BAB I PENDAHULUAN. rata-rata dengan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. taraf kelainannya. American Association On Mental Deliciency (AAMD) dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah kata yang mudah untuk diucapkan tetapi sangat sulit untuk

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasannya jauh dibawah rata rata yang ditandai oleh keterbatasan intelejensi

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan memang dunia yang tidak pernah bisa habis untuk. diperbincangkan. Karena selama manusia itu ada,

BAB I PENDAHULUAN. datang, jika suatu bangsa memiliki sumber daya manusia yang berkualitas

I. PENDAHULUAN. Manfaat dari pendidikan di sekolah, antara lain adalah menambah wawasan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Retardasi mental adalah suatu gangguan yang heterogen yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. yang menangani anak berkebutuhan khusus, termasuk di dalamnya yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang LISTYA ANGGRAENI, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah

2016 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK TUNAGRAHITA RINGAN MELALUI MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ali Murtadho Fudholy, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

I. PENDAHULUAN. kemandirian, kreativitas, dan produktivitas. Untuk itu diperlukan sistem

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi kecerdasan intelektual yang berada di bawah rata-rata dan

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional RI nomor 22 dan 23 tahun 2006.

BAB I PENDAHULUAN. Fokus sasaran pendidikan pada jenjang SMLB bagi anak tunagrahita

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pasangan memiliki harapan serta keinginan-keinginan menjalani

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. merasa, atau tindakan dapat dianggap sebagai pendidikan. Pendidikan biasanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tita Nurhayati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mengubah tingkah lakunya ke arah yang lebih baik. 1. sukses dalam hidupnya adalah orang-orang yang mempunyai sikap disiplin

2. Faktor pendidikan dan sekolah

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan dari anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan anak yang berbeda-beda. Begitu pula dengan pendidikan dan

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB 1 PENDAHULUAN. anak mencapai tujuan yang diinginkan. Penerapan pola asuh yang tepat

BAB I. sosialnya sehingga mereka dapat hidup dalam lingkungan sekitarnya. Melalui

: Metode-metode Pembelajaran Bahasa Lisan pada Anak Tunagrahita Ringan di Sekolah Luar Biasa

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah amanat dari Allah SWT dan sudah seharusnya orang tua. mendampingi dan mengawali perkembangan anak, sehingga anak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat yang sangat

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sekolah. Kedisiplinan itu ditunjukkan dengan sikap dan perilaku siswa dalam

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia. Hal ini akan terus berubah seiring dengan perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki tingkat intelektual yang berbeda. Menurut Eddy,

PENDIDIKAN KEDISIPLINAN SISWA MELALUI HUKUMAN (Studi Tentang Pandangan Stakeholder di SMP Miftahurrohman Punduttrate Benjeng Gresik)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani (Penjas) merupakan salah satu mata pelajaran yang harus

I. PENDAHULUAN. nasional yaitu membangun kualitas manusia yang beriman dan bertaqwa

formal, non formal, dan informal. Taman kanak-kanak (TK) adalah pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing, agar berlangsung tertib, efektif dan efisien. Norma-norma itu

BAB I PENDAHULUAN. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. untuk melanjutkan pendidikan tingkat yang lebih tinggi. Salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penandasan kembali terhadap falsafah Man behind the gun. Roda organisasi sangat

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I HAKEKAT BIMBINGAN DI SD

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rina Agustiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat saling mengisi dan saling membantu satu dengan yang lain.

BAB I PENDAHULUAN. yang diciptakan oleh Tuhan yang memiliki kekurangsempurnaan baik dalam segi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Sekolah merupakan wadah bagi peserta didik dalam menempuh

BAB I PENDAHULUAN. aman belajar bagi dirinya sendiri, sekaligus bagi siswa lain yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita kategori ringan membutuhkan pendidikan sebagaimana anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai kebijakan tertentu yang

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

Anak adalah dambaan setiap pasangan, dimana setiap pasangan selalu. menginginkan anak mereka tumbuh dengan sehat dan normal baik secara fisik

Bagaimana? Apa? Mengapa?

ANAK TUNAGRAHITA DAN PENDIDIKANNYA

BAB I PENDAHULUAN. dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga,

Tujuan pendidikan adalah membentuk seorang yang berkualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, kepintaran, kemampuan berpikir seseorang atau kemampuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita merupakan salah satu anak berkebutuhan khusus yang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini budaya disiplin belum sepenuhnya terwujud baik di. lingkungan keluarga, masyarakat, maupun di lingkungan kampus.

