EFEKTIFITAS PERAWATAN LUKA DIABETIK METODE MODERN DRESSING MENGGUNAKAN MADU TERHADAP PROSES PENYEMBUHAN LUKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. diatas atau sama dengan 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006). Gangguan. jaringan tubuh. Komplikasi DM lainnya adalah kerentanan terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. penting untuk mengetahui bagaimana melakukan tindakan. Disadari bahwa bila

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (2006), merumuskan bahwa diabetes. melitus (DM) merupakan kumpulan masalah anatomi dan kimiawi dari

BAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan akan terus meningkat prevalensinya dan memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB I PENDAHULUAN. Ulkus diabetikum merupakan salah satu komplikasi yang umum bagi

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H

BAB 1 PENDAHULUAN. atau oleh tidak efektifnya insulin yang dihasilkan. Hal ini menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Vol 1, No 2, Oktober 2017 ISSN

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik kronis akibat tidak

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. DM suatu penyakit dimana metabolisme glukosa yang tidak normal, yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesejahteraan dan ketersediaan pangan dapat. mengakibatkan sejumlah masalah, termasuk meningkatnya kejadian penyakit

BAB I PENDAHULUAN. dapat menurun atau pancreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik

MUHAMMAD IBNU ABIDDUNYA NIM : S

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

BAB I PENDAHULUAN. menurun dan setelah dibawa ke rumah sakit lalu di periksa kadar glukosa

MUHAMMAD NURMAN. Dosen S1 Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau, Indonesia ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO Tahun 2013, diperkirakan 347 juta orang di dunia menderita

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh ENY SULISTYOWATI J

M. Nurman Dosen STIKes Tuanku Tambusai Riau ABSTRACT

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

*Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Muhamamdiyah Klaten

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikendalikan atau dicegah (diperlambat). Diabetes mellitus adalah penyakit metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. setelah India, Cina dan Amerika Serikat (PERKENI, 2011). Menurut estimasi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.

BAB I PENDAHULUAN. ketika kulit terpapar suhu atau ph, zat kimia, gesekan, trauma tekanan dan radiasi.

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. pankreas tidak lagi memproduksi insulin atau ketika sel-sel tubuh resisten

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perhatian adalah diabetes melitus (DM). Menurut Kementrian Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

TINDAKAN PERAWAT DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL LUKA PASCA BEDAH

BAB I PENDAHULUAN. modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan

PENGARUH PENDAMPINGAN TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI WILAYAH PUSKESMAS BANYUANYAR SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kronis menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan

BAB I PENDAHULUAN. yang timbul karena kelainan metabolisme yang disebabkan oleh tidak bekerjanya

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Visi Indonesia sehat yang diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. panjang, baik mikroangiopati maupun makroangiopati ( Hadisaputro &

BAB I PENDAHULUAN. irritabilitas, poliuria, polidipsi dan luka yang lama sembuh (Smeltzer & Bare,

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB 1 PENDAHULUAN. memerlukan upaya penanganan tepat dan serius. Diabetes Mellitus juga

kepatuhan dan menjalankan self care individu lanjut usia dengan Diabetes Melitus selama menjalani terapi hipoglikemi oral dan insulin?.

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fisik, life style, dan lain-lain (Waspadji, 2009). masalah kesehatan/penyakit global pada masyarakat (Suiraoka, 2012).

I. PENDAHULUAN. Luka bakar merupakan penyebab kematian ke-2 di dunia yang bukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. prevalensi global penderita Diabetes Melitus (DM) pada tahun 2014 sebesar 8,3%

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) sebagai suatu penyakit tidak menular yang cenderung

PENGARUH TERAPI MADU TERHADAP LUKA DIABETIK PADA PASIEN DENGAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RW 011 KELURAHAN PEGIRIAN SURABAYA

PENGETAHUAN DIABETES MELITUS DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DM TIPE 2

BAB 1 PENDAHULUAN. Komplikasi akut adalah gangguan keseimbangan kadar glukosa darah jangka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. utama pada masyarakat modern di dunia. Angka penderita diabetes dan diperkirakan jumlahnya akan meningkat secara signifikan

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB 1 PENDAHULUAN. dialami oleh klien diabetes mellitus. Selain permasalahan fisik tersebut, diabetes

BAB I PENDAHULUAN. manusia di dunia. Penderita Diabetes Mellitus diperkirakan akan terus

BAB 1 PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2004, dalam

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

PENGARUH PELAKSANAAN FUNGSI PERAWATAN KESEHATAN KELUARGA TERHADAP TERAPI DIET DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. mellitus (Perkeni, 2011). Secara umum hampir 80% prevalensi. diabetes mellitus adalah diabetes mellitus tipe 2.

