KAJIAN MINAT PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH PADA MAJALAH SAINS DAN TEKNOLOGI DIRGANTARA (MSTD) DAN BERITA DIRGANTARA (BD)

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA NOMOR 05/E/2009 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENELITI

KECENDERUNGAN PENELITI DALAM MEMILIH MEDIA KOMUNIKASI ILMIAH SEBAGAI PUBLIKASI HASIL LITBANG

TUNTUTAN KOMPETENSI PENELITI / PENGKAJI TERKAIT DENGAN JENJANG FUNGSIONAL. Elna Karmawati. Lembang, 02 November 2014

Penilaian/Akreditasi Jurnal Ilmiah

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA TAHUN 2010

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : KEP/128/M.PAN/9/2004 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENELITI DAN ANGKA KREDITNYA

2016, No Menetapkan MEMUTUSKAN: : PERATURAN MENTERI PERTAHANAN TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENELITI DAN ANGKA KREDITNYA BAGI PEGAWAI NEGERI SIP

AKREDITASI PENERBIT BUKU ILMIAH. Rahmi Lestari Helmy, M.Si

PENJELASAN PerKa LIPI No. 3 Th Pedoman Akreditasi Terbitan Berkala Ilmiah

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG SINGLE DATA SYSTEM UNTUK PEMBANGUNAN DAERAH DI JAWA TENGAH

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 131.1/PMK.07/2007 TENTANG

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA NOMOR 04/E/2009 TENTANG STANDAR KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL PENELITI

BULETIN TEKNIK PERTANIAN :

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 101 /PMK.02 / 2006 TENTANG

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PENINGKATAN KERJASAMA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN ANGGARAN 2015

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 41 TAHUN 2012

BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 152 /PMK.07/2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 160.2/PMK.07/2008 TENTANG

LAPORAN KINERJA TRIWULAN II Pusat Penelitian Geoteknologi

LAPORAN KINERJA TRIWULAN I Pusat Penelitian Geoteknologi

BAB I. PENDAHULUAN. pustakawan. Pustakawan merupakan seseorang yang memiliki kompetensi

- 1 - MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 127/PMK.07/2006 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ANALISIS PUBLIKASI PROSIDING TEMU TEKNIS FUNGSIONAL NON-PENELITI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- 2 - Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republ

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 03/PMK.07/2007 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI,

Peraturan Menpan No. 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Publikasi ilmiah. Unsur Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan

XVIII. PENELITI A. DASAR HUKUM

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2018 TENTANG AKREDITASI JURNAL ILMIAH

KARYA TULIS ILMIAH. Dalam KEGIATAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA REPUBLIK INDONESIA,

Renstra kementrian Kehutanan

BAB I PENDAHULUAN. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) merupakan

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 17 TAHUN 2010

SOSIALISASI PERATURAN KEPALA LIPI NO. 02 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS JABATAN FUNGSIONAL PENELITI. Bogor, 11 September 2014

WILL I SURVIVE??? Team Perumus JABFUNG

Revisi ke 06 Tanggal : 24 Desember 2013

KAK/TOR PER KELUARAN KEGIATAN

BAKUAN KEGIATAN PENGEMBANGAN KEPROFESIONALAN BERKESINAMBUNGAN. Biro Sertifikasi Insinyur Profesional PII

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2001 TENTANG UNIT ORGANISASI DAN TUGAS ESELON I LEMBAGA PEMERINTAH NON DEPARTEMEN

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/11/M.PAN/5/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PSIKOLOG KLINIS DAN ANGKA KREDITNYA

2 Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusya

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Organisasi Sumber Daya Manusia

- 5 - k. memfasilitasi

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Laporan Survei Kepuasan Masyarakat Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR USUL PENETAPAN ANGKA KREDIT JABATAN PRANATA KOMPUTER MADYA

JURNAL REVIEW (TINJAUAN), MEDIA YANG BAIK UNTUK PUBLIKASI PENELITI PETERNAKAN DAN VETERINER

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

2015, No Indonesia Tahun 1975 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3058); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1980 tent

