MUHAMMAD NURMAN. Dosen S1 Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau, Indonesia ABSTRAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MUHAMMAD NURMAN. Dosen S1 Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau, Indonesia ABSTRAK"

Transkripsi

1 PERBANDINGAN EFEKTIFITAS MADU + NaCl 0,9% DENGAN NACL 0,9 % SAJA TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA GANGREN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II DI WILAYAH KERJA PUSKEMAS BANGKINANG KOTA TAHUN 2015 MUHAMMAD NURMAN Dosen S1 Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau, Indonesia muhammadnurman1977@yahoo.com ABSTRAK Diabetes mellitus atau kencing manis adalah gangguan hormonal kronik yang menyebabkan glukosa dalam darah berlebih disertai dengan berbagai kelainan metabolik. Komplikasi yang sering pula terjadi adalah perubahan patologis pada anggota gerak yang bisa menyebabkan ulkus atau luka diabetik.. Manajemen perawatan luka terkait dengan pengobatan luka diabetik masih beraneka ragam, diantaranya penggunaan madu dan NaCl 0,9%, sedangkan NaCl 0,9% merupakan antiseptik dalam perawatan luka. Desain penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan rancangan control time series design. Sampel penelitian ini adalah 20 pasien, yang dibagi menjadi dua kelompok dengan rincian 10 pasien sebagai perawatan luka menggunakan madu + NaCl 0,9% dan 10 pasien lainnya perawatan luka menggunakan NaCl 0,9% Teknik analisa data yang digunakan adalah uji parametik yaitu uji statistik uji T-test atau Paired T-test yaitu uji dependen dan independen dengan nilai α = 0,05. Hasil uji T dependen menunjukkan ada perbedaan signifikan sebelum dan sesudah perawatan luka menggunakan madu + NaCl 0,9% yaitu p value = 0,001 < α, serta sebelum dan sesudah perawatan luka menggunakan NaCl 0,9% yaitu p value = < α. Hasil dari T independen yaitu ada perbandingan antara perawatan luka menggunakan madu+nacl 0,9% dengan NaCl 0,9% saja. Saran yang dapat peneliti berikan adalah menerapkan penggunaan madu sebagai agen perawatan luka karena memiliki efektivitas yang baik untuk proses penyembuhan luka. Daftar Bacaan : 52 ( ) Kata Kunci : Perbandingan, Madu, NaCl 0,9%, luka gangren, diabetes mellitus.

2 PENDAHULUAN World Health Organization (WHO) (2011) mendefinisikan Diabetes Mellitus (DM) sebagai penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak menghasilkan insulin yang cukup atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan. Data kesehatan dari World Health Organization (WHO) tahun 2010 melaporkan bahwa 60% penyebab kematian semua umur di dunia adalah karena penyakit tidak menular. Dalam hal ini, diabetes melitus menduduki peringkat ke-6 sebagai penyebab kematian. Sekitar 1,3 juta orang meninggal akibat diabetes dan 4% meninggal sebelum usia 70 tahun. Pada Tahun 2030 diperkirakan diabetes melitus menempati urutan ke-7 penyebab kematian dunia. Data lain juga menunjukkan bahwa penderita diabetes melitus (DM) kurang lebih 5% hingga 10% mengalami diabetes tipe 1 yaitu diabetes tergantung insulin dan kurang lebih 90% hingga 95% penderita mengalami diabetes melitus tipe II, yaitu diabetes yang tidak tergantung insulin (Brunner & Suddarth, 2001). Dari seluruh jumlah pasien DM, pasien dengan DM tipe II di dunia pada tahun 2010 sebanyak 285 juta jiwa dari total populasi dunia sebanyak 7 miliar jiwa dan meningkat sebanyak 439 juta jiwa pada tahun 2030 dari total populasi dunia sebanyak 8,4 miliar jiwa (Yuanita,2014). Menurut ketua Internasional Diabetes Federation untuk kawasan Asia Pasifik (IDF-WPR) tahun 2013, Indonesia menduduki peringkat posisi kelima dunia dengan jumlah 9,1 juta penduduk hanya dalam satu tahun, jumlah penderita diabetes di Indonesia melonjak 500 orang. Diperkirakan pada 2035 nanti, ada sekitar 14,1 juta penduduk Indonesia yang menderita diabetes. Data Riskesdas tahun 2007 dan 2013, Badan Litbangkes Kemenkes RI Prevalensi diabetes di Indonesia berdasarkan wawancara tahun 2013 adalah 2,1%. Angka tersebut lebih tinggi dibanding dengan tahun 2007 (1,1%). Pada tahun 2014 penyandang diabetes melitus (DM) di indonesia terjadi peningkatan sebesar Sebanyak 31 provinsi (93,9%) menunjukkan kenaikan prevalensi DM yang cukup berarti. Prevalensi diabetes tertinggi terdapat di provinsi Kalimantan Barat dan Maluku Utara (masing-masing 11,1% ), diikuti Riau (10,4% ) dan NAD (8,5%). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar, dapat diketakahui bahwa wilayah tertinggi menderita diabetes mellitus tipe II berada di kecamatan Bangkinang Kota yaitu sebanyak 110 orang penderita. Peningkatan jumlah pasien diabetes melitus akan berdampak pada peningkatan komplikasi penyakit ini. Penyakit diabetes melitus ini merupakan penyakit yang memiliki banyak sekali komplikasi. Mungkin bisa dikatakan diantara jenis penyakit yang ada, diabetes menjadi penyakit yang paling banyak menimbulkan komplikasi (Helmawati,2014). Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 2