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penderita 7,3 juta jiwa (International Diabetes Federation

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan data World Health Organization (2010) setiap

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes adalah penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak bisa

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang terjadi baik ketika

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) dalam darahnya. Yang dicirikan dengan hiperglikemia, yang disertai. berbagai komplikasi kronik (Harmanto Ning, 2005:16).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (lebih dari 60 tahun) diperkirakan mengalami peningkatan pada tahun 2000 hingga

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun luka kronis. Sebuah penelitian terbaru di Amerika menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai masalah kesehatan global terbesar di dunia. Setiap tahun semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. tertentu dalam darah. Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi pankreas

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu diteliti dan diatasi (Suyono, 2005). Namun tidak demikian

dalam tubuh seperti penyakit kardiovaskuler, gangguan penglihatan, kerusakan ginjal (Corwin, 2007). Penderita DM rentan mengalami infeksi yang

PENGARUH PEMBERIAN DIIT DM TINGGI SERAT TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PASIEN DM TIPE-2 DI RSUD SALEWANGANG KAB. MAROS

BAB I PENDAHULUAN. jumlah tersebut menempati urutan ke-4 terbesar di dunia, setelah India (31,7

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

Transkripsi:

EFEKTIFITAS PERAWATAN LUKA DIABETIK METODE MODERN DRESSING MENGGUNAKAN MADU TERHADAP PROSES PENYEMBUHAN LUKA Edy Siswantoro Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKES Dian Husada Mojokerto Email : edy.aryaboy@gmail.com ABSTRAK Diabetes melitus (DM) atau biasa yang disebut penyakit kencing manis merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan kadar glukosa darah (gula darah) melebihi nilai normal yaitu kadar gula darah sewaktu sama atau lebih dari 200 mg/dl, dan kadar gula darah puasa diatas atau sama dengan 126 mg/dl. Gangren diabetik adalah luka pada kaki yang merah kehitaman dan berbau busuk akibat sumbatan yang terjadi pembuluh darah sedang atau besar di tungkai dan luka gangren merupakan salah satu komplikasi kronik Diabetes Mellitus. Metode penelitian pre-experimental dengan rancangan one group pretest-posttest design. Didapatkan 30 pasien dengan luka gread II, III. IV, menggunakan teknik Purposive Sampling. Instrumen perawatan luka metode modern dressing menggunakan madu adalah SOP dan lembar observasi untuk penyembuhan luka. Data diolah dengan proses editing, coding, skoring, tabulating. Berdasarkan analisa data menggunakan uji Wilxocon yang didasarkan taraf kemaknaan yang ditetapkan α 0,05. Hasil penelitian ini adalah proses penyembuhan luka sebelum dilakukan perawatan luka metode modern dressing menggunakan madu yang diukur dari tingkat gread luka yaitu gread II (23,3%), gread III (46,7%), gread IV (30,0%). Dan proses penyembuhan luka sesudah dilakukan perawatan luka metode modern dressing menggunakan madu yang diukur dari tingkat gread luka yaitu gread II (46,7%), gread III (36,7%), gread IV (16,7%). Uji Wilxocon diketahui p= 0,001<0,05. Dapat disimpulkan bahwa perawatan luka diabetik metode modern dressing menggunakan madu berpengaruh terhadap proses penyembuhan luka. Perawat bisa menggunakan sarana madu sebagai alternatif lain dalam perawatan luka karena madu sebagai agen perawatan luka memiliki efektifitas yang baik dalam proses penyembuhan luka. Kata Kunci : Perawatan luka, Modern Dressing, Madu Hal 112