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

TENTANG MENTERI KEUANGAN,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PANDUAN PENELITIAN PENINGKATAN KAPASITAS DI PERGURUAN TINGGI TAHUN 2017 (EDISI XI) DRPM Ditjen Penguatan Riset dan Pengembangan

Kepada Yth, Pemegang Sertifikat Insinyur Profesional Persatuan Insinyur Indonesia Di tempat. Perihal : Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan

Revisi ke 07 Tanggal : 24 Desember 2013

Revisi ke 08 Tanggal : 31 Desember 2013

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

Analisis Pengembangan Karir Jabatan Fungisional Peneliti Di Balai Litbang Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) Magelang Tahun 2013

SUMBER DAYA MANUSIA. Gambar 2. Komposisi Tenaga Fungsional Badan Litbang Pertanian Sumber Data : Simpeg Badan Litbang Pertanian, Oktober 2009.

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 133, Tamb

16. Keputusan Presiden Nomor 59/P Tahun 2011;

MODUL PENGEMBANGAN KARIR PNS (PENELITI) Pusbindiklat Peneliti. Diklat Jabatan Fungsional Peneliti Tingkat Pertama

RENCANA STRATEGIS PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN STANDARDISASI. Revisi 1

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

MODUL DIKLAT ANALIS KEPEGAWAIAN TIM PENILAIAN ANGKA KREDIT JABATAN ANALIS KEPEGAWAIAN

PANDUAN PENULISAN MANUSKRIP FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG TAHUN 2012

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

WILL I SURVIVE??? Team Perumus JABFUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Pemanfaatan paket..., Noorma Setianti, FIB UI, 2009

PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL (LAPAN)

REVITALISASI JURNAL ILMIAH EKUITAS BERBASIS OPEN JOURNAL SYSTEM (OJS)

JABATAN FUNGSIONAL PENATA RUANG DAN ANGKA KREDITNYA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 133, Tamb

VI. PUSTAKAWAN A. DASAR HUKUM

TELAAH KRITIS ATAS PENGATURAN ANGKA KREDIT PEMELIHARAAN BAGI WIDYAISWARA DAN KONSEKUENSINYA. Oleh: Wakhyudi. Widyaiswara Madya Pusdiklatwas BPKP

JABATAN AKADEMIK DOSEN dan ANGKA KREDITNYA UNIVERSITAS BRAWIJAYA JULI 2017

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,

PENGEMBANGAN PROGRAM INSENTIF RISET. Dr. Ir. Joko Sutrisno, MP. ABSTRAK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KAK/TOR PER KELUARAN KEGIATAN

2015, No.75 2 Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional Penguji Keselamatan dan Kesehatan Kerja

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS JABATAN FUNGSIONAL PENELITI

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

2016, No Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara

KEBERADAAN KOLEKSI IPBANA DI PERPUSTAKAAN IPB

Transkripsi:

