BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan menggunakan jenis data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber data secara langsung. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data primer adalah menggunakan metode survey ke lapangan dengan wawancara langsung (direct interview) kepada narasumber data lapangan khususnya yang berhubungan langsung dengan ekosistem hutan mangrove dengan ketua Kelompok Tani Sidodadi Maju yang mempunyai anggota berjumlah 44 orang untuk mengetahui tingkat produksi dan harga hasil produksi di lapangan serta petinggi-petinggi instansi pemerintah kabupaten yang membidangi tentang hutan mangrove. Data sekunder adalah data yang berasal dari instansi dan lembagalembaga pihak ketiga yang berada di wilayah Kabupaten Rembang maupun literatur pendukung lainnya. Instansi-instansi pemerintah daerah tersebut antara lain: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga, Dinas Kelautan dan Perikanan, dan Balai Lingkungan Hidup Kabupaten Rembang. Jenis data sekunder yang diperlukan antara lain: 1. Karakteristik lokasi hutan mangrove Desa Pasarbanggi dan Kabupaten Rembang. 2. Data luas area hutan mangrove Desa Pasarbanggi. 24
25 3. Data total biaya biaya restorasi hutan mangrove Kabupaten Rembang. B. Definisi Operasional Variabel 1. Capital (Modal) Modal adalah modal awal yang digunakan untuk program restorasi hutan mangrove di Desa Pasarbanggi, pembuatan tambak petani serta pembelian bibit-bibit hewan budidaya tambak seperti bibit udang dan bibit ikan bandeng, serta pembuatan wahanan wisata konservasi hutan mangrove yang diukur dalam satuan Rupiah. 2. Benefit (manfaat) Manfaat terdiri dari manfaat langsung dan manfaat tidak langsung, dari kegiatan suatu proyek yang sudah diukur dalam satuan nilai rupiah. Manfaat dari restorasi hutan mangrove antara lain untuk mencegah area tambak dari banjir Laut Jawa yang mengangkat perekonomian dari hasil ikan dan udang serta garam laut, hasil penjualan bibit-bibit pohon mangrove yang dipasarkan ke luar Kota Rembang, wahana wisata untuk menikmati pemandangan alam laut dan kelestarian hutan mangrove kawasan konservasi hutan mangrove Jembatan Mangrove. 3. Cost (biaya) Biaya adalah pengeluaran yang dikeluarkan untuk pembangunan suatu proyek, biaya operasional, dan biaya-biaya pemeliharaan yang diukur dalam satuan rupiah. Biaya dalam upaya restorasi hutan mangrove antara lain biaya penanaman mangrove jenis Rizhospora oleh pemerintah bersama para petani tambak yang sudah pernah dilakukan sejak tahun 1980-an pada area ekosistem mangrove dengan panjang sekitar 3000
26 meter dan lebar antara 100-300 meter. Selain biaya untuk restorasi hutan mangrove, terdapat biaya bagi para petani tambak untuk perawatan tambak, bibit hewan budidaya tambak seperti udang, dan bibit bandeng, serta perawatan wisata wahana Jembatan Mangrove yang melintasi kawasan konservasi hutan mangrove Pasarbanggi. 4. Discount Factor Rate Faktor tingkat bunga yang digunakan adalah tingkat bunga yang berlaku pada saat pelaksanaan investasi proyek restorasi hutan mangrove diukur dalam satuan persen (%). 5. Analisis Sensitivitas Parameter yang digunakan untuk mengetahui tingkat sensitivitas perekonomian yang berada di sekitar hutan mangrove Desa Pasarbanggi pada penelitian ini adalah berdasarkan tingkat inflasi mata uang. C. Alat Analisis Data Untuk mendapatkan nilai yang menyeluruh sebagai dasar penerimaan atau penolakan atau pengurutan suatu proyek dapat digunakan analisis kelayakan manfaat biaya (benefit-cost analysis) yang terdiri dari: 1. Perhitungan Biaya (Cost) Biaya atau Cost yang dimaksud dalam program restorasi ini adalah semua pengeluaran untuk pelaksanaan program restorasi atau biaya investasi permulaan mulai dari pembelian bibit mangrove, upah pekerja hingga biaya operasional dan pemeliharaan serta perawatan setelah pelaksanaan program selesai dilaksanakan agar tercapai manfaat diadakannya program tersebut dalam waktu yang optimal.