PENDAHULUAN Gangren diabetik adalah luka pada kaki yang merah kehitaman dan berbau busuk akibat sumbatan yang terjadi pembuluh darah sedang atau besar di tungkai. Luka gangren merupakan salah satu kornplikasi kronik DM yang paling ditakuti oleh setiap penderita DM (Tjokroprawiro, 2007). Luka diabetik merupakan faktor yang menyebabkan masalah biologis, psikologis, sosial, spiritual dan ekonomi sampai kematian karena sepsis. Secara sosial, seorang pasien luka diabetic akan dikucilkan oleh orang lain karena pengaruh kotor dan bau yang ditimbulkan (Supriyatin, Saryono, dan Latifah, 2007). Luka diabetik mudah berkembang menjadi infeksi akibat masuknya kuman atau bakteri dan adanya gula darah yang tinggi menjadi tempat yang strategis untuk pertumbuhan kuman (Sudoyoet al, 2006). Estimasi terbaru dari Federasi Diabetes Internasional tahun 2014 negara dengan kasus diabetes tertinggi adalah China, yang diperkirakan akan mencapai 142,7 juta pada 2035 dari 98,4 juta pada saat ini. Namun prevalensi tertinggi ada di Pasifik Barat, dengan lebih dari sepertiga orang dewasa di Tokelau, Mikronesia dan Kepulauan Marshall mengidap penyakit tersebut. Populasi penderita diabetes mellitus (DM) di Indonesia saat ini menduduki peringkat kelima terbanyak di dunia. Indonesia menempati peringkat pertama di Asia tenggara, dengan Prevalensi DM sebanyak 8.426.000 jiwa di tahun 2000 dan di proyeksi meningkat 2,5 kali lipat sebanyak 21.257.000 penberita pada tahun 2031 (WHO, dalam Prihanningtya, 2013). Berdasarkan data IDF Diabetes Atlas, pada tahun 2013 penderita DM di Tanah Air mencapai 8.554.155 orang. Bahkan angka tersebut semakin naik pada tahun 2014 hingga mencapai 9,1 juta orang, kata Ketua Perkumpulan Endrokologi Indonesia (Perkeni) Prof. Dr. Achmad Rudijanto di Jakarta. Tahun 2035 jumlah penderita DM diprediksi melonjak hingga ke angka 14,1 juta orang dengan tingkat prevalensi 6,67 persen untuk populasi orang dewasa (suara.com, 2015). Data Dinas Kesehatan (DINKES, 2013) Jawa Timur menyebutkan 3.622 jiwa penderita Diabetes Mellitus tipe 2 dirawat di rumah sakit dan 161 jiwa meninggal dunia, jumlah ini mengalami peningkatan pada tahun 2013 sejumlah 69.018 penderita dan 172 jiwa meninggal dunia. Berdasarkan data yang didapatkan di RSUD. Prof. Dr. Soekandar Mojosari tahun 2014 ada 237 pasien diabetes militus dan mengalami peningkatan daripada tahun 2013 yang berjumlah 189 sering sertai dengan komplikasi dengan luka diabetik. Salah satu komplikasi yang banyak ditakutkan oleh kebanyakan orang adalah timbul nya luka pada daerah ekstermitas baik atas maupun bawah. Luka bisa teratasi secara optimal jika penanganan luka dilakukan dengan tepat. Jika penanganan luka tidak tepat bisa berakibat proses penyembuhan luka akan semakin lama dan sepsis akan menyebar ke bagian yang lain bahkan bisa berujung pada tindakan amputasi. Perawatan luka yang tepat merupakan salah satu faktor yang mendukung penyembuhan luka (Morison, 2004). Lingkungan yang lembab akan memberikan dukungan pergerakan epitel dan memfasilitasi penutupan luka. Pemilihan balutan yang baik akan mendukung penyembuhan luka dengan memberikan lingkungan yang lembab dan kontinu (Potter & Perry, 2010). Perawatan luka yang tertutup dengan modern dressing memiliki tingkat penyembuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan yang ditutup dengan kasa. Modern dressing mampu untuk mempertahankan lingkungan lembab yang seimbang dengan permukaan luka, pemilihan dressing yang tepat dapat menjaga kelembapan seperti films, hydrogels, hydrocolloids, foams, alginates, and hydrofibers (Broussard dan Powers, 2013). Yapucaet al (2007) menyebutkan bahwa madu dapat mempercepat proses penyembuhan luka. Waktu penyembuhan luka yang dirawat dengan madu lebih cepat sekitar empat kali dari pada waktu penyembuhan luka yang dirawat dengan obat lain. Tindakan penanganan luka yang tidak tepat sering menghambat proses penyembuhan luka secara cepat. Salah satu cara untuk penanganan luka adalah dengan perawatan luka dengan metode modern dressing menggunakan madu. Dengan kandungan madu yang dapat mempercepat proses penyembuhan luka dan di dukung menggunakan metode modern dressing diharapkan dengan kolaborasi kedua bahan tersebut proses penyembuhan luka diabetik bisa lebih cepat dan optimal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektifitas perawatan luka diabetic dengan metode modern dressing menggunakan madu terhadap proses penyembuhan luka di RSUD. Prof. Dr. Soekandar Mojosari Hal 113