KAJIAN MINAT PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH PADA MAJALAH SAINS DAN TEKNOLOGI DIRGANTARA (MSTD) DAN BERITA DIRGANTARA (BD) Sri Rahayu Peneliti Bidang Informasi, Pusisfogan, LAPAN e-mail: yuke_lpn25@yahoo.co.id RINGKASAN Kajian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar minat penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) pada Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara (MSTD) dan Berita Dirgantara (BD) dalam periode 2006-2009 yang ditulis oleh peneliti berdasarkan pusat penelitian dan pengembangan (puslitbang) dan jenjang jabatan penelitinya. Kajian ini diharapkan dapat memberikan informasi sebagai dasar bagi para pengambil kebijakan untuk menentukan manajemen pengelolaan kedua media publikasi tersebut di masa mendatang maupun untuk menentukan pembinaan terhadap peneliti di masingmasing puslitbang. Pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi dan analisis yang digunakan dalam kajian ini adalah metode statistik deskriptif. Hasil kajian menunjukkan bahwa minat penulisan pada MSTD yaitu sebanyak 82 KTI (53,95%) lebih besar dari pada BD yaitu sebanyak 70 KTI (46,05%). Minat penulisan KTI pada MSTD berdasarkan puslitbang peneliti, pada PUSDATA 1,22%, PUSBANGJA 18,29%, PUSFATSAINSA 57,31%, PUSFATSATKLIM 7,32%, PUSSISFOGAN 6,10%, PUSTEKELEGAN 1,22%, PUSTERAPAN 1,22%, PUSTEKWAGAN 7,32%. Sedangkan minat penulisan KTI pada BD berdasarkan puslitbang peneliti, pada PUSDATA belum ada peneliti yang berminat menulis KTI-nya pada BD, PUSBANGJA 5,71%, PUSFATSAINSA 32,86%, PUSFATSATKLIM 21,43%, PUSSISFOGAN 5,71%, PUSTEKELEGAN 2,86%, PUSTERAPAN 4,29%, PUSTEKWAGAN 27,14%. Minat penulisan KTI pada MSTD berdasarkan jenjang jabatan peneliti, pada jenjang peneliti pertama 21,95%, jenjang peneliti muda 28,05%, jenjang peneliti madya 24,39%, dan jenjang peneliti utama 25,61%. Sedangkan minat penulisan KTI pada BD berdasarkan jenjang jabatan peneliti, pada jenjang peneliti pertama 14,29%, jenjang peneliti muda 25,71%, jenjang peneliti madya 52,86%, dan jenjang peneliti utama 7,14%. 1 PENDAHULUAN Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) sebagai lembaga penelitian dan pengembangan (litbang) di bidang kedirgantaraan memiliki 8 (delapan) pusat penelitian dan pengembangan. Pusat penelitian dan pengembangan (Puslitbang) tersebut adalah, Pusat Data Penginderaan Jauh (PUSDATA), Pusat Pengembangan Pemanfataan Teknologi Penginderaan Jauh (PUSBANGJA), Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa (PUSFATSAINSA), Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim (PUSFATSATKLIM), Pusat Analisis dan Informasi Kedirgantaraan (PUSSISFOGAN), 136 Pusat Teknologi Elektronika Dirgantara (PUSTEKELEGAN), Pusat Teknologi Dirgantara Terapan (PUSTERAPAN), Pusat Teknologi Wahana Dirgantara (PUSTEKWAGAN). Peneliti LAPAN tersebar di kedelapan puslitbang LAPAN tersebut dan memiliki bidang kepakaran masing-masing. Tugas utama seorang peneliti adalah melakukan penelitian dan pengembangan serta melaporkan dalam arti menulis, menerbitkan, dan menyebarluaskan hasil litbang melalui media publikasi ilmiah (Roestamsyah, 1982). Media publikasi ilmiah yang dimiliki LAPAN untuk mewadahi Karya