27 2. Perhitungan Manfaat (Benefit) Manfaat atau benefit dalam program restorasi ini adalah semua manfaat yang bisa dirupiahkan dan diperhitungkan secara langsung berdampak pada warga sekitar Desa Pasarbanggi dan wisatawan serta masyarakat yang berkunjung. 3. Net Present Value (NPV) Net Present Value merupakan selisih antara benefit (penerimaan manfaat) dengan cost (biaya pengeluaran) yang telah nilai secara ekonomi. Kriteria kelayakan suatu proyek adalah jika NPV bernilai positif (NPV 0), maka proyek tersebut layak untuk dijalankan dan dilanjutkan. Dengan arti lain, suatu kegiatan proyek dapat disebut bermanfaat untuk pelaksanaanya jika NPV proyek sama atau lebih besar dari nol. Bila NPV = 0, maka proyek tersebut dalam keadaan break event point (Grey, 2005: 65-66). NPV = Bt = manfaat yang telah dikalkulasikan oleh diskon faktor Ct = biaya yang telah dikalkulasikan oleh diskon faktor n = umur ekonomis i = tingkat suku bunga diskon t = tahun 4. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Benefit-Cost Ratio (B/C Ratio) merupakan perbandingan antara benefit dan cost yang telah dikalkulasikan ke bentuk present value.
28 Semakin besar B/C Ratio, maka semakin besar perbandingan antara benefit dengan biaya atau cost-nya yang berarti proyek cenderung semakin menguntungkan. Suatu proyek akan dipilih apabila B/C Ratio > 1, apabila B/C Ratio < 1, maka usulan proyek akan ditolak atau tidak diterima (Gray, 2005: 76). B/C Ratio = B/C Ratio = Benefit-Cost Ratio Bt = Benefit sosial bruto proyek pada tahun t Ct = Cost sosial bruto proyek pada tahun t N = Umur ekonomis proyek I = social discount rate t = Tahun bersangkutan 5. Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return (IRR) adalah suatu tingkat bunga yang menggambarkan bahwa antara benefit (manfaat) yang telah di-presentvalue-kan dan cost (biaya) yang telah di-present-value-kan sama dengan 0. Dengan demikian IRR ini menunjukkan kemampuan suatu proyek untuk menghasilkan suatu returns (pengembalian), atau tingkat keuntungan yang akan dicapai oleh proyek tersebut. Berdasarkan kriteria investasi IRR, suatu proyek akan dipilih apabila IRR > social discount rate, sedangkan IRR < social discount rate maka proyek tersebut akan ditolak (Gray, 2005: 72). IRR = i +
29 IRR = Internal Rate of Returns I = Tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif I = Tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif NPV = Net Present Value positif NPV = Net Present Value negatif 6. Payback Period Analisis Payback Period atau periode pembayaran kembali adalah untuk mengetahui lamanya waktu yang diperlukan untuk membayar kembali modal awal, dan waktu kegiatan proyek. Jika PBP < umur proyek, berarti kegiatan tersebut menguntungkan dan layak dilaksanakan dan sebaliknya (Gray, 2005: 76). PBP = x 1 tahun P = Investasi awal I = Tingkat bunga A = Besar angsuran T = Tahun 7. Analisis Sensivitas Analisis sensivitas atau kepekaan adalah sifat responsif terhadap variabel atau parameter yang mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi pada waktu yang akan datang dibatasi hanya sebagian terjadi perubahan (Soetrisno, 1982: 162). 8. Manfaat Langsung Hutan Mangrove Nilai manfaat secara langsung dari hutan mangrove diidentifikasi dari beberapa kegiatan pemanfaatan ekosistem hutan
30 mangrove oleh masyarakat secara langsung sebagai pemenuhan kebutuhan atau mata pencahariannya (Mayudin, 2012: 95). Nilai manfaat langsung hutan mangrove diambil dengan menilai potensi keanekaragaman hutan mangrove dan tangkapan hasil perikanan yang ada di Desa Pasarbanggi. 9. Manfaat Tidak Langsung Hutan Mangrove Nilai manfaat secara tidak langsung biasanya berhubungan dengan minimum level dari infrastruktur ekosistem, yang tanpa hal itu tidak akan tersedia barang dan jasa (Fauzi, 2002 dalam Fatimah, 2014: 11). Nilai ini dihitung dengan asumsi hutan mangrove sebagai tembok pemecah gelombang laut, hasil budidaya tambak, dan ketersediaan pariwisata. 10. Nilai Guna Hutan Mangrove Nilai guna atau use value adalah nilai yang dihasilkan dari pemanfaatan aktual dari barang dan atau jasa seperti menangkap ikan, menangkap kepiting, menangkap udang, menebang pohon, dan sebagainya. Nilai guna merupakan nilai yang dirasakan oleh masyarakat. Nilai guna ini biasanya dinilai dengan menggunakan harga pasar dan oleh karena itulah nilai ini cenderung lebih mudah dihitung daripada nilai non-guna dari hutan mangrove (Fatimah, 2014: 10). Nilai guna dibagi menjadi 3 macam yaitu nilai guna langsung, nilai guna tidak langsung, dan nilai guna pilihan. Pada analisis ini nilai guna hutan mangrove ditinjau dari sisi nilai guna pilihan yaitu dengan keanekaragaman hayati atau biodiversitas.