METODE PENELITIAN Desain penelitian yang dilakukan adalah penelitian pre-experimental dengan rancangan one group pretest-posttest. One group pretest-posttest adalah rancangan yang tidak ada kelompok pembanding (kontrol) namun sudah dilakukan observasi pertama (pretest) yang memungkinkan peneliti dapat menguji perubahan yang terjadi setelah adanya eksperimen (Notoatmodjo, 2010). Jenis penelitian ini digunakan untuk mengetahui adanya perbedaan efektivitas pemberian intervensi berupa perawatan lukadiabetik metode modern dressing menggunakanterhadap proses penyembuhan luka pasien diabetes mellitus. Data diperoleh sebelum dan sesudah dilakukannya intervensi. Pengukuran yang dilakukan sebelum eksperimen (P1) disebut pretest. Pada penelitian ini pretest bertujuan untuk mengobservasi kondisi luka sebelum pemberian perlakuan (X). Perlakuan yang diberikan berupa perawatan luka metode modern dressing menggunakan madu. Setelah dilakukan perawatan luka, peneliti mengobservasi kembali kondisi luka tersebut (P2) disebut posttest. HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil penelitian proses penyembuhan luka pada pasien diabetic sebelum diberikan perawatan luka metode modern dressing menggunakan madu RSUD. Prof. Dr. Soekandar Mojosari menunjukan bahwa dari 30 responden penelitian didapatkan proses penyembuhan luka diabetic sebelum diberikan perawatan luka metode modern dressing menggunakan madu, yaitu sebagian besar 14 responden (46,7%)mengalami luka grade III. Kemudian setelah diberikan perawatan luka metode modern dressing menggunakan madu didapatkan sebagian besar 14 responden (46,7%) mengalami luka grade II. Sedangkan uji hipotesis dengan tingkat nilai kemaknaan p<α (α= 0,05) didapatkan dari hasil uji Wilcoxon diketahui nilai p= 0,001< 0,05. Artinya bahwa Ho ditolak sedangkan Hi diterima artinya ada perbedaan pretest dan postest perawatan luka metode modern dressing menggunakan madu terhadap proses penyembuhan luka diabetik. Penurunan grade luka diabetic sesudah diberikan perawatan luka metode modern dressing menggunakan madu ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Situmorang (2009) bahwa madu mempunyai kadar osmolaritas tinggi sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan mempercepat proses penyembuhan luka. Madu menciptakan kelembapan yang tidak dipengaruhi oleh lingkungan hal ini yang menyebabkan bahwa madu sangat baik diserap oleh kulit (Molan, 2006). Sebagai agen pengobatan topikal madu mudah diserap oleh kulit sehingga dapat menyebabkan kelembapan pada kulit dan memberikan nutrisi yang dibutuhkan untuk kulit (Jeffery dan Echazaretta, 2004).Dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa perawatan luka metode modern dressing menggunakan madu yang dilakukan efektif untuk mempercepat proses penyembuhan luka diabetik. Perawatan luka yang dilakukan adalah menggunakan madu sebagai bahan utama untuk mempercepat pertumbuhan granulasi. Granulasi pada luka yang dirawat menggunakan madu tumbuh dengan baik, ketika luka dibalut menggunakan balutan yang diolesi madu dapat menciptakan kelembapan yang tidak dipengaruhi oleh lingkungan. Hal ini terbukti dari hasil penelitian pada pasien diabetic yang mengalami luka setelah dilakukan perawatan luka metode modern dressing menggunakan madu didapatkan seluruh pasien luka mengalami penurunan grade luka dengan hasil sebagian besar responden masuk klasifikasi luka grade II. Dengan penurunan grade luka setelah dilakukan perawatan luka metode modern dressing menggunakan madu dapat mempercepat proses penyembuhan luka. SIMPULAN Berdasarkan penelitian perawatan luka diabetic metode modern dressing menggunakan madu sangat efektif terhadap proses penyembuhan luka di RSUD. Prof. Dr. Soekandar Mojosari dengan uji validitas Wilxocon diperoleh hasil p=0,001. SARAN Saran yang dapat peneliti berikan berdasarkan hasil penelitian adalah sebagai berikut; Bagi profesi keperawatan diharapkan terus meningkatakan skill dan inovasi inovasi dalam perawatan luka yang terus berkembang untuk memperoleh hasil penyembuhan luka yang lebih efektif dan efisien. Bagi RSUD. Prof. Dr. Soekandar Hal 114