Kajian Minat Penulisan Karya Tulis Ilmiah pada...(sri Rahayu) Tulis Ilmiah (KTI) yang ditulis oleh para peneliti, meliputi publikasi ilmiah terakreditasi dan publikasi ilmiah tidak terakreditasi. Media publikasi ilmiah yang tidak terakreditasi antara lain adalah Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara (MSTD), Berita Dirgantara (BD), Media Dirgantara (MD), Buku Ilmiah, dan Prosiding. MSTD merupakan majalah ilmiah nasional, Berita Dirgantara merupakan majalah ilmiah semipopuler, dan Media Dirgantara merupakan majalah ilmiah populer (LAPAN, 2005). Para peneliti yang menuliskan KTI pada media publikasi tersebut memiliki jenjang fungsional peneliti pertama, peneliti muda, peneliti madya, atau peneliti utama. KTI yang dipublikasikan pada MSTD maupun BD akan dinilai oleh tim penilai peneliti dengan nilai tertinggi 5 (lima), dan masuk ke dalam unsur utama. Perbedaannya, unsur yang dinilai pada KTI yang diterbitkan pada Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara termasuk unsur penelitian dan/atau pengembangan iptek, sedangkan unsur yang dinilai pada KTI yang diterbitkan pada Berita Dirgantara termasuk unsur diseminasi pemanfaatan iptek (LIPI, 2009). LAPAN berupaya mengikuti perubahan tentang petunjuk pelaksanaan jabatan fungsional peneliti dan angka kreditnya dalam menyediakan media publikasi untuk mewadahi KTI yang ditulis oleh para peneliti, sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal oleh para peneliti. Oleh karena itu pada tahun 1999 diterbitkan Berita Dirgantara untuk mewadahi karya tulis ilmiah semi populer, sedangkan Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara diterbitkan sejak tahun 2006 untuk mewadahi karya tulis yang ilmiah. Sejak diterbitkannya MSTD dan BD, belum pernah dievaluasi sehingga belum diketahui seberapa besar minat penulisan KTI oleh peneliti dari berbagai puslitbang dan jenjang fungsional peneliti yang berbeda. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian, dengan harapan dapat memberikan informasi sebagai dasar bagi para pengambil kebijakan untuk menentukan manajemen pengelolaan dan perubahan yang akan ditetapkan pada kedua media tersebut sehingga mampu mengoptimalkan pemanfaatannya untuk mewadahi KTI, baik dari peneliti LAPAN maupun peneliti dari luar LAPAN di masa datang. 2 DATA DAN METODE 2.1 Data Data yang digunakan dibatasi pada KTI yang diterbitkan pada MSTD dan BD edisi tahun 2006-2009. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara dokumentasi, yakni pengambilan data diperoleh melalui dokumen (MSTD, BD, data peneliti yang diperoleh dari Subbagian jabatan fungsional). Data KTI diperoleh melalui pemeriksaan, pengelompokan, dan pencatatan KTI berdasarkan media publikasinya (MSTD dan BD), puslitbang dan jenjang jabatan dari peneliti yang menghasilkan KTI tersebut. 2.2 Metode Pengolahan Data Metode yang digunakan untuk meneliti kondisi minat penulisan KTI pada kedua media publikasi adalah metode deskriptif. Dengan metode deskriptif dapat diketahui gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta gejala yang diteliti (Idianto M, 2006). Data KTI dikelompokkan berdasarkan media publikasinya, puslitbang penelitinya dan jenjang jabatan penelitinya, kemudian data disusun dalam bentuk tabel dan grafik sehingga memudahkan menganalisisnya dan lebih informatif. 3 HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Besarnya minat penulisan KTI dari para peneliti pada MSTD dan BD, dapat dilihat dari jumlah KTI yang dipublikasikan pada MSTD dan BD. 137

Berdasarkan hasil pengumpulan data, besarnya minat penulisan KTI dari para peneliti pada MSTD dan BD edisi tahun 2006-2009 terdapat sebanyak 152 (seratus lima puluh dua) KTI. Minat penulisan KTI pada MSTD sebanyak 82 (delapan puluh dua) KTI, terdiri atas 20 (dua puluh) KTI masing-masing dipublikasikan pada tahun 2006, 2008, dan 2009, dan 22 (dua puluh dua) KTI dipublikasikan pada tahun 2007. Sedangkan minat penulisan KTI pada BD sebanyak 70 (tujuh puluh) KTI, terdiri atas 20 (dua puluh) KTI masingmasing dipublikasikan pada tahun 2007, 2008, dan 2009, dan 10 (sepuluh) KTI dipublikasikan pada tahun 2006. Secara lengkap data dapat dilihat pada Tabel 3-1. Berdasarkan puslitbang peneliti, dari 82 (delapan puluh dua) KTI pada MSTD, minat penulisan KTI yang paling tinggi dari peneliti PUSFATSAINSA yaitu sebanyak 47 (empat puluh tujuh) KTI, sedangkan minat penulisan KTI yang paling rendah dari peneliti PUSDATA, PUSTEKELEGAN, dan PUSTERAPAN yaitu masing-masing sebanyak 1 (satu) KTI. Secara lengkap data dapat dilihat pada Tabel 3-2 Sedangkan dari 70 (tujuh puluh) KTI pada BD, minat penulisan KTI yang paling tinggi dari peneliti PUSFATSAINSA yaitu sebanyak 23 (dua puluh tiga) KTI, sedangkan minat penulisan KTI yang paling rendah dari peneliti PUSDATA yaitu 0 (nol) KTI (belum ada minat penulisan KTI dari peneliti PUSDATA pada BD pada periode tersebut). Secara lengkap data tersebut dapat dilihat pada Tabel 3-2. Tabel 3-1:FREKUENSI MINAT PENULISAN KTI YANG DIPUBLIKASIKAN PADA MSTD DAN BD BERDASARKAN TAHUN TERBIT (TAHUN 2006-2009) MEDIA TAHUN TERBIT TOTAL PUBLIKASI 2006 2007 2008 2009 MSTD 20 22 20 20 82 BD 10 20 20 20 70 TOTAL 30 42 40 40 152 Tabel 3-2: FREKUENSI KTI YANG DIPUBLIKASIKAN PADA MSTD DAN BD BERDASARKAN PUSLITBANG PENELITINYA PUSLITBANG MEDIA PUBLIKASI MSTD BD TOTAL PUSDATA 1 0 1 PUSBANGJA 15 4 19 PUSFATSAINSA 47 23 70 PUSFATSATKLIM 6 15 21 PUSSISFOGAN 5 4 9 PUSTEKELEGAN 1 2 3 PUSTERAPAN 1 3 4 PUSTEKWAGAN 6 19 25 TOTAL 82 70 152 Sumber: Data puslitbang peneliti diperoleh dari Subbagian Jabatan Fungsional 138

