Jusuf Kalla dan Wiranto: Perpaduan progresitas dan loyalitas. Oleh: Nurlyta Hafiyah, Niniek L. Karim, Bagus Takwin, dan Dicky Pelupessy

dokumen-dokumen yang mirip
Muhammad Jusuf Kalla: Investor Yang Progresif

PRIJANTO: TANGAN KEDUA YANG SETIA DAN BISA DIANDALKAN. Oleh: Niniek L. Karim, Bagus Takwin, Dicky Pelupessy, Nurlyta Hafiyah

Wiranto: Pengawal Setia Yang Ingin Terus Mengabdi

SBY Boediono: Paduan Kehatian-Hatian dan Kecermatan yang Menonjol Oleh: Nurlyta Hafiyah, Niniek L. Karim, Bagus Takwin, dan Dicky Pelupessy

Adang Daradjatun: Penjaga Harmoni Masyarakat. Oleh: Niniek L. Karim, Bagus Takwin, Dicky Pelupessy, Nurlyta Hafiyah

Dani Anwar: Pekerja Keras dengan Ekspresi Selektif. Oleh: Niniek L. Karim, Bagus Takwin, Dicky Pelupessy, Nurlyta Hafiyah

SBY: Berjuang Menjadi Pahlawan. Oleh: Bagus Takwin, Niniek L. Karim, Nurlyta Hafiyah, dan Dicky C. Pelupessy

C A R E E R H O G A N D E V E L O P TIPS- TIPS PENGEMBANGAN UNTUK MANAJEMEN KARIR. Laporan untuk: Sam Poole ID: HC Tanggal: 23 Februari 2017

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dudih Sutrisman, 2015

C A R E E R H O G A N D E V E L O P TIPS- TIPS PENGEMBANGAN UNTUK MANAJEMEN KARIR. Laporan untuk: John Doe ID: HC Tanggal: 29 Juli 2015

Oleh: DUSKI SAMAD. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Imam Bonjol

Boediono: Resi Yang Terpanggil Menertibkan Dunia

organisasi tersebut berasal, dan apakah budaya organisasi tersebut dapat diatur, kesemuanya akan dibicarakan pada halaman berikut.

SOEKARWO, Pelaksana Tugas yang Sarat Pertimbangan

BAB VII. Kepemimpinan Wirausaha

I. PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa tergantung pada kemajuan sumber daya manusianya.

Ciri dan Watak Wirausaha

I. PENDAHULUAN. manusia menjadi semakin beragam dan kompleks sifatnya. Berbagai hal sebisa

MYERSS BRIGGS TYPE INDICATOR

BAB II LANDASAN TEORI

PSIKOGRAM. Nama : A Level Tes : Supervisor Tanggal Tes : 29 Juli 2010 Pengirim : PT. X Tujuan Tes : Seleksi Calon Supervisor Gudang Bahan.

PENGARUH PENILAIAN KINERJA TERHADAP DISIPLIN KERJA PEGAWAI PADA SUB BAGIAN KEPEGAWAIAN DAN UMUM DI DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pelayan masyarakat yang dapat memberikan pelayanan yang terbaik sesuai

MODEL KEPEMIMPINAN CAMAT UNTUK MENINGKATKAN KINERJA PEGAWAI DI KECAMATAN KAPUAS BARAT KABUPATEN KAPUAS PROPINSI KALIMANTAN TENGAH.

PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS)

Materi Minggu 2. Kelompok Kerja (Teamwork)

BERSATU MENGATASI KRISIS BANGKIT MEMBANGUN BANGSA

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Organisasi merupakan sebuah wadah berkumpulnya orang-orang yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kepemimpinan

Sambutan Presiden RI pd Prasetya dan Pelantikan Perwira TNI dan Polri, 2 Juli 2013, di Surabaya Selasa, 02 Juli 2013

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

MAKALAH KEPEMIMPINAN KONSEP KEPEMIMPINAN

MATERI INISIASI KEEMPAT: BIROKRASI ORGANISASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sejatinya adalah untuk membangun dan mengembangkan

KEPEMIMPINAN. OLEH: Drs. Yunyun Yudiana, M.Pd


BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dampak dari tuntutan era globalisasi bagi bangsa Indonesia

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Bekal Kepemimpinan: Pengenalan Gaya Kerja dan Pola Pikir

I.PENDAHULUAN. telah disaksikan tata pola penguasa negara. Jika dilihat kembali awal berdirinya Orde

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya)

EDWARD PERSONAL PREFERENCE SCHEDULE (EPPS)

tidak akan pernah mau dengan sengaja menceritakan rahasia itu kepada orang lain.