Mojosari diharapkan terus meningkatkan kinerja yang baik dan mengembangkan skill atau pun cara terbaru tentang perawatan luka untuk mempercepat kesembuhan pasien.bagi penelitian selanjutnya dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan menambah jumlah sample, menggunakan kelompok kontrol dan perlakuan (perawatan luka diabetic metode modern dressing menggunakan madu). DAFTAR PUSTAKA Aden, R. 2010. Manfaat & Khasiat Madu Keajaiban Sang Arsitek Alam. Yogyakarta: Hanggar Kreator Aljady, A.M., et al. 2000. Biochemical Studi on the Efficacy of Malaysian Honey on Inflicted Wounds: an Animal Model. Medical Journal of Islamic Academy Science. Vol 13: 125-132 American Diabetes Association, Data from the National Diabetes Statistics Report, 2014 Bansal et al. 2005. Honey-A Remedy Rediscovered and Its Therapeutic Utility. Kathmandu University Medical Journal. Vol 3 (3): 305-309. Dinas Kesehatan Jawa Timur. 2010. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur 2010. Surabaya: Dinas Kesehatan Jawa Timur. Dinas Kesehatan Jawa Timur. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur 2012. Surabaya: Dinas Kesehatan Jawa Timur. Dr. Suranto Adji, 2007. Terapi Madu. Jakarta: Penebar Swadaya. Haviva, A.B. 2011. Dahsyatnya Mukjizat Madu untuk Kesehatan, Kecantikan, dan Kecerdasan. Jogjakarta: DIVA Press. Jeffrey, A.E., dan Echazaretta, C.M. 1997. Medical Uses of Honey. Rev Biomed. Vol 7: 43-49. Maryani, A., Gitarja, W.S., dan Ekaputra, E. 2011. Metode Perawatan Luka. Dalam: Seminar Nasional Keperawatan, 13 November 2011. PSIK Universitas Jember. Maryuyani, A. 2013. Perawatan Luka Modern (Modern Wound care)terkini dan Terlengkap. Jakarta: IN MEDIA. Molan, P.C. 2006. Using Honey in Wound Care. International of Clinical Aroma therapy. Vol. 3 (2): 21-25 Morison, M.J. 2004. Manajemen Luka. Alih Bahasa oleh Tyas mono A.F. Jakarta: EGC. Namias, N. 2003. Honey in The Management of Infection. Miami: De Witt Dughtry Family Departement of Surgery, University School of Medicine. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. Potter, P.A., dan Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4. Alih Bahasa oleh Renata Komalasari et al. Jakarta: EGC. Rostita. 2008. Berkat Madu Sehat, Cantik dan Penuh Vitalitas. Bandung: Qanita. Situmorang, L.L. 2009. Efektivitas Madu terhadap Penyembuhan Luka Gangren Diabetes Mellitus di RSUP H. Adam Malik Medan. TidakDiterbitkan. Skripsi. Sumatera Utara: PSIK FK Universitas Sumatera Utara. Smeltzer, S.C., dan Bare, B.G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Subrahmanyam, M. 1998. A Prospective Randomize Clinical and Histological Study of Superficial Burn Wound Healing with Honey and Silver Sulfadiazine. Journal of International Society for Burn Injuries. Vol 24 (2). Suguna, L., et al. 1993. Influence of Honey on Collagen Metabolism During Wound Healing in Rats. J. Clin. Biochem. Nutr. Vol 14: 91-99. Walidan Saloom. 1999. Effect of Topical Honey on Post-Operative Wound Infection Due to Gram Positive and Hal 115

Gram Negative Bacteria Following Caesarean Section and Hysterectomies. European Journal of Medical Research. Vol 4 (3) Hal 116