Kajian Minat Penulisan Karya Tulis Ilmiah pada...(sri Rahayu) Berdasarkan jenjang jabatan peneliti dari 82 (delapan puluh dua) KTI pada MSTD, minat penulisan KTI yang paling tinggi pada peneliti muda yaitu sebanyak 23 (dua puluh tiga) KTI, minat penulisan KTI yang paling rendah pada peneliti pertama yaitu sebanyak 18 (delapan belas) KTI. Sedangkan 70 (tujuh puluh) KTI pada BD, minat penulisan KTI yang paling tinggi pada peneliti madya yaitu sebanyak 37 (tiga puluh tujuh) KTI, minat penulisan KTI yang paling rendah pada peneliti utama yaitu sebanyak 5 (lima) KTI. Secara lengkap data tersebut dapat dilihat pada Tabel 3-3. 3.2 Pembahasan Pada periode tahun 2006-2009, minat penulisan KTI dari para peneliti pada MSTD sebesar 53,95% sedangkan pada BD sebesar 46,05%, sehingga mempunyai perbedaan 7,9%. Nilai persentase ini dapat diinterpretasikan bahwa minat penulisan KTI para peneliti pada MSTD lebih besar daripada BD. Kondisi ini kemungkinan karena adanya perbedaan pengklasifikasian penilaian antara KTI yang dipublikasikan pada MSTD termasuk kegiatan unsur penelitian dan/atau pengembangan iptek, sedangkan pada BD termasuk kegiatan unsur diseminasi pemanfaatan iptek. Adanya perbedaan pengklasifikasian ini menjadi penting bagi para peneliti, karena setiap kali kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi disyaratkan mengumpulkan 20% (dua puluh persen) dari jumlah angka kredit untuk kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi tersebut, yang berasal dari kegiatan unsur penelitian dan/atau pengembangan (LIPI, 2009). Berdasarkan puslitbang peneliti, minat penulisan KTI pada MSTD, persentase tertinggi adalah peneliti PUSFATSAINSA (57,31%). Kemudian disusul peneliti PUSBANGJA (18,29%), peneliti PUSFATSATKLIM (7,32%), peneliti PUSTEKWAGAN (7,32%), peneliti PUSSIS- FOGAN (6,10%), peneliti PUSDATA (1,22%), peneliti PUSTEKELEGAN (1,22%), dan peneliti PUSTERAPAN (1,22%). Secara lengkap data dapat dilihat pada Gambar 3-1. Sedangkan minat penulisan KTI pada BD, persentase tertinggi 32,86% dari peneliti PUSFATSAINSA, 27,14% dari peneliti PUSTEKWAGAN, 21,43% dari peneliti PUSFATSATKLIM, 5,71% masing-masing dari peneliti PUSBANGJA dan PUSSISFOGAN, 4,29% dari peneliti PUSTERAPAN, 2,86% dari peneliti PUSTEKELEGAN, 0% dari peneliti PUSDATA. Secara lengkap data dapat dilihat pada Gambar 3-2. Nilai persentase ini dapat diinterpretasikan bahwa peneliti PUSFATSAINSA memiliki minat penulisan KTI pada MSTD dan BD paling tinggi. Setelah itu secara berturutturut adalah peneliti dari PUSTEKWAGAN, PUSFATSATKLIM, PUSBANGJA, PUSSIS- FOGAN, PUSTERAPAN, PUSTEKELEGAN, dan yang paling rendah dari PUSDATA. Tabel 3-3: FREKUENSI KTI YANG DIPUBLIKASIKAN PADA MSTD DAN BD BERDASARKAN JENJANG JABATAN PENELITI MEDIA PUBLIKASI PENELITI PERTAMA JENJANG JABATAN PENELITI PENELITI PENELITI MUDA MADYA UTAMA TOTAL MSTD 18 23 20 21 82 BD 10 18 37 5 70 TOTAL 28 41 57 26 152 Sumber: Data jenjang jabatan peneliti diperoleh dari Subbagian Jabatan Fungsional 139

