5.1. Perhitungan Radiasi Surya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Self Dryer dengan kolektor terpisah. (sumber : L szl Imre, 2006).

= = =

PENDEKATAN TEORITIS. Gambar 2 Sudut datang radiasi matahari pada permukaan horizontal (Lunde, 1980)

Rancang Bangun Perangkat Lunak Analisis Penyerapan Radiasi Matahari Pada Selubung Bangunan

BAB IV PERHITUNGAN SOLAR COLLECTOR TYPE PARABOLIC TROUGH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HIDROMETEOROLOGI TATAP MUKA KEEMPAT (RADIASI SURYA)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar

3. METODOLOGI PENELITIAN. Persiapan dan pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret

UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDUT KEMIRINGAN MODUL SURYA 50 WATT PEAK DENGAN POSISI MEGIKUTI PERGERAKAN ARAH MATAHARI

Perancangan Solar Thermal Collector tipe Parabolic Trough

TATA KOORDINAT BENDA LANGIT. Kelompok 6 : 1. Siti Nur Khotimah ( ) 2. Winda Yulia Sari ( ) 3. Yoga Pratama ( )

Perancangan Sistem Penjejak Matahari Dua Sumbu Dengan Reflektor Pada Tiga Posisi

BAB I PENDAHULUAN. Dengan kebutuhan akan energi listrik yang terus meningkat dan semakin

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk membuat agar bahan makanan menjadi awet. Prinsip dasar dari pengeringan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGUJIAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA DENGAN POSISI PELAT PHOTOVOLTAIC HORIZONTAL

KAJIAN TINGKAT KEMAMPUAN PENYERAPAN PANAS MATAHARI PADA ATAP BANGUNAN SENG BERWARNA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

PERTEMUAN X PERSAMAAN MOMENTUM

A. Analisis Fungsi dan Kedudukan Deklinasi Bulan dan Lintang Tempat dalam menghitung Ketinggian Hilal menurut Kitab Sullam an-nayyirain

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN ARAH KIBLAT DENGAN MENGGUNAKAN AZIMUT PLANET. A. Algoritma Penentuan Arah Kiblat dengan Metode Azimut Planet

Prof.Dr. Ir. Mochamad Ashari, M.Eng. Vita Lystianingrum B.P, ST., M.Sc.

OPTIMALISASI TEKNOLOGI ENERGI SURYA BERBASIS PENYESUAIAN POSISI PANEL BULANAN DI SULAWESI TENGGARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN

PERBANDINGAN INTENSITAS RADIASI SURYA HASIL PENGUKURAN DI KOTA MEDAN DENGAN SIMULASI TEORITIS MENGGUNAKAN VISUAL BASIC 6.0

POTENSI RADIASI MATAHARI DI BANDUNG SEBAGAI ALTERNATIF REDUKSI EMISI CO 2

PENGUJIAN PERFORMANSI MESIN PENGERING PRODUK PERTANIAN SISTEM TENAGA SURYA TIPE KOLEKTOR BERSIRIP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Kebutuhan Air Irigasi Kebutuhan Air untuk Pengolahan Tanah

I. PENDAHULUAN. Pemanasan global (global warming) semakin terasa di zaman sekarang ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ILMU UKUR TANAH 2 PENENTUAN POSISI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki intensitas matahari yang tinggi pertahunnya. Potensi tersebut

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Proses perpindahan panas secara konduksi Sumber : (maslatip.com)

DASAR TEORI. Kata kunci: Kabel Single core, Kabel Three core, Rugi Daya, Transmisi. I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. sumber energi tenaga angin, sumber energi tenaga air, hingga sumber energi tenaga

ANALISIS KARAKTERISTIK ELECTRICAL MODUL PHOTOVOLTAIC UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA SKALA LABORATORIUM

Meridian Greenwich. Bujur

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari teknologi yang terus berkembang [1]. seperti halnya teknologi mobil

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan Listrik Negara (PLN) merupakan penyuplai listrik di Indonesia

BAB II LANDASAN TEORI

PENINGKATAN EFISIENSI MODUL SURYA 50 WP DENGAN PENAMBAHAN REFLEKTOR

TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA DI DESA TALAWAAN. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan

BAB I PENDAHULUAN. Energi listrik adalah energi yang mudah dikonversikan ke dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Seiring pesatnya kemajuan dan perkembangan daerah - daerah di Indonesia, memicu

Sistem PLTS Off Grid Komunal

SIDANG TUGAS AKHIR. Validita R. Nisa

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DITJEN MANAJEMEN PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SMA

PENGUJIAN SISTEM PENERANGAN JALAN UMUM DENGAN MENGGUNAKAN SUMBER DAYA LISTRIK KOMBINASI DARI SOLAR PANEL DAN TURBIN SAVONIUS

