BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

dokumen-dokumen yang mirip
PENGANGKATAN ANAK BERDASARKAN PENETAPAN PENGADILAN SERTA PERLINDUNGANNYA MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002 (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Pacitan)

BAB I PENDAHULUAN. tetapi kadang-kadang naluri ini terbentur pada Takdir Illahi, di mana kehendak

KEDUDUKAN ANAK ANGKAT DALAM HUKUM WARIS ADAT (Studi Kasus Di Kecamatan Pasar Kliwon)

FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PERALIHAN HAK ATAS TANAH KARENA WARISAN ( STUDI KASUS DI KECAMATAN SELOGIRI KABUPATEN WONOGIRI )

KEKUATAN MENGIKATNYA SURAT PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia secara alamiah menghendaki agar dalam kehidupannya dapat dijalani dengan layak dan serba

BAB I PENDAHULUAN. publik terhadap kehidupan anak anak semakin meningkat. Semakin tumbuh dan

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. bersama-sama dengan orang lain serta sering membutuhkan antara yang satu

BAB II PENGANGKATAN ANAK MENURUT PP NOMOR 54 TAHUN

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan dan hendak dilaksanakan oleh bangsa ini tidak hanya hukum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Oleh : Baskoro Adi Nugroho NIM. E

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

NOTARIS DAN BADAN HUKUM (STUDY TENTANG TANGGUNG JAWAB NOTARIS DALAM PEMBUATAN AKTA PENDIRIAN BADAN HUKUM)

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

Oleh Ariwisdha Nita Sahara NIM : E BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. konsekuensi adanya hubungan biologis antara laki-laki dan perempuan tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar Negara yang berdasarkan atas

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan gizi tetapi juga masalah perlakuan seksual terhadap anak (sexual abuse),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah.

PELAKSANAAN PEMBERIAN SANTUNAN DALAM KECELAKAAN LALU LINTAS PADA PT, JASA RAHARJA (PERSERO) CABANG PEKALONGAN SKRIPSI

Nama : Hesti Wulandari BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Pencatatan Nama Orang Tua Bagi Anak Yang Tidak Diketahui Asal-usulnya

TANGGUNG JAWAB HUKUM PT ASURANSI JASA INDONESIA DALAM MENYELESAIKAN KLAIM ASURANSI PENGANGKUTAN BARANG DI LAUT

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dan peningkatan pembangunan nasional pada umumnya dan. perkembangan kegiatan ekonomi pada khususnya, menyebabkan pula

BAB I. Tuhan telah menciptakan manusia yang terdiri dari dua jenis yang berbedabeda

BAB I PENDAHULUAN. rangka pembaharuan hukum dengan mengadakan kodifikasi dan unifikasi

BAB I PENDAHULUAN. luasnya pergaulan internasional atau antar negara adalah adanya praktek

BAB I PENDAHULUAN. penetapan status tersangka, bukanlah perkara yang dapat diajukan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

E UNIVERSITAS SEBELAS MARET

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal.

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan karunia berharga dari Allah Subhanahu wa Ta ala yang

EFEKTIVITAS UU RI NO. 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA KEKERASAN TERHADAP ANAK DI WILAYAH SURAKARTA

P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

BAB I PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DAKWAH DI PANTI ASUHAN YATIM PIATU BAITUS SALAM KOTA SEMARANG JAWA TENGAH TAHUN

PENETAPAN HAKIM TERHADAP PERWALIAN ANAK DI BAWAH UMUR MENURUT UNDANG-UNDANG NO.4 TAHUN 1979 (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA) SKRIPSI

SKRIPSI PERANAN PPAIW DALAM MENCEGAH TERJADINYA SENGKETA TANAH WAKAF. (Study Kasus di Kecamatan Pasar Kliwon )

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya kemakmuran rakyat, sebagaimana termuat dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi:

BAB 1 PENDAHULUAN. perbuatan melanggar hukum.penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa negara hukum (rechtsstaat)

BAB I PENDAHULUAN. mencapai dan mewujudkan masyarakat adil, makmur dan sejahtera. 1 Kestabilan

BAB I PENDAHULUAN. rohani. Dalam kehidupannya manusia itu di berikan akal serta pikiran oleh Allah

SKRIPSI KEDUDUKAN NOTARIS DALAM PEMBUATAN DAN PENCABUTAN TESTAMENT (SURAT WASIAT)

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK ATAS PENSIUN

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. seimbang. Dengan di undangakannya Undang-Undang No. 3 tahun Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No.