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

ETIK UMB MENGENAL POTENSI DIRI FEB. Manajemen. Modul ke: Fakultas SYAHLAN A.SUME,SE,MM. Program Studi

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

BAB I PENDAHULUAN. diasuh oleh orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga

EDWARD PERSONAL PREFERENCE SCHEDULE EPPS

2015 PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN

Materi Minggu 3. Pengambilan Keputusan dalam Organisasi

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

Peranan kepemimpinan dalam upaya meningkatkan prestasi kerja karyawan pada PT. Borneo Mulia Baru Kota Balikpapan. Zulmi Athfalul Zamzam 1

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu

Sikap Mental Wirausaha (Inovatif, Kreatifitas, Motivasi, Efektif dan Efisien) Kuliah 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan atau instansi pemerintah. Disiplin kerja digunakan untuk dapat meningkatkan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

BAB I PENDAHULUAN. lembaga pendidikan. Pendidikan bermutu di era global dituntut akrab dengan

BAB I PENDAHULUAN. saat ini, tidak hanya berkecimpung dalam pekerjaan teknis keadministratifan atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KODE ETIK PENGAWAS PERIKANAN, PENYIDIK PERIKANAN DAN AWAK KAPAL PENGAWAS PERIKANAN TYPE SPEED BOAT

PERATURAN DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 01/17/PDK/XII/2012 TENTANG KODE ETIK OTORITAS JASA KEUANGAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. Ada pengaruh positif dan signifikan gaya kepemimpinan kepala sekolah

Daftar Isi ANALISA DIRI PENDAHULUAN MINAT KARIR KESIMPULAN

BAB IV TINJAUAN TERHADAP PERUBAHAN MINAT MELAYANI DARI PERSPEKTIF PERUBAHAN SOSIAL

HOGANDEVELOP INSIGHT. Laporan Untuk: John Doe ID: HC Tanggal: 4 November HOGAN ASSESSMENT SYSTEMS INC.

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting guna meningkatkan kualitas dan potensi

BAB I PENDAHULUAN. unsur kekuatan daya saing bangsa, sumber daya manusia bahkan sebagai

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

PERINGATAN HARI ULANG TAHUN KE VII PARTAI DEMOKRAT Minggu, 19 Oktober 2008

Richard Smithson C.C. Sample

BAB I PENDAHULUAN. Guru berperan penting dalam proses pendidikan anak di sekolah, bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Dunia telah memasuki era perubahan dan transformasi yang sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. sosial anak. Hurlock (1993: 250) berpendapat bahwa perkembangan sosial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyatuan materi, media, guru, siswa, dan konteks belajar. Proses belajar

SOENARJO-ALI MASCHAN MUSA (SALAM): Sebuah Desa yang Teratur

PIAGAM KERJASAMA PARTAI DEMOKRAT DAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA TAHUN

PELATIH OLAHRAGA DAN KODE ETIKNYA. Fitria Dwi Andriyani, M.Or.

BAB I PENDAHULUAN. baik. Akibatnya timbul berbagai masalah seperti korupsi, kolusi dan nepotisme

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

3. TAHAP TAHAP PENGEMBANGAN BUDAYA KESELAMATAN 3.1. TAHAP I KESELAMATAN YANG BERDASARKAN HANYA PADA PERATURAN PERUNDANGAN

BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU DI SMP ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan perempuan dalam masyarakat, sebagai contoh perempuan tidak lagi

REFORMASI BIROKRASI UNTUK MEWUJUDKAN GOVERNANCE DI DAERAH

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

2

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

1) Nasionalis. 2) Pemberani

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pemerintah Baru, Masalah Lama Kamis, 04 September :12 - Terakhir Diperbaharui Kamis, 04 September :49

Sambutan Presiden RI pd Pembukaan Kongres XXI PGRI dan Guru Indonesia 2013, 3 Juli 2013, di Jakarta Rabu, 03 Juli 2013