3 Salah satu komplikasi diabetes melitus yang sering dijumpai adalah terjadinya ulkus pada kaki atau sering disebut sebagai kaki diabetik. Ulkus diabetik merupakan komplikasi tersering yang dialami pasien DM tipe 2 yaitu neuropati perifer (10-60%) (Yuanita,2014). Ulkus diabetika adalah salah satu bentuk komplikasi kronik DM berupa luka terbuka pada permukaan kulit yang dapat disertai adanya kematian jaringan setempat. Prevalensi penderita ulkus diabetika di Indonesia sekitar 15%, dengan angka amputasi 30%, angka mortalitas 32% dan ulkus diabetika merupakan sebab perawatan rumah sakit yang terbanyak sebesar 80% (Meilani, 2013). Penderita DM mempunyai risiko terjadinya gangren 50 kali lebih mudah daripada yang bukan penderita DM. Hal ini disebabkan karena penderita DM mudah sekali terkena infeksi lingkungan dengan glukosa tinggi memudahkan perkembangbiakan bakteri atau kuman. Penderita gangren diabetes ditemukan pada 2,4 % sampai 14 % dari keseluruhan kasus diabetes melitus (DM) (Sunarmi dikutip dari Suyono, 1996). Selain penanganan dengan farmakologis, penanganan luka pada diabetes terutama luka gangren dapat dilakukan dengan terapi non farmakologis. Mengoleskan madu pada bagian kaki yang luka, merupakan alternatif untuk menghindari terjadinya amputasi pada pasien diabetes. Hal tersebut dibuktikan oleh seorang dokter dari Universitas Wisconsin, AS, yang berhasil membantu pasien-pasiennya menghindari amputasi, menurut Profesor Jennifer Eddy dari University School of Medicine and Public Health, madu bisa membunuh bakteri karena sifat asamnya, selain itu madu juga efektif menghindari sifat kebal bakteri akibat penggunaan antibiotik (Furyandi,2009). Selain dari madu, terdapat cairan Natrium Chloride (NaCl ) 0,9 % yang berguna dalam perawatan luka. Cairan NaCl 0,9 % biasanya digunakan rumah sakit dalam merawat luka karena cairan tersebut aman di gunakan untuk merawat luka (Setio,2012) Natrium chloride (NaCl) dapat digunakan untuk membersihkan luka karena NaCL 0,9% ini sendiri mengandung isotonik dan tidak akan menggangu penyembuhan luka. Larutan NaCl ini dimaksudkan untuk mencuci dan merendam luka atau lubang operasi, sterilisasi ini sangat penting karena cairan tersebut langsung berhubungan dengan cairan dan jaringan tubuh yang merupakan tempat infeksi dapat terjadi dengan mudah (Inaya,2013). Pemilihan cairan NaCl 0,9% sebagai cairan yang digunakan untuk perawatan luka terutama luka DM karena cairan NaCl 0,9% merupakan cairan yang bersifat fisiologis, non toksik dan tidak mahal. NaCl dalam setiap liternya mempunyai komposisi natrium klorida 0,9 gram dengan osmolalitas 308 maosm/1 setara dengan ion-ion Na+ 154 meq/1 dan Cl 154 meq/1, sehingga lebih aman digunakan untuk perawatan luka (Setio,2012) Menurut penelitian, pasien yang dilakukan perawatan luka DM dengan menggunakan NaCl 0,9% Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 3

4 lebih baik tingkat kesembuhannya dari pada pasien yang menggunakan cairan lain. Hal tersebut dikarenakan sifat cairan NaCl 0,9% yang merupakan cairan fisiologis yang lebih aman digunakan.nacl 0,9% merupakan larutan isotonis aman untuk tubuh, tidak iritan, melindungi granulasi jaringan dari kondisi kering, mejaga kelembapan sekitar luka dan membantu luka menjalani proses penyembuhan serta mudah didapat dan harga relatif lebih murah (Setio,2012) Berdasarkan penelitian shazita adiba martyarin tahun 2011, efek madu dalam proses epitelisasi luka bakar derajat dua dangkal dengan hasil analisis menunjukkan bahwa tidak didapatkan perbedaan yang signifikan antara proses epitelisasi dengan madu. Penelitian lainnya yaitu dilakukan oleh zulfa dkk tahun 2008 yang berjudul perbandingan penyembuhan luka terbuka menggunakan balutan madu atau balutan normal salinpovidone iodine, dengan hasil uji yang menunjukkan tidak adanya perbedaan bermakna terhadap perkembangan proses penyembuhan luka sebelum dan sesudah perawatan dengan madu maupun normal salinpovidone iodine. Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti bagaimana perbandingan efektivitas madu + NaCl 0,9% dengan NaCl 0,9 % saja pasien diabetes melitus tipe II terhadap penyembuhan luka gangren karena berbagai penelitian yang menyebutkan bahwa madu efektif untuk menyembuhkan luka, akan tetapi ada juga penelitian yang menyebutkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna penggunaan madu untuk luka. Disini peneliti akan bagaimana perbandingan efektifitas madu + NaCl 0,9% dengan NaCl 0,9% saja karna cairan NaCl 0,9% biasanya digunakan pada perawatan luka sebagai antiseptik. Cairan NaCl 0.9% juga merupakan cairan fisiologis yang efektif untuk perawatan luka karena sesuai dengan kandungan garam tubuh (Kristiyaningrum Dkk, 2013). Rencananya pada penelitian ini ingin dilaksanakan di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, mengingat bahwa rumah sakit ini merupakan rumah sakit rujukan di Provinsi Riau, akan tetapi setelah peneliti meminta izin untuk meneliti di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, pihak bagian penelitian tidak mengizinkan peneliti untuk meneliti di RSUD Arifin Achmad, hal ini terkait dengan prosedur yang tidak sesuai menurut bagian penelitian. Setelah diketahui bahwa penelitian tidak bisa dilakukan di RSUD Arifin Achmad, peneliti melanjutkan dan melakukan penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Bangkinang Kota. Peneliti menetapkan penelitian di wilayah kerja Puskesmas Bangkinang Kota, karna sesuai dengan data yang di dapat dalam Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar bahwa penyakit DM di wilayah Kabupaten Kampar terbanyak yaitu di kecamatan Bangkinang Kota. METODE PENELITIAN Desain penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini adalah quasy experiment dengan control time series design. Sampel pada penelitian ini adalah pasien diabetes melitus tipe II dengan luka Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 4