7,32% 1,22% 1,22% 1,22% 6,10% 7,32% 57,31% MSTD 18,29% PUSDATA PUSBANGJA PUSFATSAINSA PUSFATSATKLIM PUSSISFOGAN PUSTEKELEGAN PUSTERAPAN PUSTEKWAGAN Gambar 3-1: Grafik Persentase Minat Penulisan KTI pada MSTD berdasarkan Puslitbang Penelitinya BD 27,14% 4,29% 2,86% 5,71% 0% 5,71% 32,86% 21,43% PUSDATA PUSBANGJA PUSFATSAINSA PUSFATSATKLIM PUSSISFOGAN PUSTEKELEGAN PUSTERAPAN PUSTEKWAGAN Gambar 3-2: Grafik Persentase Minat Penulisan KTI pada BD berdasarkan Puslitbang Penelitinya Beberapa kemungkinan yang menyebabkan tingginya persentase minat penulisan KTI dari peneliti pada suatu puslitbang adalah: Adanya arahan, pembinaan, dan motivasi dari peneliti senior kepada peneliti yunior agar mereka menuliskan KTI-nya pada kedua media tersebut. Sebaliknya peneliti yunior merespon dengan baik arahan, pembinaan, dan motivasi dari peneliti yang lebih senior khususnya dewan penyunting tentang penulisan atau perbaikan KTI-nya sehingga dapat memenuhi kriteria untuk kedua media tersebut. 140 Adanya kelompok-kelompok litbang, sehingga anggota litbang tersebut dapat memperoleh ide untuk menuliskan hasil litbangnya secara tunggal atau berkolaborasi dengan peneliti atau fungsional lain. Berdasarkan jenjang jabatan peneliti, minat penulisan KTI dari para peneliti pada MSTD, pada jenjang peneliti pertama 21,95%, jenjang peneliti muda 28,05%, jenjang peneliti madya 24,39%, dan jenjang peneliti utama 25,61%. Secara lengkap data