MODEL PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH TERHADAP PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE (STUDI DI KOTA SALATIGA) PERIODE

EMOTIONAL INTELLIGENCE MENGENALI DAN MENGELOLA EMOSI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN Hogan Assessment Systems Inc.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

Jusuf Kalla dan Wiranto: Perpaduan progresitas dan loyalitas Oleh: Nurlyta Hafiyah, Niniek L. Karim, Bagus Takwin, dan Dicky Pelupessy Mr. Get Things Done barangkali adalah sebutan yang tepat bagi Jusuf Kalla. Pria berusia 67 tahun ini berulang kali menekankan bahwa ia senang menuntaskan pekerjaan, ingin menyelesaikan krisis dengan segera, dan gemas melihat jalannya pemerintahan yang dinilainya lamban. Sementara pasangan wakil presidennya, Wiranto, adalah pengawal yang setia dan waspada. Ia senang memperbaiki kondisi yang tidak stabil, menegakkan aturan yang ada, menjadi sosok pelindung dan pemelihara. Sebagai sebuah pasangan pemimpin, keduanya dapat bekerja sama untuk menciptakan kemajuan dan perubahan yang berarti. Karena, mereka cukup banyak persamaan dan lebih banyak ciri karakter yang berbeda namun saling mengisi. Keinginan kuat menanggapi masalah dengan cepat dan kepandaian membaca situasi adalah persamaan pertama mereka. Dalam kedua hal ini, mereka saling sejalan. Jusuf Kalla penuh inisiatif, progresif, pikirannya lincah ketika meneropong masalah, begitu juga tindakannya. Ia tahu cara-cara menyelesaikan masalah, mampu membuat strategi efektif mencapai tujuan, dan mementingkan perbaikan konkret. Sementara Wiranto sigap, waspada dan tanggap terhadap situasi, jelas dan efisien dalam membuat program. Dengan kecenderungan ini, keduanya akan sigap dan tanggap terhadap isu-isu yang muncul di masyarakat dengan merespons segera. Kedua, Jusuf Kalla dan Wiranto adalah sosok yang sama-sama memiliki kebutuhan berprestasi yang kuat. JK adalah pekerja keras dengan corak berpikir realistik serta mementingkan kemajuan dan perbaikan nyata. Ia berusaha mendapatkan apa yang diinginkan dan selalu ingin hasil yang lebih baik. Wiranto yang pada dasarnya senang belajar, selalu ingin mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu. Keduanya juga memiliki kebutuhan kekuasaan yang menonjol. JK yang selama lima tahun terakhir ini semakin menunjukkan kemampuannya mempengaruhi dan mengendalikan orang lain sesuai dengan Wiranto yang sedari dulu memang memiliki

kebutuhan itu. Bersama Wiranto, JK akan ditopang untuk mampu membentuk tim di pemerintahan yang efisien dan kuat, mengontrol anak buah dan memiliki pengaruh besar yang menjamin penuntasan masalah. Apalagi, keduanya sama-sama tergolong orang yang terus terang yang suka menyatakan kepuasan atau ketidakpuasan dengan tegas. Kecenderungan ini akan membuat orang-orang di bawah mereka mendapat feedback yang jelas dan pasti untuk memperbaiki kinerja pemerintahan. Bicara perbedaan, keduanya memiliki perbedaan menonjol pada 5 hal. Pertama, Jusuf Kalla pandai melakukan improvisasi dan moderat, sementara Wiranto konvensional. Ketika menghadapi kejadian yang tak terduga atau situasi genting, JK dengan cepat mengorganisasi sumber daya, menggerakkan orang lain mencapai tujuan, dengan cara yang efisien. Bahkan ketika berhadapan dengan instrumen yang tidak mendukung, ia berusaha mengubah instrumen tersebut agar tidak menghalangi pencapaian target. Ia dengan lantang, misalnya dalam kasus Monorel DKI yang terbengkalai karena ketiadaan jaminan pemerintah pusat, menyatakan bahwa Kalau ada aturan yang tidak sesuai, aturannya yang diperbaiki, bukan targetnya yang dihentikan (Tempo, 1 Juni 2009). Di sisi lain, Wiranto pada dasarnya adalah seorang yang konservatif, suka menjaga hal-hal yang dianggapnya baik dan menjunjung tinggi aturan formal di atas kehendak individu. Ia bekerja dengan dasar yang jelas dan selalu terdorong menghindari penyimpangan. Oleh karenanya ia mungkin kurang fleksibel untuk mengambil keputusan di luar aturan meski dibutuhkan. Manakala improvisasi JK berhadapan dengan formalitas Wiranto, maka potensi masalah dapat muncul dalam interaksi keduanya. Namun perbedaan ini juga bisa memberi nilai. Wiranto dapat berperan sebagai pengerem sang atasan dari keputusan yang tergesa-gesa dan tidak matang. JK pun dapat sedikit menahan nafas, merefleksikan pertimbangannya dengan lebih hati-hati, agar mengeluarkan kebijakan yang lebih bijak. Kedua, JK terbuka pada ide-ide baru dan perubahan. Ini sedikit berbeda dengan Wiranto yang sebenarnya yang bersikap agak sulit menerima situasi perubahan yang drastis. Mereka sebenarnya sama-sama bersikap positif terhadap perubahan. Bedanya, JK lebih berani melakukan perubahan yang beresiko besar, sebagaimana yang ia tunjukkan dengan mengawal program konversi minyak tanah ke elpiji dalam waktu 1 bulan, yang seharusnya 1 tahun menurut Bank Dunia. Sementara Wiranto bersikap sangat