BAB III METODE PENELITIAN. Sidoarjo sebagai obyek penelitian karena lokasi obyek penelitian dekat dengan

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERLANTAR

Pembuktian penuntut umum dalam perkara tindak pidana korupsi oleh kejaksaan Sukoharjo. Oleh : Surya Abimanyu NIM: E BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sosial, sebagai makhluk individual manusia memiliki kepentingan masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak

BAB III METODE PENELITIAN. yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan, Soerjono Soekanto mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. fungsi yang amat penting untuk membangun masyarakat yang adil dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan bahwa Negara Indonesia merupakan negara agraris, sehingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yogyakarta merupakan salah satu daerah otonom di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, selain Kabupaten

III. METODE PENELITIAN. yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris, pendekatan yuridis normatif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan penyakit serta karena usia tua, yang dapat mengakibatkan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN PENGANGKATAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 dan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga Kerja Indonesia yang sering disebut Tenaga Kerja Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Penelitian. Pada dasarnya setiap manusia ingin melangsungkan pernikahan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. prosedur analisis data dan metode verifikasi data.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN PENGANGKATAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

RANCANGAN QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERLANTAR BISMILLAHIRRAHMANIRAHIM

BAB I PENDAHULUAN. bangsa ke arah yang lebih baik yaitu arah yang menunjukkan kemakmuran

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN PENGANGKATAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. musibah. Manusia dalam menjalankan kehidupannya selalu dihadapkan

III. METODE PENELITIAN. Untuk memecahkan masalah guna memberikan petunjuk pada permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. pencatatan setiap kelahiran anak yang dilakukan oleh pemerintah berasas non

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang

BAB I PENDAHULUAN. diamanatkan dalam Pembukuan Undang-Undang Dasar 1945 antara lain

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pembangunan di berbagai bidang yang berpedoman pada Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah perkembangan pengaturan pengangkatan anak di Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN. Sesuai dengan rumusan yang akan dibahas, maka pendekatan masalah dalam

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan masyarakat diatur oleh hukum termasuk mengenai

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH DINAS ANTARA KARYAWAN PT

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Terminal Kota Surakarta. Alasan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Anak adalah amanat sekaligus karunia Tuhan, yang senantiasa harus kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Anak juga generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat menjadi subyek pembangunan nasional yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan bernegara untuk mewujudkan tujuan nasional seperti yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Keinginan untuk mempunyai anak adalah naluri manusiawi dan alami akan tetapi kadang-kadang naluri ini terbentur pada takdir illahi, di mana kehendak mempunyai anak tidak tercapai. Akan tetapi semua kuasa ada di tangan Tuhan. Apapun yang mereka usahakan apabila Tuhan tidak menghendaki, maka keinginan merekapun tidak terpenuhi, hingga jalan terakhir yang diambil yaitu dengan cara pengangkatan anak (adopsi). Tujuan dari perkawinan pada dasarnya adalah untuk memperoleh keturunan, yaitu anak. Anggapan mengenai pentingnya keturunan seringkali menimbulkan berbagai peristiwa hukum, misalnya ketiadaan keturunan, perceraian, poligami, dan pengangkatan anak merupakan beberapa peristiwa hukum yang terjadi karena alasan di dalam perkawinan tidak memperoleh keturunan (walaupun bukan satu-satunya alasan) ( Soerjono Soekanto, 2002 : 250). Pengangkatan anak dilakukan berdasarkan motif untuk melanjutkan atau menjamin kelanjutan keturunan keluarga yang mengangkat atau adoptant karena belum mempunyai anak. Selain itu terdapat motif lain yaitu adanya harapan atau kepercayaan akan mendapat anak setelah mengangkat anak atau sebagai pancingan, masih ingin menambah anak dengan anak yang lain 1