Kajian Minat Penulisan Karya Tulis Ilmiah pada...(sri Rahayu) dapat dilihat pada Gambar 3-3. Sedangkan minat penulisan KTI pada BD, pada jenjang peneliti pertama 14,29%, jenjang peneliti muda 25,71%, jenjang peneliti madya 52,86%, dan jenjang peneliti utama 7,14%. Secara lengkap data dapat dilihat pada Gambar 3-4. Ini berarti kedua media tersebut dimanfaatkan oleh peneliti dari semua jenjang sesuai dengan kebutuhan angka kreditnya. Hal ini mungkin disebabkan karena kedua media ini terbit 3 (tiga) bulan sekali, sehingga dapat dimanfaatkan oleh peneliti yang segera membutuhkan penambahan angka kredit, apabila ada kekurangan pada penilaian kenaikan jenjang jabatan fungsional peneliti. MSTD 25,61% 21,95% PENELITI PERTAMA PENELITI MUDA PENELITI MADYA 24,39% 28,05% PENELITI UTAMA Gambar 3-3: Grafik Persentase Minat Penulisan KTI pada MSTD berdasarkan Jenjang Jabatan Fungsional Peneliti 7,14% 14,29% BD PENELITI PERTAMA PENELITI MUDA 25,71% PENELITI MADYA 52,86% PENELITI UTAMA Gambar 3-4: Grafik Persentase Minat Penulisan KTI pada BD berdasarkan Jenjang Jabatan Fungsional Peneliti 141

MSTD dan BD memiliki kala terbit triwulanan (setahun empat kali), maka pada Gambar 3-5 terlihat bahwa MSTD pada periode tahun 2006-2009 dapat terbit tiap triwulan. Rata-rata jumlah KTI yang dipublikasikan setiap kali terbit pada MSTD adalah 5 (lima) KTI yaitu pada tahun 2006, 2008 dan 2009, dan paling banyak masing-masing 6 (enam) KTI pada tahun 2007 untuk dua terbitan. Pada BD pada gambar 3-5 terlihat bahwa pada tahun 2007, 2008 dan 2009 dapat terbit tiap triwulan, dengan rata-rata jumlah KTI yang dipublikasikan setiap kali terbit adalah 5 (lima) KTI. Sedangkan pada tahun 2006 pada BD hanya dapat terbit 2 (dua) kali. Hal ini disebabkan bukan karena adanya pembatasan untuk tiap terbitan minimal 5 (lima) KTI, tetapi karena adanya keterbatasan KTI yang masuk untuk diproses. Oleh karena itu perlu diambil kebijakan agar kedua media tersebut dapat tetap terbit tiap 3 (tiga) bulan sekali, minimal 5 (lima) KTI sudah dapat diterbitkan. Selain itu pada periode ini, peneliti dari luar LAPAN belum menunjukkan minatnya untuk menuliskan KTInya pada MSTD dan BD. Kondisi ini menunjukkan bahwa minat penulisan KTI pada MSTD dan BD masih didominasi oleh peneliti LAPAN dan belum optimal. Beberapa upaya yang perlu dilakukan oleh pengelola publikasi untuk lebih meningkatkan minat penulisan KTI pada kedua media publikasi tersebut antara lain: Meningkatkan frekuensi sosialisasi mengenai keberadaan kedua media publikasi ilmiah tersebut dengan kriteria dan jadwal terbitnya, baik kepada para peneliti dan pejabat fungsional lainnya pada semua puslitbang LAPAN maupun dari luar LAPAN. Selain itu sosialisasi dapat dilakukan pada pameran dengan menyebarkan call for paper yang telah dicetak. Call for paper ini juga dapat dicetak pada standing banner dan diletakkan pada masing-masing puslitbang LAPAN. Mengimplementasikan Sistem Informasi (SI) publikasi ilmiah berbasis web sehingga dapat menginformasikan keberadaan publikasi ilmiah yang dimiliki LAPAN, termasuk kala terbit, pedoman penulisannya, dan proses penerbitannya. Dengan demikian informasi yang dibutuhkan pengguna yang berkaitan dengan publikasi ilmiah dapat diakses dari mana saja dan kapan saja (Sri Rahayu, 2009). Mengubah MSTD dari majalah ilmiah nasional tidak terakreditasi menjadi jurnal ilmiah nasional terakreditasi. Apabila hal ini dilakukan, agar tidak terjadi kendala, maka harus memperhatikan beberapa hal berikut: a. harus memiliki persediaan KTI yang cukup banyak sehingga dapat menjamin kontinuitas dan kekonsistenan jumlah KTI pada setiap terbitan, b. pada satu terbitan harus satu topik, c. memiliki mitra bestari, dan memperhatikan kebutuhan-kebutuhan lain untuk akreditasi. Apabila wacana untuk mengubah MSTD menjadi jurnal ilmiah nasional terakreditasi jadi dilaksanakan, maka tetap diperlukan wadah publikasi seperti MSTD. Hal ini agar para peneliti tidak kehilangan wadah publikasi ilmiah yang terbit tiga (3) bulan sekali dan termasuk unsur penelitian dan pengembangan iptek. Ini diperlukan karena publikasi ilmiah lain yang ada di LAPAN seperti buku ilmiah dan prosiding hanya terbit sesuai dengan kebutuhan, meskipun perolehan angka kredit untuk KTI yang dipublikasikan pada media tersebut dapat lebih besar dari lima (5). 142