BAB I PENDAHULUAN. yang Maha Esa, mempunyai akhlak mulia, cerdas, sehat, berkemauan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. menempatkan posisinya di tengah-tengah masyarakat sekaligus mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan manusia

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tingkat kecerdasan (IQ) berkisar antara 30-50, mampu. melakukan keterampilan mengurus diri sendiri (self help), mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Penyelenggaraan pendidikan di

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sikap, dan perilaku. Disiplin adalah latihan watak dan batin agar segala perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. menuntut perhatian serius bagi orang tua yang tidak menginginkan anak-anaknya. tumbuh dan berkembang dengan pola asuh yang salah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin kuat. Kedisiplinan berasal dari kata bahasa Inggris discipline yang

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Sutjihati Somantri (2005: 107 ) anak tunagrahita sedang

BAB I PENDAHULUAN. segala potensinya. Oleh sebab itu pendidikan harus diterima olah setiap warga negara,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Pendidikan pada dasarnya usaha sadar yang menumbuh

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV ANALISIS DATA. keefektifan dalam bimbingan dan konseling islam dengan terapi reward berbasis hobi

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap anak berpotensi mengalami masalah dalam belajar,

Hayyan Ahmad Ulul Albab

2015 UPAYA GURU D ALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN VOKASIONAL BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

2015 PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS GERAK BURUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KINESTETIK PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB YPLAB LEMBANG

BAB I PENDAHULUAN Suhartoyo, 2014

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjaga dari perilaku yang menyimpang dan hal-hal yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. bahwa anak bukan hanya tanggung jawab orang tua, tetapi masyarakat bahkan juga

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tunagrahita adalah kondisi anak yang kecerdasannya jauh di bawah rata-rata dengan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam berinteraksi sosial. Keterbatasan intelegensi yang dimiliki anak tunagrahita ringan yaitu memiliki tingkat kecerdasan dengan skor intelegensi yang merentang dari 55 sampai 70. Menurut Heber (Mumpuniarti 2007: 8) tunagrahita adalah individu yang menunjukkan fungsi kecerdasan umum di bawah rata-rata pada saat periode perkembangan dan berhubungan dengan kerugian adaptasi tingkah laku. Sedangkan Menurut American Association on Mental Deficiency (Mohammad Efendi, 2006: 89) seorang dikategorikan tunagrahita apabila kecerdasannya secara umum di bawah rata-rata dan mengalami kesulitan penyesuaian sosial dalam setiap fase perkembangannya. Berdasarkan penjelasan di atas tentang tunagrahita yang menyatakan individu mengalami kekurangan dalam adaptasi tingkah laku dan penyesuaian diri yang kurang dengan lingkungan sekitar. Kekurangan yang dialami anak tunagrahita yaitu pada keterampilan adaptif, antara lain kemampuan berkomunikasi, menolong diri, keterampilan sosial, pengarahan diri, keamanan diri, dan akademik. Jadi karakteristik yang dimiliki anak tunagrahita ringan seperti terlambat dalam perkembangan mental dan sosial, kesulitan dalam mengingat apa yang dilihat, didengar secara sekilas, mengalami masalah persepsi yang menyebabkan salah satunya tunagrahita ringan mengalami kesulitan dalam mengingat berbagai bentuk benda (visual 1

2 perception), keterlambatan atau keterbelakangan mental yang dialami anak tunagrahita ringan akan berpengaruh pada perkembangan perilaku, sehingga perilaku yang muncul pada anak-anak tunagrahita tidak sesuai dengan perilaku seusianya. Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada mata pelajaran PKN tentang pendidikan budi pekerti yaitu meningkatkan kemampuan siswa dalam menjalankan kewajiban siswa di sekolah dan Kompetensi Dasar mata pelajaran pembiasaan yaitu menumbuhkan disiplin diri pada anak tunagrahita, pembelajaran PKN dan pembiasaan diarahkan untuk membentuk dan meningkatkan kedisiplinan diri siswa tunagrahita. Kedua kompetensi dasar mata pelajaran tersebut memiliki tujuan yang sama, sehingga dalam proses pelaksanaannya dapat dilakukan bersamaan karena saling berkaitan. Salah satu kompetensi yang akan dikembangkan yaitu kedisiplinan diri siswa saat proses belajar di sekolah. Dengan terbentuknya disiplin diri pada anak tunagrahita maka anak mampu bertanggung jawab atas perilaku dan tugasnya sebagai siswa di sekolah. Kondisi ketunaan yang dialami anak tunagrahita ringan dapat bermanifestasi dalam kesulitan Adaptive Behavior atau penyesuaian perilaku. Hal ini berarti anak tunagrahita ringan tidak mampu mencapai kemandirian yang sesuai dengan ukuran kemandirian dan tanggung jawab sosial. Selain itu anak tunagrahita ringan akan menghadapi masalah keterampilan akademik dan berpatisipasi dalam kelompok usia sebayanya. Anak tunagrahita ringan juga sering menunjukkan perilaku-perilaku yang tidak diharapkan, sehingga