Polarisasi Gelombang. Polarisasi Gelombang

SOLUSI. m θ T 1. atau T =1,25 mg. c) Gunakan persaman pertama didapat. 1,25 mg 0,75mg =0,6 m 2 l. atau. 10 g 3l. atau

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDUT KEMIRINGAN TERHADAP PERPINDAHAN KALOR PADA MODUL PHOTOVOLTAIC UNTUK MENINGKATKAN DAYA KELUARAN

Analisa Efisiensi Prototype Solar Collector Jenis Parabolic Trough dengan Menggunakan Cover Glass Tube pada Pipa Absorber

BAB II LANDASAN TEORI. kekuatan, ukuran dan harga. Teori-teori yang berhubungan dengan alat yang

Sabar Nurohman Prodi Pendidikan IPA FMIPA UNY

Jurnal Ilmiah TEKNIKA ISSN: STUDI PENGARUH PENGGUNAAN BATERAI PADA KARAKTERISTIK PEMBANGKITAN DAYA SOLAR CELL 50 WP

PERSAMAAN BERNOULLI I PUTU GUSTAVE SURYANTARA P

UNIVERSITAS DIPONEGORO UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDUT KEMIRINGAN MODUL SURYA 50 WATT PEAK DENGAN POSISI MEGIKUTI PERGERAKAN ARAH MATAHARI

PENGARUH KEBERSIHAN MODUL SURYA TERHADAP UNJUK KERJA PLTS

RADIASI MATAHARI DAN TEMPERATUR

Tugas akhir BAB II LANDASAN TEORI. Proses penelitian suatu alat ataupun mesin yang baik, diperlukan

Interferensi Cahaya. Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung

BAB I PENDAHULUAN. beraktifitas pada malam hari. Terdapat perbedaan yang menonjol antara siang

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI DEDIKASI KATA PENGANTAR

ANALISIS PERBANDINGAN OUTPUT DAYA LISTRIK PANEL SURYA SISTEM TRACKING DENGAN SOLAR REFLECTOR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1.1 Latar Belakang Penelitian. menjadi bagian yang tak terpisahkan dari arsitektur. Ketergantungan bangunan

MENGGUNAKAN HASIL PENGUKURAN MENDISKRIPSIKAN KONSEP PENGUKURAN BESARAN-BESARAN LISTRIK 4. DATA ALAT UKUR

BAB II LANDASAN TEORI

AS Astronomi Bola. Suhardja D. Wiramihardja Endang Soegiartini Yayan Sugianto Program Studi Astronomi FMIPA Institut Teknologi Bandung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SUDUT PASANG SOLAR WATER HEATER DALAM OPTIMALISASI PENYERAPAN RADIASI MATAHARI DI DAERAH CILEGON

LAPORAN PRAKTIKUM AGROKLIMATOLOGI

BAB II DASAR TEORI Radiasi Matahari

Studi Prakiraan Beban dan Potensi Pemanfaatan PV untuk Mengurangi Beban Puncak di Penyulang Unsyiah Menggunakan ANN

BAB II LANDASAN TEORI. yang cermat dalam perhitungan dan ukuran. Teori-teori yang berhubungan dengan alat

PENGAPLIKASIAN PANEL SURYA PADA MOBIL LISTRIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Gambar 1. : Skema reaksi fusi

2.6. Pengaruh Pemecah Gelombang Sejajar Pantai / Krib (Offshore Breakwater) terhadap Perubahan Bentuk Garis Pantai Pada Pantai Pasir Buatan...

RANCANG BANGUN ALAT PENGERING PISANG TENAGA SURYA DAN BIOMASSA (Bagian Pemanas)

STUDI TERHADAP UNJUK KERJA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA 1,9 KW DI UNIVERSITAS UDAYANA BUKIT JIMBARAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk pembangkitan energi listrik. Upaya-upaya eksplorasi untuk. mengatasi krisis energi listrik yang sedang melanda negara kita.

