperlukan partisipasinya dalam

BAB I PENDAHULUAN. bagi negara-negara di dunia, khususnya negara berkembang.perserikatan Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai progam untuk

ABSTRAK. Kata kunci: pengalaman, seksual, vasektomi. Referensi (108: )

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2013 tercatat sebesar jiwa, yang terdiri atas jumlah

BAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002).

BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Menurut data Badan Pusat Statistik sosial didapatkan laju pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pasangan Usia Subur diharapkan menggunakan metode kontrasepsi untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muda, dan arus urbanisasi ke kota-kota merupakan masalah-masalah pokok

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB I PENDAHULUAN. besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang besar dan

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan sosial ekonomi (Rismawati, 2012). mengatur jarak kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan salah

BAB I PENDAHULUAN. menempati posisi keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat, dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. (bkkbn.go.id 20 Agustus 2016 di akses jam WIB). besar pada jumlah penduduk dunia secara keseluruhan. Padahal, jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan program KB nasional. (BKKBN, 2011) dihitung berbagi perbandingan atau rasio (ratio) antara lain : rasio jenis

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada saat ini Keluarga Berencana (KB) telah dikenal hampir di

BAB 1 PENDAHULUAN. negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak yaitu 256 juta jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara terbesar keempat di dunia dalam hal jumlah

BAB I PENDAHULUAN. terhadap bayi premature (lahir muda) makin dapat diselamatkan dari kematian,

BAB I PENDAHULUAN. Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang termasuk

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dalam International Conference of Population Development (ICPD) Cairo

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warning, keterpurukan

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana dirintis sejak tahun 1957 dan terus

BAB 1 PENDAHULUAN. namun kemampuan mengembangkan sumber daya alam seperti deret hitung. Alam

BAB I PENDAHULUAN. yang mendapat perhatian dan pembahasan yang serius dari ahli

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan Negara (Irianto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk maka semakin besar usaha yang dilakukan untuk. mempertahankan kesejahteraan rakyat. Ancaman terjadinya ledakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang keluarga berencana (KB) yang telah dilaksanakan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. sebab apapun yang berkaitan atau memperberat kehamilan diluar kecelakaan. Angka

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun.

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penduduk terbesar. Indonesia masuk dalam peringkat ke empat di dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) yang masih cukup tinggi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kepadatan kependudukan di Indonesia merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. mulai menerapkan Program Keluarga Berencana Nasional pada tahun 1970

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2014 mencapai 231,4 juta

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG AKDR DI PUSKESMAS CIKOLE PANDEGLANG 2012 JURNAL

BAB 1 PENDAHULUAN. besar. AKI menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 yaitu

Kata Kunci: Pasangan Usia Subur,Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berencana secara komprehensif (Saifuddin, 2006). mencapai kesejahteraan keluarga. Program KB merupakan bagian terpadu

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan pada

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan anggota keluarganya. Pada umumnya, apabila hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. menunggu mendapatkan keturunan dan menunda kehamilan dapat dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya angka kelahiran di Indonesia masih menjadi masalah utama dalam kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan lamban, hingga angka kelahiran mencapai 4,5 juta per tahun dan pada tahun 2010 berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. Salah satu program untuk menekan angka pertumbuhan penduduk yakni melalui program KB. Program KB memiliki peranan dalam menurunkan resiko kematian ibu melalui pencegahan kehamilan, penundaan usia kehamilan serta menjarangkan kehamilan dengan sasaran utama adalah pasangan usia subur (PUS). Program pemerintah dalam upaya mengendalikan jumlah kelahiran dan mewujudkan keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak kelahiran dengan program KB (Manuaba, 2010). Keluarga kecil bahagia sejahtera secara nyata telah berhasil ditanamkan selama 30 tahun program KB berada di tengah-tengah masyarakat dan secara kuantitatif rata-rata jumlah anak yang dimiliki masing-masing keluarga semakin sedikit. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia tahun 2000-2010 sebesar 1,48 persen pertahun. Artinya bahwa setiap tahunnya antara tahun 2000 sampai 2010 jumlah penduduk Indonesia bertambah sebesar 1,48 persennya (BKKBN, 2011).