3 sebagian orang menganggap bahwa anak tunagrahita ringan memiliki perilaku menyimpang yang cenderung melanggar norma yang berlaku dalam lingkungan di sekelilingnya. Dengan perilaku menyimpang yang ditampakkan oleh sebagian anak tunagrahita ringan maka anak sulit untuk diarahkan bersikap disiplin. Kedisiplinan merupakan salah satu cara untuk membantu anak untuk mengembangkan control diri, membantu anak mengenali perilaku yang salah, mendorong, membimbing dan membantu dalam memperoleh rasa kepuasan karena kesetiaan dan kepatuhan terhadap aturan yang ada. Untuk menumbuhkan disiplin diri dalam diri siswa dibutuhkan latihan mengendalikan diri yaitu latihan mengontrol perasaan, keinginan, khayalan dan pikiran sendiri, mengendalikan emosi ketika situasi memancing kemarahan siswa. Disiplin diri yang dimiliki pada diri siswa maka dapat membantu siswa dalam menjalankan tugas ataupun kegiatan secara teratur sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan sehingga kegiatannya menjadi lebih terarah terutama pada kegiatan di dalam kelas. Berdasarkan hasil observasi di SLB Dharma Rena Ring Putra 2 Yogyakarta, penerapan kedisiplinan pada anak belum diterapkan secara maksimal oleh semua guru. Beberapa siswa anak tunagrahita ringan masih kurang memiliki disiplin diri seperti disiplin waktu dan disiplin tugas. Disiplin waktu yang masih kurang dimiliki oleh beberapa anak tunagrahita ringan di SLB Dharma Rena Ring Putra 2 yaitu terlambat datang sekolah, selalu terlambat masuk kelas pada saat pergantian jam pelajaran, saat belajar selalu

4 menggunakan waktu untuk hal-hal yang kurang bermanfaat seperti sering mengganggu teman saat belajar, bermain sendiri dan sering tidak memperhatikan penjelasan dari guru. Disiplin tugas yang masih kurang dimiliki oleh siswa dalam mengikuti pelajaran di sekolah yaitu mengumpulkan tugas tidak tepat waktu, selalu membolos, tidak mengerjakan tugas dari guru. Masalah tersebut terjadi, tidak sepenuhnya kesalahan siswa. Ketidak disiplinan siswa terutama di sekolah disebabkan beberapa faktor. Menurut Haditono (Nur Atifah, 2006: 22) beberapa faktor yang mempengaruhi kedisiplinan adalah anak itu sendiri, sikap pendidik, lingkungan dan tujuan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan kedisiplinan siswa di SLB Dharma Rena Ring Putra 2 Yogyakarta yaitu pertama lemahnya penerapan peraturan di sekolah. Di sekolah sudah dibuat tata tertib dan jadwal kegiatan belajar. Namun adanya tata tertib di sekolah tidak diimbangi dengan pendampingan dan pengawasan dalam pelaksanaan kedisiplinan tersebut. Peraturan yang sudah dibuat semakin lama semakin menghilang, sehingga kedisiplinan belum terbentuk dan tertanam pada diri anak. Kedua, kurangnya waktu dalam mendidik siswa terutama dalam membentuk sikap disiplin diri. Waktu yang didapat anak dalam memperoleh bimbingan di sekolah juga terbatas. Sekolah membimbing dari pagi sampai dengan siang dan untuk waktu selanjutnya anak mendapatkan bimbingan dari keluarga. Dalam membentuk disiplin diri pada siswa dibutuhkan waktu yang tidak singkat. Kondisi lingkungan sekolah dengan kondisi lingkungan rumah harus memiliki kesinambungan, sehingga anak akan tetap memperoleh pendampingan baik di