Kajian Minat Penulisan Karya Tulis Ilmiah pada...(sri Rahayu) 25 20 15 10 5 20 10 22 20 20 20 MSTD BD 0 2006 2007 2008 2009 TAHUN TERBIT Gambar 3-5: Grafik besarnya Minat Penulisan KTI pada MSTD dan BD berdasarkan Tahun Terbit Media Publikasi 4 PENUTUP Berdasarkan jumlah KTI yang diterbitkan pada Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara (MSTD) dan Berita Dirgantara (BD) pada periode tahun 2006-2009 berdasarkan puslitbang peneliti, dapat diketahui seberapa besar minat peneliti dari masing-masing puslitbang LAPAN untuk menerbitkan KTI-nya baik pada MSTD maupun BD. Semua jenjang jabatan peneliti (peneliti pertama, peneliti muda, peneliti madya, dan peneliti utama) telah memanfaatkan MSTD dan BD sebagai media untuk mempublikasikan KTInya. Jumlah KTI pada setiap terbitan MSTD dan BD periode 2006-2009, yaitu rata-rata hanya lima (5) KTI dan penulis KTI masih terbatas pada peneliti LAPAN, maka minat penulisan KTI pada kedua media tersebut belum optimal. Beberapa upaya untuk mengoptimalkan pemanfaatan MSTD dan BD, Adanya arahan, pembinaan, dan motivasi dari peneliti senior kepada peneliti yunior dalam penulisan maupun perbaikan KTI. Sebaliknya adanya respon yang baik dari peneliti yunior terhadap arahan dan pembinaan yang diberikan oleh peneliti yang lebih senior. Perlu adanya peningkatan frekuensi sosialisasi tentang keberadaan kedua media tersebut baik datang langsung ke puslitbang LAPAN maupun melalui pameran. Perlu mengimplementasikan SI Publikasi ilmiah LAPAN berbasis web, agar dapat menginformasikan setiap publikasi ilmiah yang dimiliki LAPAN seperti kala terbit, syarat, dan proses publikasi ilmiah. Secara aktif menginformasikan kebutuhan KTI dengan tema tertentu untuk dipublikasikan pada media tersebut. Meningkatkan status MSTD menjadi jurnal ilmiah nasional terakreditasi, dengan memperhatikan beberapa hal yang berkaitan dengan akreditasi. 143

DAFTAR RUJUKAN Idianto M, 2006. Metode Deskriptif, http://www.scribd.com/doc/286 946021/Proposal Penelitian Sosial, download Oktober 2010. LAPAN, 2005. Pedoman Penulisan dan Penerbitan Karya Tulis Ilmiah Kedirgantaraan. Jakarta. LIPI, 2009. Peraturan Bersama Kepala LIPI dan Kepala BKN Nomor 412/D/2009 dan Nomor 12 Tahun 2009 tentang Peraturan atas Keputusan bersama Kepala LIPI dan Kepala BKN Nomor 3719/D/2004 dan No. 60 Tahun 2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Peneliti dan Angka Kreditnya. Roestamsyah, 1982. Pembinaan Karier Tenaga Peneliti di Indonesia, Warta Pengelolaan Penelitian dan Pengembangan. Sri Rahayu, 2009. Rancangan Sistem Informasi Publikasi Karya Tulis Ilmiah di LAPAN; Teknologi Informasi dan Komunikasi Volume 2, Jakarta. 144