Salah satu strategi dari pelaksanaan program KB sendiri seperti tercantum dalam rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) tahun 2004-2009 adalah meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) seperti alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)/intra uterine device (IUD), implant (susuk) dan sterilisasi (vasektomi dan tubektomi). Tubektomi merupakan tindakan medis berupa penutupan tuba uterine dengan maksud tertentu untuk tidak mendapatkan keturunan dalam jangka panjang sampai seumur hidup (Meilani, 2010). Keuntungan pemakaian tubektomi yakni permanen, tidak mempengaruhi proses menyusui, tidak bergantung pada faktor senggama, baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi resiko kehamilan yang serius, pembedahan sederhana dapat dilakukan dengan anestesi lokal, tidak ada efek samping dalam jangka panjang dan tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (BKKBN, 2009). Tubektomi adalah alat kontrasepsi yang paling efektif angka kegagalannya hanya 0,2-0,4 per 100 wanita pertahun (Siswosudarmo, 2007). Dari survei demografi dan kesehatan Indonesia tahun 2007 diketahui yang menggunakan alat kontrasepsi 61,4% yaitu sebanyak 31,6% menggunakan suntik, pil 13,2 %, AKDR/IUD 4,8%, implant 2,8%, kondom 1,3%, vasektomi dan tubektomi 7,7 %.. Pada tahun 2009 tercatat 51,21% akseptor KB memilih suntikan sebagai alat kontrasepsi, 40,02% memilih Pil, 4,93% memilih Implant, 2,72% memilih AKDR/IUD dan lainnya 1,11%. Pada umumnya masyarakat memilih non metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP). Sehingga metode KB MKJP seperti

AKDR/IUD, implant, kontap pria (MOP) dan kontap wanita (MOW) kurang diminati (Arum, 2009). Peserta KB aktif di Sumatera Utara yang berhasil dibina sebanyak 2.326.172 pasangan (64,64%) dari seluruh pasangan usia subur (PUS). Realisasi peserta KB aktif yang menggunakan kontrasepsi AKDR/IUD 153.627 peserta (10,22%), MOW 114.944 peserta (7,64%), MOP 5.029 peserta (0.33%), kondom 91.691 peserta (6,10%), implant 133.741 peserta (8,89%), suntik 503.370 peserta (3,48%) dan pil 501.262 peserta (33,34%) (BKKBN Sumut, 2011). Di Kabupaten Deli Serdang, berdasarkan hasil laporan rapat kerja pembangunan dan keluarga berencana provinsi Sumatera Utara Tahun 2010, menunjukkan bahwa jumlah PUS pada tahun 2009 sebanyak 293.472 pasang, dengan peserta akseptor KB aktif sebanyak 213.844 orang. Berdasarkan jenis kontrasepsi yang digunakan, maka dapat dilihat bahwa peserta kontrasepsi AKDR/IUD 22.147 peserta (10,36%), kondom 15.408 peserta (7,21%), suntik 68.357 peserta (31,97%) pil 80.761 peserta (37,77%), MOW 11.647 peserta (5,45%) dan MOP 282 peserta (0,13%) (BKKBN Sumut, 2011). Pada tahun 2011, menunjukkan bahwa peserta KB baru berdasarkan jenis kontrasepsi adalah kontrasepsi AKDR/IUD 3.666 peserta (6,65%), MOW 607 peserta (1,10%), MOP 444 peserta (0,81), kondom 15.398 peserta (27,95%), implant 4.589 peserta (8,33%), suntik 13.593 peserta (24,67%) dan pil 16.796 (30,49%) (Badan KB dan Pemberdayaan Perempuan Deli Serdang, 2011).

Pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) seperti IUD, implant, metode operasional wanita (MOW)/tubektomi dan metode operasional pria (MOP)/vasektomi lebih sedikit pemakaiannya jika dibandingkan dengan non metode kontrasepsi jangka pangang (MKJP) dikarenakan kurangnya pengetahuan, sikap serta persepsi pasangan usia subur untuk menggunakan metode kontrasepsi ini, lemahnya ekonomi juga mempengaruhi partisipasi masyarakat terhadap pemakaian metode kontrasepsi tubektomi (Bappenas, 2006). Minimnya jumlah akseptor tubektomi karena terdapat beberapa alasan diantaranya perasaan dan kepercayaan wanita mengenai tubuh dan seksualitasnya tidak dapat dikesampingkan dalam pengambilan keputusan dalam menggunakan kontrasepsi. Banyak wanita takut menstruasi normalnya berubah, karena mereka takut perdarahan yang lama dapat mengubah pola hubungan seksual dan juga dapat membatasi aktifitas keagamaan maupun budaya. Dinamika seksual dan kekuasaan antara pria dan wanita dapat menyebabkan penggunaan kontrasepsi terasa canggung bagi wanita. Persepsi pasangan usia subur mengenai keluarga berencana cukup kuat pengaruhnya untuk menentukan penggunaan metode keluarga berencana oleh istri. Berbagai budaya mendukung kepercayaan bahwa pria mempunyai hak akan fertilitas istri mereka, seperti di Papua Nugini dan Nigeria wanita tidak dapat memiliki kontrasepsi tanpa persetujuan suami (Klobinsky, 2004). Penelitian Imbarwati (2009), beberapa faktor yang berkaitan dengan penggunaan tubektomi pada peserta KB di Kecamatan Pedurangan Kota Semarang

adalah pengetahuan yang kurang baik tentang KB tubektomi semakin menjauhkan tubektomi sebagai salah satu pilihan bagi akseptor KB, Alasan yang mayoritas klien yang lebih memilih menggunakan KB non tubektomi salah satunya dipengaruhi oleh pengetahuan yang kurang akan informasi yang benar tentang tubektomi sehingga menyebabkan mereka memiliki perasaan takut untuk memilih alat kontrasepsi tersebut. Faktor pengetahuan suami sebagai pasangan dari peserta KB juga berkontribusi cukup besar sebagai pendukung sekaligus penganjur istri dalam menjatuhkan pilihan kontrasepsi. Suami yang memiliki pengetahuan cukup tentang tubektomi akan cenderung menganjurkan dan mengijinkan istrinya menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang tersebut. Perpaduan antara pengetahuan dan dukungan suami dengan kemauan yang kuat dari istri dalam menetapkan pilihan pada alat kontrasepsi non hormonal yang terbukti efektif tersebut membuahkan keputusan yang bulat bagi kedua pasangan dalam memilih menggunakan kontrasepsi tersebut. Selain itu kualitas pelayanan KB yang tergambar dalam dua dimensi kualitas. Dimensi pertama adalah gambaran ketersediaan berbagai pilihan metode kontrasepsi, Dimensi mutu kedua dari kualitas pelayanan KB ternyata masih ada yang dipersepsikan kurang baik oleh responden, Dimensi mutu yang ketiga menggambarkan kemauan petugas kesehatan untuk memberikan pelayanan dengan cepat dan tepat, serta memberikan pelayanan dengan trampil. Dimensi yang keempat menggambarkan pengetahuan dan kemampuan petugas kesehatan untuk

menimbulkan pemahaman dan kemantapan bagi klien dalam memilih salah satu metode kontrasepsi serta keramahan dan kesopanan petugas. Dimensi kelima tergambar dari interaksi antara klien dan petugas kesehatan yang dinilai dari kecakapan petugas untuk menciptakan suasana serta komunikasi dua arah untuk membantu memahami kebutuhan dan memberi perhatian pada klien. Menurut penelitian Junita (2008), bahwa faktor-faktor yang memengaruhi pemakaian alat kontrasepsi pada istri PUS KB di Kecamatan Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2008 adalah pengetahuan dan sikap ibu berpengaruh terhadap pemakaian alat kontrasepsi. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penggunaan kontrasepsi tubektomi adalah pemberi pelayanan kesehatan, fasilitas pelayanan kesehatan yaitu ketersediaan pelayanan kesehatan, keterjangkauan dan kualitas, faktor budaya yaitu keyakinan, tradisi, nilai dan agama, faktor informasi yaitu tenaga kesehatan, media massa/televisi, kelompok masyarakat, keluarga dan pengalaman orang lain, karakteristik individu yaitu umur, pendidikan, pekerjaan, sosial ekonomi, faktor pengetahuan, pengalaman dan persepsi. Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, konsumen akan memutuskan menggunakan alat kontrasepsi tubektomi. Data akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kabupaten Deli Serdang diperoleh bahwa pada tahun 2009 dilaporkan KB baru terdapat 18,25% peserta yang menggunakan metode kontrasepsi MKJP dan 81,75% mengunakan non