5 sekolah ataupun di rumah. Ketiga, konsistensi dalam pelaksanaan peraturan di sekolah masih sangat kurang. Peraturan hanya diterapkan saat awal-awal peraturan dibuat tapi untuk selanjutnya masih sangat kurang. Hal tersebut tidak hanya dilakukan oleh siswa-siswi tetapi juga oleh beberapa guru di sekolah, sehingga secara tidak langsung guru memberikan contoh kepada siswanya. Siswa akan meniru sikap kurang disiplin dan mulai tidak mematuhi peraturan di sekolah. Keempat belum adanya metode ataupun media yang digunakan oleh guru dalam menerapkan kedisiplinan pada diri siswa. Sebagian guru dalam mendidik siswa masih menggunakan hukuman seperti membentak, namun untuk hukuman fisik sudah tidak diterapkan. Hal ini tidak membuat siswa jera, selain itu siswa dalam melaksanakan disiplin menjadi terpaksa sehingga siswa akan melaksanakan apabila mendapatkan pantauan secara langsung dari guru. Upaya pembentukan disiplin diri dalam belajar dapat dilakukan oleh pihak sekolah maupun oleh pihak orang tua. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh sekolah dan orang tua dalam menanamkan disiplin diri dalam belajar yaitu dengan mengubah pola hidup anak menjadi lebih teratur. Pihak sekolah maupun orang tua dapat membuat suatu aturan, aturan yang dibuat harus memberikan batasan yang jelas, sehingga anak dapat memahami aturan yang dibuat, konsekuensi yang akan diberikan kepada anak apabila melakukan kesalahan harus jelas. Di samping dalam pembuatan aturan, sikap guru maupun orang tua dalam menegakkan disiplin harus tegas, konsisten, adil dan dapat memberikan contoh sikap disiplin yang baik.

6 Oleh karena itu upaya yang dilakukan oleh peneliti dalam membantu menanamkan disiplin diri pada siswa dan membantu sekolah dalam mencari jalan keluar dari masalah tersebut dengan menulis sekripsi dengan judul Pengaruh Penggunaan Media Catatan Dinding terhadap Kedisiplinan Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Dharma Rena Ring Putra 2 Yogyakarta. Dengan media catatan dinding diharapkan mampu memberikan pengaruh dalam membentuk dan mengembangkan disiplin diri pada siswa tunagrahita. Media catatan dinding dapat membantu guru dalam memantau perkembangan perilaku kedisiplinan siswa pada setiap harinya. Media tersebut juga diharapkan mampu mendisiplinkan siswa tanpa kekerasan. Kebanyakan dari guru dalam menghadapi perilaku anak yang kurang disiplin yaitu selalu memberikan hukuman fisik kepada anak. Hukuman yang diterima anak tidak membuat anak menjadi jera, akan tetapi akan berdampak buruk pada perkembangan anak. Menggunakan hukuman fisik dapat berakibat negatif terutama anak-anak yang rentan, yaitu dapat menyebabkan menurunnya kemampuan anak untuk berkonsentrasi, mematikan harga diri dan rasa percaya diri anak, dan secara umum menyebabkan anak tidak suka atau takut ke sekolah. Selain pemberian hukuman cara yang sudah digunakan oleh beberapa guru dalam mendisiplinkan siswa yaitu dengan pemberian reward barang yang disukai oleh siswa yang dimana mampu memberikan hasil yang cukup baik. Namun dari pemberian reward tersebut memiliki pengaruh negatif terhadap siswa seperti siswa setiap melakukan sesuatu selalu mengharapkan