5 gangren diwilayah kerja Puskemas Bangkinang Kota yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 20 orang dengan pasien yang mengalami luka gangren. Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Prosedur dalam penelitian setelah mendapatkan responden yang sesuai dengan kriteria inklusi, peneliti kemudian mendatangi rumah responden, melakukan penilaian terhadap kondisi pasien dengan luka gangren diabetes mellitus pada hari pertama sebelum intervensi dilakukan. Pada kelompok madu+ NaCl 0,9% dan NaCl 0,9% saja,intervensi di lakukan dengan membagi responden menjadi 2 bagian dengan waktu yang berbeda, perawatan luka dilakukan dalam dua hari sekali, pada hari ke 15 dilakukan pengukuran kembali bagaimana penyembuhan luka terjadi pada kelompok madu+nacl 0,9% dan NaCl 0,9% saja. Analisa data dalam penelitian ini dilakukan analisa univariat dan bivariat. HASIL PENELITIAN Hasil yang didapatkan dari penelitian yaitu hasil uji statistik menggunakan dependen t-test diperoleh rata-rata perawatan luka madu + NaCl 0,9% pada sebelum perlakuan adalah 18,20 dengan standar deviasi 2,658. Sesudah perlakuan didapat rata-rata perawatan luka menggunakan madu + NaCl 0,9% adalah 29,50 dengan standar deviasi 3,171, pada nilai mean perbedaan antara sebelum dan sesudah perlakuan adalah 11,300 dengan standar deviasi 1,889.Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,001 maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara perawatan luka madu + NaCl 0,9% sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan. Rata-rata perawatan luka NaCl 0,9% pada sebelum perlakuan adalah 15,90 dengan standar deviasi 1,287. Sesudah perlakuan didapat rata-rata perawatan luka menggunakan NaCl 0,9% adalah 23,40 dengan standar deviasi 2,716, pada nilai mean perbedaan antara sebelum dan sesudah perlakuan adalah 7,500 dengan standar deviasi 2,593. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,003 maka dapat disimpilkan ada perbedaan yang signifikan antara perawatan luka NaCl 0,9% sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan. Rata-rata Pre perawatan luka Madu + Nacl 0,9% - Pre perawatan luka Nacl 0,9% pada efektif adalah 17,00 dengan standar deviasi 0,0, sedangkan untuk tidak efektif ratarata Pre perawatan luka dengan Madu + Nacl 0,9% - Pre perawatan luka Nacl 0,9% adalah 15,78 dengan standar deviasi 1,302. Hasil Uji Statistik didapatkan nilai p=0,399, berarti pada α 5% terlihat tidak ada perbedaan yang signifikan rata-rata Pre perawatan luka dengan Madu + Nacl 0,9% dan Pre perawatan luka Nacl 0,9%. Rata-rata Post perawatan luka Madu + Nacl 0,9% - Post perawatan luka Nacl 0,9% pada efektif adalah 30,00 dengan standar deviasi 2,915, sedangkan untuk tidak efektif ratarata Post perawatan luka dengan Madu + Nacl 0,9% - Post perawatan luka Nacl 0,9% adalah 25,00 dengan standar deviasi 0,0. Hasil Uji Statistik didapatkan nilai p=0,030, berarti pada α 5% terlihat ada perbedaan yang signifikan rata-rata Post perawatan luka dengan Madu + Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 5

6 Nacl 0,9% dan Post perawatan luka Nacl 0,9%. Setelah dilakukan uji T Independen maka diperoleh P value pada Pre perawatan luka Madu+Nacl 0,9% - Pre perawatan luka Nacl 0,9% adalah 0,399, sedangkan pada Post perawatan luka Madu + Nacl 0,9% - Nacl 0,9% didapatkan P value 0,030, jadi Pre perawatan luka Madu+Nacl 0,9% - Nacl 0,9% adalah tidak ada perbedaan yang signifikan antara Pre perawatan luka dengan Madu + Nacl0,9% dan Pre perawatan luka dengan Nacl 0,9%, sedangkan pada Post perawatan luka dengan Madu + Nacl 0,9% - Nacl 0,9% ada perbedaan yang signifikan antara Post perawatan luka dengan Madu + Nacl0,9% dan post perawatan luka dengan Nacl 0,9%. PEMBAHASAN Luka diabetik adalah luka yang terjadi karena adanya kelainan pada saraf, pembuluh darah dan kemudian disertai adanya infeksi (Prabowo, 2007 dalam Situmorang, 2009). Luka diabetik termasuk pada luka kronis, yaitu luka yang mengalami kegagalan proses penyembuhan integritas anatomis jaringan dan fungsi secara normal yang dapat disebabkan oleh faktor eksogen dan endogen.luka diabetik ini dapat membentuk jaringan nekrotik dan sekresi drainase (Potter dan Perry, 2005b). Apabila luka diabetik tidak ditangani dengan tepat akan menimbulkan kecacatan bahkan berujung pada amputasi (Misnadiarly, 2008 dalam Secara deskriptif status luka diabetik yang dirawat menggunakan madu + NaCl 0,9% menunjukkan hasil berbeda dibandingkan status luka diabetik yang dirawat menggunakan NaCl 0,9%. Hal ini sangat tampak pada hasil penilaian status luka pada gambaran epitelisasi jaringan tampak pada sebagian besar pasien yang dirawat menggunakan madu + NaCl 0,9% maupun pasien yang dirawat menggunakan NaCl 0,9%. Hasil tersebut sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa madu dapat mempercepat penyembuhan luka melalui peningkatan jaringan granulasi dan kolagen serta periode epitelisasi (Aljady et al, 2000). Granulasi pada luka yang dirawat menggunakan madu tumbuh dengan baik karena madu memberikan lingkungan yang lembab untuk luka. Hal ini sesuai dengan pendapat Molan (2006) yang menyatakan bahwa rata-rata penyembuhan yang sangat cepat terlihat ketika luka dibalut dengan madu, karena madu dapat menciptakan kelembaban yang tidak dipengaruhi lingkungan. Perbedaan yang sangat signifikan antara luka yang dirawat menggunakan madu + NaCl 0,9% terlihat pada parameter jenis dan jumlah jaringan nekrotik serta jenis dan jumlah eksudat. Setelah luka dirawat menggunakan madu + NaCl 0,9% selama 7 hari, sebagian besar pasien sudah tidak memiliki jaringan nekrotik dan tidak menghasilkan eksudat. Dengan waktu perawatan luka yang sama seluruh luka pasien yang dirawat menggunakan NaCl 0,9% masih memiliki jaringan nekrotik dan menghasilkan eksudat. Secara keseluruhan luka diabetik yang dirawat menggunakan madu tampak lebih membaik dan dalam waktu yang sama luka mengalami proses penyembuhan yang lebih cepat. Hal ini disebabkan karena madu tidak hanya sebagai Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 6

7 antibakteri, tetapi juga sebagai aniinflamasi, menstimulasi dan mempercepat penyembuhan luka. Sedangkan NaCl 0,9% hanya sebagai cairan pembersih luka dan cairan fisiologis yang sesuai dengan garam pada tubuh. Perbandingan efektivitas perawatan luka menggunakan madu + NaCl 0,9% dan NaCl 0,9% terhadap proses penyembuhan luka diabetik dapat dilihat setelah dilakukan perawatan luka menggunakan madu + NaCl 0,95 dan NaCl 0,9% diuji menggunakan independent t-test. Hasil uji statistik menggunakan independent t-test diperoleh nilai P value 0,030. Secara statistik dapat disimpulkan bahwa ada perbandingan efektivitas perawatan luka menggunakan madu + NaCl 0,9% dan NaCl 0,9% terhadap proses penyembuhan luka gangren pasien diabetes mellitus di wilayah kerja Puskesmas Bangkinang Kota KESIMPULAN Setelah dilakukan penelitian, maka dapat disimpulkan ada perbandingan efektivitas perawatan luka menggunakan madu + NaCl 0,9% dan NaCl 0,9% terhadap proses penyembuhan luka gangren pasien diabetes mellitus di wilayah kerja Puskesmas Bangkinang Kota. SARAN Berdasarkan hasil penelitian ini ada beberapa saran yang dapat peneliti sampaikan antara lain Bagi Instansi Pendidikan yaitu hasil dari penelitian ini dapat menjadi tambahan referensi bagi perawat yang bergerak di bidang pendidikan terutama bidang keperawatan medikal bedah untuk dijadikan sebagi suatu prosedur baru dalam penatalaksanaan luka secara komplementer. Bagi profesi keperawatan yaitu hasil penelitian ini dapat diterapkan dalam praktek penatalaksanaan luka baik di komunitas maupun klinik perawatan. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai langkah awal penelitian selanjutnya untuk mengembangkan asuhan keperawatan berkaitan dengan perawatan luka secara konvensional, yang nantinya dapat memperkaya keilmuan perawat khusunya dalam bidang perawatan luka. Bagi masyarakat yaitu masyarakat diharapkan dapat menggunakan madu untuk merawat luka khususnya luka diabetik untuk mempercepat penyembuhan dan mencegah semakin parahnya luka. Harga madu yang relatif lebih murah dan terjangkau dibandingkan dengan agen perawatan luka yang lain merupakan salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan oleh masyarakat. Selain itu, penggunaan madu untuk perawatan luka relatif lebih mudah, yaitu hanya dengan mengoleskan madu pada area luka. DAFTAR PUSTAKA Aljady, A.M., et al Biochemical Studi on the Efficacy of Malaysian Honey on Inflicted Wounds: an Animal Model. Medical Journal of Islamic Academy Science. Vol 13: Arora, Anjali. (2008). 5 Langkah Mencegah Dan Mengobati Diabetes. Jakarta : BIP Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 7