MKJP dengan kontrasepsi pil (43,35%), suntik (32,98%) dan paling sedikit MOP/MOW (0,89%). Pada tahun 2010 jenis kontrasepsi yang paling banyak digunakan oleh peserta KB aktif adalah pil (47,84%), suntik (42,18%), penggunaaan kondom (6,44%) dan paling sedikit IUD (3,54%). Pada tahun 2011 dari 6770 peserta KB aktif, jenis kontrasepsi paling banyak adalah pil sebanyak 2024 akseptor (29.90%), suntik sebanyak 1811 akseptor (26.75%), kondom sebanyak 1560 akseptor (23,04%), penggunaaan implant sebanyak 696 akseptor (10.28%), IUD sebanyak 510 akseptor (7,53%), MOP sebanyak 86 akseptor (1,27%) dan paling sedikit MOW sebanyak 83 akseptor (1,23%). (Dinkes Deli Serdang, 2011). Akseptor KB dengan jenis MOW (tubektomi) semuanya mendapat pelayanan secara gratis di RSUD Lubuk Pakam. Alasan akseptor KB tersebut untuk menggunakan tubektomi dengan mempertimbangkan umur dan jumlah anak yang dimiliki akseptor KB. Melihat data tersebut bahwa non metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) merupakan metode yang lebih disukai oleh peserta KB aktif di Kecamatan Percut Sei Tuan. Sama halnya dengan alasan peserta KB baru, metode non MKJP juga dipandang masyarakat lebih aman dan lebih mudah untuk menggunakan atau tidak menggunakannya lagi sesuai dengan keinginan peserta KB untuk kembali memiliki anak. Akseptor KB di Wilayah Puskesmas Bandar Khalipah memakai kontrasepsi yang bertujuan untuk menunda kehamilan, menjarangkan kehamilan dan mengakhiri kehamilan atau kesuburan.

Hasil survei pendahuluan yang dilakukan peneliti pada bulan Mei tahun 2012 terhadap 10 orang akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah tersebut, menunjukkan bahwa sebagian besar PUS khususnya wanita belum mengetahui dan mengerti tentang manfaat tubektomi sebanyak 6 orang (50%) dan yang mengetahui metode kontrasepsi tubektomi 4 orang (40%) serta memiliki persepsi dan sikap yang berbeda-beda tentang kontrasepsi tubektomi. Faktor yang menyebabkan akseptor KB tidak memakai kontrasepsi tubektomi antara lain terkait dengan pengetahuan, persepsi dan sikap pasangan usia subur. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti pengaruh pengetahuan, persepsi dan sikap PUS terhadap penggunaan kontrasepsi tubektomi di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kabupaten Deli Serdang. 1.2. Permasalahan Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan adalah rendahnya penggunaan tubektomi pada PUS di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kabupaten Deli Serdang 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pengetahuan, persepsi dan sikap PUS terhadap penggunaan kontrasepsi tubektomi di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kabupaten Deli Serdang.

1.4. Hipotesis Pengetahuan, persepsi dan sikap PUS berpengaruh terhadap penggunaan kontrasepsi tubektomi di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kabupaten Deli Serdang. 1.5. Manfaat Penelitian Bagi Dinas Kesehatan Pemerintah Kabupaten Deli Serdang dan khususnya Puskesmas Bandar Khalipah agar meningkatkan informasi tentang kontrasepsi tubektomi dalam upaya meningkatkan cakupan pelayanan kontrasepsi