7 imbalan ataupun hadiah dan apabila tidak diberi hadiah siswa menjadi kurang semangat. Upaya yang dilakukan dalam mengurangi penyimpangan perilaku pada anak tunagrahita yang menyebabkan anak menjadi kurang disiplin dapat dilakukan dengan cara pembiasaan perilaku disiplin diri. Dengan mengetahui karakteristik yang dimiliki oleh siswa tunagrahita, maka penerapan kedisiplinan diri pada siswa akan lebih mengena apabila dilakukan setiap hari dengan pembiasaan bersikap disiplin. Salah satunya peneliti memilih melakukan pembiasaan menggunakan media catatan dinding. Media pembelajaran merupakan sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemajuan pembelajaran sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri pembelajaranya. Selain itu media juga mampu menimbulkan kegairahan belajar, memungkinkan interaksi langsung dengan lingkungan nyata, memungkinkan dapat belajar sendiri menurut kemampuan dan minat. Media digunakan dalam penelitian ini untuk mengarahkan anak agar membiasakan membuat catatan dinding. Catatan dinding anak ini merupakan kombinasi dari media buku harian dengan media dinding yang akan merangkum semua kegiatan yang dilakukan anak seperti dalam buku harian anak, hanya saja yang isinya lebih terinci sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh guru. Catatan dinding ini berisi kegiatan atau perilaku yang dilakukan oleh anak selama satu hari di sekolah. Anak dapat mengisikan peristiwa yang sudah dilakukan pada catatan dinding, kegiatan yang dapat

8 dirangkum dalam media catatan dinding ini yaitu dari jam kehadiran siswa, perbuatan baik yang dilakukan anak dalam satu hari, dan pelanggaranpelanggaran yang sudah dilakukan di sekolah terutama di dalam kelas saat pembelajaran. Siswa dapat melihat kedisiplinan yang sudah dilakukan dan membandingkan dengan temannya. Siswa diharapkan akan termotivasi untuk meningkatkan semangat berkompetisi untuk bersikap disiplin. Upaya yang dilakukan oleh peneliti untuk mengurangi kejenuhan siswa dalam mengisi media catatan dinding yaitu media tersebut dibuat menarik dan diberi penjelasan sikap kedisiplinan. Selain membantu siswa dalam membiasakan bersikap disiplin, media catatan dinding ini akan sangat mempermudah guru dalam membimbing siswa. Guru dapat mengarahkan perilaku anak, selain itu guru juga dapat memantau perkembangan perilaku anak terutama perkembangan disiplin diri anak. Guru dapat memantau kedisiplinan yang dilakukan oleh siswa selama sehari dengan menggunakan catatan dinding tersebut. Guru akan mudah untuk mengarahkan dan memperbaiki perilaku kedisiplinan yang belum dilakukan oleh siswa. Selain itu siswa juga akan belajar mandiri dan tanggung jawab terhadap tugas untuk selalu mengisi dan melengkapi catatan dinding dengann kejadian-kejadian yang dilakukan siswa selama belajar di sekolah. Berdasarkan hasil pemantauan dan pembiasaan dengan media catatan dinding tersebut guru dapat memantau dan mengetahui aspek kedisiplinan yang sudah tercapai dan terbentuk pada diri siswa dan aspek kedisiplinan yang masih perlu dikembangkan oleh siswa. Data yang diperoleh dari media

9 catatan dinding anak tersebut akan membantu dan mempermudah guru dalam mengarahkan dan meningkatkan aspek kedisiplinan yang belum tercapai. Harapannya pada akhirnya akan dapat dievaluasi oleh guru perkembangan yang terjadi pada anak, sehingga media tersebut akan dapat memberikan pengaruh perubahan positif terhadap sikap disiplin diri siswa dalam belajar di kelas. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, peneliti mengidentifikasi permasalahan yang muncul antara lain: 1. Anak tunagrahita ringan memiliki pemahaman tata tertib yang kurang. 2. Kemampuan anak tunagrahita masih kurang untuk disiplin waktu belajar di kelas. 3. Kemampuan social emosi yang terlambat, sementara kondisi lingkungan sekitarnya kurang mendukung sehingga perilaku yang ditampakkan cenderung melanggar aturan. 4. Penggunaan metode dalam latihan disiplin diri yang kurang tepat. 5. Media catatan dinding belum dipergunakan dalam perbaikan sikap kedisiplinan diri anak tunagrahita ringan. C. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti memberikan batasan masalah yaitu pada kemampuan disiplin waktu belajar anak tunagrahita yang masih kurang dan penggunaan media dalam latihan disiplin diri pada anak tunagrahita yang kurang tepat. Melalui batasan masalah tersebut, peneliti akan