2 jenis dari anak yang telah dipunyai, untuk dapat dipakai sebagai teman bagi anak yang tunggal yang sudah ada, sebagai rasa belas kasihan terhadap anak terlantar, miskin, atau anak yatim piatu, dan sebagainya (M. Budiarto, 1991 : 8). Beberapa motivasi pengangkatan anak tersebut di atas dapat dilihat bahwa pengangkatan anak tidak saja dilakukan oleh keluarga yang belum mempunyai anak, tetapi juga dilakukan oleh keluarga yang mempunyai anak. Hal ini menunjukkan bahwa maksud dari pengangkatan anak tidak lagi semata-mata untuk melanjutkan keturunan saja. Demi kesejahteraan anak merupakan masalah yang terpenting dalam pengangkatan anak. Hal ini sudah seharusnya menjadi motif dasar dari setiap pengangkatan anak, mengingat keadaan fisik dan sosial seorang anak yang masih dalam perkembangan, mudah untuk menerima segala sesuatu, baik yang bermanfaat bagi dirinya, tanpa anak dapat berbuat sesuatu untuk menghindarinya. Dari pemikiran ini kepentingan anak haruslah menjadi prioritas utama, dengan berpedoman mencari orang tua angkat bagi seorang anak dan bukan sebaliknya dengan menitikberatkan pada kepentingan orang tua dalam mencari anak angkat. Berdasarkan Pasal 45 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan bahwa orang tua mempunyai peranan penting untuk memelihara, menjaga, mendidik, membimbing dan merawat anak-anak mereka sesuai kewajiban yang dibebankan oleh hukum. Kewajiban orang tua diberikan pada anak-anak mereka sampai mempunyai kemampuan untuk berdiri sendiri atau anak itu menikah dan kewajiban orang tua tetap berlaku meskipun perkawinan antara keduanya putus. Menurut Pasal 4 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, bahwa setiap anak berhak untuk hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat manusia, serta mendapatkan perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Sedangkan dalam Pasal 6 undang-undang tersebut menyatakan

3 bahwa setiap anak berhak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir, dan berkreasi sesuai dengan tingkat kecerdasan usia, dalam bimbingan orang tua. Ketentuan tersebut mendorong adanya perlindungan kepada anak berdasarkan asas-asas non diskriminatif, kepentingan yang terbaik bagi anak, hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan, serta penghargaan pendapat terhadap anak. Perlindungan anak merupakan usaha untuk menciptakan kondisi yang melindungi anak untuk dapat melaksanakan hak dan kewajibannya. Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menyatakan bahwa karena suatu sebab orang tuanya tidak dapat menjamin tumbuh kembang anak, atau dalam keadaan terlantar maka anak tersebut berhak diasuh atau diangkat sebagai anak asuh atau anak angkat oleh orang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, sedangkan Pasal 39 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menyatakan bahwa pengangkatan anak hanya dapat dilakukan berdasarkan adat kebiasaan setempat dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak telah menegaskan bahwa pertanggungjawaban orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara merupakan rangkaian yang dilaksanakan secara terus menerus demi terlindunginya hak-hak anak. Rangkaian kegiatan tersebut harus berkelanjutan dan terarah guna menjamin pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik, mental, spiritual maupun sosial. Tindakan ini dimaksudkan untuk mewujudkan kehidupan terbaik bagi anak yang diharapkan sebagai penerus bangsa yang potensial, tangguh, memiliki jiwa nasionalisme yang dijiwai oleh akhlaq mulia dan nilai Pancasila, serta berkemauan keras menjaga kesatuan dan persatuan bangsa serta negara. Pemerintah harus mengambil kebijaksanaan dalam hal pengangkatan anak bahwa pengangkatan anak ditujukan untuk kesejahteraan anak demi

4 terwujudnya tata kehidupan anak yang terjamin pertumbuhan dan perkembangan yang secara wajar baik jasmani, rohani maupun sosialnya. Masalah pengangkatan anak di Indonesia memiliki arti yang sangat penting bagi keluarga, dimana pengangkatan anak merupakan suatu lembaga kemasyarakatan yang berfungsi sosial dan berpengaruh terhadap masyarakat keseluruhan, sehingga perlu adanya suatu mekanisme pelaksanaan yang baik. Indonesia sampai saat ini belum memiliki suatu perundang-undangan yang khusus mengatur mengenai pengangkatan anak secara tertulis, kecuali bagi warga negara Indonesia keturunan Tionghoa yaitu dengan menggunakan peraturan Staatblad 1917 Nomor 129 tentang Pengangkatan Anak Bagi Golongan Tionghoa. Di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, tidak mengatur tentang pengangkatan anak, untuk itu pemerintah Hindia Belanda membuat ketentuan khusus yang mengatur tentang pengangkatan anak yaitu ketentuan pengangkatan anak bagi golongan Tionghoa seperti yang telah disebutkan di atas. Mengingat undang-undang mengenai pengangkatan anak belum terbentuk, maka sebagai pedoman telah dikeluarkan antara lain Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 1979 tanggal 7 Februari 1979 yang kemudian disempurnakan dengan Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 6 Tahun 1983 tanggal 30 September 1983 tentang Pemeriksaan Permohonan Pengesahan / Pengangkatan Anak. Kemudian pada tahun 2007 disempurnakan lagi dengan Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak yang diundangkan tanggal 3 Oktober 2007. Ketentuan-ketentuan tentang pengangkatan anak dalam hukum Adat adalah sangat beraneka ragam, hal ini terjadi dikarenakan setiap daerah memiliki peraturan sendiri-sendiri, sehingga tidak ada keseragaman. Berbeda dengan Hukum Barat maupun Hukum Adat, di dalam Hukum Islam secara tegas dinyatakan bahwa pengangkatan anak dengan maksud menjadikan anak angkat menjadi anak kandung tidaklah dibenarkan. Hukum