hati-hati terhadap perubahan. Baginya perubahan itu sebaiknya perlahan, sebagaimana ia tunjukkan ketika mengawal proses transisi demokrasi era reformasi dengan memberikan smooth landing kepada mantan Presiden Soeharto. Untuk menghindari pertentangan antara keduanya, sebaiknya ada kesepakatan antara mereka, mana yang boleh diubah atau dipertahankan dengan pengertian kata sepakat yang jelas. Ketiga, JK moderat dan cenderung memandang manusia setara. Ia sering bertindak di luar aturan birokrasi, apalagi dalam situasi yang menurutnya genting. Sebaliknya, Wiranto konvensional dan birokrastis, menekankan pentingnya hierarki dalam interaksi, yang mungkin dilatarbelakangi oleh budaya militer tempat ia menjadi dan kultur Jawa. Tetapi, perbedaan ini dapat memberi poin bagi pasangan ini. Jika terpilih nanti sebagai pasangan pemimpin, JK sebagai presiden akan memberi ruang yang luas kepada Wiranto, memperhatikan masukan-masukannya, dan melibatkannya secara optimal dalam pemerintahan. Wiranto sebagai wakil presiden RI akan setia, loyal mendukung sang atasan, dan menempatkannya JK sebagai otoritas formal yang ia jaga dan lindungi. Ia akan berupaya untuk dapat diandalkan membantu presiden mengawasi pelaksanaan tugas pejabat pemerintah, memastikan terselesaikan. Keempat, JK memiliki kesan kurang berwibawa sebagai pemimpin dan kurang kharismatik. Wiranto memiliki sisi sebaliknya, disegani dan menampilkan kesan superior yang mungkin menciptakan rasa rendah diri pada bawahan, sehingga menghambat mereka untuk bersikap asertif. Akibatnya bawahan dapat merasa kurang memiliki ruang gerak dan didikte. Dipadu adanya kesan JK yang kurang menghargai orang lain karena kecenderungan untuk bicara terus terang dan ekspresi kritisisme yang ringan, keduanya mungkin dapat menekan anak buah dengan menciptakan atmosfer kerjasama yang kaku. Hal ini dapat ditutupi apabila keduanya bersikap lebih hangat, menunjukkan perhatian kepada tim dan anak buah. Namun di sisi lain juga dapat menjadi nilai tambah karena menciptakan pola kepemimpinan yang memberikan kepastian dan ketegasan. Kelima, JK memiliki pola penalaran sistematis dan kompleksitas pikiran tinggi dalam penyelesaian masalah. Ia dapat melihat masalah dari berbagai sudut pandang dan menemukan solusi praktis yang efektif. Ia mampu berpikir satu langkah ke depan, realistik, mementingkan fakta, dan menekankan hasil. Dengan cepat, ia melakukan analisis yang obyektif dan kritis terhadap situasi yang dihadapi. Sedikit berbeda, Wiranto