Politeknik Negeri Sriwijaya

MENGENAL GERAK LANGIT DAN TATA KOORDINAT BENDA LANGIT BY AMBOINA ASTRONOMY CLUB

FIsika USAHA DAN ENERGI

Rangkaian Arus Bolak-Balik. Balik (Rangkaian AC) Pendahuluan. Surya Darma, M.Sc Departemen Fisika Universitas Indonesia

1 PENDAHULUAN. sistem pengontrolan sangat pesat, sehingga manusia dapat meringankan

PENGUJIAN SUDUT KEMIRINGAN OPTIMAL PHOTOVOLTAIC DI WILAYAH PURWOKERTO HALAMAN JUDUL

BAB III METODE PENELITIAN

1. Tekanan Udara 2. Radiasi Surya 3. Lama Penyinaran 4. Suhu Udara 5. Kelembaban Udara 6. Curah Hujan 7. Angin 8. Evapotranspirasi Potensial

3. ORBIT KEPLERIAN. AS 2201 Mekanika Benda Langit. Monday, February 17,

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Sistem PLTS OffGrid. TMLEnergy. TMLEnergy Jl Soekarno Hatta no. 541 C, Bandung, Jawa Barat. TMLEnergy. We can make a better world together CREATED

Transkripsi:

5. Pembangkit Daya Tenaga Surya 5.1. Perhitungan Radiasi Surya 5.1.1. Variabel Surya Latitud Sudut Lintang Latitud merupakan spesifikasi lokasi tempat pada permukaan bumi. Nilai latitud merupakan variabel penting dalamperhitungan energi surya, yang digunakan untuk menentukan nilai radiasi dari indeks kecerahan, sehingga dapat ditetapkan besarnya radiasi untuk suatu lokasi tertentu. Sudut Deklinasi Sudut deklinasi adalah posisi latitud dari matahari terhadap permukaan bumi pada saat tengah hari, yang merupakan fungsi dari waktu dalam setahun dan dihitung : 284 + n δ = 23,45 sin 360 ( 5-1) 365 Sudut Jam Letak matahari di langit dinyatakan dengan sudut jam, yaitu nol untuk tengah hari (waktu dimana matahari terletak pada posisi tertinggi di langit), nilai negatif untuk pagi dan positif untuk sore. ω ( t 12)15 ( 5-2) = s dengan t s adalah waktu matahari dalam jam t s = 12 untuk tengah siang. Persamaan tersebut diasarkan pada kenyataan bahwa matahari bergerak 15 per jam. Waktu yang sering digunakan (waktu sipil) tidak selalu sama dengan waktu matahari. Relasi antara kedua waktu dihitung sbb: Lloc ts = tc + Tc + E 15 ( 5-3) dengan t c : waktu sipil dalam jam L loc : longitud (letak bujur) untuk lokasi (L loc < 0 untuk barat, (L loc > 0 untuk timur). 66

T c : daerah waktu lokal dalam jam dari GMT E: penyamaan waktu dalam jam. Waktu penyamaan adalah faktor untuk memperhitungkan efek orbit bumi yang bersifat eliptis. E = 3,82 (0,000075 + 0,001868 cos B 0,032077 sin B 0,014615 cos 2 B 0,04089 sin 2 B) ( 5-4) dengan: ( n ) 360 1 B = ( 5-5) 365 Sudut Datang Radiasi Sudut datang radiasi surya untuk suatu permukaan dihitung sbb: cos θ = sin δ sin φ cos β - sin δ cos φ sin β cos γ + cos δ cos φ cos β cos ω + cos δ sin φ sin β cos γ cos ω + cos δ sin β sin γ sin ω ( 5-6) dimana: β: sudut kemiringan permukaan γ: azimut permukaan φ: latitud δ: deklinasi ω: sudut jam Untuk bidang yang dipasang horisontal (β = 0), diperoleh: cos θz = cosφcosδcosω + sinφsinδ ( 5-7) 67

5.1.2. Radiasi Surya Radiasi Ekstraterestrial Nilai radiasi untuk bidang normal terhadap arah radiasi surya pada atmosfer teratas (radiasi ekstraterestrial) dihitung dengan: 360n Gon = Gsc 1 + 0,033 cos ( 5-8) 365 dengan n adalah hari ke-n dalam setahun (1 untuk tanggal 1 Januari dan 365 untuk 31 Desember), G sc = 1,367 kw/m 2 adalah konstanta surya. Sehingga nilai radiasi ekstra terestrial untuk bidang datar adalah: G = cosθ ( 5-9) o G on z dengan θ z adalah sudut Zenit. cos θz = cosφcosδcosω + sinφsinδ ( 5-10) dengan φ: sudut latitud δ: sudut deklinasi ω: sudut jam Nilai total radiasi ekstraterestrial untuk setiap meter persegi dapat diperoleh dengan integrasi persamaan G o dari sejak matahari terbit sampai terbenam. Hasil integrasi diperoleh: πω H = 24 cosφcosδsinω + s o G on s sinφsinδ π ( 5-11) 180 dengan ω s adalah sudut jam ketika matahari terbenam dihitung dengan: cosωs = tanφtanδ ( 5-12) Nilai rerata jam radiasi ekstraterestrial diperoleh dengan integrasi untuk setiap jam yaitu: ( ω ω ) = 12 π 2 o G cosφcosδ ( sinω sinω ) + 1 on 2 1 sinφsinδ π ( 5-13) 180 dengan ω 1 sudut jam awal dan ω 2 akhir. 68

ndeks Kecerahan ndeks kecerahan adalah nilai tak berdimensi antara 0 1 yang merupakan indikasi tentang fraksi radiasi surya yang dapat menembus atmosfer sehingga dapat sampai ke bidang dtar pada permukaan bumi. ndeks kecerahan dapat dihitung: k T = ( 5-14) o dengan adalah radiasi global bidang horisontal pada permukaan bumi. Gambar 5.1: Contoh variasi radiasi dan indeks kecerahan Nilai kecerahan dapat pula dihitung untuk rerata dalam satu bulan. K T Have = ( 5-15) H o, ave dimana H ave adalah rerata bulanan radiasi pada sutau bidang datar di permukaan bumi dan H o,ave rerata bulanan radiasi ekstraterestrial horisontal, yang ditetapkan untuk radiasi pada bidang datar pada lapisan teratas atmosfer. N Ho n Ho, ave = =1 [kwh/m 2 ] ( 5-16) N dengan N adalh jumlah hari dalam sebulan. Nilai H o dihitung dari nilai latitud. 69

Radiasi Beam dan Difuse Radiasi surya terbagi dalam radiasi beam dan difuse. Radiasi beam ditetapkan sebagai radiasi yang dipancarkan dari matahari sampai ke permukaan bidang tanpa hamburan. Radiasi beam sering disebut sebagai radiasi langsung. Radiasi difuse adalah radiasi surya yang arahnya diubah oleh atmosfer bumi. Radiasi difuse dapat datang dari segala arah. Jumlah dari radiasi beam dan difuse dinamakan radiasi surya global. Radiasi total untuk suatu permukaan bidang adalah = b + d ( 5-17) Dengan b adalah radiasi beam dan d radiasi difuse. 1,0 0,08 k T k T 0,22 d = 0,9511 0,1604 k + 4,388 k 2 16,638 k 3 + 12,336 k 4 T T T T 0,22 k T 0,80 0,165 k T 0,80 ( 5-18) Rasio radiasi beam untuk bidang miring dengan radiasi untuk permukaan horisontal didefinsikan sebagai: R b cosθ = ( 5-19) cosθ z ndeks anisotropi A i adalah ukuran transmitansi radiasi beam dalam atmosfer. b A i = ( 5-20) o Faktor awan f b = ( 5-21) Faktor tersebut menyatakan tingkat radiasi beam dari total radiasi yang sampai ke suatu permukaan. 70

Radiasi Global Model HDKR Radiasi global yang sampai pada permukaan suatu panel PV dihitung: T = 1 + cos β 2 β 2 1 cos 2 ( + A ) R + ( 1 A ) 1 + fsin + ρ b d i b d i 3 β g ( 5-22) dengan ρ g adalah refrektansi tanah. Model perhitungan radiasi surya sebagai fungsi waktu dapat dilakukan diawali dengan perhitungan o atas dasar spesifikasi lokasi (latitud, longitud dan waktu). Atas dasar data k T yang diketahui dapat dihitung dari nilai o, kemudian dapat ditentukan d dan b. 5.2. Sistem PV Subsistem dari PV mencakup: Panel PV Perangkat keras instalasi Sistem tracking Sistem kontrol (maximum power point tracker) Kabel Biaya instalasi sistem PV Biaya subsistem (komponen) Biaya installasi Biaya penggantian Biaya perawatan Daya output dari rangkaian panel PV: T P PV = fpvypv ( 5-23) s dengan: f PV : faktor daya (efisiensi) 71

Y PV : kapasitas rangkaian PV T : radiasi surya global yang jatuh pada PV s : nilai radiasi standar (1 kw/m 2 ) Nilai T bervariasi dari jam ke jam dalam sehari, yang dalam perhitungan ditetapkan dari nilai radiasi surya untuk bidang datar dohitung dari persamaan ( 5-22). Faktor daya atau efisiensi ditetapkan dari hasil dari pengukuran dengan radiasi standar pada kondisi uji (1 kw/m 2 ). Orientasi PV Deskripsi untuk orientasi PV dapat ditetapkan dengan dua parameter: kemiringan dan azimut. Kemiringan adalah sudut yang terbentuk antara permukaan panel dan bidang datar, nol untuk orientasi pemasangan PV secara horisontal dan 90 untuk orientasi vertikal. Sudut azimut adalah arah pandang bidang permukaan, nol untuk menghadap ke selatan, positif untuk arah barat. Nilai azimut 45 adalah orientasi timur laut (timur selatan), dan 90 untuk orientasi arah barat. 72