5 Islam tidak mengakui lembaga pengangkatan anak yang mempunyai akibat hukum, seperti dipraktekkan masyarakat jahiliyah, dalam arti terlepaskannya ia dari hukum kekerabatan orang tua kandungnya dan masuknya ia ke dalam hukum kekerabatan orang tua angkatnya. Larangan pengangkatan anak dalam arti benar-benar dijadikan anak kandung berdasarkan Firman Allah SWT dalam Surat Al Ahzab (33) ayat 4-5 yang dapat dirumuskan sebagai berikut yaitu Allah tidak menjadikan dua hati dalam dada manusia, Allah tidak menjadikan anak angkatmu sebagai anak kandungmu, dan panggillah anakmu menurut nama bapakmu (Bastian Tafal,1989 : 154). Politik pembangunan hukum dalam rangka penyusunan perundangundangan antara lain melalui pembaharuan hukum, yaitu merupakan usaha untuk lebih meningkatkan dan menyempurnakan hukum nasional. Usaha tersebut dilakukan dengan pembaharuan kodifikasi serta unifikasi dalam rangkuman pelaksanaan secara nyata dari wawasan nusantara dengan memperhatikan kesadaran hukum yang berkembang dalam masyarakat. Keberadaan lembaga pengangkatan anak di Indonesia masih bersifat pluralisme, sehingga tidak mustahil menimbulkan masalah yang menyangkut ketentuan hukumnya. Adanya kesimpangsiuran mengenai ketentuan-ketentuan yang mengatur masalah pengangkatan anak dalam masyarakat menimbulkan permasalahan status anak, status agama, status kewarganegaraan dan lain sebagainya. Bertitik tolak dari hal tersebut di atas, penulis tertarik meneliti masalah pengangkatan anak dalam bentuk skripsi dengan judul : STUDI TENTANG PELAKSANAAN PENGANGKATAN ANAK DI PENGADILAN NEGERI WONOGIRI.

6 B. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan agar arah dan tujuan skripsi ini tidak menyimpang dari pokok bahasan, maka dikemukakan rumusan masalah yang akan diteliti dalam penulisan hukum ini, sebagai berikut : 1. Bagaimana proses penetapan pengangkatan anak di Pengadilan Negeri Wonogiri? 2. Apa yang menjadi pertimbangan hakim dalam penetapan pengangkatan anak di Pengadilan Negeri Wonogiri? 3. Hambatan-hambatan apa saja yang ada selama pelaksanaaan pengangkatan anak di Pengadilan Negeri Wonogiri dan bagaimana solusinya? C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian adalah hal-hal yang hendak dicapai melalui penelitian yang berhubungan dengan rumusan masalah yang ditetapkan. Tujuan penelitian dirumuskan secara deklaratif dan merupakan pernyataan-pernyataan tentang apa yang hendak dicapai dengan penelitian tersebut (Soerjono Soekanto,1986 : 118). Secara garis besar tujuan yang ingin dicapai meliputi dua hal, yaitu : 1. Tujuan Obyektif a. Untuk mengetahui bagaimana proses penetapan pengangkatan anak di Pengadilan Negeri Wonogiri. b. Untuk mengetahui apa yang menjadi pertimbangan hakim dalam penetapan pengangkatan anak di Pengadilan Negeri Wonogiri. c. Untuk mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang ada selama pelaksanaaan pengangkatan anak di Pengadilan Negeri Wonogiri dan bagaimana solusinya.