memiliki pola penalaran linier, namun mampu berpikir dengan cepat, lurus, dengan kategori-kategori yang tegas untuk menyelesaikan masalah. Meski memiliki kompleksitas pikirannya cukup tinggi, Wiranto pada prakteknya ia lebih suka penyelesaian masalah secara sederhana, praktis, cepat, dan efisien. Dalam masalah yang menuntut penyelesaian secara komprehensif, mereka berdua dapat terjebak pada simplifikasi masalah. Akibatnya, permasalahan yang kompleks belum tentu mendapatkan solusi yang komprehensif. Baik JK maupun Wiranto sama-sama menekankan penyelesaian masalah hari ini. Dalam performa, JK yang cepat diimbangi oleh Wiranto yang stabil menyelesaikan persoalan. Keduanya lebih menekankan kemajuan sedikit demi sedikit yang terukur pasti, sehingga kurang imajinatif untuk menciptakan dentuman besar perubahan. Hal tersebut tak terelakkan karena adanya penekanan mereka berdua akan urgensi penyelesaian krisis. Secara politik, Wiranto memandang kehidupan politik saat ini sebagai masa yang kelam, konflik antarelite politik yang tajam. Secara sosial ekonomi, JK melihat kehidupan negara sebagai keterpurukan, ketiadaan kemandirian bangsa dan ketergantungan pada kekuatan asing yang mencengkram lewat utang. Reformasi birokrasi, membangun kemandirian ekonomi, menjaga keutuhan NKRI, memelihara stabilitas keamanan akan menjadi fokus keduanya. Untuk mengoptimalkan kinerja pasangan ini, diperlukan orang-orang yang mampu bekerja keras, mampu memenuhi target-target pencapaian yang tinggi, loyal, mampu memahami perintah atasan, menyelesaikan pekerjaan dengan tepat waktu, melaporkan kegagalan dan keberhasilan dengan transparan. Lebih dari itu, pasangan ini sebaiknya dikelilingi oleh lingkaran yang beretos tinggi, bekerja cerdas, dan berspirit voluntarism. Pasangan ini membutuhkan orang-orang yang memiliki semangat yang sama seperti mereka: bekerja karena panggilan, kebanggaan, keinginan untuk melayani dan mengabdi. Dengan demikian, realisasi kemajuan menjadi nyata, tidak sekadar menjadi hasrat sang pemimpin yang menggebu-gebu. Seandainya terpilih, dengan kegesitan berpikir dan kelincahan bertindak, progresitas dan loyalitas, pasangan ini tampak menjanjikan untuk mengatasi problem-problem bangsa yang semakin hari semakin banyak.***

Tabel Perbandingan Aspek-Aspek Yang Menonjol dari Jusuf Kalla dan Wiranto Jusuf Kalla Wiranto Kecocokan Moderat, mau berubah, terbuka pada ide baru, realistik, memanfaatkan kesempatan Menjunjung tinggi kehormatan dan memandang manusia setara Kebutuhan prestasi menonjol dan kebutuhan kekuasaan yang menguat Penuh inisiatif, kemampuan membuat keputusan secara cepat, kemampuan organisasi, dan berpikir strategis Penalaran Sistematik dan kompleksitas pikiran tinggi dalam penyelesaian masalah kongkret Penampilan-diri apa adanya, terus-terang, dan sederhana, sehingga terkesan kurang berwibawa sebagai pemimpin dan kurang kharismatik Kehidupan politik sebagai harmoni Hangat, pandai berbaur dengan banyak orang, melampaui birokrasi Konvensional, sabar, tekun, berhati-hati terhadap perubahan, mengandalkan ketangguhan dan kekuasaan, serta berpegang pada citra dan prinsip ideal Setia, patuh pada atasan, Menjunjung tinggi kehormatan, mengutamakan moralitas dan norma-norma tradisional Kebutuhan kekuasaan Waspada dan tanggap terhadap situasi, cepat dalam menemukan adanya bahaya. Penalaran linier, pemikir cepat, lurus, dan tertib dengan kategori-kategori yang tegas untuk menyelesaikan masalah. Mementingkan penampilan fisik, berwibawa dan kharismatik, disegani, dan dituruti. Kehidupan politik sebagai konflik Serius, mengambil jarak dalam interaksi, memperhatikan prosedur dan aturan detil Bisa saling isi, bisa bertentangan Bisa saling isi atau saling bertentangan.