10 lebih mudah dalam mengambil data yang sesuai dengan data yang diperlukan yaitu kemampuan kedisiplinan anak tunagrahita dalam proses belajar di kelas. Kemampuan yang diamati yaitu mencakup kedisiplinan waktu kehadiran, kedisiplinan saat dikelas (tidak membuat keributan di kelas, tidak meninggalkan kelas tanpa izin), disiplin dalam mengerjakan tugas. D. Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan di atas dan batasan masalah tersebut, peneliti merumuskan permasalahan yaitu apahkah penggunaan media catatan dinding dapat memberikan pengaruh terhadap kedisiplinan diri anak tunagrahita?. E. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk membentuk kedisiplinan diri anak tunagrahita ringan di sekolah. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan media catatan dinding terhadap kedisiplinan diri anak tunagrahita. F. Kegunaan Penelitian Manfaat praktis untuk siswa, guru dan sekolah yaitu : 1. Bagi siswa hasil penelitian ini dapat meningkatkan kedisiplinan diri siswa saat belajar di kelas. 2. Bagi guru penulisan ini dapat membantu mengoptimalkan dalam menangani pembentukan disiplin diri siswa dengan penanganan sedini mungkin.

11 3. Penulisan ini dapat dijadikan referensi untuk memberikan pembelajaran dalam meningkatkan kedisiplinan diri siswa berkebutuhan khusus terlebih pada anak tunagrahita ringan. 4. Bagi sekolah hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan penetapan kebijakan pelaksanaan kurikulum sekolah dengan pemanfaatan media dalam pembelajaran, dalam upaya meningkatkan kedisiplinan diri anak tunagrahita. G. Asumsi Penelitian Apabila setelah diberi kegiatan menggunakan media catatan dinding, maka kedisiplinan diri pada anak tunagrahita akan lebih baik. Anak dapat mengembangkan disiplin diri apabila kegiatan dilakukan secara berulangulang dan tepat, sehingga anak dapat bersikap disiplin baik di lingkungan sekolah, rumah atau masyarakat. Selain itu anak juga dapat menerapkan disiplin dalam kegiatan rutinitas. Oleh karena itu treatment yang digunakan tidak terlalu rumit dan disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki anak. H. Definisi Operasional Pengaruh penggunaan Media Catatan Dinding terhadap Kedisiplinan Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Dharma Rena Ring Putra 2 Yogyakarta. a. Anak Tunagrahita Ringan adalah kondisi anak yang memiliki kecerdasan di bawah rata-rata ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam berinteraksi sosial yaitu ketidakmampuan dalam penyesuaian perilaku dan terjadi selama masa perkembangan. Beberapa

12 karakteristik yang dimiliki anak tunagrahita ringan yaitu memiliki kemampuan akademik yang rendah, memiliki hambatan dalam perkembangannya seperti dalam kemampuan kemandirian dan kedisiplinan diri. Kedisiplinan diri siswa di sekolah yang masih sangat kurang yaitu disiplin terhadap waktu dan disiplin terhadap tugas. b. Disiplin yaitu suatu sikap yang tegas untuk membentuk perilaku individu yang sesuai dengan aturan ataupun tata tertib yang berlaku. Sikap siswa terutama di dalam kelas yang memiliki kepatuhan terhadap aturan yang ada di dalam kelas seperti disiplin dalam waktu yaitu siswa hadir tepat waktu, tidak terlambat masuk ke kelas saat pergantian pelajaran, tidak membolos. Disiplin dalam tugas yaitu mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, mengumpulkan tugas tepat waktu, tidak mengganggu teman saat pelajaran. c. Media catatan dinding adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemajuan pembelajaran, sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri pembelajaranya. Selain itu untuk menimbulkan kegairahan belajar, memungkinkan interaksi langsung dengan lingkungan nyata, memungkinkan dapat belajar sendiri menurut kemampuan dan minat. Media catatan dinding anak merupakan kombinasi dari media buku harian dengan media dinding sehingga menjadi catatan harian yang terpajang di papan dinding kelas. Catatan dinding ini akan merangkum semua kegiatan yang dilakukan anak seperti dalam buku harian anak,

13 hanya saja yang isinya lebih terinci sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh guru dan dipajang dalam papan dinding. Catatan dinding ini berisi kegiatan atau perilaku yang dilakukan oleh anak selama satu hari di sekolah. Dari catatan dinding ini anak dapat mengisikan kejadian-kejadian yang sudah dilakukan yaitu dari jam kehadiran siswa, perbuatan baik yang dilakukan anak dalam satu hari, dan pelanggaranpelanggaran yang sudah dilakukan di sekolah.