8 Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 2. Jakarta : EGC Departemen Kesehatan RI. (2009). Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta Djibril muhamad. (2014). IPM Indonesia Diperingkat 108 Dari 187 Negara. Diperoleh tanggal 15 April 2015 dari m.republika.co.id Endang Lanywati. (2001). Diabetes Mellitus Penyakit Kencing Manis. Yogyakarta : Kanisius Ervy, dkk. (2014). Hubungan Antara Dukungan Kelurga Dan Kualitas Hidupa Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Jurnal Penelitian. PSIK UNRI Faisal. (2012). Perbedaan Efektivitas Perawatan Luka Menggunakan Madu Dan Sofratulle Terhadap Proses Penyembuhan Luka Diabetik Pasien Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Rambipuji Jember. Universitas Jember Greenstein & Wood. (2004). At A Glace Sistem Endokrin Edisi Kedua. Jakarta : EMS Helmawati, Triana. (2014). Hidup Sehat tanpa diabetes. Jakarta : Notebook Hidayat, Alimul Aziz (2007).Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Selemba Medika Hidayat, Aziz Alimul. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku 1. Jakarta: Salemba Medika Hidayat, Aziz Alimul. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika Hidayat, Aziz Alimul. (2012). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika Jeffrey, A.E., dan Echazaretta, C.M Medical Uses of Honey. Rev Biomed. Vol 7: KemenKes RI. (2014). Visi Misi. Diperoleh tanggal 17 april 2015 dari www. Depkes.go.id KemenKes RI.(2014). Diabetes Mellitus Penyebab Kematian Nomor 6 Di Dunia. Diperoleh tanggal 16 April 2015 dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Profil Kesehatan Indonesia Jakarta Kristiyaningrum, dkk (2013). Efektifitas Penggunaan Larutan Nacl Dibandingkan Dengan D40% Terhadap Penyembuhan Luka Ulkus DM di RSUD Kudus. Jurnal Penelitian. JIKK Vol 4 Lotfi, A Use of Honey as a Medical Product in Wound Dressing (Human and Animal Studies). A review, Res. J. Biol Sci. Vol 3(1): Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 8

9 Magfirah, Afiah, dkk. (2014). Pengaruh Perawatan Luka Dengan Menggunakan Sodium Klorida dan Povidon Iodium Terhadap Penyembuhan Luka Diabetes Mellitus Di RSUD Labuang Baji. Jurnal Penelitian. StiKes Nani Hasanudin Makassar Mansjoer, A., et al Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I. Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius Marshall, C The Use Honey in Wound Care: A review Article. British Journal of Podiatr. Vol 5(2): Maryani, A., Gitarja, W.S., dan Ekaputra, E Metode Perawatan Luka. Dalam: Seminar Nasional Keperawatan, 13 November PSIK Universitas Jember. Mawaddah. (2012). Perawatan Luka DM. Diperoleh tanggal 15 April 2015 dari www. Wordpress.com Meilani. (2013). Gambaran distribusi faktor resiko pada penderita ulkus diabetika di klinik kitamura pku muhamadiyah. Naskah Publikasi. Universitas TanjungPura Pontianak Molan, P.C Using Honey in Wound Care. International of Clinical Aromatherapy. Vol. 3 (2): 21-2 Moore et al Systemic Review of The Use of Honey as a Wound Dressing. BMC- Complementary and Alternative Medicine. Vol 1: 2. Morison, M.J Manajemen Luka. Alih Bahasa oleh Tyasmono A.F. Jakarta: EGC Mukhlis. (2006). Pengaruh Pemberian Cairan Ringer Laktat Dibandingkan Nacl 0,9% Terhadap Keseimbangan Asam-Basa Pada Pasien Sectio Caesaria Dengan Anestesi Regional. Tesis. Universitas Diponegoro Semarang Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta NPUAP Pressure Ulcer Prevention: Quick Reference Guide. Washington DC: National Pressure Ulcer Advisory Panel. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta Pierce A Grace & Neil R Borley. (2006). At a Glace Ilmu Bedah Edisi Ketiga. Jakarta : EMS Potter, P.A., dan Perry, A.G. 2005b. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Vol. 2. Edisi 4. Alih Bahasa oleh Renata Komalasari et al. Jakarta: EGC. Price & Wilson. (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6. Jakarta : EGC Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 9

10 Ramaiah, Savitri. (2003). Diabetes Cara Mengetahui Gejala Diabetes Dan Mendeteksinya Sejak Dini. Jakarta : BIP Riset Kesehatan Dasar (2013). Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Riyadi, S., dan Sukarmin Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin dan Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta: Graha Ilmu Setiawan, B., dan Suhartono, E Stres Oksidatif dan Peran Antioksidan pada Diabetes Melitus. Maj Kedokt Indon. Vol 55 (2): Setio. (2012). Artikel Kesehatan Wanita. Diperoleh tanggal 15 April 2015 dari om Situmorang, L.L Efektivitas Madu terhadap Penyembuhan Luka Gangren Diabetes Mellitus di RSUP H. Adam Malik Medan. Tidak Diterbitkan. Skripsi. Sumatera Utara: PSIK FK Universitas Sumatera Utara Smeltzer, S.C., dan Bare, B.G Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Vol. 1. Edisi 8. Alih Bahasa oleh Agung Waluyo et al. Jakarta: EGC. Subarkah, Taufik. (2014). Indonesia Peringkat 5 Jumlah Penderita Diabetes. Diperoleh tanggal 16 April 2015 dari Sudarmoko, Arif. (2010). Tetap Tersenyum Melawan Diabetes. Yogyakarta : Atma Media Press Suguna, L., et al Influence of Honey on Collagen Metabolism During Wound Healing in Rats. J. Clin. Biochem. Nutr. Vol 14: Sukatemin. (2013). Kejadian Ulkus Kaki Diabetik Kajian Hubungan Nilai Hba1c, Hiperglikemia, Dislipidemia Dan Status Vaskuler (Berdasarkan Pemeriksaan Ankle Brachial Index/ABI). Naskah Publikasi. PSIK Muhamadiyah Yogyakarta Supriyatin, Saryono, dan Latifah, L Efektivitas Penggunaan Kompres Metronidazol dan NaCl 0,9% terhadap Proses Penyembuhan Luka Diabetik di RSUD Margono Soekarjo Purwokerto. The Soedirman Journal of Nursing. Vol. 2 (1): Veronika, Maria. (2012). Pengaruh Terapi Kompres Madu Terhadap Kecepatan Penyembuhan Luka Jahitan Perineum. Sinopsis Tesis Wirawan. (2011). Jenis Cairan Infus. Diperoleh tanggal 15 April 2015 dari Yuanita, Alvinda, dkk. (2014). Pengaruh Diabetes Self Management Education (DSME) terhadap Resiko Terjadinya Ulkus Diabetik Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 10

11 pada Pasien Rawat Jalan dengan Diabetes Mellitus (DM) Tipe 2 di RSD dr. Soebandi Jember. e-jurnal Pustaka Kesehatan vol 2. PSIK Jember Zulmataram. (2010). Jenis Cairan desinfektan. Diperoleh tanggal 15 April 2015 dari. Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 11

M. Nurman Dosen STIKes Tuanku Tambusai Riau ABSTRACT

M. Nurman Dosen STIKes Tuanku Tambusai Riau ABSTRACT M. Nurman PERBANDINGAN EFEKTIFITAS MADU + NaCl 0,9 % DENGAN NACL 0,9 % SAJA TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA GANGREN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II DI WILAYAH KERJA PUSKEMAS BANGKINANG KOTA TAHUN 2015

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PERAWATAN LUKA DIABETIK METODE MODERN DRESSING MENGGUNAKAN MADU TERHADAP PROSES PENYEMBUHAN LUKA

EFEKTIFITAS PERAWATAN LUKA DIABETIK METODE MODERN DRESSING MENGGUNAKAN MADU TERHADAP PROSES PENYEMBUHAN LUKA EFEKTIFITAS PERAWATAN LUKA DIABETIK METODE MODERN DRESSING MENGGUNAKAN MADU TERHADAP PROSES PENYEMBUHAN LUKA Edy Siswantoro Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKES Dian Husada Mojokerto Email : edy.aryaboy@gmail.com

Lebih terperinci

Vol 1, No 2, Oktober 2017 ISSN

Vol 1, No 2, Oktober 2017 ISSN PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PERAWATAN LUKA MODERN MOIST WOUND HEALING DAN TERAPI KOMPLEMENTER NaCl 0,9% + MADU ASLI TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA KAKI DIABETIK DERAJAT II DI RSUD BANGKINANG Ns. Riani, S.Kep.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (2006), merumuskan bahwa diabetes. melitus (DM) merupakan kumpulan masalah anatomi dan kimiawi dari

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (2006), merumuskan bahwa diabetes. melitus (DM) merupakan kumpulan masalah anatomi dan kimiawi dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah World Health Organization (2006), merumuskan bahwa diabetes melitus (DM) merupakan kumpulan masalah anatomi dan kimiawi dari sejumlah faktor dimana terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurun dan setelah dibawa ke rumah sakit lalu di periksa kadar glukosa

BAB I PENDAHULUAN. menurun dan setelah dibawa ke rumah sakit lalu di periksa kadar glukosa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian secara global. Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit tidak menular yang prevalensi semakin meningkat

Lebih terperinci

AFAF NOVEL AININ ( S

AFAF NOVEL AININ ( S HUBUNGAN KEPATUHAN LIMA PILAR PENANGANAN DIABETES MELITUS DENGAN KEJADIAN KAKI DIABETIK PADA DIABETESI DI DESA TANGKIL KULON KECAMATAN KEDUNGWUNI KABUPATEN PEKALONGAN SKRIPSI AFAF NOVEL AININ ( 08.0245.S

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. atau oleh tidak efektifnya insulin yang dihasilkan. Hal ini menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. atau oleh tidak efektifnya insulin yang dihasilkan. Hal ini menyebabkan BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang disebabkan karena keturunan dan/atau disebabkan karena kekurangan produksi insulin oleh pankreas, atau oleh tidak efektifnya

Lebih terperinci

MUHAMMAD IBNU ABIDDUNYA NIM : S

MUHAMMAD IBNU ABIDDUNYA NIM : S PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERAWATAN KAKI DIABETIK NON ULKUS TERHADAP KEMAMPUAN DIABETISI DALAM MELAKUKAN PERAWATAN KAKI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGWUNI II KABUPATEN PEKALONGAN Skripsi

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2015 Suriani Ginting, Wiwik Dwi Arianti

Lebih terperinci

*Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Muhamamdiyah Klaten

*Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Muhamamdiyah Klaten HUBUNGAN ANTARA LAMA MENDERITA DAN KADAR GULA DARAH DENGAN TERJADINYA ULKUS PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS DI RSUP DR. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN Saifudin Zukhri* ABSTRAK Latar Belakang : Faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit kronik yang terjadi di seluruh dunia dan terus menerus mengalami peningkatan yang signifikan.menurut Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Visi Indonesia sehat yang diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Visi Indonesia sehat yang diharapkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia memiliki visi menciptakan masyarakat yang mempunyai kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat sehingga tercapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menurun atau pancreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin

BAB I PENDAHULUAN. dapat menurun atau pancreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya karbohidrat (Price, 2006). Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengaruh globalisasi disegala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat serta situasi lingkungannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diatas atau sama dengan 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006). Gangguan. jaringan tubuh. Komplikasi DM lainnya adalah kerentanan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. diatas atau sama dengan 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006). Gangguan. jaringan tubuh. Komplikasi DM lainnya adalah kerentanan terhadap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes melitus (DM) atau biasa yang disebut penyakit kencing manis merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan kadar glukosa darah (gula darah)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pankreas tidak lagi memproduksi insulin atau ketika sel-sel tubuh resisten

BAB I PENDAHULUAN. pankreas tidak lagi memproduksi insulin atau ketika sel-sel tubuh resisten BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak lagi memproduksi insulin atau ketika sel-sel tubuh resisten terhadap kerja insulin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik kronis akibat tidak

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik kronis akibat tidak BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan membahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan manfaat penelitian. 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik kronis akibat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2004, dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2004, dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan adanya peningkatan kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia) yang diakibatkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik yang ditandai adanya hiperglikemia yang disebabkan oleh defek sekresi insulin, defek kerja insulin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik progresif, dengan manifestasi gangguan metabolisme glukosa dan lipid, disertai oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004). Diabetes Mellitus merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit tidak menular yang prevalensinya tiap tahun semakin meningkat. Di Asia Pasifik, Indonesia menempati peringkat kedua dengan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu jenis penyakit metabolik yang selalu mengalami peningkat setiap tahun di negara-negara seluruh dunia. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komplikasi akut adalah gangguan keseimbangan kadar glukosa darah jangka

BAB 1 PENDAHULUAN. Komplikasi akut adalah gangguan keseimbangan kadar glukosa darah jangka BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah DM merupakan suatu keadaan peningkatan kadar gula darah secara menahun disertai dengan berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan akan terus meningkat prevalensinya dan memerlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan akan terus meningkat prevalensinya dan memerlukan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Saat ini Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit degeneratif yang diperkirakan akan terus meningkat prevalensinya dan memerlukan penanganan yang tepat dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM). Diabetic foot adalah infeksi, ulserasi, dan atau destruksi jaringan ikat dalam yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) saat ini sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013). Global Status Report

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. degeneratif dan salah satu penyakit tidak menular yang meningkat jumlahnya

BAB 1 PENDAHULUAN. degeneratif dan salah satu penyakit tidak menular yang meningkat jumlahnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Suyono, 2014 Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit degeneratif dan salah satu penyakit tidak menular yang meningkat jumlahnya dimasa datang. World

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) sudah menjadi penyebab kematian yang lebih umum bila dibandingkan dengan penyakit akibat infeksi di negara sedang berkembang. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan gangguan kesehatan yang merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula darah (glukosa) akibat kekurangan atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, yang ditandai

BAB 1 PENDAHULUAN. ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, yang ditandai BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, yang ditandai dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengaruh globalisasi disegala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat serta situasi lingkungannya,

Lebih terperinci

Yuanita, et al, Pengaruh Diabetes Self Management Education (DSME) terhadap Resiko Terjadinya...

Yuanita, et al, Pengaruh Diabetes Self Management Education (DSME) terhadap Resiko Terjadinya... Pengaruh Diabetes Self Management Education (DSME) terhadap Resiko Terjadinya Ulkus Diabetik pada Pasien Rawat Jalan dengan Diabetes Mellitus (DM) Tipe 2 di RSD dr. Soebandi Jember (The Influence of Diabetes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan pikir dalam menumbuhkan kepercayaan diri maupun dorongan sikap dan perilaku, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. panjang, baik mikroangiopati maupun makroangiopati ( Hadisaputro &

BAB I PENDAHULUAN. panjang, baik mikroangiopati maupun makroangiopati ( Hadisaputro & BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes millitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes millitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes millitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa secara normal bersirkulasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya di masyarakat. 1 Peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya di masyarakat. 1 Peningkatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perhatian terhadap Penyakit Tidak Menular semakin hari semakin meningkat karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya di masyarakat. 1 Peningkatan pendapatan

Lebih terperinci

SAMSUL BAHRI. :Tingkat Pengetahuan, Diabetes Millitus, Kepatuhan Diet rendah glukosa

SAMSUL BAHRI. :Tingkat Pengetahuan, Diabetes Millitus, Kepatuhan Diet rendah glukosa GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN DIABETES MILITUS DENGAN TINGKAT KEPATUHAN DALAM MENJALANI DIET RENDAH GLUKOSA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMALANREA MAKASSAR SAMSUL BAHRI ABSTRAK : Masalah kesehatan dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesejahteraan dan ketersediaan pangan dapat. mengakibatkan sejumlah masalah, termasuk meningkatnya kejadian penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesejahteraan dan ketersediaan pangan dapat. mengakibatkan sejumlah masalah, termasuk meningkatnya kejadian penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatnya kesejahteraan dan ketersediaan pangan dapat mengakibatkan sejumlah masalah, termasuk meningkatnya kejadian penyakit degeneratif seperti jantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian adalah diabetes melitus (DM). Menurut Kementrian Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian adalah diabetes melitus (DM). Menurut Kementrian Kesehatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gaya hidup modern dengan pilihan menu makanan dan cara hidup yang kurang sehat semakin menyebar ke seluruh lapisan masyarakat hingga menyebabkan peningkatan jumlah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. DM adalah suatu kumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, dan pankreas dapat menghentikan

BAB I PENDAHULUAN. untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, dan pankreas dapat menghentikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus merupakan gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein

Lebih terperinci

PENGARUH PENDAMPINGAN TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI WILAYAH PUSKESMAS BANYUANYAR SURAKARTA

PENGARUH PENDAMPINGAN TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI WILAYAH PUSKESMAS BANYUANYAR SURAKARTA PENGARUH PENDAMPINGAN TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI WILAYAH PUSKESMAS BANYUANYAR SURAKARTA Dedy Arif Abdillah 1), Happy Indri Hapsari 2), Sunardi 3) 1) Mahasiswa SI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1, hal ini disebabkan karena banyaknya faktor resiko terkait dengan DM

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1, hal ini disebabkan karena banyaknya faktor resiko terkait dengan DM BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) adalah suatu kelompok kelainan metabolik dengan ciri hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi hormon insulin, kerja insulin atau kedua-duanya

Lebih terperinci

RIZKY KUSUMAWATI NPM PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

RIZKY KUSUMAWATI NPM PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN STUDI KASUS PADA Tn. M UMUR 79 TAHUN YANG MENGALAMI MASALAH KEPERAWATAN KETIDAKSTABILAN KADAR GLUKOSA DARAH DENGAN DIAGNOSA MEDIS DIABETES MELLITUS RUANG SEDAP MALAM RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI KARYA TULIS

Lebih terperinci

PENGARUH PELAKSANAAN FUNGSI PERAWATAN KESEHATAN KELUARGA TERHADAP TERAPI DIET DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI BANDA ACEH

PENGARUH PELAKSANAAN FUNGSI PERAWATAN KESEHATAN KELUARGA TERHADAP TERAPI DIET DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI BANDA ACEH PENGARUH PELAKSANAAN FUNGSI PERAWATAN KESEHATAN KELUARGA TERHADAP TERAPI DIET DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI BANDA ACEH THE EFFECT OF FAMILY HEALTH CARE FUNCTION ON THE DIET THERAPY OF DIABETES MELLITUS TYPE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Indonesia setiap tahun meningkat. World Health Organization (WHO) besar pada tahun-tahun mendatang (Gustaviani, 2007).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Indonesia setiap tahun meningkat. World Health Organization (WHO) besar pada tahun-tahun mendatang (Gustaviani, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat penanganan yang seksama. Jumlah penderita diabetes di Indonesia setiap tahun meningkat. World

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kronik adalah suatu kondisi dimana terjadi keterbatasan pada kemampuan fisik, psikologis atau kognitif dalam melakukan fungsi harian atau kondisi yang memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah tersebut menempati urutan ke-4 terbesar di dunia, setelah India (31,7

BAB I PENDAHULUAN. jumlah tersebut menempati urutan ke-4 terbesar di dunia, setelah India (31,7 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diabetes mellitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, yang ditandai dengan berbagai

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI MADU TERHADAP LUKA DIABETIK PADA PASIEN DENGAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RW 011 KELURAHAN PEGIRIAN SURABAYA

PENGARUH TERAPI MADU TERHADAP LUKA DIABETIK PADA PASIEN DENGAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RW 011 KELURAHAN PEGIRIAN SURABAYA PENGARUH TERAPI MADU TERHADAP LUKA DIABETIK PADA PASIEN DENGAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RW 011 KELURAHAN PEGIRIAN SURABAYA Fauziyah Sundari*, Hendro Djoko** ABSTRAK Pendahuluan: Salah satu alternatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) yang umum dikenal sebagai kencing manis adalah penyakit yang ditandai dengan hiperglikemia (peningkatan kadar gula darah) yang terus-menerus dan

Lebih terperinci

Jurnal Kesehatan Kartika 7

Jurnal Kesehatan Kartika 7 HUBUNGAN OBESITAS DENGAN DIABETES MELLITUS DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSU CIBABAT CIMAHI TAHUN 2010 Oleh : Hikmat Rudyana Stikes A. Yani Cimahi ABSTRAK Obesitas merupakan keadaan yang melebihi dari berat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setelah India, Cina dan Amerika Serikat (PERKENI, 2011). Menurut estimasi

BAB I PENDAHULUAN. setelah India, Cina dan Amerika Serikat (PERKENI, 2011). Menurut estimasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu diantara lima negara dengan penderita Diabetes Melitus (DM) terbanyak di dunia dan menempati urutan ke empat setelah India, Cina dan Amerika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit atau. gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit atau. gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah dan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin (Soegondo,

BAB 1 PENDAHULUAN. sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin (Soegondo, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang disebabkan oleh adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin yang progresif

Lebih terperinci

*Korespondensi Penulis, Telp: , ABSTRAK

*Korespondensi Penulis, Telp: ,   ABSTRAK PENGARUH EFIKASI DIRI DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PENCEGAHAN KAKI DIABETIK PADA PASIEN RAWAT JALAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD Dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN Rina Al-Kahfi 1, Adriana Palimbo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus merupakan salah satu jenis penyakit kronis yang akan menimbulkan perubahan yang permanen pada kehidupan setiap individu (Stuart & Sundeen, 2005). Diabetes

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS ELEVASI EKSTREMITAS BAWAH TERHADAP PROSES PENYEMBUHAN ULKUS DIABETIK DI RUANG MELATI I RSUD DR. MOEWARDI TAHUN 2014

EFEKTIVITAS ELEVASI EKSTREMITAS BAWAH TERHADAP PROSES PENYEMBUHAN ULKUS DIABETIK DI RUANG MELATI I RSUD DR. MOEWARDI TAHUN 2014 EFEKTIVITAS ELEVASI EKSTREMITAS BAWAH TERHADAP PROSES PENYEMBUHAN ULKUS DIABETIK DI RUANG MELATI I RSUD DR. MOEWARDI TAHUN 2014 Oleh : Dwi Ariani Sulistyowati, S.Kep.,Ns.M.Kep * Abstract Introduction:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan

BAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus (DM) tipe 2 yang dahulu dikenal dengan nama non insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan penyakit gangguan metabolik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. irritabilitas, poliuria, polidipsi dan luka yang lama sembuh (Smeltzer & Bare,

BAB I PENDAHULUAN. irritabilitas, poliuria, polidipsi dan luka yang lama sembuh (Smeltzer & Bare, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus merupakan penyakit serius yang harus diatasi terutama di negara berkembang. Perubahan gaya hidup berdampak terhadap perubahan pola penyakit yang terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan dengan Penyakit Gula karena memang jumlah atau konsentrasi glukosa atau gula di dalam darah melebihi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. syaraf) (Smeltzer & Bare, 2002). Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis

BAB I PENDAHULUAN. syaraf) (Smeltzer & Bare, 2002). Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Hiperglikemia jangka panjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) sering juga dikenal dengan nama kencing manis atau penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih merupakan kumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fertilitas gaya hidup dan sosial ekonomi masyarakat diduga sebagai hal yang

BAB I PENDAHULUAN. fertilitas gaya hidup dan sosial ekonomi masyarakat diduga sebagai hal yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan masalah yang sangat substansial, mengingat pola kejadian sangat menentukan status kesehatan di suatu daerah dan juga keberhasilan

Lebih terperinci

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU 1 PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU SKRIPSI Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana Keperawatan Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) atau penyakit kencing manis telah menjadi beban besar sebagai suatu masalah kesehatan masyarakat. Hal ini disebabkan oleh karena morbiditas DM

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah suatu kondisi kronis yang terjadi ketika tubuh tidak bisa menghasilkan cukup insulin atau tidak dapat secara efektif menggunakan insulin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun luka kronis. Sebuah penelitian terbaru di Amerika menunjukkan

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun luka kronis. Sebuah penelitian terbaru di Amerika menunjukkan BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Angka kejadian luka setiap tahun semakin meningkat, baik luka akut maupun luka kronis. Sebuah penelitian terbaru di Amerika menunjukkan prevalensi pasien dengan luka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari gangguan produksi insulin atau gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut laporan WHO, Indonesia menempati urutan ke empat terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat DM dengan prevalensi 8,6% dari total

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Amerika Serikat prevalensi tahunan sekitar 10,3%, livetime prevalence mencapai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Amerika Serikat prevalensi tahunan sekitar 10,3%, livetime prevalence mencapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya kegairahan hidup. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ulkus diabetikum merupakan salah satu komplikasi yang umum bagi

BAB I PENDAHULUAN. Ulkus diabetikum merupakan salah satu komplikasi yang umum bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ulkus diabetikum merupakan salah satu komplikasi yang umum bagi pasien dengan diabetes melitus. Penyembuhan luka yang lambat dan meningkatnya kerentanan terhadap infeksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan memicu krisis kesehatan terbesar pada abad ke-21. Negara berkembang seperti Indonesia merupakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN RIWAYAT HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE DI RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR 2012

HUBUNGAN RIWAYAT HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE DI RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR 2012 Muh. Anwar Hafid Hubungan Riwayat Hipertensi dengan Kejadian Stroke... HUBUNGAN RIWAYAT HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE DI RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR 2012 Muh. Anwar Hafid* *Program Studi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dialami oleh klien diabetes mellitus. Selain permasalahan fisik tersebut, diabetes

BAB 1 PENDAHULUAN. dialami oleh klien diabetes mellitus. Selain permasalahan fisik tersebut, diabetes BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Masalah komplikasi diabetes merupakan dampak masalah fisik yang dialami oleh klien diabetes mellitus. Selain permasalahan fisik tersebut, diabetes mellitus juga dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi

BAB I PENDAHULUAN. modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan gaya hidup dan sosial ekonomi akibat urbanisasi dan modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab meningkatnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator utama tingkat kesehatan masyarakat adalah meningkatnya usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin banyak penduduk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini gaya hidup modern dengan menu makanan dan cara hidup yang kurang sehat semakin menyebar ke seluruh lapisan masyarakat, sehingga meyebabkan terjadinya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pengetahuan keluarga yang baik dapat menurunkan angka prevalensi

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pengetahuan keluarga yang baik dapat menurunkan angka prevalensi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga sebagai unit terkecil masyarakat diharapkan mengetahui risiko dan pencegahan dari penyakit DM, pengetahuan keluarga tentang risiko DM yang baik contohnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh globalisasi disegala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes adalah suatu penyakit kronis yang terjadi akibat kurangnya produksi insulin oleh pankreas atau keadaan dimana tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Diabetes Melitus (DM) adalah salah satu penyakit yang berbahaya yang kerap disebut sebagai silent killer selain penyakit jantung, yang merupakan salah satu masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan ketiadaan absolut insulin atau penurunan relative insentivitas sel

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan ketiadaan absolut insulin atau penurunan relative insentivitas sel BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diabetes mellitus (DM) adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan ketiadaan absolut insulin atau penurunan relative insentivitas sel terhadap insulin

Lebih terperinci

Efektivitas Penggunaan Larutan NaCl dibandingkan dengan d40% Terhadap. Proses Penyembuhan Luka Ulkus DM. di RSUD KUDUS

Efektivitas Penggunaan Larutan NaCl dibandingkan dengan d40% Terhadap. Proses Penyembuhan Luka Ulkus DM. di RSUD KUDUS Efektivitas Penggunaan Larutan NaCl dibandingkan dengan d40% Terhadap Proses Penyembuhan Luka Ulkus DM di RSUD KUDUS Kristiyaningrum 1, Indanah 2, Suwarto 3. ABSTRAK xv + 59 Halaman + 7 Tabel + 2 Gambar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan jiwa dari penderita diabetes. Komplikasi yang didapat

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan jiwa dari penderita diabetes. Komplikasi yang didapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Diabetes Mellitus yang tidak ditangani dengan baik dan tepat dapat menimbulkan berbagai macam komplikasi pada organ tubuh seperti mata, jantung, ginjal, pembuluh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekrsi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya. Dari data-data yang ada dapat

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya. Dari data-data yang ada dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Kesehatan Indonesia diarahkan guna mencapai pemecahan masalah kesehatan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DM yaitu DM tipe-1 dan DM tipe-2. Diabetes tipe-1 terutama disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. DM yaitu DM tipe-1 dan DM tipe-2. Diabetes tipe-1 terutama disebabkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ulkus diabetikum (UD) adalah luka terbuka pada permukaan kulit yang disebabkan oleh adanya komplikasi kronik berupa mikroangiopati dan makroangiopati akibat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2000, World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa dari statistik kematian didunia, 57 juta kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gaya hidup lainya kapanpun diabetes bisa menyerang tanpa kita sadari. Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. gaya hidup lainya kapanpun diabetes bisa menyerang tanpa kita sadari. Diabetes BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus merupakan salah satu masalah kesehatan yang perlu diwaspadai oleh semua orang di dunia, seiring dengan meningkatnya taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penting untuk mengetahui bagaimana melakukan tindakan. Disadari bahwa bila

BAB 1 PENDAHULUAN. penting untuk mengetahui bagaimana melakukan tindakan. Disadari bahwa bila BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Mengenali tanda-tanda awal penyakit diabetes mellitus menjadi sangat penting untuk mengetahui bagaimana melakukan tindakan. Disadari bahwa bila timbul komplikasi, umumnya

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BAHAN PADA PERAWATAN LUKA

PENGGUNAAN BAHAN PADA PERAWATAN LUKA PENGGUNAAN BAHAN PADA PERAWATAN LUKA Meidina Sinaga*, Rosina Tarigan** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara **Staf Pengajar Departemen Keperawatan Dasar dan Keperawatan Medikal Bedah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes adalah penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes adalah penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak bisa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes adalah penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak bisa memproduksi cukup insulin, hormon pengatur kadar gula darah atau tubuh tidak bisa menggunakan

Lebih terperinci

Kata kunci: mobilisasi dini, penyembuhan luka operasi, sectio caesarea(sc)

Kata kunci: mobilisasi dini, penyembuhan luka operasi, sectio caesarea(sc) MOBILISASI DINI DAN PENYEMBUHAN LUKA OPERASI PADA IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) DI RUANG DAHLIA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SALATIGA Anggorowati 1, Nanik Sudiharjani 2 1 Departemen Keperawatan Maternitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penderita 7,3 juta jiwa (International Diabetes Federation

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penderita 7,3 juta jiwa (International Diabetes Federation BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) atau yang lebih dikenal sebagai penyakit kencing manis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa dalam darah (hiperglikemi)

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kronik didefinisikan sebagai kondisi medis atau masalah kesehatan yang berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan penatalaksanaan jangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketika kulit terpapar suhu atau ph, zat kimia, gesekan, trauma tekanan dan radiasi.

BAB I PENDAHULUAN. ketika kulit terpapar suhu atau ph, zat kimia, gesekan, trauma tekanan dan radiasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka merupakan suatu kerusakan integritas kulit yang dapat terjadi ketika kulit terpapar suhu atau ph, zat kimia, gesekan, trauma tekanan dan radiasi. Respon tubuh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memerlukan upaya penanganan tepat dan serius. Diabetes Mellitus juga

BAB 1 PENDAHULUAN. memerlukan upaya penanganan tepat dan serius. Diabetes Mellitus juga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) secara luas diartikan sebagai gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak yang abnormal akibat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak dapat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak dapat memproduksi cukup insulin atau ketika tubuh tidak bisa secara efektif menggunakan insulin

Lebih terperinci