7 2. Tujuan Subyektif a. Untuk memperoleh data sebagai bahan utama penyusunan penulisan hukum sebagai sarana untuk memenuhi persyaratan wajib bagi setiap mahasiswa dalam meraih gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum UNS Surakarta. b. Untuk menambah dan mengembangkan pengetahuan yang sangat berarti bagi penulis agar nantinya siap terjun dalam masyarakat. D. MANFAAT PENELITIAN Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi ilmu pengetahuan hukum, khususnya hukum perdata. b. Diharapkan hasil penelitian ini, dapat digunakan untuk menambah kepustakaan di bidang hukum. c. Hasil penelitian ini akan dipakai sebagai bahan acuan bagi penelitian yang sejenis berikutnya. 2. Manfaat Praktis a. Untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikir penulis sehingga dapat mengetahui kemampuan dalam menerapkan Ilmu Hukum yang diperoleh. b. Sebagai bahan masukan yang dapat digunakan dan memberikan sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak yang terkait dan terlibat dengan pengangkatan anak. c. Untuk memberi jawaban atas rumusan masalah yang sedang diteliti. E. METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu cara untuk memecahkan masalah dan sebagai pedoman untuk memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam

8 tentang suatu obyek yang menjadi sasaran ilmu pengetahuan yang bersangkutan yaitu dengan cara mengumpulkan, menyusun, dan menginterpretasikan data-data untuk menemukan,mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan yang hasilnya akan dimasukkan ke dalam penulisan ilmiah serta hasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah (Soerjono Soekanto, 1986 : 5). Sehubungan dengan hal tersebut maka metodologi penelitian yang digunakan penyusun pergunakan adalah sebagai berikut : 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian empiris. Penelitian empiris adalah penelitian berdasarkan data yang diperoleh langsung dari lapangan atau data primer atau data dasar (Soerjono Soekanto, 2006 : 51). 2. Sifat Penelitian Dilihat dari sifatnya, jenis penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian deskriptif. Selanjutnya penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat terhadap suatu populasi atau daerah tertentu, mengenai sifat-sifat; karakteristik-karakteristik / faktor-faktor tertentu (Bambang Sunggono, 2003 : 36). 3. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, dimana pendekatan ini menekankan pada makna, lebih memfokuskan pada data kualitas dengan analisis kualitatifnya ( H.B. Sutopo, 2002 : 48 ). 4. Jenis Data a. Data primer Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari lapangan atau lokasi penelitian yaitu Pengadilan Negeri Wonogiri yang meliputi wawancara dengan Hakim di Pengadilan Negeri Wonogiri yang telah

9 mengabulkan pengangkatan anak tersebut, Panitera Pengganti yang bersangkutan dan Panitera Muda Bagian Hukum Pengadilan Negeri Wonogiri. b. Data sekunder Data yang diperoleh dari bahan pustaka yang antara lain berasal dari dokumen-dokumen, peraturan perundang-undangan, internet, laporan hasil penelitian sebelumnya, buku-buku, literatur dan sumber lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. 5. Sumber Data Sumber data dalam penelitian adalah subyek dimana data diperoleh. Sumber data penelitian ini meliputi : a. Sumber Data Primer Sumber Data Primer adalah sumber data yang diperoleh secara langsung dari lapangan yang meliputi keterangan atau data hasil wawancara dengan dengan Hakim di Pengadilan Negeri Wonogiri yang telah mengabulkan pengangkatan anak tersebut, Panitera Pengganti yang bersangkutan dan Panitera Muda Bagian Hukum Pengadilan Negeri Wonogiri. b. Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder yang merupakan data yang digunakan sebagai penun jang data primer yang diperoleh secara tidak langsung, yang diperoleh melalui studi pustaka, yang meliputi buku-buku, peraturan perundang-undangan, arsip-arsip dan lain-lain yang dapat menunjang serta melengkapi data yang diperlukan. 6. Teknik Pengumpulan Data Untuk melakukan penelitian diperlukan dua data yang cukup. Pengumpulan data tersebut harus dengan cara dan teknik tertentu agar data

10 tersebut benar-benar sesuai dengan fakta. Di dalam penelitian teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah sebagai berikut : a. Wawancara Kegiatan wawancara yaitu suatu metode pengumpulan data dengan cara mendapatkan keterangan secara lisan dari seorang responden dengan bercakap-cakap secara langsung. Wawancara ini bertujuan untuk mengumpulkan keterangan tentang kehidupan manusia serta pendapat-pendapat mereka. Secara umum ada dua jenis teknik wawancara, yaitu wawancara terpimpin (terstruktur) dan wawancara dengan teknik bebas (tidak terstruktur) yang disebut wawancara mendalam (in-depth interview) (HB. Sutopo, 2002: 58) Dalam wawancara ini dilakukan dengan cara mengadakan komunikasi langsung dengan pihak-pihak yang dapat mendukung diperolehnya data yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti guna memperoleh data baik lisan maupun tulisan atas sejumlah data yang diperlukan. Wawancara dilakukan terhadap nara sumber yaitu Bapak Thomas Tarigan, S.H, M.Hum sebagai hakim di Pengadilan Negeri Wonogiri yang telah mengabulkan pengangkatan anak tersebut, Bapak Supriyanto sebagai Panitera Pengganti yang bersangkutan dan Bapak Sabar Suprapta, S.H sebagai Panitera Muda Bagian Hukum Pengadilan Negeri Wonogiri. b. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan digunakan untuk memperoleh data sekunder yaitu dilakukan dengan mempelajari berkas-berkas, dokumen-dokumen, buku-buku atau literatur yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

11 7. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini, menggunakan teknik analisis data interaktif (interaktif model of analysis) yaitu proses analisis dengan menggunakan tiga komponen yang terdiri dari reduksi data, sajian data, dan kemudian penarikan kesimpulan (verifikasi) yang aktifitasnya berbentuk interaksi dengan pengumpulan data sebagai proses siklus antara tahap-tahap tersebut (HB Sutopo, 2002 : 13). Setelah data seluruhnya terkumpul, maka tahap selanjutnya adalah melakukan analisis data. Analisis data berdasarkan metode yang digunakan, yaitu metode kualitatif dimana data-data yang telah terkumpul kemudian diolah dan hasilnya dikelompokkan, diseleksi, dan disusun secara sistematis. Selanjutnya dikaji dengan menggunakan metode berpikir deduktif dan/atau induktif, dalam usaha untuk menjawab masalah-masalah dalam penelitian. Sejalan dengan itu, dalam melakukan pelaporan, penulis menggunakan metode deskriptif yakni data-data yang diperoleh selama penelitian akan dipergunakan untuk menggambarkan keadaan peristiwa yang menjadi obyek penelitian. Untuk memperjelas digambarkan dengan bagan sebagai berikut : Pengumpulan Data Sajian Data Sajian Data Penarikan kesimpulan /verifikasi Gambar 1. Interaktif Model of Analisis

12 Dalam tahap analisis ini ada tiga komponen pokok, yaitu : a. Reduksi Data Merupakan sajian, yang mempertegas, memperpendek, membuat lebih fokus, membuang hal yang tidak penting dan mengatur data sedemikian rupa sehingga simpulan akhir dapat dilakukan. b. Sajian Data Merupakan suatu rakitan organisasi informasi yang memungkinkan kesimpulan riset dapat dilakukan dengan melihat suatu penyajian data, peneliti akan mengerti apa yang terjadi dan memungkinkan untuk mengerjakan sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan pengertian tersebut. c. Penarikan Simpulan dan Verifikasi Simpulan akhir tidak akan terjadi sampai pada waktu proses pengumpulan data berakhir. Simpulan perlu diverifikasi agar mantap dan bisa dipertanggungjawabkan, maka perlu dilakukan aktivitas pengulangan untuk bertujuan pemantapan, penelusuran data kembali yang cepat, sebagai akibat pikiran akhir yang melintas pada peneliti saat menulis sajian data dengan melihat kembali sebentar pada catatan lapangan (H. B. Sutopo, 2002 : 91-93). F. SISTEMATIKA PENULISAN HUKUM Dalam penulisan skripsi ini diuraikan hal-hal selengkapnya sebagai berikut : BAB I. PENDAHULUAN Di dalam bab pendahuluan ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan serta manfaat penelitian, metode penelitian, sistematika skripsi dan jadwal penelitian.

13 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini peneliti menguraikan mengenai tinjauan pustaka yang membahas tentang pengertian anak, tinjauan pengangkatan anak yang meliputi pengertian pengangkatan anak, pengaturan pengangkatan anak, prosedur pengangkatan anak, syarat pengangkatan anak dan ketentuan permohonan pengangkatan anak antara WNA dengan WNI (intercountry adoption) serta akibat hukum pengangkatan anak dan kerangka pemikiran. BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas tentang proses penetapan pengangkatan anak di Pengadilan Negeri Wonogiri, apa yang menjadi pertimbangan hakim dalam penetapan pengangkatan anak di Pengadilan Negeri Wonogiri dan hambatan-hambatan selama pelaksanaan pengangkatan anak di Pengadilan Negeri Wonogiri serta bagaimana solusinya. BAB IV. PENUTUP Bab ini berisi simpulan dan saran yang terkait dengan permasalahan yang diteliti. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN